NIM : 0970750039
Suatu negara apabila ingin diakui sebagai negara yang berdaulat secara
internasional minimal harus memenuhi empat persyaratan faktor atau unsur negara
berikut di bawah ini:
1. Memiliki Wilayah
2. Memiliki Rakyat
Pemerintahan yang baik terdiri atas susunan penyelengara negara seperti lembaga
yudikatif, lembaga legislatif, lembaga eksekutif, dan lain sebagainya untuk
menyelengarakan kegiatan pemerintahan yang berkedaulatan.
Untuk dapat disebut sebagai negara yang sah membutuhkan pengakuan negara
lain baik secara de facto (nyata) maupun secara de yure. Sekelompok orang bisa saja
mengakui suatu wilayah yang terdiri atas orang-orang dengan sistem pemerintahan,
1
namun tidak akan disetujui dunia internasional jika didirikan di atas negara yang sudah
ada.
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik,
militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di
wilayah tersebut. Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat
dalam suatu wilayah tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan
organisasi ini. Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat
negara itu berada. Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa
negara diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada
wilayah tempat negara itu berada.
B. Terbentuknya Negara
Beberapa teori terbentuknya Negara dapat dilihat dari teori dibawah sebagai
berikut:
Pemikiran pada masa Plato dan Aristoteles kondisi alam tumbuhnya manusia
berkembangnya negara.
2. Teori ketuhanan
3. Teori perjanjian
1. Pendudukan (Occupatie)
2
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai,
kemudian diduduki dan dikuasai.Misalnya,Liberia yang diduduki budak-budak Negro
yang dimerdekakan tahun 1847.
2. Peleburan (Fusi)
Hal ini terjadi ketika negara-negara kecil yang mendiami suatu wilayah
mengadakan perjanjian untuk saling melebur atau bersatu menjadi Negara yang
baru.Misalnya terbentuknya Federasi Jerman tahun 1871.
3. Penyerahan (Cessie)
Hal ini terjadi Ketika suatu Wilayah diserahkan kepada negara lain
berdasarkan suatu perjanjian tertentu.Misalnya,Wilayah Sleeswijk pada Perang Dunia
I diserahkan oleh Austria kepada Prusia,(Jerman).
4. Penaikan (Accesie)
Hal ini terjadi ketika suatu wilayah terbentuk akibat penaikan Lumpur Sungai
atau dari dasar Laut (Delta).Kemudian di wilayah tersebut dihuni oleh sekelompok
orang sehingga terbentuklah Negara. Misalnya wilayah negara Mesir yang terbentuk
dari Delta Sungai Nil.
5. Pengumuman (Proklamasi)
Hal ini terjadi karena suatu daerah yang pernah menjadi daerah jajahan
ditinggalkan begitu saja. Sehingga penduduk daerah tersebut bisa mengumumkan
kemerdekaannya. Contahnya, Indonesia yang pernah di tinggalkan Jepang karena
pada saat itu jepang dibom oleh Amerika di daerah Hiroshima dan Nagasaki.
6. Perjanjian Internasional
7. Plebesi (Referendrum atau pemungutan suara).
Unsur Negara:
1. Bersifat konstitutif.
Berarti bahwa dalam negara tersebut terdapat wilayah yang meliputi
udara, darat, dan perairan(dalam hal ini unsur perairan tidak mutlak), rakyat atau
masyarakat dan pemerintahan yang berdaulat
3
2. Bersifat deklaratif.
Sifat ini ditunjukan oleh adanya tujuan negara, UUD, pengakuan dari
negara lain baik secara de jure maupun de facto dan masuknya negara dalam
perhimpunan bangsa-bangsa misalnya PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
1. Teori Deklaratoir
2. Teori Konstitutif
Karena adanya perbedaan pendapat yang bertolak belakang itulah lantas lahir
teori yang mencoba memberikan jalan tengah. Teori ini juga disebut Teori Pemisah
karena, menurut teori ini, harus dipisahkan antara kepribadian hukum suatu negara dan
4
pelaksanaan hak dan kewajiban dari pribadi hukum itu. Untuk menjadi sebuah pribadi
hukum, suatu negara tidak memerlukan pengakuan. Namun, agar pribadi hukum itu dapat
melaksanakan hak dan kewajibannya dalam hukum internasional maka diperlukan
pengakuan oleh negara-negara lain.
2. Pengakuan de Jure.
Rakyat di negara itu, sebagian besar, mengakui dan menerima penguasa (baru) itu;
5
Ada kesediaan dari pihak yang akan diakui itu untuk menghormati hukum
internasional.
Pengakuan secara tegas maksudnya, pengakuan itu diberikan secara tegas melalui
suatu pernyataan resmi. Sedangkan pengakuan secara diam-diam atau tersirat
maksudnya adalah bahwa adanya pengakuan itu dapat disimpulkan dari tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh suatu negara (yang mengakui). Beberapa tindakan atau
peristiwa yang dapat dianggap sebagai pemberian pengakuan secara diam-diam adalah :
Pembukaan hubungan diplomatik (dengan negara yang diakui secara diam-diam itu);
Kunjungan resmi seorang kepala negara (ke negara yang diakui secara diam-diam
itu);
Pembuatan perjanjian yang bersifat politis (dengan negara yang diakui secara diam-
diam itu).
6
Pertanyaan ini berkait dengan persoalan diperbolehkan atau tidaknya memberikan
persyaratan terhadap pengakuan.
(1) Golongan pertama adalah mereka yang berpendapat bahwa pengakuan dapat ditarik
kembali jika pengakuan itu diberikan dengan syarat-syarat tertentu dan ternyata pihak
yang diakui kemudian terbukti tidak memenuhi persyaratan itu;
(2) Golongan kedua adalah mereka yang berpendapat bahwa, sekalipun pengakuan
diberikan dengan disertai syarat, tidak dapat ditarik kembali, sebab tidak dipenuhinya
syarat itu tidak menghilang eksistensi pihak yang telah diakui tersebut.
Sesungguhnya ada pula pandangan yang menyatakan bahwa pengakuan itu tidak
boleh disertai dengan persyaratan. Misalnya, persyaratan itu diberikan demi kepentingan
pihak yang mengakui. Contohnya, suatu negara akan memberikan pengakuan kepada
negara lain jikan negara yang disebut belakangan ini bersedia menyediakan salah satu
wilayahnya sebagai pangkalan militer pihak yang hendak memberikan pengakuan.
Persoalan lain yang timbul adalah bahwa dikarenakan tidak adanya ukuran
obejktif untuk pemberian pengakuan itu maka secara akademik menjadi pertanyaan
7
apakah pengakuan itu merupakan bagian dari atau bidang kajian hukum internasional
ataukah bidang kajian dari politik internasional. Secara keilmuan, pertanyaan ini sulit
dijawab karena praktiknya pengakuan itu lebih sering diberikan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan subjektif yang bersifat politis daripada hukum. Oleh sebab
itulah, banyak pihak yang memandang pengakuan itu sebagai bagian dari politik
internasional, bukan hukum internasional. Namun, dikarenakan pengakuan itu membawa
implikasi terhadap masalah-masalah hukum internasional, hukum nasional, bahkan juga
putusan-putusan badan peradilan internasional maupun nasional, bagian terbesar ahli
hukum internasional menjadikan pengakuan sebagai bagian dari pembahasan hukum
internasional, khususnya dalam kaitanya dengan substansi pembahasan tentang negara
sebagai subjek hukum internasional.
5. Bentuk-bentuk Pengakuan
Yang baru saja kita bicarakan adalah pengakuan terhadap suatu negara. Dalam
praktik hubungan internasional hingga saat ini, pengakuan ternyata bukan hanya
diberikan terhadap suatu negara. Ada berbagai macam bentuk pemberian pengakuan,
yakni (termasuk pengakuan terhadap suatu negara):
1. Pengakuan negara baru. Jelas, pengakuan ini diberikan kepada suatu negara (entah
berupa pengakuan de facto maupun de jure).
2. Pengakuan pemerintah baru. Dalam hal ini dipisahkan antara pengakuan terhadap
negara dan pengakuan terhadap pemerintahnya (yang berkuasa). Hal ini biasanya
terjadi jika corak pemerintahan yang lama dan yang baru sangaat kontras
perbedaannya.
8
itulah maksud pemberian pengakuan ini, yaitu agar pemberontak tidak diperlakukan
sama dengan kriminal biasa. Namun, pengakuan ini sama sekali tidak menghalangi
penguasa (pemerintah) yang sah untuk menumpas pemberontakan itu.
5. Pengakuan sebagai bangsa. Pengakuan ini diberikan kepada suatu bangsa yang
sedang berada dalam tahap membentuk negara. Mereka dapat diakui sebagai subjek
hukum internasional. Konsekuensi hukumnya sama dengan konsekuensi hukum
pengakuan beligerensi.
9
D. Macam-macam Negara
Tipe negara dibagi menjadi dua golongan, yaitu tipe negara menurut sejarah dan
tipe negara ditinjau dari sisi hukum.
10
rakyat, pemerintahan Caesar ini bersifat mutlak dan mempunyai undang-undang
yang berlaku yang dinamakan Lex Regia. (Undang-Undang untuk memerintah
pada zaman kekasiaran Julius Caesar di Roma)
4. Tipe Negara Abad Pertengahan
Bersifat dualism antara rakyat dan pemerintah seperti yang dikatakan
Machiavelli yaitu apabila negara ini bukan Republik pasti negara ini berbentuk
Monarki. Di masa pemerintahan ini peralihan sistem Monarki ke sistem Republik
atau Diktator ke Demokrasi.
5. Tipe Negara Modern
Berlaku asas demokrasi, dimana pemerintahan berasal dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Dianut oleh paham negara hukum, susunan
negaranya adalah kesatuan dan didalam negaranya ada satu pemerintahan yaitu
pemerintahan pusat yang mempunyai wewenang tertinggi.
Sedangkan Tipe negara ditinjau dari segi hukum dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
11
Negara terbagi menjadi beberapa bentuk, dan ada pula bentuk kenegaraan yang
berbeda dari bentuk negara. Bentuk-bentuk negara adalah sebagai berikut :
Hak yang terdapat dalam suatu negara biasanya mengatur segala bidang
yangmencakup dalam negara tersebut, hak-hak negara secara umum yaitu antara lain:
13
2) Menjaga dan memelihara sumber daya yang menguasai hajat hidup orang
banyak agar menciptakan kesejahteraan bagi bangsa
3) Memberikan pengakuan yang sama di depan hukum yang mengatur suatu
Negara
4) Memajukan bangsanya agar tidak tertinggal bangsa lain.
Kewajiban Negara (menurut Piagam PBB):
1) Kewajiban tidak mencampuri urusan negara lain
2) Kewajiban melaksanakan hubungan internasional dengan etiket baik
3) Kewajiban tidak melakukan intervensi terhadap masalah-masalah yang terjadi
di Negara lain
4) Kewajiban menyelesaikan sengketa secara damai
5) Kewajiban memperlakukan semua orang yang berada di wilayahnya dengan
memperhatikan, mengakui atau menghormati Hak Azasi Manusia
6) Kewajiban tidak melakukan gencatan senjata atau tidak menggunakan
kekuatan atau ancaman senjata
7) Kewajiban tidak mengakui wilayah-wilayah yang diperoleh dengan cara
kekerasan
8) Kewajiban melakukan hubungan dengan negara lain sesuai dengan hukum
internasional
9) Kewajiban tidak menggerakan pergolakan sipil di negara lain
14
15