Sari
Formasi batuan pembawa-batubara di daerah Lampung Tengah terletak di tepi batas cekungan atau
bagian barat Cekungan Sumatra Selatan, dan secara fisiografi berada di dalam Lajur Palembang yang
berbatasan langsung dengan ujung selatan Lajur Barisan.
Fasies batuan di bagian bawah adalah konglomerat, batupasir konglomeratan, dan batupasir kuarsa.
Di bagian atas terdiri atas perselingan batulanau, serpih, batulempung, batulumpur, batugamping, dan ba-
tubara dengan sisipan serpih batubaraan serta batubara serpihan. Satuan fasies batuan pembawa-batubara
diyakini merupakan bagian Formasi Talangakar berlingkungan pengendapan mulai dari fluviatil – paralik,
yang semakin ke atas berubah menjadi sublitoral, dan berumur Oligo-Miosen. Kondisi lingkungan ini
berpengaruh kuat terhadap karakter dan jenis batubara yang terbentuk.
Secara stratigrafi, runtunan batuan ini ditindih selaras oleh satuan batugamping berumur Miosen Awal
-Tengah, dan diterobos oleh granodiorit berumur Miosen Tengah – Akhir. Batuan dasar runtunan batuan
sedimen berumur Tersier ini adalah batuan malihan Kelompok Gunungkasih dan granit berumur Kapur.
Sesar normal berarah barat laut - tenggara mengontrol daerah penelitian, dan mempengaruhi kemiringan
lapisan batubara ke arah utara - timur, dengan besar sudut kemiringan 15º - 23º. Batubara di daerah pene-
litian terendapkan dalam lingkungan hutan berawa basah, pada saat susut laut dengan tingkat penurunan
yang tinggi sampai menengah. Batubara ini termasuk ke dalam peringkat bituminus high volatile sampai
low volatile, sementara kematangan termalnya termasuk dalam kategori matang.
Kata kunci: batuan pembawa-batubara, Talangakar, Oligo-Miosen, Lampung Tengah, Cekungan Sumatra
Selatan
Abstract
The rock succession of coal bearing formation, situated in Lampung Tengah, occupies the basinal
margin or the western part of South Sumatra Basin. Physiographically, the rock succession lies in the
Palembang Zone which directly contacts with the southernmost Barisan Mountain Zone.
The rock facies consists of conglomerate, and conglomeratic and quartz sandstones in the lower part,
whilst the upper part comprises shale, claystone, mudstone, siltstone, and coal with coally shale and shaly
coal intercalations. The rock facies of coal bearing unit is strongly believed to be part of the Oligo - Miocene
Talangakar Formation deposited in a fluvial – paralic environment which further up section, it turns to be
a sub-littoral deposit. The depositional environment strongly affected the coal characteristics and type.
Stratigraphically, the rock unit is conformably overlain by the Early - Middle Miocene limestone unit
and is intruded by the Middle – Late Miocene granodiorite. The basement of the Tertiary rock succession
is metamorphics of the Gunungkasih Complex and the Cretaceous granitic rock.
The normal fault controlling the area studied has a northwest - southeast direction and it caused the
dip of coal trending north - east direction of 15º - 23º. The coal of the research area was deposited in wet
forest swamp environment within a high to medium subsidence level. The coal is grouped to a high to low
volatile bituminuous rank, included to a mature category.
Keywords: coal-bearing formation, Talangakar, Oligo-Miocene, Central Lampung, South Sumatra
Basin
Naskah diterima: 16 Januari 2009, revisi kesatu: 02 Februari 2009, revisi kedua: 02 April 2009, revisi terakhir: 01 Mei 2009
133
134 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 2 Juni 2009: 133-144
Metro
lapisan tudung (roof) dan lapisan lantai (floor),
Lokasi Penelitian
5 30’
serta sifat fisik, jenis, dan ketebalan batubara. Selain
5 30’
5 45’ 5 45’
itu, juga untuk mengetahui keterdapatan batubara
Kalianda
dalam runtunan batuan pembawanya, termasuk
di bagian mana batubara itu diendapkan. Seba-
6 00’
gai tambahan, dilakukan pula analisis petrografi
6 00’
104 00’ 104 30’ 105 00’ 105 30’ 106 00’
sinar fluoresen. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mendeskripsi jenis maseral dan material mineral,
Gambar 1. Peta lokasi penelitian. serta mengukur tingkat kematangan termal bahan
organik berdasarkan pengukuran indeks reflektansi
Tujuan penelitian adalah mengelompokkan jenis kelompok maseral vitrinit dalam batubara. Selain
batuan yang diduga termasuk Formasi Talangakar itu, diteliti pula kandungan maseral dan material
dalam suatu runtunan litologi untuk mengetahui mineral dari DOM dalam formasi batuan sedimen
gambaran secara menyeluruh keberadaan batubara, pembawa-batubara.
serta posisi stratigrafi, umur, dan lingkungan pe-
ngendapannya.
Penelitian ini meliputi pemetaan sebaran ba- Tataan Geologi Regional
tubara, pengamatan penampang terukur runtunan
batuan, dan pengamatan penampang stratigrafi hasil Fisiografi dan Morfologi
pemboran batubara dengan total kedalaman 270 m, Daerah penelitian, secara fisiografi terletak di
yang terbagi dalam 12 titik lubang bor. Kedalaman lereng timur Pegunungan Barisan, dan merupakan
tiap bor, yang bervariasi antara 15 - 30 m, digunakan bagian paling barat Cekungan Sumatra Selatan
untuk memastikan ketebalan, jumlah lapisan (seam), (Gambar 2).
dan sebaran batubara. Secara morfologi, daerah ini termasuk ke dalam
Pengamatan batubara pada setiap titik lubang bor kelompok wilayah pebukitan bergelombang dan
dilakukan dengan memerikan secara terperinci setiap pegunungan tinggi yang berlereng terjal. Aliran
meter inti (core) kedalaman pemboran, untuk meng- sungai, yang memperlihatkan arah aliran dari barat
hasilkan data geologi terperinci dan terukur yang yang merupakan Lajur Pegunungan Barisan ke arah
Karakteristik Batubara dan Batuan Sedimen Pembawanya, Formasi Talangakar,
di daerah Lampung Tengah (Kusnama dan H. Panggabean) 135
timur yang bermorfologi landai, mempunyai pola Secara takselaras di atas Kelompok Gunungkasih
dendritik (Gambar 3). terendapkan batuan gunung api bersusunan andesit,
sisipan tufit, dan setempat tuf padu yang merupakan
1020 1060
bagian Formasi Kikim dan hadir sebagai runtunan
980 100
0
1040
0
6 LU 0
6 LU
terbawah batuan sedimen dalam Cekungan Sumatra
Cekungan Sumatera Utara
Selatan bagian barat. Tetapi, di daerah penelitian,
satuan batuan ini hanya dijumpai berupa float di
1
Sub-Cekungan
Simeuleu
sungai yang merupakan sisa erosi daerah tinggian
2
3 LU
di bagian barat.
0
3LU
0
Cekungan
Si Sumatera Tengah Batuan tertua runtunan Tersier yang dijumpai di
FAULT
BATEE
me
3
ule
u
daerah penelitian adalah batuan gunung api andesit,
C
ek
4
Su an
un
b N
g
ia
as
0
5
0
akibat proses serpentinisasi dan epidotisasi, berumur
Ba
U
Ce
tu
ku
Cekungan
6
an
be
Me
Sumatera Selatan
Tarahan (Andi Mangga drr., 1993; Gambar 4 & 5).
ru
0 300 Km
nta
t
7
wa
Si
i
po
3 LS 30LS
ra
8
C
ek
Pa
un
Linggapura
9
ga
ga
10
i
30 45
BT
104 BT 104 105 BT
BT0
Be
gg Umb. Gedongdalam
ku
an
lu
Umb. Tanjunglilik
SFS Sistem Sesar Sumatera o Umb. Capang GEDONGHARTA
60 LS 60 LS
SF
S
98
0 Tomt TABUTAGANTUNG
102
0
1000 1040 1060
U 136
185 Tmb
an D
bu
10
BT. SASUDUH ga
Gambar 2. Posisi Linggapura dalam tataan tektonika dan 633 W
.P
en
n
ga
Cekungan Sumatra Selatan (modifikasi dari Gafoer, 1985; Bkt. Sapta Jaya
na
nd
in
Teo e
15
Pulunggono, 1985). 5
W
.P Umb. Balaitijang
Qal
Tmb
25
207 IH
15
E PUT
15
W.S
BT. ANAKTUHA
104 00’ 104 30’ 105 00’ 105 30’
Umb. Anaktuba Qhv U
106 00’
282
4 00’ 4 00’
U
10
20
30 05030’ LS
M
0 100 250 Km 45
AT
SAMUDERA
4 30’
HINDIA
4 30’ KETERANGAN
DAERAH Qal Aluvium Pzg Formasi Gunungkasih
PENELITIAN
KETERANGAN
Qhv Batuan Gunung Api Kuarter Desa
5 00’ Kotabumi Dataran rendah - pantai 5 00’
104 00’ 104 30’ 105 00’ 105 30’ 106 00’
PLIOSEN
Secara tektonika, daerah ini berada di ujung
paling selatan sistem Sesar Besar Sumatra, pada
Fm. Muaraenim Batulempung, batulanau dan batu-
pasir tufan dan sisipan batubara.
Akhir
(Gambar 6).
Gambar 5. Kolom stratigrafi daerah Linggapura.
105 05’ BT 105 10’ BT 105 15’ BT
5 15’ LS ST 1
Lembah Saptajaya
ST 2
lir
SC 5 SM 01A25
SC 6
Hi
16 ST 3
48
SC 6 Sungai Penandingan Kiri 13
an
16 SC 1 ST 4
C1 21 ST 6
ing
ST 5
nd
C 2 SM 01B ST 7
SC 3 12
ena
SC 4 ST 8 14
ai P
ST 9
ng
ST 10
Su
dan batubara serpihan (shaly coal). Seri batuan ini 12
12
ST 11
ST 12 SM 36 A,B,C
Batupasir
Tebal Litologi Lempung
H SH M Ksr Sksr Grv
0 20’/12 Batubara, hitam, banded, getas, parting lempung hitam (15 cm) ditutupi di atas-
2m nya sebagai atap batulempung hitam. Tebal batubara sekitar 80 cm.
10m
Konglomerat kuarsa, butiran 1-2 cm, membundar - membundar tanggung, matriks
pasir kuarsa kasar, terpilah buruk, berlapis buruk, kemas tertutup dan padu.
Sisipan batupasir sangat kasar, kelabu kecoklatan, terpilah buruk, dominan kuarsa,
pejal.
20m
Batupasir kuarsa, kelabu-coklat, kasar - sangat kasar, bersudut, pilahan buruk, ber-
lapis silang siur planar.
40m
Batupasir kelabu terang - kelabu kekuningan, dominan kuarsa, sangat keras, terpi-
lah buruk, berlapis tebal (> 50 cm) perlapisan silang siur planar (20-40 cm) dan
sejajar (20-30 cm).
50m
Serpih, kelabu-kelabu gelap, lunak dan getas, karbonan dengan selingan batulanau
tipis (1-3 cm); tebal 85 cm.
0 53’/24 Batulempung kelabu - kelabu terang, agak lunak, dengan selingan batulanau berla-
pis sejajar (10-20 cm) dan serpih batubaraan, hitam, getas, belahan sempurna, dan
berlapis tipis (1-5 cm).
60m
Batupasir, kelabu kecoklatan, sangat kasar, dominan kuarsa, perlapisan silang siur
68m siur dan sebagian pejal.
membundar tanggung, yang tertanam dalam massa Bentuk butiran dan pilahan konglomerat ini men-
dasar batupasir kasar - menengah dan batulempung. cirikan bahwa fragmen batuan ini telah mengalami
Jurus lapisan konglomerat berarah N 315º -325º E transportasi cukup jauh dengan energi cukup kuat.
dengan kemiringan lapisan sekitar 5º - 20º ke arah Tebal lapisan konglomerat berkisar dari 1 sampai 5 m
timur - timur laut. (Gambar 8).
138 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 2 Juni 2009: 133-144
Batupasir
Serp
ih b
atub
araa
n
Batubara
Serp
ih b
atub
araa
n
Batulempung
berdekatan dengan retas andesit yang menerobos bur dan mudah lepas kalau dipukul, memperlihatkan
lapisan batuan ini. Tebal lapisan batulempung ini struktur menjarum. Pada lapisan ini rasio batubara
sekitar 4 m, memperlihatkan sudut kemiringan agak dengan batulempung hampir 1 : 2.
tajam, sebagian karbonan berwarna kehitaman, dan
memiliki struktur belah choncoidal. Lensa tipis-tipis Lembah Saptajaya
batubara skala kecil menyebar hampir di seluruh Runtunan batuan di Lembah Saptajaya terdiri
lapisan batulempung ini. atas tiga fasies batuan, yakni konglomerat, perse-
Sementara itu, bagian lantai (alas) berupa batu- lingan batulempung dan batulanau, dan paling atas
lempung sebagian serpihan (Gambar 10), agak gem- adalah fasies serpih dan batupasir (Gambar 11).
Batupasir
Tebal Litologi Lempung
H SH M Ksr Sksr Grv
2m
4m
Batupasir, kelabu, berbutir menengah - kasar, terdiri atas kuarsa,
mineral pirit dalam matriks felspar dan lempung, pilahan buruk,
kemas tertutup terkonsolidasi baik, bentuk butir menyudut tang-
gung-membundar tanggung. Perlapisan silang-siur dan sejajar
umum dijumpai. Batupasir ini diduga merupakan sisa erosi batu-
10m
an terubah dan batuan tua seperti granit dan malihan.
30m
Batubara hitam dengan kilap sutera, goresan hitam, Sebagian
kusam (dull), parting serpih lempungan, sifat beban ringan,
berlapis baik; Tebal batubara 100 - 140 cm.Bagian bawah lapisan
batubara mengandung sisipan pirit warna kekuningan berupa
lensa-lensa dengan tebal 1 - 5 cm
40m
50m
Batulempung kelabu - kelabu terang, agak lunak, dengan selingan
batulanau berlapis sejajar (10-20 cm) dan serpih batubaraan hitam,
getas, belahan sempurna, dan berlapis tipis (1-5 cm)
60m
Fasies batuan paling bawah di Lembah Sapta- perlihatkan warna kehitaman agak keabuan dengan
jaya terdiri atas konglomerat, kelabu terang agak kilap cukup baik.
kekuningan, yang komponennya dikuasai oleh Berbeda dengan singkapan di Sungai Penan-
kepingan kuarsa dan kuarsit putih kekuningan, dingan, batuan pembawa-batubara di Lembah Sapta-
berbutir kasar – menengah, dengan bentuk butiran jaya, serpihnya bercampur dengan batupasir berbutir
membundar – membundar tanggung; massa dasar kasar (Gambar 12), yang banyak mengandung buntal
terdiri atas batupasir kasar – menengah, padu, pi- oksida besi berukuran pasir sampai kerakal.
lahan buruk – menengah, dan kemas tertutup. Ber- Adanya retas batuan beku andesit yang menero-
dasarkan bentuk butiran yang membundar, diduga bos runtunan serpih – batulumpur, memungkinkan
fasies konglomerat ini merupakan hasil endapan pematangan batubara menjadi lebih bagus. Dari
longsoran yang telah terangkut cukup jauh, dengan beberapa contoh batubara yang diambil terlihat
kepingan pembentuk batuan berasal dari batuan alas adanya penurunan tingkat kadar air.
granitan (Granit Seputih) dan malihan (Formasi
Gunungkasih).
Fasies bagian tengah terdiri atas perselingan
batulempung dan batulanau. Batulempung, kelabu
kehitaman, berlapis baik, tebal perlapisan 5 – 10 cm, Batupasir
karbonan; mudah diremas, dengan struktur sedimen
berupa perlapisan sejajar. Batulanau, kelabu, keras,
berlapis baik, tebal perlapisan 1 – 3 cm.
Secara jelas, di atas perselingan batulempung dan
batulanau terendapkan batubara hitam dengan kilap
sutera, goresan hitam, sifat beban ringan, sebagian
kusam, parting berupa serpih lempungan dengan Serpih karbonan
tebal 1 – 3 cm; beberapa lapisan tipis pirit dengan
warna kuning kehijauan dijumpai di bagian bawah
lapisan batubara. Tebal lapisan batubara berkisar
antara 80 - 100 cm. Gambar 12. Potret sentuhan antara serpih karbonan dan batu-
Fasies paling atas terdiri atas serpih, kelabu pasir. Lokasi Lembah Saptajaya.
kehitaman, berlapis baik dengan tebal perlapisan
antara 1 – 3 cm, mengandung lensa tipis karbon
dan batulempung. Struktur sedimen yang dijumpai Diskusi dan Pembahasan
berupa perlapisan sejajar dan silang siur skala kecil.
Di bagian bawahnya mengandung banyak lapisan ti- Sedimentologi dan Data Pemboran
pis batubara; paling bawah adalah serpih batubaraan Berdasarkan data sebelas titik bor (Gambar
dengan tebal 30 cm. 13), variasi runtunan litologi di daerah penelitian
Singkapan lapisan batubara di Lembah Saptajaya dikuasai oleh satuan batuan konglomerat, batupasir
terbuka akibat tertoreh erosi yang kemungkinan kuarsa, batulempung, batulumpur, serpih, batulanau,
besar oleh sesar normal yang melewatinya. Batuan andesit, aglomerat/tuf, dan sisipan batubara.
sedimen karbonan yang berupa batubara serpihan Pemboran dilakukan dengan sistem kisi (grid-
dan serpih batubaraan, tersingkap sebagai sisipan ing). Jarak antar titik lubang bor masing-masing 100
dalam lapisan batubara. Singkapan batuan sedimen m dan total kedalaman seluruh lubang bor adalah 270
pembawa-batubara ini menunjukkan kemiringan ke m. Dari kesebelas titik lubang bor, yang mengandung
arah timur laut. lapisan batubara adalah sebanyak tujuh titik, yakni
Perselingan serpih batubaraan dengan batulanau DH 01, DH 02, DH 03, DH 06, DH 07, DH 08 dan
memiliki rasio sekitar 3 : 2. Ketebalan runtunan DH 09. Kedalaman pemboran berkisar antara 25
perselingan batuan ini dalam singkapan yang ter- m – 30 m. Di dalam ketujuh lubang bor tersebut,
buka mencapai 15 m, sedangkan ketebalan serpih ketebalan lapisan batubara memiliki variasi antara
batubaraan berkisar antara 2 – 20 cm, dan mem- 50 cm sampai dengan 300 cm.
Karakteristik Batubara dan Batuan Sedimen Pembawanya, Formasi Talangakar,
di daerah Lampung Tengah (Kusnama dan H. Panggabean) 141
Sesar 40 KETERANGAN
n
na
Pe
Gambar 13. Peta sebaran batuan dan lokasi titik bor di Lem-
bah Saptajaya. Gambar 14. Korelasi titik bor DH-2-3-4-6 di Lembah Sapta-
jaya.
Lembah Saptajaya
Dari kelima titik bor di Lembah Saptajaya, yang S U
batu-lempung;
• Lapisan kedua pada kedalaman 20-25 m, terdapat
pada fasies serpih dan batulempung-batulanau;
30 30
bahwa lapisan batubara terhenti pada bor DH 06, Serpih/batulumpur Andesit Tuf pasiran
Hasil korelasi antar kesebelas lubang bor Percontoh batubara yang memiliki kandungan
menunjukkan bahwa keberadaan batubara secara pengotor mineral lempung paling tinggi diperlihat-
lateral kemungkinan terkontrol oleh adanya struktur kan oleh SM 36B, SM36A, SM 36F, dan SM 50
sesar normal. Beberapa titik lubang bor yang negatif yang masing-masing nilainya adalah 58,0 %, 65,4 %,
(tidak ditemukan batubara) terletak pada posisi atau 80,4 %, dan 83,8 %.
daerah pergeseran turun. Perbedaan litologi lantai Reflektan vitrinit maksimum paling tinggi deng-
dan tudung batubara juga terlihat jelas pada hasil an kandungan pengotor lempung rendah dimiliki
korelasi dari beberapa titik lubang bor. oleh SM01B (1,34 %), SM 36C (1,17 %) dan SM
48 (1,61 %).
Lingkungan Pengendapan Semua percontoh yang dianalisis mengandung
Bagian bawah satuan batuan pembawa-batubara mineral pirit, namun hanya dua percontoh yang
dikuasai oleh konglomerat yang memiliki bentuk kandungan piritnya di bawah 1 % yakni SM 50
butir membundar yang mencerminkan telah terang- dan SM 52, yang diambil dari Sungai Penandingan.
kut cukup jauh dan berlingkungan darat. Kemudian Sementara itu, percontoh lainnya memiliki kandung-
diikuti oleh perselingan batulempung dan batulanau an pirit dari 1,0 % sampai 12,0 %. Dari proporsi
mengandung sisipan batubara, dan semakin ke atas kandungan pirit yang diduga kuat jenis framboid
menjadi serpih karbonan dan sisipan batugamping. mengindikasikan bahwa endapan batubara ini sangat
Dari runtunan ini maka diperkirakan lingkungan dipengaruhi oleh lingkungan marin.
pengendapan batuan sedimen pembawa-batubara Berdasarkan perbandingan kombinasi beberapa
ini adalah sublitoral – laut dangkal. maseral, Diessel (1986) memperkenalkan istilah
“Gelification Index” (GI) dan “Tissue Preservation
Tipe, Peringkat, dan Lingkungan Pengendapan Index” (TPI). Hasil perbandingan tersebut dapat
Batubara digunakan untuk merekonstruksi lingkungan bahan
Analisis petrografi organik lengkap telah dilak- pembentuk batubara. GI dan TPI tersebut dapat
sanakan terhadap sembilan contoh batubara dan diformulasikan sebagai berikut:
memberikan hasil seperti terlihat pada Tabel 1. Vitrinit + Makrinit
Batubara di daerah Linggapura memperlihatkan GI = Intertinit Total tanpa Makrinit
bahwa bahan organik utama penyusunnya terdiri
atas kelompok maseral vitrinit sebanyak 5,6 - 96,0 %, Telovitrinit + Semifusinit + Fusinit
TPI = Detrovitrinit + Makrinit + Inertodetrinit
eksinit sebanyak 0,2 - 2,0 %, dan inertinit 0,2 -
1,8 %. Bahan mineral pengotor terdiri atas mineral Nilai TPI perconto batubara yang berkisar
lempung 1,8 - 83,8 %, pirit sebanyak 0,4 - 12 %, dari 0,4 – 5,33 mengindikasikan tumbuhan yang
dan karbonat 0,4 - 4,8 %. Nilai reflektan vitrinit mengandung tissue sangat berkembang baik pada
maksimum batubara adalah 0,84 - 1,61 % dengan batubara. Harga GI yang berkisar antara 27,85
nilai reflektan rata-rata antara 0,68 - 1,43 % (Tabel – 161 menggambarkan lingkungan batubara di
1). Kisaran nilai reflektan ini memperlihatkan bahwa daerah penelitian berada pada lingkungan basah
batubara termasuk peringkat bituminus high sampai (subaqeous; Gambar 16).
low volatile. Hasil kombinasi dari harga GI dan TPI, yang
Kandungan telovitrinit yang cukup tinggi dengan telah diplot ke dalam Diagram Diessel (Gambar 16),
kisaran 60,4 - 79,6 % terdapat dalam percontoh SM menunjukkan bahwa batubara (SM 01B dan SM
01B, SM 36C, SM 48, dan SM 55. Kandungan de- 55) diendapkan pada lingkungan basah, tepatnya
trovitrinit yang paling tinggi dari sembilan percontoh wet forest swamp, sementara SM 36A dan SM 50
dimiliki oleh SM01B, SM36B, dan SM 52 yang di endapkan di lingkungan marsh. Nilai GI dan nilai
masing-masing memiliki nilai 25,8 %, 31,2 %, dan TPI memperlihatkan lingkungan pengendapan dae-
40,6 %; sedangkan sisanya berada pada kisaran 10,8 - rah penelitian adalah wet forest swamp (telmatic) dan
22,2 %. Kandungan vitrinit paling tinggi dimiliki oleh marsh (limnic). Hasil tersebut di atas menggambar-
SM01B, SM 36C dan SM 48, yang masing-masing kan lingkungan pengendapan daerah telitian berada
bernilai 90,2, 94,8, dan 96,0 %, sementara contoh pada saat genang laut dengan tingkat penurunan
lainnya antara 31,8 % - 52,4 %. (subsidence) yang tinggi sampai menengah.
Karakteristik Batubara dan Batuan Sedimen Pembawanya, Formasi Talangakar,
di daerah Lampung Tengah (Kusnama dan H. Panggabean) 143
N0 Rv Rv
N0 Tl Dt Gl V Sf Sc Idt I Re Sb E Cly Carb Py MM Rv
Contoh min max
1 SM01B 67,4 25,8 - 90,2 0,2 - 0,2 0,4 - - - 3,6 4,8 1,0 9,4 1,01 1,34 1,0
2 SM36A 0,6 13,8 - 14,4 - 0,4 - 0,4 - - - 80,4 2,2 2,6 85,2 0,88 1,04 0,94
3 SM36B 7,8 31,2 - 39,0 - - - - - - - 58,0 1,4 1,6 61,0 0,84 1,04 0,92
4 SM36C 79,6 15,2 - 94,8 - - - - - - - 1,8 - 3,4 5,2 1,05 1,17 1,08
5 SM36F 0,4 5,2 - 5,6 - - - - - - - 83,8 3,8 6,8 94,4 0,55 0,84 0,68
6 SM48 74,0 22,0 - 96,0 - - - - 0,2 - 0,2 2,0 0,4 1,4 3,8 1,29 1,61 1,43
7 SM50 9,2 22,2 0,4 31,8 - 0,2 - 0,2 - - - 65,4 2,0 0,6 68,0 0,90 1,25 0,98
8 SM52 11,6 40,6 0,2 52,4 - - - - - - - 42,8 4,4 0,4 47,6 0,82 1,02 0,90
9 SM55 60,4 10,8 0,6 71,8 0,2 1,2 0,4 1,8 1,8 0,2 2,0 2,4 - 12,0 24,4 0,68 0,93 0,72
Kesimpulan
150 SM 01 B
SM 36 A
Fen
Swamp
5,0
Transgresive
kasar – menengah, dan terkadang konglomeratan;
semakin ke atas berubah menjadi serpih, batulumpur,
1,0 dan batulempung-batulanau.
0,5
Regressive
Lingkungan pengendapan satuan batuan pemba-
Dry Forest
Open Marsh Swamp wa-batubara diduga fluviatil, yang secara berang-
TERRESTRIAL sur ke arah atas terpengaruh oleh lingkungan laut
0,1
0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
dangkal. Kondisi ini ditunjukkan oleh keterdapatan
konglomerat yang ditindih oleh perselingan batu-
TISSUE PRESERVATION INDEX (TPI)
daerah Linggapura termasuk ke dalam bituminus Symposium of Department Geology, University of New
yaitu masuk peringkat high volatile sampai low Castle, New South Wales, h. 19-22.
Gafoer, S.dan Pardede, R., 1988. Geologi Lembar Baturaja,
volatile.
skala 1 : 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
Ucapan Terima Kasih---Terima kasih para penulis ucapkan Kusnama, Andi Mangga, S., dan Sukarna, D., 1992. Tertiary
kepada Ketua Kelompok Dinamika Cekungan dan rekan stratigraphy and tectonic evolution of southern Sumatra.
sejawat yang memberikan saran ilmiah untuk peningkatan Geological Society of Malaysia, Bulletin, 33, h. 143-
kualitas isi makalah. Kepada Sdr. Ridwan Risnadi, Hery 152.
Hermiyanto dan yang telah memberikan bantuan dalam Kusnama, 2003. The significance of sedimentary rocks of the
penyelesaian makalah ini, para penulis juga mengucapkan Bengkulu Basin in the development of the Fore Arc Basin,
terima kasih. Sumatra. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral , XII
(126-132), h. 2-13.
Kusnama, 2004. Tertiary succession of the Gedongharta
Accuan Region and its relation to the tectonic of South Sumatra.
Special Publication No. 31, GRDC, Bandung, h. 14-
Andi Mangga, S., Amiruddin, Suwarti, T., Gafoer, S., dan 23.
Sidarto, 1993. Peta Geologi Lembar Tanjungkarang, Pulunggono, A., 1985. The changing pattern of ideas on
Sumatra, skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Sundaland within the last hundred years, its implications
Pengembangan Geologi, Bandung. to oil exploration. Proceedings 14th Annual Convention
Diessel, C.F.K., 1986. On the correlation between coal Indonesian Petroleum Association, Jakarta, 1, h. 347-
facies and depositional environments. Proceedings 20th 348.