Anda di halaman 1dari 2

PENGAYAAN

Budaya Politik Indonesia Campuran Feodalisme dan Individualisme

Kamis, 20 Agustus 2009 | 11:33 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Selama lima tahun terakhir, budaya politik di Indonesia


merupakan percampuran antara feodalisme dan individualisme. “Saya melihat dari cara
berpikir ada budayamempertahankan feodalisme dicampur dengan individualisme yang
didorong terus menerus,” kata Budiman Sudjatmiko, caleg terpilih dari PDI Perjuangan,
dalam dialog budaya di Jakarta, Kamis (20/8).

Kedua nilai tersebut, menurut mantan aktivis politik pergerakan mahasiswa ini,
diterjemahkan dengan menempatkan pemimpin politik yang tida boleh didebat. Dengan
alasan kesopanan atau kesantunan. “Tapi di luar itu, pada tingkat bawah dibiarkan bergerak
bebas, liberal,” ucap Budiman.

Hal itu tampak jelas saat Pemilu 2009 yang baru selesai. Pemimpin memosisikan diri sebagai
pihak yang berdiri di atas perdebatan, di atas dialektika. “Sedangkan di bawah masyarakat
kita dibiarkan bertarung. Hanya menjual sosok, bukan ide saat pemilu,” ucapnya.

Tidak hanya sampai disitu, Budiman juga melihat. Dalam hal budaya pemerintah kita, entah
sadar atau tidak sadar sekarang makin memperparah ketidakpedulian pemerintahan
sebelumnya. “ Budaya kita berada di bawah nilai-nilai komersial dan bisnis. Kalau tidak
memenuhi itu di kalahkan,” tuturnya.

Contohnya, ia menambahkan, hewan purba komodo di Batugosok Manggarai NTT mau


dipindahkan ke Bali karena ada tambang emas. Selain itu, banyaknya gedung-gedung tua
dikalahkan untuk pembangunan mal-mal.

Situasi budaya yang seperti ini, menurut Budiman, akan berujung pada dua hal. Kalau tidak
terjadi ledakan kemarahan anarkis berarti ledakan ke dalam atau apatisme. “Ke depan budaya
kita mesti mampu mempertanyakan ide dalam suasana perdebatan, ke depan harus mulai
artikulatif. Saya hanya berharap pada masyarakat, ke pemerintah saya tidak yakin,” harap
Budiman Sudjatmiko.
KOMENTAR SAYA :
Pendapat saya budaya Feodalisme dan Individualisme sangat-sangat
tidak relevan dengan budaya Indonesia “Walaupun” masih banyak
pemerintah yang menganut budaya politik tersebut karna lebih
mementikan diri sendiri dan terbuai dengan kekuasaan. Walaupun
pemerintah mempunyai kekuasaan haruslah tetap mendengar inspirasi
masyarakat bukannya malah berdiri sendiri diatas kekuasaan dan
seenak-enaknya melakukan hal yang belum tentu disetujuin
masyarakat luas.contohnya saja seperti hewan purba komodo di
Batugosok Manggarai NTT mau dipindahkan ke Bali karena ada
tambang emas. Dan juga, banyaknya gedung-gedung tua dikalahkan
untuk pembangunan mal-mal.Ini Negara Indonesia Men bukan
Negara milik penguasa.ini Negara demokrasi bukan Negara milik
sendiri. “kalau” pemerintah bisa mengatur kekuasaannya dengan
bijaksana sudah dari dulu Indonesia ini terbebas dari berbagai macam
perselisihan. Dengan adanya kerukunan pasti terjalin kerjasama yang
baik untuk memejukan Negara Indonesia ini. Mungkin hal tersebut
mustahil terwujud jika pemerintah terbuai akan kekuasaan dan harta
dunia. Mau dikemanakan rakyat miskin jika tidak dipedulikan.
Apakah mau dijadikan budak dan dimanfaatkan kesejahteraannya
untuk kepentingan 1 penguasa?. Mau dikemana kan pancasila sila
kelima “keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia” tiap hari
dibaca pada upacara jika hanya sekedar bualan saja tanpa bukti nyata.

Anda mungkin juga menyukai