Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No.

2 Juni 2009: 133-144

Karakteristik Batubara dan Batuan Sedimen Pembawanya,


Formasi Talangakar, di daerah Lampung Tengah

Kusnama dan Hermes Panggabean

Pusat Survei Geologi, Badan Geologi


Jl. Diponegoro 57 Bandung

Sari
Formasi batuan pembawa-batubara di daerah Lampung Tengah terletak di tepi batas cekungan atau
bagian barat Cekungan Sumatra Selatan, dan secara fisiografi berada di dalam Lajur Palembang yang
berbatasan langsung dengan ujung selatan Lajur Barisan.
Fasies batuan di bagian bawah adalah konglomerat, batupasir konglomeratan, dan batupasir kuarsa.
Di bagian atas terdiri atas perselingan batulanau, serpih, batulempung, batulumpur, batugamping, dan ba-
tubara dengan sisipan serpih batubaraan serta batubara serpihan. Satuan fasies batuan pembawa-batubara
diyakini merupakan bagian Formasi Talangakar berlingkungan pengendapan mulai dari fluviatil – paralik,
yang semakin ke atas berubah menjadi sublitoral, dan berumur Oligo-Miosen. Kondisi lingkungan ini
berpengaruh kuat terhadap karakter dan jenis batubara yang terbentuk.
Secara stratigrafi, runtunan batuan ini ditindih selaras oleh satuan batugamping berumur Miosen Awal
-Tengah, dan diterobos oleh granodiorit berumur Miosen Tengah – Akhir. Batuan dasar runtunan batuan
sedimen berumur Tersier ini adalah batuan malihan Kelompok Gunungkasih dan granit berumur Kapur.
Sesar normal berarah barat laut - tenggara mengontrol daerah penelitian, dan mempengaruhi kemiringan
lapisan batubara ke arah utara - timur, dengan besar sudut kemiringan 15º - 23º. Batubara di daerah pene-
litian terendapkan dalam lingkungan hutan berawa basah, pada saat susut laut dengan tingkat penurunan
yang tinggi sampai menengah. Batubara ini termasuk ke dalam peringkat bituminus high volatile sampai
low volatile, sementara kematangan termalnya termasuk dalam kategori matang.
Kata kunci: batuan pembawa-batubara, Talangakar, Oligo-Miosen, Lampung Tengah, Cekungan Sumatra
Selatan

Abstract
The rock succession of coal bearing formation, situated in Lampung Tengah, occupies the basinal
margin or the western part of South Sumatra Basin. Physiographically, the rock succession lies in the
Palembang Zone which directly contacts with the southernmost Barisan Mountain Zone.
The rock facies consists of conglomerate, and conglomeratic and quartz sandstones in the lower part,
whilst the upper part comprises shale, claystone, mudstone, siltstone, and coal with coally shale and shaly
coal intercalations. The rock facies of coal bearing unit is strongly believed to be part of the Oligo - Miocene
Talangakar Formation deposited in a fluvial – paralic environment which further up section, it turns to be
a sub-littoral deposit. The depositional environment strongly affected the coal characteristics and type.
Stratigraphically, the rock unit is conformably overlain by the Early - Middle Miocene limestone unit
and is intruded by the Middle – Late Miocene granodiorite. The basement of the Tertiary rock succession
is metamorphics of the Gunungkasih Complex and the Cretaceous granitic rock.
The normal fault controlling the area studied has a northwest - southeast direction and it caused the
dip of coal trending north - east direction of 15º - 23º. The coal of the research area was deposited in wet
forest swamp environment within a high to medium subsidence level. The coal is grouped to a high to low
volatile bituminuous rank, included to a mature category.
Keywords: coal-bearing formation, Talangakar, Oligo-Miocene, Central Lampung, South Sumatra
Basin

Naskah diterima: 16 Januari 2009, revisi kesatu: 02 Februari 2009, revisi kedua: 02 April 2009, revisi terakhir: 01 Mei 2009

133
134 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 2 Juni 2009: 133-144

Pendahuluan meliputi kolom-kolom variasi batuan dan jumlah


lapisan batubara di setiap titik lubang bor.
Daerah penelitian terletak di desa Linggapura,
Kecamatan Selagai, Kabupaten Lampung Tengah,
Provinsi Lampung, pada koordinat 104˚30’ - 105˚ Metodologi
BT dan 5˚15’ - 5˚30’ LS (Gambar 1). Penelitian
dilaksanakan dalam dua tahap yakni tahap 1 pada Penelitian dilakukan dengan metode pemetaan
tahun 2004 dan tahap 2 tahun 2005. permukaan secara terukur untuk setiap runtunan
batuan pembawa-batubara, yang tersingkap terutama
sepanjang Sungai Penandingan yang melalui daerah
104 00’ 104 30’ 105 00’ 105 30’ 106 00’
penelitian. Rekaman data lapangan meliputi struk-
4 00’
Provinsi Sumatera Selatan 4 00’ tur sedimen yang dijumpai, hubungan antar satuan
U Wiralaga
batuan apakah menerus atau berupa ketakselarasan,
0 200 Km
4 30’ 4 30’ jenis batuan, tebal, kemiringan lapisan, kandungan
fosil kalau memungkinkan, dan komposisi batuan/
5 00’
Manggala
5 00’ mineral yang terdapat dalam batuan klastika.
Provinsi Lampung Selanjutnya setiap lapisan batubara dikelompok-
Kotabumi
kan ke dalam seam tertentu. Pengelompokan ini
dimaksudkan untuk membedakan variasi batuan
5 15’ 5 15’

Metro
lapisan tudung (roof) dan lapisan lantai (floor),
Lokasi Penelitian

5 30’
serta sifat fisik, jenis, dan ketebalan batubara. Selain
5 30’

Lampung Tengah BANDAR LAMPUNG

5 45’ 5 45’
itu, juga untuk mengetahui keterdapatan batubara
Kalianda
dalam runtunan batuan pembawanya, termasuk
di bagian mana batubara itu diendapkan. Seba-
6 00’
gai tambahan, dilakukan pula analisis petrografi
6 00’

Selat Sunda batubara dengan menggunakan mikroskop atas


dasar metode optik sinar pantul dengan dan tanpa
Lokasi Penelitian

104 00’ 104 30’ 105 00’ 105 30’ 106 00’
sinar fluoresen. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mendeskripsi jenis maseral dan material mineral,
Gambar 1. Peta lokasi penelitian. serta mengukur tingkat kematangan termal bahan
organik berdasarkan pengukuran indeks reflektansi
Tujuan penelitian adalah mengelompokkan jenis kelompok maseral vitrinit dalam batubara. Selain
batuan yang diduga termasuk Formasi Talangakar itu, diteliti pula kandungan maseral dan material
dalam suatu runtunan litologi untuk mengetahui mineral dari DOM dalam formasi batuan sedimen
gambaran secara menyeluruh keberadaan batubara, pembawa-batubara.
serta posisi stratigrafi, umur, dan lingkungan pe-
ngendapannya.
Penelitian ini meliputi pemetaan sebaran ba- Tataan Geologi Regional
tubara, pengamatan penampang terukur runtunan
batuan, dan pengamatan penampang stratigrafi hasil Fisiografi dan Morfologi
pemboran batubara dengan total kedalaman 270 m, Daerah penelitian, secara fisiografi terletak di
yang terbagi dalam 12 titik lubang bor. Kedalaman lereng timur Pegunungan Barisan, dan merupakan
tiap bor, yang bervariasi antara 15 - 30 m, digunakan bagian paling barat Cekungan Sumatra Selatan
untuk memastikan ketebalan, jumlah lapisan (seam), (Gambar 2).
dan sebaran batubara. Secara morfologi, daerah ini termasuk ke dalam
Pengamatan batubara pada setiap titik lubang bor kelompok wilayah pebukitan bergelombang dan
dilakukan dengan memerikan secara terperinci setiap pegunungan tinggi yang berlereng terjal. Aliran
meter inti (core) kedalaman pemboran, untuk meng- sungai, yang memperlihatkan arah aliran dari barat
hasilkan data geologi terperinci dan terukur yang yang merupakan Lajur Pegunungan Barisan ke arah
Karakteristik Batubara dan Batuan Sedimen Pembawanya, Formasi Talangakar,
di daerah Lampung Tengah (Kusnama dan H. Panggabean) 135

timur yang bermorfologi landai, mempunyai pola Secara takselaras di atas Kelompok Gunungkasih
dendritik (Gambar 3). terendapkan batuan gunung api bersusunan andesit,
sisipan tufit, dan setempat tuf padu yang merupakan
1020 1060
bagian Formasi Kikim dan hadir sebagai runtunan
980 100
0
1040
0
6 LU 0
6 LU
terbawah batuan sedimen dalam Cekungan Sumatra
Cekungan Sumatera Utara
Selatan bagian barat. Tetapi, di daerah penelitian,
satuan batuan ini hanya dijumpai berupa float di
1

Sub-Cekungan
Simeuleu
sungai yang merupakan sisa erosi daerah tinggian
2

3 LU
di bagian barat.
0
3LU
0

Cekungan
Si Sumatera Tengah Batuan tertua runtunan Tersier yang dijumpai di
FAULT
BATEE

me
3

ule
u
daerah penelitian adalah batuan gunung api andesit,
C
ek

4
Su an
un

b N
g

yang telah mengalami ubahan, berwarna kehijauan


Ni

ia
as

0
5

0
akibat proses serpentinisasi dan epidotisasi, berumur
Ba

U
Ce
tu

ku

Eosen – Oligosen, dan lebih dikenal sebagai Formasi


ng
Si

Cekungan
6
an
be

Me

Sumatera Selatan
Tarahan (Andi Mangga drr., 1993; Gambar 4 & 5).
ru

0 300 Km
nta
t

7
wa
Si

i
po

3 LS 30LS
ra

8
C
ek
Pa

un

Linggapura
9
ga
ga

1-11 Jumlah Segmen 00


n

10
i

30 45
BT
104 BT 104 105 BT
BT0
Be

Sesar Besar Sumatera En


050515’
0 LS
15’LS
11
ng

gg Umb. Gedongdalam
ku

an
lu

Umb. Tanjunglilik
SFS Sistem Sesar Sumatera o Umb. Capang GEDONGHARTA
60 LS 60 LS
SF
S

MFZ Lajur Sesar Mentawai M Tomt


FZ
Tomt Umb.Durianlunos
Tomt

98
0 Tomt TABUTAGANTUNG
102
0
1000 1040 1060
U 136
185 Tmb
an D
bu
10

BT. SASUDUH ga
Gambar 2. Posisi Linggapura dalam tataan tektonika dan 633 W
.P
en
n
ga
Cekungan Sumatra Selatan (modifikasi dari Gafoer, 1985; Bkt. Sapta Jaya
na
nd
in
Teo e
15

Pulunggono, 1985). 5
W
.P Umb. Balaitijang
Qal
Tmb
25

207 IH
15

E PUT
15
W.S
BT. ANAKTUHA
104 00’ 104 30’ 105 00’ 105 30’
Umb. Anaktuba Qhv U
106 00’
282
4 00’ 4 00’
U
10

LAUT CINA Pzg


SELATAN
Tmg 0 500 m 1Km
Kgr Tmg
05
0530’LS
00
30’LS
SU

20

30 05030’ LS
M

0 100 250 Km 45
AT

104 104 105


RE
A

SAMUDERA
4 30’
HINDIA
4 30’ KETERANGAN
DAERAH Qal Aluvium Pzg Formasi Gunungkasih
PENELITIAN
KETERANGAN
Qhv Batuan Gunung Api Kuarter Desa
5 00’ Kotabumi Dataran rendah - pantai 5 00’

Tmb Formasi Baturaja Sungai


5 15’ Pegunungan 5 15’
Metro Tmg Formasi Gumai Jalan Raya
Pebukitan bergelombang
5 30’
5 30’
Tomt Formasi Talangakar 207 Titik Ketinggian
BANDAR LAMPUNG
Kerucut gunungapi
Teo Formasi Tarahan Sesar
Sungai
Daerah Penelitian Kgr Granit Seputih Lokasi Penelitian

104 00’ 104 30’ 105 00’ 105 30’ 106 00’

Gambar 4. Peta geologi daerah penelitian (Andi Mangga


Gambar 3. Satuan morfologi regional Linggapura (Andi drr., 1993).
Mangga drr., 1993).

Secara takselaras, di atas Formasi Tarahan


Stratigrafi terendapkan runtunan konglomerat yang umum-
Di daerah penelitian yang dianggap sebagai nya berkomponen kuarsa berbutir kasar berwarna
batuan dasar adalah batuan malihan berderajat ren- kelabu kekuningan di bagian bawahnya, yang
dah dan batuan sedimen berumur Pratersier. Batuan secara berangsur ke arah atas menjadi batupasir
malihan tersusun atas sekis, filit, dan migmatit Ke- kasar-menengah sampai halus dengan massa dasar
lompok Gunungkasih, yang diduga umurnya sekitar dominan kuarsa, sedikit batuan malih, dan fragmen
Permo-Karbon dan termalih secara regional. batuan lain. Semakin ke atas, runtunan ini menjadi
136 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 2 Juni 2009: 133-144

Sementara itu, perlipatan juga mempunyai arah


UMUR LITOLOGI PERIAN
sumbu barat laut – tenggara. Pola struktur geologi
HOLOSEN
ini sangat mempengaruhi ketebalan dan sebaran
formasi pembawa-batubara serta sebaran batubara
PLISTOSEN
itu sendiri.
Tuf dasitan-riolitan, batupasir tuf
Fm. Lampung dan tuf berbatuapung.

PLIOSEN
Secara tektonika, daerah ini berada di ujung
paling selatan sistem Sesar Besar Sumatra, pada
Fm. Muaraenim Batulempung, batulanau dan batu-
pasir tufan dan sisipan batubara.
Akhir

segmen Sesar Semangko yang berarah barat laut –


Perselingan bt.lempung dan bt.pasir
Fm. Airbenakat dgn sisipan konglomerat gampingan
MIOSEN

napal, dan serpih


Batuan Terobosan
Tengah
Fm Gumai
(Granit, Granodiorit
Diorit & Dasit) Perselingan serpih,
napal dan Bt.gamping
tenggara (Gambar 2), searah dengan sumbu Pulau
Sumatra (Kusnama drr., 1992; Kusnama 2003).
bt.lempung terumbu dan
kalkarenit bersisipan
Fm Baturaja serpih gampingan
dan napal.
Awal
Batubara Breksi konglomeratan, bt.pasir kuarsa
dan di bagian atas batulanau, serpih
Fm. Talangakar dan bt.gamping dan sisipan batubara
OLIGOSEN
Litofasies Formasi Pembawa Batubara
EOSEN
Fm. Tarahan Tuf, breksi dengan sisipan tufit

Berdasarkan lokasi singkapan yang ada di per-


PALEOSEN
mukaan, litofasies formasi pembawa-batubara di
Metasedimen,
wilayah Linggapura ini dijumpai di dua wilayah,
yakni Sungai Penandingan dan Lembah Saptajaya
sekis,kuarsit,
Kelompok Granit Granit, granodiorit,
PRATERSIER Way Seputih
marmer, genes granodiorit biotit
Gunungkasih dan sedikit migmatit

(Gambar 6).
Gambar 5. Kolom stratigrafi daerah Linggapura.
105 05’ BT 105 10’ BT 105 15’ BT
5 15’ LS ST 1
Lembah Saptajaya
ST 2

serpih warna kelabu gelap, yang berselingan dengan

lir
SC 5 SM 01A25
SC 6

Hi
16 ST 3
48
SC 6 Sungai Penandingan Kiri 13

an
16 SC 1 ST 4
C1 21 ST 6

ing
ST 5

batulumpur dan lempung kelabu, agak karbonan, SC 2 21

nd
C 2 SM 01B ST 7
SC 3 12

ena
SC 4 ST 8 14

ai P
ST 9

mengandung sisipan serpih batubaraan (coaly shale) Andesit

ng
ST 10

Su
dan batubara serpihan (shaly coal). Seri batuan ini 12
12
ST 11

ST 12 SM 36 A,B,C

memperlihatkan lingkungan pengendapan fluviatil –


16
ST 13
ST 14

paralik, dan semakin ke atas menjadi sublitoral, yang 24


ST 17 ST 15
ST 18 ST 16
(swimming pool)

mencirikan suatu fase lingkungan genang laut. ST 2019


SM 50
29 ST 19
SM 48
U

Berdasarkan tipe dan posisi stratigrafi terhadap ba- Sungai Penandingan


ST 32
ST 21
27 22 ST 21
ST 23
ST 24

tuan lainnya, maka satuan batuan ini bisa dikelompok-


12 21
ST 38 ST 24
33
ST 39 ST12
37 24 ST 25
50
ST 31 ST 28 ST 27 25 100 m
ST 36
ST 35ST 34 ST 26 SM 55

kan ke dalam Formasi Talangakar (Andi Mangga drr., 5 20’ LS


ST 30
ST 29
105 10’ BT

1993). Berdasarkan korelasi dengan batuan lainnya,


105 05’ BT 105 15’ BT
KETERANGAN
Andesit ST 21 Lokasi pengamatan
Konglomerat

diduga runtunan ini berumur Oligosen – Miosen. Serpih


Batugamping 21 Jurus dan kemiringan batuan

Di atas Formasi Talangakar, secara selaras Batupasir


Batubara Sungai

diendapkan Formasi Baturaja yang terdiri atas


batugamping terumbu dan batupasir gampingan Gambar 6. Lintasan geologi sepanjang Sungai Penandingan
dan Lembah Saptajaya.
yang berselingan dengan serpih gampingan dan
napal. Di daerah penelitian, satuan batuan ini tersing-
kap di bagian timur, berupa bukit yang dilalui oleh Sungai Penandingan
Sungai Penandingan Hilir. Lingkungan pengendapan Sungai Penandingan. yang berhulu di Pegu-
Formasi Baturaja adalah laut dangkal. nungan Barisan, mengalir ke arah timur, dan po-
sisinya berada pada batas bagian selatan wilayah
Struktur Geologi penelitian. Litofasies singkapan yang dijumpai di
Struktur geologi yang dijumpai di daerah Ling- Sungai Penandingan dikuasai oleh konglomerat di
gapura berupa sesar dan perlipatan. Sesar yang bagian hulu (Gambar 6 & 7) yang tersusun oleh
dikenali berupa sesar normal berarah hampir barat kepingan kuarsa dan kuarsit berukuran kasar sam-
laut – tenggara, dengan bagian barat daya nisbi turun pai kerikil, kemas tertutup, sangat padu, pilahan
dibandingkan terhadap bagian timur laut. buruk - menengah, butiran umumnya membundar –
Karakteristik Batubara dan Batuan Sedimen Pembawanya, Formasi Talangakar,
di daerah Lampung Tengah (Kusnama dan H. Panggabean) 137

Batupasir
Tebal Litologi Lempung
H SH M Ksr Sksr Grv
0 20’/12 Batubara, hitam, banded, getas, parting lempung hitam (15 cm) ditutupi di atas-
2m nya sebagai atap batulempung hitam. Tebal batubara sekitar 80 cm.

4m Batupasir, kelabu terang - kelabu kecoklatan, berbutir menengah-kasar, butiran di


kuasai kuarsa dalam matriks felspar dan lempung, pilahan buruk, kemas tertutup
terkonsolidasi baik, dan bentuk butir menyudut tanggung-membundartanggung.
Perlapisan silang-siur dan sejajar umum dijumpai dengan tebalperlapisan 20-30
cm, Bagian bawah konglomeratan dengan kepingan kuarsa, ukuran 1-3 cm.

10m
Konglomerat kuarsa, butiran 1-2 cm, membundar - membundar tanggung, matriks
pasir kuarsa kasar, terpilah buruk, berlapis buruk, kemas tertutup dan padu.

Sisipan batupasir sangat kasar, kelabu kecoklatan, terpilah buruk, dominan kuarsa,
pejal.

20m

Batupasir kuarsa, kelabu-coklat, kasar - sangat kasar, bersudut, pilahan buruk, ber-
lapis silang siur planar.

Perselingan batulempung kelabu - kelabu terang, karbonan, mudah diremas, berla-


pis sejajar (8-20 cm) dan sebagian pejal dengan batulanau kelabu, mikaan berlapis
tipis (2-3 cm). Batubara sisipan dalam perselingan ini dijumpai berwarna hitam,
30m kilap baik, getas, banded, sedikit teroksidasi, sentuhan tegas di bagian atasnya de-
ngan batulempung dan batulanau sementara bagian bawahnya bersentuhan dengan
serpih berbatubara tebal 85 cm . Tebal sisipan batubara sekitar 135 cm dengan
parting lempung.

40m

Batupasir kelabu terang - kelabu kekuningan, dominan kuarsa, sangat keras, terpi-
lah buruk, berlapis tebal (> 50 cm) perlapisan silang siur planar (20-40 cm) dan
sejajar (20-30 cm).

50m

Batubara hitam, dull, fragmental, tebal 80 cm.

Serpih, kelabu-kelabu gelap, lunak dan getas, karbonan dengan selingan batulanau
tipis (1-3 cm); tebal 85 cm.

0 53’/24 Batulempung kelabu - kelabu terang, agak lunak, dengan selingan batulanau berla-
pis sejajar (10-20 cm) dan serpih batubaraan, hitam, getas, belahan sempurna, dan
berlapis tipis (1-5 cm).
60m

Batupasir, kelabu kekuningan, halus, agak lapuk, berlapis sejajar (5 - 15 cm).

Serpih hitam, diselingi batubara tipis (10 cm).

Batupasir, kelabu kecoklatan, sangat kasar, dominan kuarsa, perlapisan silang siur
68m siur dan sebagian pejal.

Gambar 7. Kolom stratigrafi di Sungai Penandingan.

membundar tanggung, yang tertanam dalam massa Bentuk butiran dan pilahan konglomerat ini men-
dasar batupasir kasar - menengah dan batulempung. cirikan bahwa fragmen batuan ini telah mengalami
Jurus lapisan konglomerat berarah N 315º -325º E transportasi cukup jauh dengan energi cukup kuat.
dengan kemiringan lapisan sekitar 5º - 20º ke arah Tebal lapisan konglomerat berkisar dari 1 sampai 5 m
timur - timur laut. (Gambar 8).
138 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 2 Juni 2009: 133-144

Di atas batupasir ini diendapkan perselingan


serpih dan batulempung-batulanau. Serpih, kelabu
gelap, berlapis baik, dengan tebal lapisan berkisar
dari beberapa mm sampai 1 cm. Bahan karbonan
umum dijumpai, dan beberapa sisipan batulumpur
dan batulempung dengan tebal perlapisan berkisar
1 - 2 cm. Batulempung, kelabu, berlapis baik deng-
an tebal perlapisan antara 5 - 10 cm dan setempat
pejal; batulanau, kelabu gelap, berlapis baik, dengan
tebal perlapisan antara 3 - 5 cm. Runtunan batuan
ini memiliki tebal 40 m.
Di lintasan Sungai Penandingan dijumpai
singkapan batubara sebagai sisipan dalam runtun-
an batupasir kuarsa, serpih, batulempung, dan
Gambar 8. Potret singkapan konglomerat di Sungai Penan- batulanau.
dingan, dengan komponen kuarsa malih yang tertanam da- Batubara yang terdapat dalam runtunan batuan
lam massa dasar batupasir dan batulempung.
ini terdiri atas dua seam, berwarna kelabu kehitaman
sampai hitam dengan kilap cukup baik. Ketebalan
Secara berangsur, makin ke atas runtunan atau ke masing-masing seam bervariasi antara 50 – 150 cm
arah hilir sungai, konglomerat ini berubah menjadi dan 100 – 400 cm, serta berasosiasi dengan lapisan
batupasir berbutir kasar - menengah, terkadang kong- serpih. Lapisan miring ke arah timur laut dengan be-
lomeratan, berwarna kelabu terang agak kekuning- sar kemiringan 30º - 40º. Batubara, berwarna hitam,
an, dengan komponen kuarsa malih (kuarsit), yang keras, terkekarkan ter-cleat-kan, kilap bagus, dan
membundar, tertanam dalam massa dasar batupasir secara fisik kering dan ringan. Lapisan batubara di
halus dan batulempung; kemas tertutup; dan sangat Sungai Penandingan memiliki ketebalan antara 80-
padu. Dijumpai kehadiran struktur sedimen berang- 120 cm. Di beberapa lokasi pengamatan, batubara
sur ke atas (graded bedding), perarian sejajar, dan ini dijumpai berupa lensa yang terkadang terputus
silang-siur (Gambar 9), serta beberapa lensa kecil dan menghilang (membaji).
batulanau dan batulempung. Jenis struktur sedimen Batuan tudung lapisan batubara ini (Gambar
dan bentuk butir yang membundar pada batupasir ini 10) berupa batulempung berwarna kelabu, berlapis
memberikan indikasi kecepatan arus yang memiliki baik dengan ketebalan antara 0,5 – 1,5 cm, getas,
energi tinggi dan telah terangkut jauh. Tebal runtun- tetapi sebagian cukup keras, kemungkinan karena
an batupasir kuarsa ini sekitar 15 m.

Batupasir
Serp
ih b
atub
araa
n
Batubara

Serp
ih b
atub
araa
n
Batulempung

Gambar 10. Potret lapisan batubara dengan tudung dan lan-


Gambar 9. Potret batupasir kuarsa dengan struktur silang- tai batulempung; kontak dengan batubara dibatasi oleh ser-
siur planar di Sungai Penandingan. pih batubaraan.
Karakteristik Batubara dan Batuan Sedimen Pembawanya, Formasi Talangakar,
di daerah Lampung Tengah (Kusnama dan H. Panggabean) 139

berdekatan dengan retas andesit yang menerobos bur dan mudah lepas kalau dipukul, memperlihatkan
lapisan batuan ini. Tebal lapisan batulempung ini struktur menjarum. Pada lapisan ini rasio batubara
sekitar 4 m, memperlihatkan sudut kemiringan agak dengan batulempung hampir 1 : 2.
tajam, sebagian karbonan berwarna kehitaman, dan
memiliki struktur belah choncoidal. Lensa tipis-tipis Lembah Saptajaya
batubara skala kecil menyebar hampir di seluruh Runtunan batuan di Lembah Saptajaya terdiri
lapisan batulempung ini. atas tiga fasies batuan, yakni konglomerat, perse-
Sementara itu, bagian lantai (alas) berupa batu- lingan batulempung dan batulanau, dan paling atas
lempung sebagian serpihan (Gambar 10), agak gem- adalah fasies serpih dan batupasir (Gambar 11).

Batupasir
Tebal Litologi Lempung
H SH M Ksr Sksr Grv

2m

4m
Batupasir, kelabu, berbutir menengah - kasar, terdiri atas kuarsa,
mineral pirit dalam matriks felspar dan lempung, pilahan buruk,
kemas tertutup terkonsolidasi baik, bentuk butir menyudut tang-
gung-membundar tanggung. Perlapisan silang-siur dan sejajar
umum dijumpai. Batupasir ini diduga merupakan sisa erosi batu-
10m
an terubah dan batuan tua seperti granit dan malihan.

20m Serpih kelabu kehitaman, berlapis baik, sedikit agak lempungan


dan karbonan; perlapisan sejajar dan silang- siur. Sisipan batuba-
ra tebal 1- 5 cm. Rasio antara serpih dan batubara 3: 1.

30m
Batubara hitam dengan kilap sutera, goresan hitam, Sebagian
kusam (dull), parting serpih lempungan, sifat beban ringan,
berlapis baik; Tebal batubara 100 - 140 cm.Bagian bawah lapisan
batubara mengandung sisipan pirit warna kekuningan berupa
lensa-lensa dengan tebal 1 - 5 cm

40m

Perselingan batulempung sebagian menyerpih, kelabu kehitaman


berlapis baik, mudah diremas, tebal perlapisan 5-10 cm; dengan
batulanau kelabu, keras, tebal 1-3 cm. Rasio batulempung dan
batulanau 3:1. Lapisan batubara terdapat dalam perselingan ini
dengan tebal bervariasi dari 20 - 80 cm.

50m
Batulempung kelabu - kelabu terang, agak lunak, dengan selingan
batulanau berlapis sejajar (10-20 cm) dan serpih batubaraan hitam,
getas, belahan sempurna, dan berlapis tipis (1-5 cm)

60m

Konglomerat, kelabu terang kekuningan, dengan bentuk butiran


membundar - membundar tanggung, komponen dominan kuarsa,
dan kepingan batuan tua seperti granit dan batuan malihan; matriks
berupa batupasir kasar, padu. Kemas konglomerat tertutup.
68m

Gambar 11. Kolom stratigrafi di Lembah Saptajaya.


140 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 2 Juni 2009: 133-144

Fasies batuan paling bawah di Lembah Sapta- perlihatkan warna kehitaman agak keabuan dengan
jaya terdiri atas konglomerat, kelabu terang agak kilap cukup baik.
kekuningan, yang komponennya dikuasai oleh Berbeda dengan singkapan di Sungai Penan-
kepingan kuarsa dan kuarsit putih kekuningan, dingan, batuan pembawa-batubara di Lembah Sapta-
berbutir kasar – menengah, dengan bentuk butiran jaya, serpihnya bercampur dengan batupasir berbutir
membundar – membundar tanggung; massa dasar kasar (Gambar 12), yang banyak mengandung buntal
terdiri atas batupasir kasar – menengah, padu, pi- oksida besi berukuran pasir sampai kerakal.
lahan buruk – menengah, dan kemas tertutup. Ber- Adanya retas batuan beku andesit yang menero-
dasarkan bentuk butiran yang membundar, diduga bos runtunan serpih – batulumpur, memungkinkan
fasies konglomerat ini merupakan hasil endapan pematangan batubara menjadi lebih bagus. Dari
longsoran yang telah terangkut cukup jauh, dengan beberapa contoh batubara yang diambil terlihat
kepingan pembentuk batuan berasal dari batuan alas adanya penurunan tingkat kadar air.
granitan (Granit Seputih) dan malihan (Formasi
Gunungkasih).
Fasies bagian tengah terdiri atas perselingan
batulempung dan batulanau. Batulempung, kelabu
kehitaman, berlapis baik, tebal perlapisan 5 – 10 cm, Batupasir
karbonan; mudah diremas, dengan struktur sedimen
berupa perlapisan sejajar. Batulanau, kelabu, keras,
berlapis baik, tebal perlapisan 1 – 3 cm.
Secara jelas, di atas perselingan batulempung dan
batulanau terendapkan batubara hitam dengan kilap
sutera, goresan hitam, sifat beban ringan, sebagian
kusam, parting berupa serpih lempungan dengan Serpih karbonan
tebal 1 – 3 cm; beberapa lapisan tipis pirit dengan
warna kuning kehijauan dijumpai di bagian bawah
lapisan batubara. Tebal lapisan batubara berkisar
antara 80 - 100 cm. Gambar 12. Potret sentuhan antara serpih karbonan dan batu-
Fasies paling atas terdiri atas serpih, kelabu pasir. Lokasi Lembah Saptajaya.
kehitaman, berlapis baik dengan tebal perlapisan
antara 1 – 3 cm, mengandung lensa tipis karbon
dan batulempung. Struktur sedimen yang dijumpai Diskusi dan Pembahasan
berupa perlapisan sejajar dan silang siur skala kecil.
Di bagian bawahnya mengandung banyak lapisan ti- Sedimentologi dan Data Pemboran
pis batubara; paling bawah adalah serpih batubaraan Berdasarkan data sebelas titik bor (Gambar
dengan tebal 30 cm. 13), variasi runtunan litologi di daerah penelitian
Singkapan lapisan batubara di Lembah Saptajaya dikuasai oleh satuan batuan konglomerat, batupasir
terbuka akibat tertoreh erosi yang kemungkinan kuarsa, batulempung, batulumpur, serpih, batulanau,
besar oleh sesar normal yang melewatinya. Batuan andesit, aglomerat/tuf, dan sisipan batubara.
sedimen karbonan yang berupa batubara serpihan Pemboran dilakukan dengan sistem kisi (grid-
dan serpih batubaraan, tersingkap sebagai sisipan ing). Jarak antar titik lubang bor masing-masing 100
dalam lapisan batubara. Singkapan batuan sedimen m dan total kedalaman seluruh lubang bor adalah 270
pembawa-batubara ini menunjukkan kemiringan ke m. Dari kesebelas titik lubang bor, yang mengandung
arah timur laut. lapisan batubara adalah sebanyak tujuh titik, yakni
Perselingan serpih batubaraan dengan batulanau DH 01, DH 02, DH 03, DH 06, DH 07, DH 08 dan
memiliki rasio sekitar 3 : 2. Ketebalan runtunan DH 09. Kedalaman pemboran berkisar antara 25
perselingan batuan ini dalam singkapan yang ter- m – 30 m. Di dalam ketujuh lubang bor tersebut,
buka mencapai 15 m, sedangkan ketebalan serpih ketebalan lapisan batubara memiliki variasi antara
batubaraan berkisar antara 2 – 20 cm, dan mem- 50 cm sampai dengan 300 cm.
Karakteristik Batubara dan Batuan Sedimen Pembawanya, Formasi Talangakar,
di daerah Lampung Tengah (Kusnama dan H. Panggabean) 141

Titik bor yang terletak di Sungai Penandingan Baratlaut Tenggara

adalah DH 07, DH 08, DH 09, DH10 dan DH 11; DH 01 DH 03 DH 02 DH 06 DH 04

sedangkan di Lembah Saptajaya yakni DH 01, DH


0

02, DH 03, DH 04, DH 05 dan DH 06 (Gambar 13).


10 10 10

105 05’ BT 105 06’ BT 105 07’ BT


5 15’ LS
U
20 20 20
Lembah Saptajaya
DH 04 DH 06
DH 03
DH 01 0 100 200 m
15
DH 11
DH 02
DH 05 KETERANGAN 30 30 30
DH 07
20 DH 09 Lokasi titik bor
DH 10
DH 08
Sebaran batubara
an
ng
di

Sesar 40 KETERANGAN
n
na
Pe

Sungai Batupasir Konglomerat Aglomerat


S.

Serpih/batulumpur Andesit Tuf pasiran


Jalan
5 16’ LS Batulanau/Batulempung Batubara
DH 03 Titik Bor
105 05’ BT 105 06’ BT 105 07’ BT

Gambar 13. Peta sebaran batuan dan lokasi titik bor di Lem-
bah Saptajaya. Gambar 14. Korelasi titik bor DH-2-3-4-6 di Lembah Sapta-
jaya.

Lembah Saptajaya
Dari kelima titik bor di Lembah Saptajaya, yang S U

mengandung batubara adalah DH 01-03 dan DH 06, DH 08 DH 09 DH 10 DH 07 DH 11

sedangkan DH 04 yang lokasinya berada di lereng 0

Bukit Saptajaya ditempati oleh batuan gunung api


dan andesit, bagian dari Formasi Tarahan. Batubara 10 10 10

yang hadir terdiri atas tiga lapisan utama, yakni:


• Lapisan pertama pada kedalaman 10 m,
menem-pati fasies batupasir dan batulanau- 20 20 20

batu-lempung;
• Lapisan kedua pada kedalaman 20-25 m, terdapat
pada fasies serpih dan batulempung-batulanau;
30 30

• Lapisan ketiga pada kedalaman 30-35 m dalam


fasies serpih dan batulempung. 40
KETERANGAN
Korelasi dari kelima titik bor mencerminkan Batupasir Konglomerat Aglomerat

bahwa lapisan batubara terhenti pada bor DH 06, Serpih/batulumpur Andesit Tuf pasiran

sedangkan pada bor DH 04 menghilang dan dikuasai Batulanau/Batulempung Batubara


DH 07 Titik Bor

oleh tuf, aglomerat, dan andesit terubah, walaupun


masih terdapat lapisan batulanau dan batulempung Gambar 15. Korelasi titik bor DH 1-2-3-4-6 di Lembah Sapta-
(Gambar 14). jaya.

Sungai Penandingan runtunan serpih, batupasir, dan lempung-batulanau.


Sementara itu, pemboran di Sungai Penanding- Ke arah utara, lapisan batubara posisinya semakin
an menembus dua seam batubara (Gambar 15). dalam, yakni dari kedalaman 12 m dan 22 m masing-
Dari data bor terlihat adanya litofasies batupasir masing berangsur menjadi 20 m dan 30 m. Meskipun
kuarsa dan konglomerat pada kedalaman 10 m, yang pada bor paling utara yakni DH 11 masih dijumpai
mengalami perubahan semakin ke utara semakin batupasir, namun berbeda fasies, karena batupasir
dikuasai oleh batuan gunung api, serta hadirnya dua ini mengandung tuf dan komponennya dikuasai oleh
seam serta satu lensa batubara berupa sisipan dalam litik gunung api.
142 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 2 Juni 2009: 133-144

Hasil korelasi antar kesebelas lubang bor Percontoh batubara yang memiliki kandungan
menunjukkan bahwa keberadaan batubara secara pengotor mineral lempung paling tinggi diperlihat-
lateral kemungkinan terkontrol oleh adanya struktur kan oleh SM 36B, SM36A, SM 36F, dan SM 50
sesar normal. Beberapa titik lubang bor yang negatif yang masing-masing nilainya adalah 58,0 %, 65,4 %,
(tidak ditemukan batubara) terletak pada posisi atau 80,4 %, dan 83,8 %.
daerah pergeseran turun. Perbedaan litologi lantai Reflektan vitrinit maksimum paling tinggi deng-
dan tudung batubara juga terlihat jelas pada hasil an kandungan pengotor lempung rendah dimiliki
korelasi dari beberapa titik lubang bor. oleh SM01B (1,34 %), SM 36C (1,17 %) dan SM
48 (1,61 %).
Lingkungan Pengendapan Semua percontoh yang dianalisis mengandung
Bagian bawah satuan batuan pembawa-batubara mineral pirit, namun hanya dua percontoh yang
dikuasai oleh konglomerat yang memiliki bentuk kandungan piritnya di bawah 1 % yakni SM 50
butir membundar yang mencerminkan telah terang- dan SM 52, yang diambil dari Sungai Penandingan.
kut cukup jauh dan berlingkungan darat. Kemudian Sementara itu, percontoh lainnya memiliki kandung-
diikuti oleh perselingan batulempung dan batulanau an pirit dari 1,0 % sampai 12,0 %. Dari proporsi
mengandung sisipan batubara, dan semakin ke atas kandungan pirit yang diduga kuat jenis framboid
menjadi serpih karbonan dan sisipan batugamping. mengindikasikan bahwa endapan batubara ini sangat
Dari runtunan ini maka diperkirakan lingkungan dipengaruhi oleh lingkungan marin.
pengendapan batuan sedimen pembawa-batubara Berdasarkan perbandingan kombinasi beberapa
ini adalah sublitoral – laut dangkal. maseral, Diessel (1986) memperkenalkan istilah
“Gelification Index” (GI) dan “Tissue Preservation
Tipe, Peringkat, dan Lingkungan Pengendapan Index” (TPI). Hasil perbandingan tersebut dapat
Batubara digunakan untuk merekonstruksi lingkungan bahan
Analisis petrografi organik lengkap telah dilak- pembentuk batubara. GI dan TPI tersebut dapat
sanakan terhadap sembilan contoh batubara dan diformulasikan sebagai berikut:
memberikan hasil seperti terlihat pada Tabel 1. Vitrinit + Makrinit
Batubara di daerah Linggapura memperlihatkan GI = Intertinit Total tanpa Makrinit
bahwa bahan organik utama penyusunnya terdiri
atas kelompok maseral vitrinit sebanyak 5,6 - 96,0 %, Telovitrinit + Semifusinit + Fusinit
TPI = Detrovitrinit + Makrinit + Inertodetrinit
eksinit sebanyak 0,2 - 2,0 %, dan inertinit 0,2 -
1,8 %. Bahan mineral pengotor terdiri atas mineral Nilai TPI perconto batubara yang berkisar
lempung 1,8 - 83,8 %, pirit sebanyak 0,4 - 12 %, dari 0,4 – 5,33 mengindikasikan tumbuhan yang
dan karbonat 0,4 - 4,8 %. Nilai reflektan vitrinit mengandung tissue sangat berkembang baik pada
maksimum batubara adalah 0,84 - 1,61 % dengan batubara. Harga GI yang berkisar antara 27,85
nilai reflektan rata-rata antara 0,68 - 1,43 % (Tabel – 161 menggambarkan lingkungan batubara di
1). Kisaran nilai reflektan ini memperlihatkan bahwa daerah penelitian berada pada lingkungan basah
batubara termasuk peringkat bituminus high sampai (subaqeous; Gambar 16).
low volatile. Hasil kombinasi dari harga GI dan TPI, yang
Kandungan telovitrinit yang cukup tinggi dengan telah diplot ke dalam Diagram Diessel (Gambar 16),
kisaran 60,4 - 79,6 % terdapat dalam percontoh SM menunjukkan bahwa batubara (SM 01B dan SM
01B, SM 36C, SM 48, dan SM 55. Kandungan de- 55) diendapkan pada lingkungan basah, tepatnya
trovitrinit yang paling tinggi dari sembilan percontoh wet forest swamp, sementara SM 36A dan SM 50
dimiliki oleh SM01B, SM36B, dan SM 52 yang di endapkan di lingkungan marsh. Nilai GI dan nilai
masing-masing memiliki nilai 25,8 %, 31,2 %, dan TPI memperlihatkan lingkungan pengendapan dae-
40,6 %; sedangkan sisanya berada pada kisaran 10,8 - rah penelitian adalah wet forest swamp (telmatic) dan
22,2 %. Kandungan vitrinit paling tinggi dimiliki oleh marsh (limnic). Hasil tersebut di atas menggambar-
SM01B, SM 36C dan SM 48, yang masing-masing kan lingkungan pengendapan daerah telitian berada
bernilai 90,2, 94,8, dan 96,0 %, sementara contoh pada saat genang laut dengan tingkat penurunan
lainnya antara 31,8 % - 52,4 %. (subsidence) yang tinggi sampai menengah.
Karakteristik Batubara dan Batuan Sedimen Pembawanya, Formasi Talangakar,
di daerah Lampung Tengah (Kusnama dan H. Panggabean) 143

Tabel 1. Hasil Analisis Petrografi Organik

N0 Rv Rv
N0 Tl Dt Gl V Sf Sc Idt I Re Sb E Cly Carb Py MM Rv
Contoh min max

1 SM01B 67,4 25,8 - 90,2 0,2 - 0,2 0,4 - - - 3,6 4,8 1,0 9,4 1,01 1,34 1,0

2 SM36A 0,6 13,8 - 14,4 - 0,4 - 0,4 - - - 80,4 2,2 2,6 85,2 0,88 1,04 0,94

3 SM36B 7,8 31,2 - 39,0 - - - - - - - 58,0 1,4 1,6 61,0 0,84 1,04 0,92

4 SM36C 79,6 15,2 - 94,8 - - - - - - - 1,8 - 3,4 5,2 1,05 1,17 1,08

5 SM36F 0,4 5,2 - 5,6 - - - - - - - 83,8 3,8 6,8 94,4 0,55 0,84 0,68

6 SM48 74,0 22,0 - 96,0 - - - - 0,2 - 0,2 2,0 0,4 1,4 3,8 1,29 1,61 1,43

7 SM50 9,2 22,2 0,4 31,8 - 0,2 - 0,2 - - - 65,4 2,0 0,6 68,0 0,90 1,25 0,98

8 SM52 11,6 40,6 0,2 52,4 - - - - - - - 42,8 4,4 0,4 47,6 0,82 1,02 0,90

9 SM55 60,4 10,8 0,6 71,8 0,2 1,2 0,4 1,8 1,8 0,2 2,0 2,4 - 12,0 24,4 0,68 0,93 0,72

Kesimpulan
150 SM 01 B

Runtunan batuan yang terdapat di daerah Ling-


SM 50
LIMNO - TELMATIC TELMATIC

100 gapura dikuasai oleh batuan sedimen klastika kasar


50
Li, Clastic berupa konglomerat dengan komponen kuarsa dan
Marsh
kuarsa malih (kuarsit), yang kemudian berubah
SM 55
GELIFICATION INDEX (GI)

SM 36 A

10 Wet Forest secara berangsur menjadi batupasir kuarsa berbutir


LIMNIC

Fen
Swamp
5,0
Transgresive
kasar – menengah, dan terkadang konglomeratan;
semakin ke atas berubah menjadi serpih, batulumpur,
1,0 dan batulempung-batulanau.
0,5
Regressive
Lingkungan pengendapan satuan batuan pemba-
Dry Forest
Open Marsh Swamp wa-batubara diduga fluviatil, yang secara berang-
TERRESTRIAL sur ke arah atas terpengaruh oleh lingkungan laut
0,1
0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
dangkal. Kondisi ini ditunjukkan oleh keterdapatan
konglomerat yang ditindih oleh perselingan batu-
TISSUE PRESERVATION INDEX (TPI)

Percontoh batubara lumpur/batulempung dan batupasir yang selanjutnya


ditindih oleh batugamping. Lapisan batubara banyak
Gambar 16. Lingkungan pengendapan batubara berdasarkan yang terbentuk dalam lapisan bagian tengah runtuan
nilai TPI dan GI (Diessel, 1986). batuan ini, yakni pada perselingan serpih, batulum-
pur dan batulempung-batulanau. Kandungan pirit
Beberapa percontoh batubara seperti SM 36A yang cukup tinggi diduga akibat adanya pengaruh
dan SM 36B, SM 36 F, SM 50, dan SM 52, yang airlaut.
masing-masing mengandung mineral lempung men- Lapisan batubara yang hadir berjumlah dua
capai 80,4 %, 58,0 %, 83,8 %, 65,4 %, dan 42,8 % lapisan (seam), yakni pada kedalaman 0 - 10 m dan
kemungkinan diendapkan dalam lingkungan hutan 25 - 30 m.
berawa basah (telmatic) dan juga marsh, berdekat- Lingkungan pengendapan batubara daerah
������������
pene-
an dengan daerah sesar dengan tingkat penurunan litian adalah fluviatil – laut dangkal dan berada pada
cukup curam, sehingga distribusi lempung ke dalam saat genang laut dengan tingkat penurunan yang
batubara sangat tinggi. Dari kelima percontoh batuan tinggi sampai menengah. Masing-masing lapisan
tersebut, hanya SM 52 yang dapat dikategorikan batubara ketebalannya bervariasi antara 50 – 150
sebagai batubara, sedangkan empat lainnya adalah cm dan 100 – 400 cm, serta mempunyai arah jurus
batulempung atau serpih batubaraan dan karbonan kemiringan ke barat laut (N315º) dengan besar sudut
karena kandungan mineralnya > 60 %. kemiringan antara 30º - 40°. Peringkat batubara di
144 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No. 2 Juni 2009: 133-144

daerah Linggapura termasuk ke dalam bituminus Symposium of Department Geology, University of New
yaitu masuk peringkat high volatile sampai low Castle, New South Wales, h. 19-22.
Gafoer, S.dan Pardede, R., 1988. Geologi Lembar Baturaja,
volatile.
skala 1 : 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
Ucapan Terima Kasih---Terima kasih para penulis ucapkan Kusnama, Andi Mangga, S., dan Sukarna, D., 1992. Tertiary
kepada Ketua Kelompok Dinamika Cekungan dan rekan stratigraphy and tectonic evolution of southern Sumatra.
sejawat yang memberikan saran ilmiah untuk peningkatan Geological Society of Malaysia, Bulletin, 33, h. 143-
kualitas isi makalah. Kepada Sdr. Ridwan Risnadi, Hery 152.
Hermiyanto dan yang telah memberikan bantuan dalam Kusnama, 2003. The significance of sedimentary rocks of the
penyelesaian makalah ini, para penulis juga mengucapkan Bengkulu Basin in the development of the Fore Arc Basin,
terima kasih. Sumatra. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral , XII
(126-132), h. 2-13.
Kusnama, 2004. Tertiary succession of the Gedongharta
Accuan Region and its relation to the tectonic of South Sumatra.
Special Publication No. 31, GRDC, Bandung, h. 14-
Andi Mangga, S., Amiruddin, Suwarti, T., Gafoer, S., dan 23.
Sidarto, 1993. Peta Geologi Lembar Tanjungkarang, Pulunggono, A., 1985. The changing pattern of ideas on
Sumatra, skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Sundaland within the last hundred years, its implications
Pengembangan Geologi, Bandung. to oil exploration. Proceedings 14th Annual Convention
Diessel, C.F.K., 1986. On the correlation between coal Indonesian Petroleum Association, Jakarta, 1, h. 347-
facies and depositional environments. Proceedings 20th 348.

Anda mungkin juga menyukai