Anda di halaman 1dari 4

Numerous foreign trainees forced to work under harsh conditions in Japan

(Mainichi Japan) August 30, 2009, Courtesy of JK

http://mdn.mainichi.jp/mdnnews/news/20090829p2a00m0na019000c.html

Banyak sekali trainee asing kejuruan yang dipaksa bekerja dengan kondisi yang

menyedihkan di Jepang, seperti upah tidak resmi yang sangat rendah dan

lembur yang berlebihan.

Sebuah keluarga cina yang kehilangan anggota keluarganya saat ia sedang

mengikuti pelatihan kejuruan di jepang mengajukan kompesasi pekerjaan pada 7

Agustus, mengklaim bahwa anggota keluarganya meninggal karena kelelahan

(terlalu banyak krja). Itu merupakan kasus pertama dimana sebuah keluarga dari

trainee kejuruan mencari kompensasi kecelakaan kerja.

Peninjauan ulang terhadap hukum pengawasan imigrasi dan pengakuan status

pengungsi yang telah disahkan menjadi hukum pada bulan juli diminta untuk

meningkatkan perlindungannya terhadap trainee asing. Bagaimanapun,

organisasi-organisasi yang membantu para trainee mendesak agar sistem

tersebut ditinjau ulang, mengklaim bahwa pekerjaan yang berlebihan

merupakan pelanggaran terhadap hak pribadi mereka.

Pada akhir bulan januari, sebuah kelompok bantuan menempatkan 6 perempuan

cina yang sedang mengikuti pelatihan kejuruan pada sebuah perusahaan jahit di

Yufu, perfektur Oita dibawah perlindungan kelompok tersebut setelah mereka

mengeluhkan kondisi kerja mereka yang memprihatinkan.

Mereka dipaksa untuk nerkerja hingga hampir tiba waktu fajar setiap hari.

Setelah operator pabrik mengetahui bahwa satu dari mereka mengeluh tentang

kondisi pekerjaannya kepada salah satu relasinya di jepang, pemimpin mereka

berusaha memaksa mereka untuk pulang ke cina.


“saya telah bekerja terlalu banyak dan ,mengalami sakit kepala” salah satu dari

mereka mengeluh kepada orgamisasi.

“kami hanya diberi waktu 10 menit untuk makan,” ujar yang lainnya.

Organisasi menemukan bahwa pemimpin perusahaan membayar uang lembur

setiap orang hanya 10.000 hingga 30.000 yen per bulannya walaupun mereka

telah melakukan lembur sebanyak 270 jam selama satu bulan. Disamping itu

juga perusahaan menyimpan buku bank para trainee.

Juga terdapat mantan trainee dari cina yang pernah bekerja pada sebuah pabrik

jahit di amakusa, perfektur kumamoto, hanya menerima 300 yen per jam untuk

uang lembur, kurang dari setengah upah minimum yang legal. Mantan trainee

tersebut telah mengajukan gugatan terhadap gaji yang tidak dibayarkan.

Juga terdapat masalah berkenaan dengan agensi perekrut trainee di negara asal

para trainee.

Salah satu agensi di cina mengiklankan di situs mereka bagi para trainee di

perusahaan-perusahaan jepang dibawah kondisi kerja yang ilegal, seperti kerja

lembur per jam dibayar 300 yen di pelatihan tahun pertama mereka.

Sebelum datang ke jepang, banyak trainee yang diharuskan membayar kepada

agensi perekrut mereka sejumlah deposit dan biaya-biaya lainnya, yang berkali-

kali lipat dari pendapatan rata-rata mereka. mereka biasanya meminjam uang

untuk membayar biaya-biaya tersebut, dan berfikir untuk membayar pinjaman

setelah mereka mengumpulkan gaji yang merek a kumpulkan di jepang.

“seringkali mereka tidak memiliki pilihan selain menerima kondisi-kondisi

pekerjaan yang tidak sah karena takut jika mereka akan dipaksa untuk kembalai

ke negara mereka sebelum mereka dapat membayar kembali hutang mereka,”

ujar seorang anggota dari sebuah perkumpulan.


Kementrian keasilan telah mengkonfirmasi bahwa terdapat total 452 peusahaan

dan organisasi-organisasi lainnya yang menerima para trainee asing dan

mempekerjakan mereka dalam praktek kerja ilegal tahun lalu. Sekitar 60 persen

dari mereka terlibat pelanggaran terhadap hukum-hukum yang berkaitan

dengan ketenagakerjaan, termasuk upah yang tidak dibayar dan uang lembur.

Sebuah survey yang dilakukan oleh JITCO menemukan bahwa total 34 trainee

meninggal pada tahun fiscal 2008. Mendekati setengahnya, yaitu 16 orang dari

mereka, meninggal karena penyakit hati dan otak yang seringkali disebabkan

karena sangat lamanya mereka bekerja setiap hari. Para ahli berkata bahwa

tinggi kemungkinannya mereka meninggal karena kelebihan kerja.

Dengan amandemen terhadap hukum pengawasan imigrasi dan pengakuan

status pengusngsi, hukum-hukum yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, yang

telah diberlakukan terhadap trainee asing pada tahun kedua mereka, sekarang

berlaku semenjak tahun pertama pelatihan mereka. sebagai akibatnya, sekarang

dijamin bahwa trainee asing dapat menandatangani kontrak yang sesuai dengan

pekerjaan yang sebenarnya, seperti para pekerja jepang.

Pemerintah telah siap untuk merevisi peraturan-peraturannya untuk

menginspeksi perusahaan-perusahaan yang menerima trainee asing setidaknya

satu bulan sekali untuk melihat kondisi kerja mereka legal dan juga menetapkan

sanksi keras bagi pebisnis yang terlibat dalam praktek-praktek ketenagakerjaan

ilegal dan secara tegas menganalisa ketentuan-ketentuan kontrak antara para

trainee asing dan agensi-agensi penerima di negara asal mereka.

Bagaimanapun, kelompok-kelompok pembantu mempertanyakan efektifitas dari

pengukuran-pengukuran tersebut, menunjukkan bahwa banyak dari mereka di

tahun kedua pelatihan menjadi subjek bagi praktek-praktek pekerjaan ilegal.


Pengacara Shoichi Ibusuki yang mengkhususkan diri pada isu-isu para trainee

asing, menggarisbawahi kebutuhan untuk berdiskusi dengan pihak-pihak yang

pro dan kontra terhadap penerimaan secara menyeluruh terhadap pekerja asing

dibandingkan merubah kondisi pekerjaan bagi trainee asing.

“peninjauan secara legal sendiri tidak dapat mencegah pelanggaran terhadap

hak-hak para trainee dan kematian karena kelebihan kerja/ lembur.

Dibandingkan membuat perubahan terhadap sistem yang sifatnya hanya pada

permukaannya saja, kita seharusnya mendiskusikan pihak pro dan kontra untuk

menerima tenaga kerja asing,” ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai