Anda di halaman 1dari 28

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Opini BPK atas Laporan Keuangan Provinsi Sulawesi Tengah

3.1.1 Laporan Keuangan Tahun 2005


Opini: Wajar Dengan Pengecualian
Neraca yang disusun oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah belum sepenuhnya
menggambarkan kondisi sebenarnya dimana tidak terdapat catatan akuntansi yang cukup untuk
mendukung nilai aktiva tetap pada tanggal 31 Desember 2005. BPK tidak dapat memperoleh
keyakinan atas nilai tersebut dengan prosedur audit yang dilakukan.
Hal tersebut di atas mengakibatkan :
a. Aktiva Tetap pada Neraca Provinsi Sulawesi Tengah tidak menggambarkan kondisi yang
sebenarnya.
b. Membuka peluang terjadinya pemindahan hak kepemilikan/hilang atas AktivaTetap yang
seharusnya menjadi milik pemerintah daerah.
Permasalahan tersebut disebabkan oleh :
a. Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah kurang memahami arti pentingnya pencatatan
dan pengamanan atas Aktiva Tetap yang telah dibiayai dari APBD yang merupakan
dana dari masyarakat.
b. Kurangnya koordinasi antara Biro Keuangan yang membuat laporan keuangan dengan Biro
Perlengkapan dan Umum yang membuat daftar inventaris.
c. Lemahnya pengendalian dan pengawasan atas Aktiva Tetap dimaksud.

3.1.2 Laporan Keuangan Tahun 2006


Opini: Tidak Menyatakan Pendapat
Hasil pemeriksaan BPK RI mengungkapkan bahwa terdapat masalah-masalah material
dengan uraian sebagai berikut:
1. Terdapat realisasi Belanja Daerah yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran Tahun
Anggaran 2006 diterbitkan SPMU-nya pada TA. 2006 tetapi dibayarkan pada TA. 2007
sebesar Rp23.369.770.289,99 sehingga angka yang disajikan sebagai realisasi Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2006 tidak riil. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan SPI
No. 2.
2. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mencatat saldo Aktiva Tetap sebesar
Rp.833.676.555.946,54. Saldo tersebut merupakan akumulasi dari Saldo Aktiva Tetap Tahun
2005 ditambah nilai pengadaan aktiva tetap tahun 2006. Nilai Aktiva Tetap tersebut
tidak sama dengan nilai Aktiva Tetap yang dinilai oleh Penilai Independen. Selain itu, saldo
9
Aktiva Tetap per 31Desember 2006 tersebut di atas belum didukung oleh perincian dalam
Daftar Aset Daerah yang menunjukkan jenis,lokasi,tahun perolehan dan biaya perolehan aktiva
tetap. Data yang tersedia tidak mencukupi untuk mendukung nilai yang disajikan pada neraca.
Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan SPI No.4.
3. Penyimpanan Bilyet Giro oleh Bendahara Umum Daerah tidak tertib sehingga terjadi
pencurian dan pemalsuan yang berindikasi merugikan keuangan daerah s.d TA. 2006 sebesar
Rp8.551.213.650,00. Permasalahan ini telah ditangani oleh pihak berwenang yang sampai
dengan pelaksanaan pemeriksaan berakhir masih dalam proses pengadilan/hukum. Kasus
pencurian dan pembobolan ini dianggap oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
sebagai ketekoran kas yang masih merupakan bagian dari Silpa Tahun Anggaran 2006. Hal ini
diuraikan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan SPI No. 5.
4. Seperti disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
menyajikan saldo Pendapatan Bagi Hasil Pajak sebesar Rp40.246.752.361,60. Saldo tersebut
tidak termasuk penerimaan upah pungut PBB dari Pemerintah Pusat sebesar Rp1.125.313.919,00
karena tidak disetor oleh Bendahara Dinas Pendapatan Daerah ke Kas Daerah dan digunakan
secara langsung. Penggunaan dana tersebut tidak tercatat sebagai Belanja yang terkait dalam
Laporan Realisasi Anggaran. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas
Kepatuhan No. 2
5. Sisa UUDP yang belum disetor ke Kas Daerah provinsi Sulawesi Tengah sebesar
Rp174.702.528,81 yang terdiri dari Sisa UUDP TA. 2002 sebesar Rp169.782.964,81 dan Sisa
UUDP TA. 2005 sebesar Rp4.919.564,00 dan rincian atas sisa UUDPTA. 2002 tidak ada
sehingga berpotensi merugikan keuangan daerah. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam Temuan
Pemeriksaan Kepatuhan No.
6. Pengeluaran TA. 2006 yang belum dipertanggungjawabkan oleh beberapa Pemegang Kas
seluruhnya sebesar Rp814.249.800,00 sehingga mengakibatkan adanya indikasi kerugian
daerah dan angka realisasi anggaran atas belanja daerah yang disajikan dalam konsep Laporan
Realisasi Anggaran tidak riil. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan
Kepatuhan No. 4.
7. Pengeluaran panjar dari Tahun Anggaran 2001 s.d 2006 belum diselesaikan sampai dengan 31
Desember 2006 sebesar Rp11.528.749.387,00 sehingga dapat mengganggu likuiditas keuangan
daerah dan berpotensi merugikan keuangan daerah serta saldo kas daerah yang disajikan
sebagai Sisa Lebih Perhitungan dalam konsep Laporan Keuangan Daerah belum merupakan nilai
yang wajar. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan Kepatuhan No. 9.
8. Penganggaran dan realisasi Belanja Insentif Tahun Anggaran 2006 sebesar Rp29.148.912.402,00
tidak sesuai ketentuan sehingga Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
Tengah tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam
Temuan Pemeriksaan Kepatuhan No.10.

10
Kondisi tersebut di atas menunjukkan bahwa Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah tidak
memiliki pengendalian yang memadai untuk meyakinkan terciptanya pencatatan akuntansi yang
memadai. Hal ini mengakibatkan pencatatan akuntansi tidak memberikan dasar yang memadai bagi
penyusunan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Dengan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan kelemahan pengendalian
intern tersebut di atas menyebabkan, BPK- RI tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan untuk
memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran posisi keuangan Pemerintah Provinsi
Sulawesi Tengah per 31 Desember 2006, dan realisasi anggaran serta aliran kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut,sehingga tidak memungkinkan BPK RI memberikan pendapat dan
BPK RI tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan tersebut.

3.1.3 Laporan Keuangan Tahun 2007


Opini : Wajar Dengan Pengecualian
Hasil Pemeriksaan BPK RI mengungkapkan :
1. Seperti diuraikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan nomor 1L Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tengah mencatat nilai aset tetap sebesar Rp2.876.853.417.726,00. Terkait dengan nilai
tersebut sesuai hasil Appraisal tahun 2006 sebesar 2.755.559.741.000, temasuk mutasi tahun
2007sebesar Rp119.518.188.726,00. Hasil penilaian appraisal tidak dilakukan terhadap seluruh
aset tetap, sesuai data jumlah aset tetap yang tercatat dalam daftar inventaris, sehingga nilai aset
tetap yang ada di neraca tidak dapat ditelusuri dan diyakini kewajarannya. Hal tersebut
dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern nomor 2.
2. Seperti diuraikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan nomor 2g Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tengah mencatat nilai belanja modal bangunan gedung sebesar Rp33.141.736.283,00. Terkait
dengan nilai tersebut termasuk belanja modal pembangunan laboratorium SMP Negeri Model
terpadu Madani yang belum dipertanggungjawabkan realisasinya sebesar Rp1.222.564.800,00,
sehingga belanja modal tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut
dalam Temuan Pemeriksaan atas Kepatuhan nomor 9.
3. Seperti diuraikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan nomor 1k Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tengah mencatat dalam neraca akun investasi permanen pada PT. Bank Sulteng sebesar
Rp50.434.353.607,44. Terkait saldo tersebut terdapat penyertaan modal ke PT Bank Sulteng
tahun 2007 sebesar Rp8.000.000.000,00 yang belum disertai sertifikat saham, sehingga akun
investasi permanen diragukan kewajarannya.

3.1.4 Laporan Keuangan Tahun 2008


Opini : Wajar Dengan Pengecualian
Hasil Pemeriksaan BPK RI mengungkapkan :
1. Seperti diuraikan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Pemerintah
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun Anggaran 2008 dalam Catatan atas laporan Keuangan Bab V
11
point 1.3 akun Aset Tetap sebesar Rp3.137.905.274.860,00. Namun berdasarkan Buku Induk
Inventaris Barang Tahun 2008 nilai asset tetap dicatat sebesar Rp215.956.266.574,00. Hal ini
terjadi karena tidak tertibnya pencatatan serta inventarisasi barang milik daerah oleh SKPD,
sehingga nilai aset tetap yang disajikan dalam neraca tidak dapat ditelusuri dan diyakini
kewajarannya. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam LHP atas Sistem Pengendalian Intern
nomor 7. Selain itu adanya aset tetap yang telah dihapuskan namun belum dikeluarkan dari
neraca sebesar Rp16.608.346.500,00,sehingga akun Aset Tetap pada Neraca tidak dapat diyakini
kewajarannya. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam LHP atas Kepatuhan Terhadap
Peraturan Perundang-undangan temuan nomor 6.
2. Seperti diuraikan dalam LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun Anggaran 2008 dalam Catatan atas Laporan Keuangan Bab V point 5.1.1.a. realisasi akun
Pendapatan Pajak Daerah sebesar Rp244.339.597.102,50. Hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa dalam pencatatan pendapatan pajak daerah menggunakan STS pengganti,yang
klasifikasinya sering tidak tepat, sehingga akun Pendapatan Pajak Daerah tidak dapat diyakini
kewajarannya. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam LHP atas Sistem Pengendalian Intern
temuan nomor 8.
3. Seperti diuraikan dalam LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
Tahun Anggaran 2008 dalam Catatan atas Laporan Keuangan Bab V point 1.2. akun Investasi
Jangka Panjang sebesar Rp63.997.629.663,00. Pemeriksaan menunjukkan penyertaan modal
kepada PD Sulteng sebesar Rp1.000.000.000,00 digunakan tidak sesuai peruntukannya,
sehingga akun Investasi Jangka Panjang tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal tersebut
dijelaskan lebih lanjut dalam LHP atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan
temuan nomor 4.
4. Seperti yang diuraikan dalam LHP atas Laporan Keuangan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun
Anggaran 2008 dalam Catatan atas Laporan Keuangan Bab V point 5.1.1.d, akun Lain-Lain
Pendapatan Asli Daerah yang Sah sebesar Rp13.090.126.510,19. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa jumlah tersebut telah termasuk penerimaan DPKK sebesar
Rp182.662.000,00 yang merupakan kewenangan pusat yang belum disetorkan ke Kas Negara,
sehingga akun Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah tidak dapat diyakini kewajarannya.
Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam LHP atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-
undangan temuan nomor 5.

Kelemahan pada Internal Kontrol:


1. Tiga belas SKPD belum menyampaikan laporan keuangan tahun 2008.
2. Pengendalian penerimaan dan penyetoran retribusi jasa pelayanan kesehatan RSUD Undata
lemah.
3. Pencairan dan transfer dana bagi hasil pajak untuk kabupaten/kota terlambat.
4. Pencatatan dan pembukuan belum sepenuhnya dilaksanakan secara tertib.
12
5. Pengendalian pelaporan piutang dan tagihan penjualan angsuran lemah.
6. Pengendalian intern penerimaan dan pengeluaran kas masih lemah.
7. Penatausahaan barang untuk aset tetap belum dilaksanakan secara tertib.
8. Pencatatan pendapatan pajak daerah oleh Bagian Pembukuan pada Biro Keuangan tidak
cermat.

Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, BPK RI merekomendasikan Gubernur Sulawesi


Tengah agar :
1. Meningkatkan sistem pengelolaan keuangan dan barang milik daerah yang handal.
2. Memberikan sanksi yang tegas kepada para pejabat terkait yang lalai dalam pengelolaan
keuangan daerah.
3. Mewajibkan Kepala SKPD selaku PA/PB untuk menyampaikan laporan keuangan sesuai
ketentuan.
4. Memerintahkan kepala SKPD selaku PA/PB untuk meningkatkan pengawasan dan pengendalian
dalam pengelolaan keuangan.

3.1.5 Analisis terhadap Perubahan Opini BPK


Opini BPK atas Laporan Keuangan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2005-2008 cenderung
stabil pada ”Wajar Dengan Pengecualian”, kecuali pada tahun 2006, di mana opini yang diberikan
adalah “Tidak Menyatakan Pendapat”. Secara umum, Laporan Keuangan telah disajikan secara wajar
kecuali untuk beberapa hal tertentu. Dari tahun ke tahun, Laporan Keuangan Provinsi Sulawesi
Tengah cenderung bermasalah dalam hal penilaian aktiva tetap, di mana tidak terdapat catatan
akuntansi yang cukup untuk mendukung nilai aktiva tetap sehingga tidak dapat ditelusuri dan diyakini
kewajarannya. Opini disclaimer atau tidak menyatakan pendapat yang diberikan pada tahun 2006
merupakan akibat dari lemahnya pengendalian internal dan adanya ketidakpatuhan terhadap
perundang-undangan yang berlaku, hal ini terbukti dengan ditemukannya 8 masalah material dalam
penyajian Laporan Keuangan.
Pada dasarnya, Provinsi Sulawesi Tengah telah menunjukkan kinerja pelaporan dan penyajian
Laporan Keuangan yang cukup baik dilihat dari opini audit yang diberikan. Walaupun pada tahun
2006 opini yang didapat adalah disclaimer, pada tahun berikutnya pelaporan kinerja keuangan dapat
ditingkatkan, yang dibuktikan dengan opini wajar dengan pengecualian (qualified). Beberapa
perbaikan yang disarankan oleh BPK kepada pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah berkaitan dengan
peningkatan sistem pengendalian internal dan pengelolaan keuangan daerah.

3.2 Opini BPK atas Laporan Keuangan Kabupaten Banggai


3.2.1 Laporan Keuangan Tahun 2005
Opini : Wajar Dengan Pengecualian

13
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kabupaten Banggai Tahun Anggaran 2005 meliputi
pengujian atas Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2005, Neraca per tanggal 31 Desember
2005 dan Laporan Aliran Kas Tahun Anggaran 2005. Neraca yang disusun oleh Pemerintahan
Daerah Kabupaten Banggai belum sepenuhnya menggambarkan kondisi sebenarnya dimana tidak
terdapat Catatan Akuntansi yang cukup untuk mendukung nilai aktiva tetap pada tanggal 31
Desember 2005.

3.2.2 Laporan Keuangan Tahun 2006


Opini : Wajar Dengan Pengecualian
Hasil pemeriksaan BPK RI mengungkapkan bahwa,seperti diuraikan dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan No. 3.k, Pemerintah Kabupaten Banggai mencatat saldo Aktiva Tetap sebesar
Rp391.905.880.124,00. Saldo tersebut merupakan akumulasi dari saldo yang tercatat dari neraca
awal (per 31Desember 2005) ditambah pengadaan aktiva tetap Tahun anggaran 2006. Saldo yang
tercatat pada Neraca awal (per 31Desember 2005) sebesar Rp331.064.978.000,00 belum disajikan
sebesar nilai wajar yang dinilai oleh Penilai Independen. Selain itu, saldo Aktiva Tetap per 31
Desember 2006 tersebut diatas belum didukung oleh perincian dalam Daftar Aset Daerah yang
menunjukan jenis, lokasi, tahun perolehan dan biaya perolehan aktiva tetap. Data yang tersedia tidak
mencukupi untuk mendukung nilai yang disajikan pada Neraca. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam
Temuan Pemeriksaan SPI No 6.

3.2.3 Laporan Keuangan Tahun 2007


Opini : Wajar Dengan pengecualian
Hasil pemeriksaan BPK RI mengungkapkan bahwa:
1. Seperti diuraikan pada Buku III: Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan
Perundang-undangan dalam Kerangka Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Banggai tahun anggaran 2007, temuan pemeriksaan nomor 1, Penambahan aset tetap
berdasarkan neraca per 31 Desember 2007 dan 31 Desember 2006 sebesar
Rp567.049.949.887,00 tidak sesuai dengan realisasi belanja modal berdasarkan laporan realisasi
anggaran (LRA) tahun 2007 sebesar Rp173.808.312.571,00, mengakibatkan nilai aset yang
disajikan dalyam neraca Pemerintah Kabupaten Banggai per tanggal 31 Desember 2007 utuk
tanah,bangunan,jalan,jaringan dan irigasi minimal sebesar Rp393.241.637.316,00 tidak dapat
diyakini kebenarannya.
2. Seperti diuraikan pada Buku III: Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan
Perundang-undangan dalam Kerangka Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Banggai tahun anggaran 2007,temuan pemeriksaan nomor7, Pengadaan tanah tahun anggaran
2007 sebanyak 21 bidang/persil dengan luas seluruhnya senilai Rp1.999.470.750,00 belum
disertai surat pernyataan melepaskan hak, 159.956 m sehingga penyajiannya dalam neraca tidak
dapat diyakini kebenarannya.
14
3.2.4 Laporan Keuangan Tahun 2008
Opini : Wajar Dengan pengecualian
Hasil pemeriksaan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Seperti diuraikan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Atas Sistem Pengendali Intern,
sistem akuntansi pada Pemerintah Kabupaten Banggai belum dilaksanakan sesuai ketentuan yang
berlaku yaitu belum disusunnya laporan keuangan di tingkat SKPD. Hal tersebut lebih lanjut
dijelaskan dalam LHP Atas Sistem Pengendalian Intern No.1.
2. Seperti diuraikan dalam LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Banggai Tahun
Anggaran 2008 pada Catatan atas Laporan Keuangan Bab. V huruf E menunjukkan nilai aset
tetap sebesar Rp856.317.858.689,00. Hasil pemeriksaan menunjukkan saldo awal aset tetap
tahun 2008 tidak menggambarkan keadaan sebenarnya minimal sebesar Rp2.917.018.750,00
karena tidak ada data pendukung yang dibutuhkan pada saat dilakukan penilaian dan terdapat
perbedaan antara rekapitulasi aset/barang pengadaan TA 2008 yang disusun oleh Bidang
Pengelolaan Aset pada Dinas PPKA dengan realisasi belanja modal TA 2008 sebesar
Rp122.733.238.839,00. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam LHP Atas Sistem
Pengendalian Intern No. 3.
3. Seperti diuraikan dalam LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Banggai Tahun
2008 pada Catatan atas Laporan Keuangan Bab.V huruf E.1.c menunjukkan nilai persediaan
sebesar Rp3.752.172.982,00. Hasil pemeriksaan menunjukkan bendahara barang belum
melakukan pencatatan atas mutasi barang-barang yang dapat dikategorikan sebagai persediaan
dengan nilai pengadaan sebesar Rp6.534.900.582,00 sehingga tidak dapat diidentifikasi
jumlah dan nilainya per 31Desember 2008. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam LHP Atas
Sistem Pengendalian Intern No. 4.
4. Seperti diuraikan dalam LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Banggai Tahun
2008 pada Catatan atas Laporan Keuangan Bab. V huruf A.1.b menunjukkan realisasi
pendapatan retribusi daerah sebesar Rp7.411.501.638,05. Hasil pemeriksaan menunjukkan
terdapat penerimaan retribusi pelayanan kesehatan yang tidak dilaporkan dan digunakan
langsung sebesar Rp4.037.155.883,50. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam LHP Atas
Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan No.8.
5. Seperti diuraikan dalam LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Banggai Tahun
2008 pada Catatan atas Laporan Keuangan Bab. V huruf B.1.b menunjukkan realisasi belanja
barang dan jasa sebesar Rp 107.454.512.453,00. Hasil pemeriksaan menunjukkan terdapat
perjalanan dinas rangkap yang dilakukan oleh pejabat negara dan pegawai negeri sebesar
Rp345.640.000,00. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam LHP Atas Kepatuhan Terhadap
Peraturan Perundang-undangan No.9.
6. Seperti diuraikan dalam LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Banggai Tahun
2008 pada Catatan atas Laporan Keuangan Bab. V huruf B.2.2 menunjukkan realisasi belanja
modal peralatan dan mesin sebesar Rp34.984.126.964,00. Hasil pemeriksaan menunjukkan
15
pengadaan dua unit mesin generator dengan pencairan uang muka sebesar Rp164.700.000,00.
tidak dilaksanakan. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam LHP Atas Kepatuhan Terhadap
Peraturan Perundang-undangan No.4

3.2.5 Analisis terhadap Perubahan Opini BPK

Selama 4 tahun berturut-turut (2005-2008), Kabupaten Banggai memperoleh opini audit ”Wajar
Dengan Penyesuaian” atau qualified. Artinya, secara umum Laporan Keuangan telah disajikan secara
wajar sesuai dengan standar akuntansi, namun ada hal-hal yang dikecualikan. Hal yang dikecualikan
tersebut terletak pada penilaian aktiva tetap, di mana data yang tersedia tidak mencukupi untuk
mendukung nilai yang tercantum pada neraca. Dari tahun ke tahun, masalah penilaian aktiva tetap ini
selalu menjadi pengecualian dalam penyajian Laporan Keuangan secara wajar, sehingga dapat
dikatakan bahwa pemerintah Kabupaten Banggai perlu memperbaiki sistem pengelolaan dan
pencatatan data aktiva tetapnya. Selain itu, pada tahun 2008 juga ditemukan beberapa masalah
material terkait pelanggaran kepatuhan perundang-undangan yang tidak ditemukan di tahun
sebelumnya. Dengan demikian, pemerintah Kabupaten Banggai perlu meningkatkan sistem pelaporan
keuangan, pengendalian internal, serta pengawasan agar kualitas Laporan Keuangan yang dihasilkan
dapat ditingkatkan atau dipertahankan.

3.3 Opini BPK atas Laporan Keuangan Kabupaten Donggala


3.3.1 Laporan Keuangan Tahun 2004
Opini : Wajar Dengan Pengecualian
Pemeriksaan atas bukti-bukti pertanggungjawaban yang disampaikan oleh sejumlah
Pemegang Kas ke Sub Bagian Pembukuan dan Verifikasi pada Bagian Keuangan Sekretariat
Kabupaten Donggala ditemukan:
1. Realisasi penerimaan Bagi Hasil PBB-KB tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya
sebesar Rp831.511.392,68.
2. Pengeluaran untuk belanja rutin yang tidak dilengkapi bukti pendukung sebesar
Rp845.041.894,00 dan pengeluaran kas berupa panjar kerja sebesar Rp6.933.878.600,00 yang
belum terselesaikan.
3. Pengeluaran yang tidak sesuai ketentuan yang terdiri dari biaya perjalanan dinas sebesar
Rp138.743.200,00 dan pengeluaran belanja untuk membiayai kebutuhan pimpinan, anggota
DPRD Kabupaten Donggala sebesar Rp306.400.000,00.
4. Pertanggungjawaban keuangan daerah yang tidak dapat diyakini kebenarannya dan membuka
peluang terjadinya kerugian daerah sebesar Rp119.950.000,00.
5. Pengeluaran fiktif pada Proyek Pembinaan Komunitas Adat Terpencil (KAT) sebesar
Rp35.000.000,00.

16
6. Surat Pertanggungjawaban Bendaharawan Proyek Pengendalian Program Pengembangan
Kecamatan (PPK) III sebesar Rp746.999.200,00 dan sisa UUDP sebesar Rp53.000.000,00
belum disampaikan kepada Bagian Keuangan

3.3.2 Laporan Keuangan Tahun 2005


Opini : Wajar Tanpa Pengecualian

3.3.3 Laporan Keuangan Tahun 2006


Opini : Tidak Menyatakan Pendapat
Hasil pemeriksaan BPK-RI mengungkapkan hal-hal sebagai berikut :
1. Terdapat sejumlah pengeluaran kas tunai yang dilakukan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD)
tidak berdasarkan prosedur yang menjamin adanya pengendalian intern yang
memadai.Pengeluaran kas tunai tersebut tidak berdasarkan Surat Perintah Membayar (SPM) dan
tidak dicatat dan dibukukan di dalam Buku Kas Umum (B. IX) sehingga terdapat perbedaan yang
sangat signifikan antara saldo buku dengan saldo tunai dan bank, selain itu BUD tidak pernah
melakukan rekonsiliasi kas sebagai sarana pencocokan antara saldo buku dengan saldo kas
tunai dan bank. Pengeluaran kas tersebut digunakan antara lain untuk panjar kerja sebagian
Satuan Kerja, pinjaman sementara ke sejumlah pihak(termasuk pengeluaran kas yang tidak bisa
dijelaskan peruntukkannya)seluruhnya sebesar Rp58.273.566.604,00. Panjar dan pinjaman
sementara tersebut tercatat diNeraca sebagai unsur Kas sehingga saldo Kas yang disajikan di
Neraca tidak menunjukkan saldo yang riil. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam Temuan
Pemeriksaan Kepatuhan No. 1.
2. Pemerintah Kabupaten Donggala membebankan pengeluaran TA 2004 dan 2005 sebesar
Rp344.288.099,00 pada APBD TA 2006. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam Temuan
Pemeriksaan Kepatuhan No. 3.
3. Pemerintah Kabupaten Donggala belum mencatat Hutang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
sebesar Rp1.301.330.482,00 yang terdiri dari Pajak Penghasilan (PPh)sebesar Rp440.945.584,00
dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp860.384.898,00. PPh dan PPN ini tersebut belum
dipungut dan disetor ke Kas Negara. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan
Kepatuhan No. 9.
4. Sampai dengan pemeriksaan berakhir masih terdapat sejumlah bukti pertanggungjawaban atas
penggunaan anggaran yang belum dilakukan otorisasi sebagai bahan pembukuan sebesar
Rp6.039.488.000,00 dan terdapat bukti pertanggungjawaban yang belum disampaikan oleh
sejumlah Pemegang Kas sebesar Rp3.206.594.831,00. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam
Temuan Pemeriksaan Kepatuhan No. 13.
5. Pemerintah Kabupaten Donggala kurang menyajikan Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah
pada Laporan Realisasi Anggaran TA 2006 masing-masing sebesar Rp113.108.867,10 dan
Rp9.598.848.377,00. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan SPI No. 2.
17
6. Pemerintah Kabupaten Donggala belum menyajikan saldo Sisa Kas di Pemegang Kas pada
Neraca sebesar Rp3.206.594.831,00, kurang menyajikan saldo Piutang Bagi Hasil Pajak pada
Neraca sebesar Rp658.126.996,57, dan kurang menyajikan saldo Persediaan pada Neraca
sebesar Rp4.656.850.000,00. Selain itu,Pemerintah Kabupaten Donggala juga belum
menyajikan saldo Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang pada Neraca sebesar
Rp1.164.212.500,00 dan kurang menyajikan saldo Hutang Jangka Panjang pada Neraca sebesar
Rp1.164.212.500,00. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan SPI No. 1.
7. Seperti diuraikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan No.3.l.,Pemerintah Kabupaten
Donggala mencatat saldo Hutang Jangka Pendek Lainnya sebesar Rp32.067.046.787,99.
Bukti/catatan yang tersedia pada Pemerintah Kabupaten Donggala tidak memadai untuk
dapat mendukung kewajaran saldo tersebut. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam Temuan
Pemeriksaan SPI No. 1.
8. Seperti diuraikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan No. 3.h., Pemerintah Kabupaten
Donggala mencatat saldo Aktiva Tetap sebesar Rp636.376.824.791,46. Saldo tersebut belum
didukung bukti/catatan yang memadai berupa daftar aset tetap yang menunjukkan jenis aktiva
tetap, lokasi aktiva tetap, biaya perolehan, dan tahun perolehan. Hal ini diuraikan lebih lanjut
dalam Temuan Pemeriksaan SPI No. 5. Kondisi tersebut diatas menunjukkan bahwa
Pemerintah Kabupaten Donggala tidak memiliki pengendalian yang memadai untuk meyakinkan
terciptanya pencatatan akuntansi yang memadai. Hal ini mengakibatkan pencatatan akuntansi
tidak memberikan dasar yang memadai bagi penyusunan laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan kelemahan pengendalian


intern tersebut di atas mengakibatkan auditor tidak dapat meneruskan prosedur audit yang memadai
untuk menentukan dampaknya terhadap penyajian angka- angka laporan keuangan. Karena terdapat
prosedur pengeluaran kas yang tidak sesuai ketentuan dan adanya kelemahan pengendalian intern
yang material dan signifikan menyebabkan, BPK RI tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan
untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran posisi keuangan Pemerintah Kabupaten
Donggala per tanggal 31 Desember 2006, dan realisasi anggaran serta aliran kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut, sehingga tidak memungkinkan BPK-RI untuk memberikan pendapat
dan BPK- RI tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan tersebut.

3.3.4 Laporan Keuangan Tahun 2007


Opini : Tidak Menyatakan Pendapat
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Donggala
Tahun Anggaran 2007,BPK-RI menemukan beberapa permasalahan yang berdampak pada
kewajaran penyajian Laporan Keuangan sebagai berikut:

18
1. Seperti diuraikan dalam buku II: Laporan Hasil Pemeriksaan Sistim Pengendalian Intern,
Pengendalian atas pengelolaan kas yang dilaksanakan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD)
Kabupaten Donggala tidak berdasarkan prosedur yang menjamin adanya pengendalian yang
memadai,sehingga saldo kas per 31 Desember 2007 tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal
tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern
Nomor 1.
2. Seperti diuraikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan pada penjelasan atas pos-pos neraca
poin1.1.4,Pemerintah Kabupaten Donggala mencatat saldo persediaan per 31 Desember 2007
sebesar Rp251.262.989,00.Terkait dengan nilai tersebut hanya mencakup persediaan pada dua
SKPD dari 53 SKPD, sehingga saldo persediaan tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal tersebut
dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern Nomor 3.
3. Seperti diuraikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan, pada penjelasan atas pos-pos pada
neraca poin 1.3,Pemerintah Kabupaten Donggala mencatat Aset Tetap sebesar
Rp816.432.947.355,46, termasuk realisasi belanja modal tahun anggaran 2007 sebesar
Rp101.821.371.599,00. Terkait dengan tidak adanya data pendukung rincian aset yang
menunjukkan lokasi, tahun perolehan dan biaya perolehan aset tetap, belum adanya prosedur
akuntansi aset tetap, sehingga secara keseluruhan nilai aset tetap dalam neraca per 31 Desember
2007 tidak dapat dinilai kewajarannya. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan
Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern Nomor 4.
4. Seperti diuraikan dalam buku III:Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran
2007 realisasi penerimaan Pajak Galian C dicatat sebesar Rp7.311.282.699,86. Terkait dengan
penerimaan Pajak Galian C tahun 2007 tersebut terdapat penerimaan yang terlambat iii disetor
ke kas daerah sebesar Rp1.781.488.443,00, sehingga penerimaan Pajak Galian C dalam Laporan
Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2007 (unaudited) disajikan lebih rendah (understated)
sebesar Rp1.781.488.443,00. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan atas Kepatuhan
Terhadap Peraturan Perundang-undangan Nomor 2.
5. Seperti diuraikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan, pada penjelasan atas pos-pos laporan
realisasi anggaran poin 2, Pemerintah Kabupaten Donggala mencatat saldo belanja modal sebesar
Rp170.163.091.418,00. Terkait dengan realisasi belanja modal tahun 2007 yang diserahkan
kepada masyarakat tanpa berita acara penyerahan dicatat aset tetap dalam neraca sebesar
Rp4.840.938.200,00,sehingga realisasi belanja modal tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal
tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-
undangan Nomor 5.
6. Seperti diuraikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan Poin A pada penjelasan atas pos-pos
neraca poin 1.1.1,Pemerintah Kabupaten Donggala mencatat saldo kas per 31 Desember 2007
sebesar Rp28.916.903.151,87. Terkait dengan saldo tersebut saldo per 31 Desember 2006
sebesar Rp67.340.478.322,57 tidak dimasukkan menjadi saldo awal tahun 2007. Saldo tersebut
adalah pengeluaran kas berupa panjar yang tidak ada pencatatan dan dasar hukumnya, saldo
19
tersebut dicatat pada akun aset lain-lain, sehingga saldo kas pada neraca per 31 Desember
2007 tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan atas
Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan Nomor 9.
7. Seperti diuraikan dalam buku III: Terdapat Dana Sebesar Rp 3.971.026.681,00 Disimpan
Pada Rekening Yang Bukan Milik Pemerintah Kabupaten Donggala. Terkait dengan masalah
tersebut Pemerintah Kabupaten Donggala tidak memperoleh pendapatan jasa giro atas
penyimpanan dana di luar kas daerah sehingga membuka peluang terjadinya penyalahgunaan
dana yang dikelola oleh kuasa BUD dan Bendahara Pengeluaran yang tidak tercatat sebagai
rekening kas daerah dan saldo kas pada neraca per 31 Desember 2007 tidak menggambarkan
keadaan yang sebenarnya yang dapat mempengaruhi kewajaran laporan keuangan. Hal
tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-
undangan Nomor 10.
8. Seperti diuraikan dalam buku III: Pembiayaan Pengeluaran Pembayaran Hutang kepada
Rekanan untuk Pekerjaan Tahun Anggaran 2006 Senilai Rp24.070.942.487,00 tidak Didukung
Bukti yang Memadai,Terkait dengan realisasi belanja modal tersebut hanya diperoleh bukti
pada dua SKPD dari 20 SKPD, sehingga realisasi belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran
(LRA) tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya.Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut
dalam Temuan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang- undangan Nomor 11.
9. Seperti diuraikan dalam buku III: Dana penanganan pasca bencana Tahun Anggaran 2007
senilai Rp7.000.000.000,00, dicatat . Terkait dengan penerimaan dana tersebut dicatat sebagai
dana darurat yang seharusnya merupakan dana hibah, sehingga realisasi belanja dana darurat
tidak dapat diyakini kebenarannya. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan atas
Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan Nomor 7.
Karena pembatasan lingkup pemeriksaan sebagaimana disebutkan pada paragraf sebelumnya,
BPK RI tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai
atas kewajaran laporan keuangan, lingkup pemeriksaan BPK RI tidak cukup untuk memungkinkan
BPK RI menyatakan pendapat, dan BPK RI tidak menyatakan pendapat atas Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Donggala per 31 Desember 2007, Laporan RealisasiAnggaran, Laporan Arus
Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

3.3.5 Laporan Keuangan Tahun 2008


Opini : Tidak Menyatakan Pendapat
Hasil pemeriksaan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Seperti diuraikan pada LHP Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Donggala TA 2008,
Catatan atas Laporan Keuangan pada Bab V menunjukkan nilai Aset Tetap sebesar
Rp977.474.861.680,46. Hasil pemeriksaan menunjukkan aset tetap tahun 2008 dicatat hanya
sebesar biaya fisiknya belum termasuk biaya-biaya perolehannya lain dan terdapat aset tetap
20
yang telah dihapus dari daftar barang milik daerah (BMD) sebelum ada SK Kepala Daerah,
sehingga saldo Aset Tetap tidak dapat diyakini. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam LHP
Atas Sistem Pengendalian Intern No.5.
2. Seperti diuraikan dalam LHP Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Donggala TA
2008, Catatan atas Laporan Keuangan pada Bab V menunjukkan Persediaan sebesar
Rp3.082.594.759,00. Hasil pemeriksaan menunjukkan persediaan sebesar Rp1.074.944.243,00
tidak dapat ditelusuri karena pencatatan tidak memadai. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan
dalam LHP Atas Sistem Pengendalian Intern No.6.
3. Seperti diuraikan dalam LHP Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Donggala TA
2008, Catatan atas Laporan Keuangan pada Bab V menyajikan akun Investasi Jangka Panjang
sebesar Rp8.003.409.889,98. Hasil pemeriksaan menunjukkan kerjasama dengan PT BNS Mitra
Usaha tidak sesuai ketentuan sebesar Rp1.234.758.500,00 sehingga akun Aset Tetap dan akun
Investasi tidak dapat diyakini. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan
Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan No.1.
4. Seperti diuraikan dalam LHP Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Donggala TA
2008,Catatan atas Laporan Keuangan pada Bab V tidak menyajikan akun Utang Pajak. Hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa pemungutan dan penyetoran pajak sebesar Rp313.336.409,00
oleh Bendahara Pengeluaran SKPD terlambat dilakukan sehingga akun Kas dan Utang Pajak
tidak dapat diyakini. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas
Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan No.2.
5. Seperti diuraikan dalam LHP Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Donggala TA
2008, Catatan atas Laporan Keuangan pada Bab V menunjukkan akun Pendapatan Pajak
Daerah sebesar Rp8.365.000.000,00 dan sub akun Piutang Pajak Galian C sebesar
Rp1.144.033.025,00.Hasil pemeriksaan menunjukkan, penyelesaian tunggakan Pajak Galian C
sebesar Rp2.095.964.259,00 tidak sesuai ketentuan dan belum dikenakan dendasebesar
Rp322.870.676,54 sehingga akun Piutang dan Pendapatan Pajak Daerah tidak dapat diyakini.Hal
tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam temuan Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan
Perundang-undangan No.7.
6. Seperti diuraikan dalam LHP Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Donggala TA
2008, Catatan atas Laporan Keuangan pada Bab V menunjukkan akun Belanja Hibah sebesar
Rp34.172.112.000,00. Hasil pemeriksaan menunjukkan belanja bantuan sebesar
Rp19.866.913.436,00 belum dipertanggungjawabkan di antaranya hibah untuk KPU Donggala
sebesar Rp14.850.000.000,00 dan pengamanan pilkada sebesar Rp1.886.122.560,00, sehingga
akun Belanja Hibah tidak dapat diyakini. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan
Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan No.8.
Karena pembatasan lingkup pemeriksaan sebagaimana disebutkan pada paragraf
sebelumnya, BPK RI tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan
yang memadai atas kewajaran laporan keuangan, lingkup pemeriksaan BPK RI tidak cukup untuk
21
memungkinkan BPK RI menyatakan pendapat, dan BPK RI tidak menyatakan pendapat atas Laporan
Keuangan Pemerintah Kabupaten Donggala TA 2008.

3.3.6 Analisis terhadap Perubahan Opini BPK


Dari tahun 2004 hingga 2008, opini audit atas Laporan Keuangan Kabupaten Donggala
mengalami penurunan yang sangat drastis. Hal yang sangat kontras terjadi pada tahun 2005
(unqualified) dan 2006 (disclaimer). Opini BPK pun tidak meningkat sejak tahun 2006 hingga 2008.
Pada tahun 2004, Laporan Keuangan disajikan secara wajar kecuali untuk beberapa hal, diantaranya
adanya pengeluaran fiktif dan pengeluaran kas yang tidak sesuai dengan ketentuan. Pada tahun
berikutnya, pemerintah berhasil menyajikan laporan keuangan secara wajar dengan tingkat salah saji
yang tidak material sehingga mendapatkan opini unqualified. Namun, pada tahun 2006 BPK
menemukan banyak masalah yang sangat material berkaitan dengan ketidakpatuhan, diantaranya:
 pengeluaran kas tidak sesuai dengan ketentuan
 kurang menyajikan pendapatan daerah
 saldo utang disajikan tidak wajar
 penilaian aktiva tetap yang tidak didukung dengan bukti yang cukup
Karena terdapat prosedur pengeluaran kas yang tidak sesuai ketentuan dan adanya
kelemahan pengendalian internal yang material dan signifikan, BPK RI tidak dapat menerapkan
prosedur pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran posisi keuangan
Pemerintah Kabupaten Donggala. Oleh karena itu, BPK tidak menyatakan pendapat atas Laporan
Keuangan tahun tersebut. Dua tahun selanjutnya, belum ada perbaikan dalam hal penyajian Laporan
keuangan. Faktanya, lingkup pemeriksaan BPK RI tidak cukup untuk memungkinkan BPK RI
menyatakan pendapat, sehingga opini yang dikeluarkan adalah disclaimer.
Masalah utama yang melatarbelakangi banyaknya terjadi ketidakpatuhan tentunya adalah
pengendalian internal yang lemah. Berdasarkan hasil temuannya, BPK RI merekomendasikan kepada
Pemerintah Donggala agar memberikan teguran atau sanksi tertentu kepada pihak yang lalai dalam
pengelolaan aset. Selain itu, Pemerintah juga harus memperhatikan keleluasaan aliran informasi dan
pengumpulan bukti-bukti audit oleh auditor agar ruang lingkup pemeriksaan BPK memungkinkan
mereka untuk mengeluarkan opini. Terbatasnya ruang lingkup pemeriksaan audit dapat disebabkan
oleh beberapa hal, diantaranya yaitu ada pihak yang dengan sengaja menyembunyikan bukti-bukti
audit tertentu dan tidak bersedia membagi informasi (misalnya untuk menyembunyikan
kecurangannya).

22
3.4 Opini BPK atas Laporan Keuangan Kabupaten Morowali
3.4.1 Laporan Keuangan Tahun 2005
Opini : Wajar Tanpa Pengecualian

3.4.2 Laporan Keuangan Tahun 2006


Opini : Tidak Menyatakan Pendapat
Hasil pemeriksaan BPK-RI mengungkapkan hal-hal sebagai berikut :
1. Belanja Daerah Kabupaten Morowali Tahun 2006 direalisasikan Tahun 2007 sebesar Rp
63.436.600.606,31 dan Penerimaan Tahun 2007 diakui sebagai Penerimaan Tahun 2006
sebesar Rp8.883.344.980,81. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan SPI
No.1.
2. Jumlah pengeluaran berdasarkan Surat Perintah Membayar (SPM) antara Register SPM Yang
dibuat oleh Sub Bagian Perbendaharaan sebesar Rp347.403.439.795,59, Buku Kas Umum
(BKU) yang dibuat oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) sebesar Rp365.999.595.251,37,
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yang disusun oleh Bagian Keuangan sebesar
Rp356.007.196.822,37, dan data realisasi SPM pada masing-masing Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dari hasil konfirmasi beberapa SKPD, menunjukkan perbedaan yang sampai
dengan akhir pemeriksaan tidak dapat ditelusuri. Catatan yang tersedia pada Pemerintah
Kabupaten Morowali tidak memadai untuk dapat dilaksanakannya prosedur penelusuran atas
perbedaan tersebut. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas SPI No.2
3. Sistem dan Prosedur Pertanggungjawaban Pengelolaan APBD Tahun 2006 Pemerintah
Kabupaten Morowali belum sepenuhnya mengacu pada Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 29 Tahun 2002 diantaranya sistem pembukuan masih berdasarkan sistem pembukuan
tunggal (single entry) dengan dasar pencatatan antara lain terdiri dari Buku Kas Umum (B.IX),
Buku Besar Penerimaan (B.IV), Buku Besar Pengeluaran (B.V), Daftar Penguji (B.XII). Hal ini
diuraikan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan SPI No.3.
4. Pemerintah Kabupaten Morowali mencatat saldo Aktiva Tetap pada Neraca per 31 Desember
2006 sebesar Rp431.155.281.770,31. Saldo tersebut merupakan akumulasi dari saldo yang
tercatat pada neraca awal (per 31 Desember 2005) ditambah pengadaan aktiva tetap TA. 2006.
Saldo yang tercatat pada neraca awal belum disajikan sebesar nilai wajar yang dinilai oleh Penilai
Inpenden. Selain itu, saldo Aktiva Tetap per 31Desember 2006 tersebut diatas belum didukung
oleh perincian dalam Daftar Aset Daerah yang menunjukkan jenis, lokasi,tahun perolehan dan
biaya perolehan aktiva tetap. Data yang tersedia tidak mencukupi untuk mendukung nilai yang
disajikan pada neraca Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan SPI No.5.
5. Penatausahaan administrasi keuangan oleh Bendahara Umum Daerah
diselenggarakan tidak tertib diantaranya tidak dilakukan rekonsiliasi antara saldo BKU dan saldo
Bank, Bendahara Umum Daerah tidak tertib dalam melakukan pengarsipan atas bukti-bukti

23
pendukung catatan dalam B-IX, dan Sobekan BKU tidak disampaikan dengan tertib ke Sub
Bagian Pembukuan yang mengakibatkan terjadi perbedaan data antara realisasi anggaran
berdasarkan pencatatan BUD dengan Laporan Realisasi Anggaran yang dibuat oleh Sub Bagian
Pembukuan. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan SPI No.6.
6. Terdapat realisasi belanja Tahun Anggaran 2006 digunakan untuk membiayai kegiatan Tahun
Anggaran 2004 dan 2005 sebesar Rp189.920.454,00. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam
Temuan Pemeriksaan SPI No.10.
7. Dalam TA. 2006 terdapat pengeluaran kas yang direalisasikan tanpa SPM sebesar
Rp2.597.500.000,00. Pengeluaran tersebut diperlakukan oleh Bendahar Umum Daerah sebagai
Pinjaman Sementara dan masih tercatat sebagai unsur Kas per 31 Desember 2006. Seluruh
Pinjaman Sementara tersebut telah diselesaikan dalam TA. 2007. Setelah tanggal neraca, dalam
TA. 2007 masih terdapat pengeluaran tanpa SPMU sebesar Rp2.500.000.000,00 yang juga
telah diselesaikan dalam TA bersangkutan. Hal ini diuraikan lebih lanjut dalam Temuan
Pemeriksaan atasKepatuhan No. 1.
8. Terdapat Pinjaman Sementara TA. 2004 sebesar Rp414.736.125,00 yang belum diselesaikan
dan masih tercatat sebagai unsur Kas per 31 Desember 2006. Selain itu terdapat Sisa Uang
Untuk Dipertanggungjawabkan (UUDP) TA. 2005 sebesar Rp71.449.842,00 yang belum
diselesaikan dan tidak tercatat dalam Neraca per 31Desember 2006.Sampai dengan pemeriksaan
berakhir, Pinjaman Sementara dan sisa UUDP tersebut belum diselesaikan. Hal ini diuraikan
lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas Kepatuhan No. 2.
9. Belanja Bantuan Keuangan Tahun Anggaran 2006 sebesar Rp2.864.049.474,00 dipergunakan
untuk bantuan kepada Instansi Vertikal, Partai Politik dan Perayaan Hari Ulang Tahun. Hal ini
diuraikan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan Kepatuhan No.12.
10.Dalam TA. 2006, terdapat penerimaan Dana Askes di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Kolonodale sebesar Rp1.219.357.306,00 yang digunakan langsung dan penerimaan serta
penggunaan dana tersebut tidak dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran TA. 2006.
Penerimaan dan penggunaan dana tersebut tidak melalui Kas daerah. Hal ini diuraikan lebih
lanjut dalam Temuan Pemeriksaan Kepatuhan No. 15.
11.Terdapat beberapa angka yang disajikan dalam Neraca, LRA, dan Laporan Arus Kas berbeda
dengan angka yang disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan, yaitu saldo Aktiva Tetap
per 31 Desember 2006 dan 2005, jumlah Pembiayaan, jumlah Aliran Kas Bersih dari Aktivitas
Operasi, Investasi dan Pembiayaan. Kondisi tersebut diatas menunjukkan bahwa Pemerintah
Kabupaten Morowali tidak memiliki pengendalian yang memadai untuk meyakinkan terciptanya
pencatatan akuntansi yang memadai. Hal ini mengakibatkan pencatatan akuntansi tidak
memberikan dasar yang memadai bagi penyusunan laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dan kelemahan pengendalian intern tersebut diatas mengakibatkan BPK

24
tidak dapat meneruskan prosedur audit yang memadai untuk menentukan dampaknya terhadap
penyajian angka- angka laporan keuangan.

Karena terdapat prosedur pengeluaran kas yang tidak sesuai ketentuan dan adanya
kelemahan pengendalian intern yang material dan signifikan menyebabkan BPK RI tidak dapat
menerapkan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran
posisi keuangan Pemerintah Kabupaten Morowali per tanggal 31 Desember 2006, dan realisasi
anggaran serta aliran kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sehingga tidak
memungkinkan BPK-RI untuk memberikan pendapat dan BPK- RI tidak menyatakan pendapat atas
laporan keuangan tersebut.

3.4.3 Laporan Keuangan Tahun 2007


Opini : Tidak Menyatakan Pendapat
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Morowali
Tahun Anggaran 2007, BPK RI menemukan beberapa permasalahan yang berdampak pada
kewajaran penyajian Laporan Keuangan sebagai berikut:
1. Seperti diuraikan dalam buku II: Laporan Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern,
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali disusun berdasarkan SP2D yang
diterima oleh Sub Bagian Pembukuan dan bukan berdasarkan realisasi riil dari masing-masing
SKPD.Laporan Keuangan tidak dilengkapi dengan rincian Neraca, rincian LRA, sehingga
tidak dapat dilakukan penelusuran untuk meyakini angka-angka yang disajikan dalam Neraca dan
LRA. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern nomor 1.
2. Seperti diuraikan dalam buku II : Laporan Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern,
hasil pengujian terhadap realisasi pendapatan dan realisasi belanja antara BKU (B.IX), LRA, dan
Laporan dari SKPD menunjukkan adanya perbedaan angka yang cukup material yang disajikan
dalam laporan keuangan. Perbedaan angka tersebut tidak dapat dijelaskan, sehingga sulit untuk
dinilai kewajarannya. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas
Sistem Pengendalian Intern nomor 2.
3. Seperti diuraikan dalam buku II: Laporan Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern,
Pengendalian atas pengelolaan kas yang dilaksanakan oleh BUD Kabupaten Morowali berupa
pencatatan transaksi kedalam Buku Kas Umum (BKU) tidak sesuai prosedur yang menjamin
adanya pengendalian yang memadai. Terkait dengan pencatatan tersebut terdapat cek yang
masih beredar(outstanding cheque) dicairkan bulan Januari dan Februari 2008 sebesar
Rp82.815.717.097,31 dicatat sebagai realisasi belanja tahun 2007 dan penerimaan tahun 2008
sebesar Rp1.196.312.300,00 dicatat sebagai realisasi penerimaan tahun 2007, sehingga saldo
BKU per 31 Desember 2007 tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal tersebut dijelaskan lebih
lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern nomor 3.
25
4. Seperti diuraikan dalam buku II: Laporan Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern,
Pemerintah Kabupaten Morowali mencatat Aset Tetap dalam Neraca per 31 Desember 2007
sebesar Rp677.641.307.416,44. Nilai tersebut dicatat berdasar nilai historis termasuk realisasi
belanja modal tahun sebesar Rp246.483.338.846,13. Terkait dengan nilai Aset Tetap yang
dilaporkan tersebut tidak didukung rincian daftar aset yang menunjukkan lokasi, tahun perolehan
dan biaya perolehan aset tetap,sehingga secara keseluruhan nilai aset per 31 Desember 2007 sulit
dinilai kewajarannya. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas
Sistem Pengendalian Intern nomor 5.
5. Seperti diuraikan dalam buku II: Laporan Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern,
Terdapat sisa pinjaman sementara tahun 2004 sebesar Rp414.736.125,00 yang belum
dipertanggungjawabkan dan belum dicatat dalam Neraca Pemerintah Kabupaten Morowali per 31
Desember 2007, sehingga mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan.
Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern
nomor 8.
6. Seperti diuraikan dalam buku III: Terdapat penyerahan bantuan keuangan kepada sembilan
Partai Politik tahun 2007 tidak dilengkapi persyaratan administrasi sesuai ketentuan
dan belum dipertanggungjawabkan seluruhnya sebesar Rp500.000.000,00, sehingga realisasi
bantuan keuangan Partai Politik tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal tersebut dijelaskan
lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-
undangan nomor 4.
7. Seperti diuraikan dalam buku III: Terdapat enam proyek jasa konsultan pada Bappeda sebesar
Rp3.600.123.000,00 yang dilaksanakan dengan penunjukan langsung. Terkait dengan keenam
proyek tersebut terdapat Biaya Langsung Personil sebesar Rp894.600.000,00 dan Biaya
Langsung Non Personil sebesar Rp2.571.723.000,00 belum dipertanggungjawabkan, sehingga
realisasi belanja barang jasa konsultan tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal tersebut
dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan
Perundang-undangan nomor 6.
8. Seperti diuraikan dalam buku III: Terdapat bantuan sosial kepada Kepolisian Resort(POLRES)
Morowali sebesar Rp2.450.625.250,00 yang digunakan untuk biaya pengamanan PILKADA
tahun 2007. Terkait pemberian bantuan sosial tersebut POLRES Morowali belum menyampaikan
laporan pertanggungjawaban, sehingga realisasi belanja bantuan sosial untuk PILKADA tidak
dapat diyakini kewajarannya. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan
atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan nomor 11.
9. Seperti diuraikan dalam buku III:Penyaluran Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan
tidak sesuai dengan Juknis dan Surat Keputusan Bupati. Terkait dengan hal tersebut 31 (tiga
puluh satu) Kepala Sekolah penerima DAK belum menyampaikan laporan pertanggungjawaban
sebesar Rp6.300.000.000,00, sehingga realisasi penggunaan DAK dalam LRA tidak dapat dinilai

26
kewajarannya.Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas Kepatuhan
Terhadap Peraturan Perundang-undangan nomor 12.
10. Seperti diuraikan dalam buku III: Pemerintah Kabupaten Morowali mencatat Piutang Daerah
pada Perusda Kabupaten Morowali dalam Neraca per 31 Desember 2007 sebesar
Rp4.000.000.000,00. Terkait dengan piutang daerah tersebut berdasarkan bukti
pertanggungjawaban adalah penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Morowali, penyertaan
modal tersebut belum ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut
dalam Temuan Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan nomor 13.
Karena pembatasan lingkup pemeriksaan sebagaimana disebutkan pada paragraf
sebelumnya, BPK RI tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan
yang memadai atas kewajaran laporan keuangan, lingkup pemeriksaan BPK RI tidak cukup untuk
memungkinkan BPKRI menyatakan pendapat, dan BPK RI tidak menyatakan pendapat atas Laporan
Keuangan Pemerintah Kabupaten Morowali per 31 Desember 2007, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

3.4.4 Laporan Keuangan Tahun 2008


Opini : Tidak Menyatakan Pendapat
Hasil pemeriksaan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Seperti diuraikan dalam LHP Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Morowali Tahun
Anggaran (TA) 2008 pada Catatan atas Laporan Keuangan Bab V angka 1.1.2 menunjukkan nilai
Piutang sebesar Rp4.000.000.000,00. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tim tidak dapat
melakukan prosedur alternatif untuk menguji penyajian piutang pada neraca. Hal tersebut lebih
lanjut dijelaskan dalam LHP Atas Sistem Pengendalian Intern No. 3.
2. Seperti diuraikan dalam LHP Atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Morowali TA 2008
pada Catatan atas Laporan Keuangan Bab V angka 1.3 menunjukkan nilai aset tetap sebesar
Rp891.185.452.612,44. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa saldo per 31 Desember 2007
merupakan saldo awal asset tetap neraca tahun 2008 yang pada pemeriksaan tahun 2007 tidak
diyakini kewajarannya karena penyajiannya tidak didukung rincian yang dapat diyakini
kebenarannya. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam LHP Atas Sistem Pengendalian Intern
No. 5.
3. Seperti diuraikan pada Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan
Perundang-Undangan, hasil pemungutan PPN/PPh ditransfer kerekening titipan dan belum
disetor ke Kas Negara sebesar Rp2.236.056.169,29. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam
Temuan Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang- undangan No. 1.
4. Seperti diuraikan pada Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan
Perundang-Undangan, realisasi tunjangan kesejahteraan aparatur sebesar Rp980.485.008,00

27
belum dipertanggungjawabkan. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan
atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan No. 3.
5. Seperti diuraikan pada Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan
Perundang-Undangan, pencairan dana atas belanja daerah melampaui batas akhir TA 2008
sebesar Rp17.948.296.215,00. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan
Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan No. 4.
6. Seperti diuraikan pada Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan
Perundang-Undangan, realisasi belanja modal pekerjaan peningkatan aspal Uedago-Trans
Lingkar Atas Seksi I pada Dinas Pekerjaan Umum tidak dialokasikan anggarannya sebesar
Rp286.500.000,00. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas
Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan No. 6.
7. Seperti diuraikan pada Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan
Perundang-Undangan, realisasi perjalanan dinas pejabat dan pegawai tidak sesuai ketentuan
sebesar Rp298.717.500,00. Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas
Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan No. 8.
8. Seperti diuraikan pada Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan
Perundang-Undangan, penyaluran dan pelaporan pertanggungjawaban DAK Pendidikan TA
2008 tidak sesuai dengan ketentuan sebesar Rp2.750.000.000,00. Hal tersebut dijelaskan lebih
lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan
No. 9.
9. Seperti diuraikan pada Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan
Perundang-Undangan, penyaluran dana fasilitasi permodalan bagi usaha mikro kecil dan
menengah sebesar Rp350.000.000,00 diberikan kepada perorangan. Hal tersebut dijelaskan lebih
lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan
No. 12.
10.Seperti diuraikan pada Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan
Perundang-Undangan, belanja alokasi dana desa belum dipertanggungjawabkan sebesar
Rp3.994.258.175,90.Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan atas
Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan No.16.
Karena pembatasan lingkup pemeriksaan sebagaimana disebutkan pada paragraf sebelumnya,
BPK RI tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai
atas kewajaran laporan keuangan,lingkup pemeriksaan BPK RI tidak cukup untuk memungkinkan
BPK RI menyatakan pendapat,dan BPK RI tidak menyatakan pendapat atas Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Morowali TA 2008.

3.4.5 Analisis terhadap Perubahan Opini BPK


Opini audit atas Laporan Keuangan Kabupaten Morowali tidak berbeda dengan Kabupaten
Donggala, di mana selama 3 tahun berturut-turut (2006-2008) opini yang diberikan oleh BPK adalah
28
disclaimer atau tidak menyatakan pendapat. Sama halnya dengan Kabupaten Donggala, pada tahun
2005, Kabupaten Morowali memperoleh opini unqualified yang menandakan bahwa Laporan
Keuangan telah disajikan secara wajar dengan tingkat salah saji yang tidak material. Namun, 3 tahun
berikutnya kualitas pelaporan keuangan justru menurun drastis dengan ditemukannya banyak salah
saji material dalam Laporan Keuangan. Pada tahun 2006, tercatat ada 11 masalah sangat material
yang ditemukan oleh BPK, diantaranya terkait dengan pencatatan yang tidak didukung oleh bukti
yang memadai sehingga tidak dapat ditelusuri dan diyakini kewajarannya. Dua tahun selanjutnya
(2007 dan 2008), ditemukan 10 masalah material dalam penyajian Laporan Keuangan, diantaranya
terkait dengan bantuan yang diberikan kepada partai politik yang tidak dapat diyakini kewajarannya,
juga biaya keamanan pelaksanaan Pilkada yang tidak dilengkapi dengan Laporan
Pertanggungjawaban. Selain itu, adapula masalah pajak yang belum disetorkan ke kas Negara. Opini
disclaimer diberikan terutama karena ruang lingkup pemeriksaan yang terbatas disebabkan sangat
minimnya data-data pendukung catatan pada Laporan Keuangan.
Beberapa masalah sangat material yang ditemukan BPK atas Laporan Keuangan Kabupaten
Morowali mengindikasikan adanya tindakan kecurangan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, di
mana data-data terkait dengan transaksi atau pencatatan tersebut sangat tidak memadai. Hal ini
menyebabkan auditor tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan
yang memadai atas kewajaran laporan keuangan. Hal tersebut tidak terlepas dari lemahnya
pengendalian internal dalam sistem penyajian Laporan Keuangan di Kabupaten Morowali.

3.5 Opini BPK atas Laporan Keuangan Kota Palu


3.5.1 Laporan Keuangan Tahun 2005
Opini : Wajar Tanpa Pengecualian

3.5.2 Laporan Keuangan Tahun 2006


Opini : Wajar Dengan Pengecualian
Ketidakpatuhan yang ditemukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI) dalam
rangka pemeriksaan laporan keuangan sebagai berikut :
1. Sisa UUDP Tahun Anggaran 2006 belum disetor oleh Pemegang Kas
sebesar Rp80.802.947,55.
2. Realisasi pengeluaran kas berupa panjar sebesar Rp312.784.470,00 belum
dipertanggungjawabkan sampai dengan 31 Desember 2006.
3. Pengeluaran biaya rumah tangga Walikota dan Wakil Walikota sebesar
Rp383.599.998,00 tidak sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005.
4. Pemberian insentif jasa pelayanan pajak dan retribusi daerah Tahun Anggaran 2006 pada
Sekretariat Kota Palu tidak sesuai Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000.

29
5. Pengeluaran biaya jasa kantor pada Sekretariat DPRD Kota Palu sebesar
Rp171.071.198,00 tidak sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005.
6. Bagi Hasil PBB-KB belum diterima pada Tahun Anggaran 2006 sebesar
Rp1.491.587.653,85.
7. Prosedur dan pengelolaan penerimaan Pajak Penerangan Jalan (PPJ) dan belanja Upah Pungut
PPJ tidak sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002.

3.5.3 Laporan Keuangan Tahun 2007


Opini : Wajar Dengan Pengecualian
Hasil pemeriksaan BPK RI mengungkapkan bahwa:
1. Seperti diuraikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan pada penjelasan pos-pos neraca,
Pemerintah Kota Palu mencatat saldo persediaan per 31 Desember 200 sebesar
Rp2.071.258.572,00. Terkait saldo tersebut, terdapat persediaan bahan kimia dan alat-alat
kesehatan habis pakai pada RSUD Anutapura yang tidak diketahui nilainya hasil pengadaan
tahun 2007 sehingga saldo persediaan tersebut tidak dapat diyakini. Hal tersebut diatas
dijelaskan lebih lanjut dalam temuan pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dalam
Kerangka Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Palu TA 2007 nomor 4.
2. Seperti diuraikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan pada penjelasan pos-pos neraca nomor
3.7, Pemerintah Kota Palu mencatat saldo penyertaan modal per 31Desember 2007 sebesar
Rp14.680.693.775,00. Terkait saldo tersebut, terdapat perbedaan pengakuan penyertaan modal
antara Pemerintah Kota Palu dan PT. CNE sebesar Rp16.391.000.000,00 dan terdapat
ketidakjelasan penyertaan modal Pemerintah Kota Palu pada PT. PJPP sehingga saldo penyertaan
modal tidak dapat diyakini kebenarannya. Hal tersebut diatas dijelaskan lebih lanjut dalam
temuan pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan dalam Kerangka
pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Palu TA. 2007 nomor 1 dan 2.
3. Seperti diuraikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan pada penjelasan pos-pos neraca,
Pemerintah Kota Palu mencatat saldo awal asset tetap sebesar Rp578.196.651.018,00. Terkait
saldo tersebut,terdapat perbedaan antara rekapitulasi nilai aset tetap hasil appraisal TA 2005
dengan rincian pendukungnya sebesar Rp12.101.619.653,00. Selain itu, hasil realisasi belanja
modal sebelum dan selama TA 2005 belum dimasukkan dalam neraca per 31 Desember 2005
karena tidak diketahui nilainya. Dan juga terdapat pencatatan berulang atas aset tanah dan
kendaraan dinas masing-masing sebesar Rp69.309.000,00 dan Rp1.257.200.000,00,serta
terdapat aset tetap berupa instalasi jaringan air, gedung, meubelair dan buku yang dananya
bersumber dari APBN sebesar Rp6.915.184.800,00 dan dana alokasi khusus sebesar
Rp5.060.000.000,00 belum dimasukkan dalam neraca per 31 Desember 2006. Hal ini
menyebabkan saldo aset tetap tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal tersebut diatas dijelaskan
lebih lanjut dalam temuan pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dalam Kerangka
Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Palu TA 2007 nomor 2.
30
4. Seperti diuraikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan pada penjelasan pos-pos neraca,
Pemeritah Kota Palu mencatat saldo bagian utang lancar kepada Pemerintah Pusat dan utang
dalam negeri Pemerintah Pusat masing-masing sebesar Rp13.420.539.814,45 dan
Rp4.125.622.957,76.Terkait saldo tersebut terdapat tagihan pinjaman nomor RDA/284/DP3/1997
per 15 Desember 2007 yang berjumlah Rp7.277.170.571,85 berbeda dengan yang telah disajikan
sebesar Rp663.890.049,78. Selain itu, pinjaman nomor RDA-P5-254/DP3/1996 dan SLA-
1083/DP3/1998 tidak dapat diketahui saldonya per 31Desember 2007 karena tidak ada dokumen
yang menjelaskan hal tersebut. Hal tersebut diatas dijelaskan lebih lanjut dalam temuan
pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan dalam Kerangka
pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Palu TA. 2007 nomor 9.

3.5.4 Laporan Keuangan Tahun 2008


Opini : Tidak Menyatakan Pendapat
Hasil pemeriksaan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Hasil pemeriksaan menunjukkan 70 SKPD tidak menyusun laporan keuangan sehingga
Laporan Keuangan Pemerintah Kota Palu tidak disusun berdasarkan hasil konsolidasi
laporan keuangan SKPD. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam LHP atas Sistem
Pengendalian Intern No.1.
2. Seperti diuraikan dalam LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Palu TA 2008 dalam
Catatan atas Laporan Keuangan, Bab V Point A.1.3., saldo Akun Aset Tetap sebesar
Rp833.192.987.750,00. Hasil pemeriksaan menunjukkan SKPD maupun BPKKD tidak
membuat buku besar aset dan daftar inventaris, serta aset sebesar Rp1.642.131.000,00 tidak jelas
penguasaannya, sehingga Akun Aset Tetap tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal tersebut
lebih lanjut dijelaskan dalam LHP atas Sistem Pengendalian Intern No.4.
3. Seperti diuraikan dalam LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Palu TA 2008 dalam
Catatan atas Laporan Keuangan Bab V Point B.3.,saldo Akun Pengeluaran Pembiayaan Daerah
sebesar Rp17.538.368.883,56. Hasil pemeriksaan menunjukkan Penyertaan Modal
Pemerintah (PMP) Kota Palu kepada PT Citra Nuansa Elok (PT CNE) tahun 2008 sebesar
Rp14.750.000.000,00 dilakukan tidak sesuai ketentuan, sehingga Akun Pengeluaran Pembiayaan
Daerah tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam LHP atas
Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan No.1.
4. Seperti diuraikan dalam LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Palu TA 2008 dalam
Catatan atas Laporan Keuangan Bab V Point A.1.2.2., saldo Akun Investasi Jangka Panjang -
Investasi Permanen sebesar Rp30.229.062.659,00. Hasil pemeriksaan menunjukkan PMP Kota
Palu kepada PT CNE s.d. tahun 2008 sebesar Rp49.789.000.000,00 tidak didukung dengan
Peraturan Daerah Penyertaan Modal, sehingga saldo Akun Investasi Jangka Panjang - Investasi
Permanen tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam LHP
atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan No.1.
31
5. Seperti yang diuraikan dalam LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Palu TA 2008
dalam Catatan atas Laporan Keuangan Bab V Point B.2.1., Akun Belanja Operasi – Belanja
Barang sebesar Rp72.479.242.408,00. Hasil pemeriksaan menunjukkan terdapat belanja sebesar
Rp228.283.000,00 belum dipertanggungjawabkan, honorarium sebesar Rp170.000.000,00 tidak
sesuai ketentuan, dan perjalanan dinas sebesar Rp199.273.000,00 tidak sesuai ketentuan,
sehingga akun Belanja Operasi – Belanja barang tidak dapat diyakini kewajarannya.Hal tersebut
lebih lanjut dijelaskan dalam LHP atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
No. 2, No.4, dan No.12.
6. Seperti diuraikan dalam LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Palu TA 2008 tidak ada
PMP pada PT PJPP dalam Akun Investasi Jangka Panjang – Investasi Permanen,
sehingga akun Investasi Jangka Panjang – Investasi Penyertaan Modal dan Akun Aset Tetap –
Tanah tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam LHP atas
Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan Bab Pemantauan Tindak Lanjut Hasil
BPK RI atas LKPD TA 2007 Poin 3.a).1).
Karena pembatasan lingkup pemeriksaan sebagaimana disebutkan pada paragraf sebelumnya,
BPK RI tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang memadai
atas kewajaran laporan keuangan, lingkup pemeriksaan BPK RI tidak cukup untuk memungkinkan
BPK RI menyatakan pendapat, dan BPK RI tidak menyatakan pendapat atas Laporan Keuangan
Pemerintah Kota Palu TA 2008.

3.5.5 Analisis terhadap Perubahan Opini BPK


Opini atas Laporan Keuangan Kota Palu menunjukkan penurunan sejak tahun 2007. Pada
tahun 2005 dan 2006, Laporan Keuangan yang disajikan telah menunjukkan pelaporan yang wajar,
dibuktikan dengan opini unqualified yang diberikan. Namun, pada tahun 2007, opini yang diberikan
adalah wajar dengan pengecualian, dan pada tahun 2008 menjadi disclaimer. Penurunan kinerja
pelaporan keuangan yang sangat disayangkan ini disebabkan oleh menurunnya pengendalian internal
terhadap sistem penyajian dan pelaporan kinerja keuangan Kota Palu. Kuranganya data-data
pendukung nilai yang tercatat dalam Laporan Keuangan juga menjadi faktor penyebab perubahan
opini tersebut.
Pada tahun 2008, BPK menemukan 6 masalah sangat material dalam penyajian Laporan
Keuangan, diantaranya adalah hasil pemeriksaan yang menunjukkan 70 SKPD tidak menyusun
laporan keuangan sehingga Laporan Keuangan Pemerintah Kota Palu tidak disusun
berdasarkan hasil konsolidasi laporan keuangan SKPD. Selain itu, ditemukan pula pengeluaran
untuk belanja daerah yang dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan. Sama halnya dengan daerah
lainnya di Sulawesi Tengah, opini disclaimer dikeluarkan oleh BPK atas terbatasnya ruang lingkup
pemeriksaan auditor dalam proses audit Laporan Keuangan.

32
3.6 Opini BPK atas Laporan Keuangan Kabupaten Poso
3.6.1 Laporan Keuangan Tahun 2004
Opini : Wajar Tanpa Pengecualian

3.6.2 Laporan Keuangan Tahun 2005


Opini : Wajar Tanpa Pengecualian

3.6.3 Laporan Keuangan Tahun 2006


Opini : Wajar Dengan Pengecualian
Hasil pemeriksaan BPK RI mengungkapkan bahwa:
1. Seperti diuraikan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan No.B.II.c,Pemerintah Kabupaten Poso
mencatat Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan sebesar Rp7.288.657.406,00. Dari jumlah
realisasi tersebut, terdapat bantuan kepada PDAM sebesar Rp1.341.460.600,00 yang digunakan
pembangunan aset berupa jaringan/instalasi air minum. Atas aset tersebut belum jelas statusnya
karena belum ada bukti serah terima antara Pemda Kabupaten Poso kepada PDAM Kabupaten
Poso dan belum ada ketetapan apakah akan dicatat sebagai Investasi Jangka Panjang
(penyertaan modal) atau aset lainnya. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam
Temuan Pemeriksaan SPI No.4.
2. Seperti diuraikan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan No.A.9,Pemerintah Kabupaten Poso
mencatat saldo asset tetap sebesar Rp412.310.313.616,56. Dari jumlah aset tetap tersebut
terdapat saldo sebesar Rp343.782.401.507,00 yang merupakan saldo aktiva tetap pada Neraca
per 31 Desember 2005 (neraca awal) yang belum disajikan sebesar nilai wajar yang dinilai oleh
Penilai Independen. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam Temuan Pemeriksaan SPI No.8.

3.6.4 Laporan Keuangan Tahun 2007


Opini : Wajar Dengan Pengecualian
Hasil pemeriksaan BPK RI mengungkapkan bahwa:
1. Seperti diuraikan dalam Catatan Laporan Keuangan, pada penjelasan atas pos-pos
Pemeritah Kabupaten Poso menyajikan saldo atas akun piutang laintas akun piutang laintas akun
piutang lain-lain yang merupakan saldo atas piutang dana bergulir sebesar Rpsaldo atas piutang
dana bergulir sebesar Rp3.180.720.000,003.180.720.000,00. PetunjukBupati Poso nomor
188.45/2149/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Modal Usaha Pelaksanaan Bantuan
atas dana bergulir yang dibebankan kepada KUKMK hanya berupa pengembalian bunga tanpa
pepengembalian bunga tanpa pengembalian atas pokok pinjaman. Atas hal tersebut, BPK RI
belum memperoleh data yang memadai atas perjanjian dana bergulir tersebut sehingga BPK RI
tidak dapat menyakini kewajaranmenyakini kewajaran terhadap penyajian saldo akun ini.

33
2. Seperti diuraikan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan, pada penjelasan atas pos pos neraca
poin i, Pemerintah Kabupaten Poso menyajikan saldo atas akun persediaan sebesar
Rp0,00 namun hasil pengujian BPKBPK RI sebagaimana diungkap pada laporan hasil
pemeriksaan npemeriksaan atas SPI (buku II), hasil pemeriksaa nomor lima ditemukan kondisi
dimanaditemukan kondisi dimana pada beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) masih
terdapat persediaan yang tidakmasih terdapat persediaan yang tidak dinilai dan dilaporkan,
sehingga BPK RI tidak dapat meyakini kewajaran terhadap penyajian saldo akun ini.
3. Seperti diuraikan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan, pada penjelasan atas pos-pos neraca
poin k,Pemerintah Kabupaten Poso menyajikan saldo atas akun aset tetap sebesar
Rp900.160.688.681,00. Saldo tersebut merupakan penjumlahan aset tetap hasil penilaian tim
appraisal independen dengan realisasi belanja modal TA 2007. Atas penyajian saldo tersebut
masih terdapat beberapa kelemahan sehingga BPK RI tidak dapat meyakini kewajaran penyajian
atas saldo pada akun ini, antara lain selisih antara rekapitulasi hasil penilaian dengan rincian
pendukungnya, tidak adanya data inventaris per 31 Desember 2007 sebagai data
pendukung,kelemahan dalam hal pengamanan aset,dan belum adanya prosedur pengelolaan
barang pada Pemerintah Kabupaten Poso yang secara rinci diuraikan pada laporan hasil
pemeriksaan atas SPI (buku II), hasil pemeriksaan nomor enam.
4. Seperti diuraikan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan, pada penjelasan atas pos-pos laporan
realisasi anggaran poin f, realisasi atas belanja perjalanan dinas disajikan sebesar
Rp33.657.930.087,00. Atas nilai tersebut BPK RI tidak dapat menyakini realisasi sebesar
Rp2.434.170.000,00 atas belanja perjalanan dinas yang melebihi standar,tumpang tindih,dan
tidak dapat diidentifikasi waktu pelaksanaannya sebagaimana diungkap pada laporan hasil
pemeriksaan atas kepatuhan (buku III), hasil pemeriksaan nomor tujuh.
5. Seperti diuraikan dalam Catata Atas Laporan Keuangan, pada penjelasan atas pos-pos laporan
realisasi anggaran poin f, realisasi atas belanja bantuan sosial disajikan sebesar
Rp11.084.232.125,00. Atas nilai tersebut BPK RI tidak dapat menyakini realisasi sebesar
Rp1.398.660.000,00 atas bantuan sosial yang diterima Bupati dan Wakil Bupati Poso yang belum
dipertanggungjawabkan sebagaimana diungkap sesuai pada laporan hasil pemeriksaa atas
kepatuhan (buku III), hasil pemeriksaan nomor enam.

3.6.5 Laporan Keuangan Tahun 2008


Opini : Tidak Menyatakan Pendapat
Hasil pemeriksaan mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Seperti diuraikan pada Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern, sistem
akuntansi pada Pemerintah Kabupaten Poso belum dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku
yaitu belum disusunnya laporan keuangan oleh SKPD sehingga penyajian Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Poso per 31 Desember 2008 tidak memenuhi asersi penyajian dan

34
pelaporan. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam LHP atas Sistem Pengendalian Intern
No. 1.
2. Seperti diuraikan pada Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Poso TA 2008 pada Catatan atas Laporan Keuangan Bab V angka 5.1.2.1huruf
c, saldo aset tetap disajikan sebesar Rp1.018.620.824.512. Hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa saldo asset tetap per 31Desember 2008 sebesar Rp1.018.620.824.512,00 tidak dapat
diyakini kewajarannya karena tidak dilengkapi data pendukung atau rincian aset tetap dan
terdapat aset tetap hasil pengadaan TA 2008 yang diserahkan kepada masyarakat sebesar
Rp2.492.468.457,00 masih disajikan dalam Neraca. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam
LHP atas Sistem Pengendalian Intern No. 2.
3. Seperti diuraikan pada Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Poso TA 2008 pada Catatan atas Laporan Keuangan Bab V angka 5.1.2.1 huruf
a.10, saldo persediaan disajikan sebesar Rp1.953.414.109,00. Hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa bendahara barang belum melakukan pencatatan baik atas saldo awal maupun mutasi
persediaan sebesar Rp6.463.123.125,00 terdiri dari barang habis pakai seperti ATK, alat
listrik,hewa dan tanaman untuk tujuan diserahkan ke masyarakat sehingga saldo persediaan per
31 Desember 2008 tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam
LHP atas Sistem Pengendalian Intern No. 3.
4. Seperti diuraikan pada Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Poso T 2008 pada Catatan atas Laporan Keuangan Bab V angka 5.1.1.2 huruf b,
bahwa belanja modal pengadaan tanah dianggarkan sebesar Rp5.344.137.560,00 dan telah
direalisasikan sebesar Rp4.327.837.035,00. Dari realisasi tersebut terdapat pengadaan tanah
sebesar Rp2.383.383.025,00,yaitu pembebasan tanah untuk Mako Brigif sebesar
Rp2.107.033.650,00, tanah untuk Kompi E sebesar Rp247.525.375,00 dan biaya ganti rugi
tanah di Labuan sebesar Rp28.824.000,00 tidak didukung dengan Surat Penyerahan
Hak Atas Tanah. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam LHP atas Kepatuhan
Terhadap Peraturan Perundang-undangan No. 8.
5. Seperti diuraikan pada Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan
Perundang-undangan, yaitu dana Jamkesmas belum disajikan dalam laporan realisasi anggaran
TA 2008 sebesar Rp2.806.945.382,00. Dari jumlah tersebut terdapat dana Jamkesmas sebesar
Rp2.255.822.124,00 pada Badan Pelayanan Kesehatan RSUD yang belum
dipertanggungjawabkan. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam LHP atas Kepatuhan
Terhadap Peraturan Perundang-undangan No. 12.
6. Seperti diuraikan pada Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Poso TA 2008 pada Catatan atas Laporan Keuangan Bab V angka 5.1.1.2 huruf a,
belanja perjalanan dinas dianggarkan sebesar Rp33.405.557.500,00 dan direalisasikan sebesar
Rp30.463.928.930,00. Hasil pemeriksaan diketahui terdapat bukti pertanggungjawaban
perjalanan dinas pejabat dan pegawai tidak sesuai ketentuan sebesar Rp254.588.750,00,
35
terdiri dari perjalanan dinas rangkap sebesar Rp203.313.750,00 dan perjalanan dinas tidak
didukung bukti yang lengkap sebesar Rp51.275.000,00. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan
dalam LHP atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan No. 13.
7. Seperti diuraikan pada Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten Poso TA 2008 pada Catatan atas Laporan Keuangan Bab V angka 5.1.2.1 huruf a.9
diketahui bahwa piutang dana bergulir Pemerintah Kabupaten Poso per 31 Desember 2008
disajikan sebesar Rp3.180.720.000,00. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa dari nilai tersebut
terdapat bantuan dari Departemen Pertanian kepada masyarakat melalui Dinas Pertanian dan
Peternakan sebesar Rp895.720.000,00 dan hibah dari proyek Marine Coastal Resources
Management Project (MCRMP) kepada masyarakat melalui Dinas Perikanan dan Kelautan
sebesar Rp285.000.000,00. Sedangkan piutang dana bergulir pada Dinas Perindustrian,
Perdagangan, dan Koperasi sebesar Rp2.000.000.000,00 tidak menyajikan keadaan yang
sebenarnya. Hal tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam LHP atas Kepatuhan Terhadap Peraturan
Perundang-undangan No. 14.
Karena pembatasan lingkup pemeriksaan sebagaimana disebutkan dalam hasil pemeriksaan
pada paragraf sebelumnya, BPK RI tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan untuk
memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan, lingkup pemeriksaan BPK
RI tidak cukup untuk memungkinkan BPK RI menyatakan pendapat, dan BPK RI tidak menyatakan
pendapat atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Poso TA 2008.

3.6.6 Analisis terhadap Perubahan Opini BPK


Selama 2 tahun berturut-turut (2004-2005) BPK memberikan opini unqualified atas Laporan
Keuangan Kabupaten Poso. Namun, 2 tahun berikutnya opini BPK menurun menjadi qualified. Hal
ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya ditemukannya pencatatan aktiva tetap yang tidak sesuai
dengan nilai wajar hasil hasil penilaian oleh penilai independen. Selain itu, ditemukan pula catatan
atas bantuan sosial yang belum dipertanggungjawabkan sehingga tidak dapat diyakini kewajarannya.
Pada tahun 2008, penurunan kinerja pelaporan keuangan mengakibatkan ditemukannya 7 masalah
material oleh BPK yang berujung pada dikeluarkannya opini disclaimer. Faktor penyebab
dikeluarkannya opini tersebut diantaranya adalah hasil pemeriksaan BPK yang menyatakan bahwa
sistem akuntansi belum dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu belum disusunnya
laporan keuangan oleh SKPD sehingga penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Poso
per 31 Desember 2008 tidak memenuhi asersi penyajian dan pelaporan. Selain itu, masalah
terbatasnya ruang lingkup pemeriksaan juga menjadi faktor penting atas dikeluarkannya opini
disclaimer tersebut.

36

Anda mungkin juga menyukai