Anda di halaman 1dari 9

Analisis Penggunaan Faktor Produksi Tanaman Tebu Terhadap Pendapatn Petani.

Achmad Faqih Fauzi


Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unswagati

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan di Desa Lemahabang Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon.


Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa keadaan daerah tersebut
merupakan salah satu desa yang melaksanakan pengembangan usahatani tebu. Penelitian berlangsung
dari Maret sampai dengan bulan Juni 2007.
Dalam menganalisis data hubungan antara variabel-variabel yang diteliti, yakni faktor-faktor
produksi usahatani tebu (tanah, modal dan tenaga kerja) sebagai variabel bebas (X) sementara
pendapatan sebagai variabel terpengaruh atau variabel tak bebas (Y) maka digunakan analisis model
fungsi Cobb Douglas.
Hasil penelitian menunujukkan bahwa : (1) Rata-rata biaya usahatani tebu berkisar antara Rp
9.911.680,00 per satuan lahan (0,732 ha) atau setara dengan Rp 13.539.574,00 per hektar, rata-rata
penerimaan uasahatani yang diperoleh Rp 17.294.664,00 per satuan lahan atau setara dengan Rp
23.642.892,00 per hektar, sedangkan pendapatan uasahatani yang diperoleh adalah Rp 7.382.963,00
per satuan lahan atau setara dengan Rp 10.085.317,00 per hektar, (2). Penggunaan faktor produksi
(lahan, modal dan tenaga kerja) berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tebu rakyat tegalan
yang ditunjukkan oleh nilai koefisien elastisitas lebih dari 1 (satu), artinya bahwa setiap perolehan
satu satuan faktor produksi yang digunakan akan menyebabkan meningkatnya pendapatan yang
diperoleh, (3). Lahan merupakan faktor produksi yang paling besar pengaruhnya terhadap pendapatan
usahatani dibandingkan faktor produksi biaya dan tenaga kerja, hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai
elastisitas pendapatan lahan sebesar 1,899 lebih besar dari pada nilai elastisitas pendapatan modal dan
tenaga kerja yang masing-masing sebesar 0,799 dan 0,20.

I. PENDAHULUAN aspeknya sesuai dengan faktor historis


Sektor pertanian memegang peranan serta peluang pembangunannya.
penting dalam struktur ekonomi nasional, 2. Pembangunan Perkebunan Besar Negara
karena ternyata sektor pertanian lebih tahan menjadi pendukung usaha perkebunan
menghadapi krisis ekonomi dibandingkan rakyat dalam bidang teknologi budidaya,
dengan sektor lainnya. Selain itu sektor pengelolaan serta pelayanan di dalam
pertanian berperan dalam mencukupi pengolahan dan pengolahan hasilnya.
kebutuhan penduduk, meningkatkan 3. Pembangunan Perkebunan Besar Swasta
pendapatan petani, penyediaan bahan baku menjadi pelengkap yang mampu
industri, memberi peluang usaha serta mewadahi perkembangan kewirausahaan
kesempatan kerja, dan menunjang ketahanan petani perkebunan kearah yang lebih
pangan nasional (Anwas Adiwilaga, 1992). rasional (Diretorat Jenderal Perkebunan,
Memperhatikan azas pemerataan 1993).
pembangunan, maka pemerintah telah Tebu (Saccharum officinarum),
membuat kebijakan dalam pengembangan merupakan salah satu komoditas yang
pembangunan perkebunan dengan menitik mempunyai arti penting dalam kerangka
beratkan kepada pekebunan rakyat, baik pada ketahanan pangan. Hal ini sebagai kebutuhan
areal yang sudah ada maupun pada areal baru. bahan untuk pembuatan industri makanan dan
Kemudian kebijakan ini telah dituangkan minuman dan merupakan kebutuhan pokok
pada kebijakan umum pembangunan masyarakat setelah beras, dimana tingkat
perkebunan yaitu sebagai berikut : konsumsi gula di Indonesia (negara
1. Pembangunan perkebunan rakyat menjadi berkembang) diperkirakan baru mencapai 15
tulang punggung usaha perkebunan dan kg per kapita pertahun, sementara di negara
penerapan usaha pemerataan dari segala maju sudah mencapai 50 kg perkapita

23 13
pertahun (Sugeng Sudiatso dan Purwono, tingkat penerapan teknologi usahatani tebu.
1996). Dalam usaha tani tebu maka faktor-faktor yang
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir mempengaruhi produksi adalah : luas lahan
hasil rata-rata produktivitas tebu masih relatif garapan, modal dan tenaga kerja (Soeharjo A.
rendah, yaitu di bawah 75 ton/ha. Padahal dan Dahlan Patong, 1993).
potensi hasil dari klon unggul mencapai 100 Menurut Anwas Adiwilaga (1992) bahwa
ton/ha (Winarno dan Birowo, 1997). kelebihan penggunaan faktor produksi yang
Rendahnya hasil tebu disebabkan antara lain tidak berimbang, terjadi juga pada penggunaan
tingkat penerapan teknologi usahatani tebu tenaga kerja pada luasan penguasaan tanah
yang masih relatif rendah, terutama dalam yang terbatas. Keseimbangan yang dimaksud
pemupukan berimbang, dan macam bibit yang adalah terjadinya kombinasi optimal diantara
digunakan. Selanjutnya Direktorat Jenderal satuan-satuan faktor produksi. Keseimbang-an
Bina Produksi Perkebunan (2002), dalam arti perpaduan faktor-faktor produksi
mengemukakan bahwa dalam meningkatkan secara efisien dengan produksi dan keuntungan
produksi tebu dihadapkan pada masalah- yang maksimal.
masalah sebagai berikut : (a) sebagian besar Keberhasilan suatu usahatani antara lain
petani mengusahakan lahan yang relatif sempit dapat diukur dari tingkat pendapatan yang
yang tidak memenuhi skala ekonomi diperoleh. Pendapatan atau keuntungan
(pemilikan lahan kurang dari satu hektar), (b) usahatani adalah selisih antara penerimaan
produksi antar musim yang menyebabkan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan
berfluktuasinya harga, (c) produktivitas dan (Mubyarto, 1989). Besarnya pendapatan yang
mutu tebu masih rendah, hal ini terlihat dari diterima merupakan balas jasa untuk tenaga
adanya kesenjangan antara hasil di lapangan kerja keluarga dan modal yang dipakai dan
dengan potensi produksi hasil penelitian, (d) pengelolaan dalam kegiatan usahatani.
penerapan teknologi budidaya belum Berdasarkan uraian diatas, maka analisis
maksimal, sehingga produktivitas rendah. penggunaan faktor-faktor produksi pada
Uraian tersebut di atas, mengidentifikasikan usahatani tebu rakyat tegalan dalam
bahwa untuk menuju pertanian modern hubungannya dengan pendapatan yang dicapai
diperlukan sarana produksi, informasi, ilmu per satuan waktu dan persatuan luas menarik
pengetahuan dan teknologi yang berasal dari untuk diteliti, terutama Tebu Rakyat Tegalan.
luar selama sumberdaya yang telah dimiliki Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
petani dapat dimanfaatkan dengan baik. Hal ini hubungan faktor produksi (lahan, modal dan
tidak terlepas dari faktor sosial ekonomi petani tenaga kerja) dengan pendapatan petani tebu
yang meliputi tingkat pendidikan, pengalaman dan untuk mengetahui faktor produksi mana
berusahatani, luas kepemilikan lahan, tingkat yang berpengaruh paling besar terhadap
pendapatan petani yang akan menentukan pendapatan petani tebu.

II. METODE PENELITIAN responden yang diambil melalui penentuan


jumlah sampel pada masing-masing strata
2.1 Lokasi, Waktu, populasi dan Sampel kelompok tani, dilakukan degan menggunakan
Penelitian rumus :
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pk
nk = x n
Lemahabang Kecamatan Lemahabang P
Kabupaten Cirebon. Pemilihan lokasi ini Dimana :
dilakukan secara purposive dengan P = jumlah populasi
pertimbangan bahwa keadaan daerah tersebut Pk = jumlah petani anggota kelompok ke- k
merupakan salah satu desa yang melaksanakan n = jumlah sampel
pengembangan usahatani tebu. Penelitian nk = jumlah sampel kelompok ke- k
berlangsung dari Maret sampai dengan bulan Populasi responden diambil berdasarkan
Juni 2007. Penetapan responden menurut Andi pada strata pemilikan luas lahan, yang
Hakim Nasution dan Ahmad Barizi (1993), pemilikannya cukup tersebar dan mewakili.
dilakukan berdasarkan stratifide random Dari ukuran populasi diambil responden
sampling dari jumlah petani tebu di dengan menggunakan rumus TaroYamane
Lemahabang, yaitu dengan cara menetapkan (1967) dalam Jalaludin Rahmat (1999).
14 24
N curahan tenaga kerja dihitung dengan
n =
Nd2 + 1 HOK (Hari Orang Kerja).
Dimana :
n = jumlah sampel 2.2 Pengolahan dan Analisis Data
N = populasi Dalam menganalisis data hubungan
d = presisi (10 %) antara variabel-variabel yang diteliti, yakni
Pengambilan sampel dengan faktor-faktor produksi usahatani tebu (tanah,
menggunakan rumus di atas, maka dari jumlah modal dan tenaga kerja) sebagai variabel
populasi sebanyak 62 orang dengan presisi bebas (X) sementara pendapatan sebagai
(tingkat kekeliruan) sebesar 10 % maka jumlah variabel terpengaruh atau variabel tak bebas
respondennya menjadi : (Y) maka digunakan analisis model fungsi
Cobb Douglas untuk menggambarkan
62
n = = 38,27 ≈ 38 hubungan fungsional antara faktor produksi
62 (0,10)2 + 1
dalam suatu proses produksi (Soekartawi,
Jadi dengan menggunakan angka pembulatan, 1993). Model tersebut dijelaskan sebagai
maka jumlah responden dalam penelitian ini berikut :
sebanyak 38 orang. Yi = a. X1b1 . X2b2 . X3b3 . eu
Dimana :
2.2 Operasional Variabel Yi = Pendapatan petani (rupiah)
Untuk memperjelas tentang pengertian X1 = Lahan Usahatani (hektar)
dari seluruh variabel yang dituangkan ke X2 = Modal Usahatani (rupiah)
dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu X3 = Tenaga Kerja (HOK)
batasan mengenai variabel tersebut yaitu a = Besaran yang akan diduga
sebagai berikut : b1-b3 = Elastistas faktor produksi
1. Pendapatan (Y) u = Unsur sisa (disturbance term)
Merupakan penjumlahan dari nilai produk e = Logaritma natural, e = 2,718
total usahatani baik dari hasil utama Agar model tersebut dapat dioperasikan,
maupun dari hasil sampingan dan biaya maka harus ditransformasikan dalam bentuk
produksi selama satu kali masa tanam, linier, yaitu sebagai berikut :
diukur dalam rupiah/ha. Log Y = Log A + b1 Log X1 + b2 Log X2
2. Lahan Usahatani (X1) + b3 Log X3
Lahan garapan pada areal usahatani Sedangkan menurut I.B. Teken (1986)
sebagai obyek peneliti, adalah areal lahan dengan diketahuinya nilai elastisitas produk
yang ditanami Tebu pada musim tanam tersebut (Σbi), maka akan diketahui pula fase
2005 – 2006. Baik yang ditanam sendiri pergerakan usahatani di daerah penelitian
oleh pemilik lahan atau berstatus sebagai yaitu sebagai berikut :
pemilik penggarap atau penyewa. Jika Σbi = 1 Maka fungsi produksi
Dihitung selama satu kali masa tanam, berada pada skala usahatani dengan hasil
diukur dalam ha. tetap, artinya laju kenaikan produksi yang
3. Modal Usahatani (X2) senantiasa tidak berubah meskipun dilakukan
Modal usahatani adalah seluruh biaya peningkatan penggunaan faktor produksi.
yang dikeluarkan dalam melakukan proses Jika Σbi > 1 Maka fungsi produksi
produksi untuk menghasilkan satuan berada pada skala usahatani dengan hasil
output. Dimana biaya produksi tebu terdiri yang meningkat, artinya laju kenaikan
dari biaya pemeliharaan tanaman, biaya produksi yang senantiasa berubah sesuai
sarana produksi (terdiri dari bibit, pupuk, dengan pertambahan faktor produksi.
pestisida) dan biaya angkut.yang diukur Jika Σbi < 1 Maka fungsi produksi
dalam rupiah/ha. berada pada skala usahatani dengan hasil
4. Curahan Tenaga Kerja (X3) yang menurun, artinya laju kenaikan produksi
Curahan tenaga kerja adalah banyaknya yang senantiasa menurun meskipun dilakukan
tenaga kerja yang digunakan dalam satu penambahan faktor produksi.
proses produksi usahatani tebu, besarnya

25 15
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil wawancara langsung diperoleh data
mengenai umur petani responden berkisar
3.1 Keadaan Sosial Ekonomi Petani antara 35 – 67 tahun, dengan rata-rata 51
Responden tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
(1). Umur Petani Responden Tabel 1.

Tabel 1. Keadaan Umur Petani Responden


No. Kelompok Umur Jumlah (orang) Persentase (%)
1. 35 - 54 tahun 27 71,05
2. > 54 tahun 11 28,95
Jumlah 38 100,00
Sumber : Profil Desa Lemahabang (2006).

Dari Tabel 1 diperoleh suatu gambaran terhadap keadaan penyerapan motivasi


bahwa keadaan umur petani responden teknologi dengan umur semakin tua akan
sebagaian besar (71,05%) adalah usia produktif semakin lambat menerima inovasi baru.
yaitu yang berada pada umur 35 – 54 tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa petani responden (2). Pendidikan Petani Responden
mampu untuk melaksanakan usahatani tebu Tingkat pendidikan responden yang
yang sedang mereka hadapi. Sedangkan petani dimaksud dalam penelitian ini yaitu
responden yang berada pada usia tidak pendidikan formal yang diterima oleh petani
produktif hanya sebagian kecil yaitu 28,95% responden. Tingkat pendidikan diukur dengan
(berada pada umur > 54 tahun). Hal ini bukan menggunakan lamanya pendidikan yang
berarti tidak produktif sama sekali, tetapi dikatagorikan sebagai berikut : tamatan
aktivitasnya sudah mulai menurun sesuai Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
dengan perjalanan umur responden, karena Sekolah Menengah Atas atau sedejat dan
umur merupakan salah satu faktor yang Perguruan Tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat
berpengaruh terhadap aktivitas dalam dilihat pada Tabel 2.
berusahatani. Faktor usia akan mempengaruhi

Tabel 2. Tingkat Pendidikan Petani Responden


No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1. Tamatan SD 36 94,74
2. Tamatan SMP - -
3. Tamatan SMA 2 5,26
Jumlah 38 100,00
Sumber : Profil Desa Lemahabang (2006).

Tingkat pendidikan petani responden Pendidikan diharapkan akan mempe-


pada umumnya masih tergolong rendah, ngaruhi responden dalam menjalankan
sebagian besar adalah tamatan Sekolah Dasar usahataninya. Pendidikan yang tinggi akan
94,74%, tamatan SMA 5,26%. Untuk lebih mempunyai pengetahuan dan wawasan yang
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10. lebih luas, sehingga keterbukaan dengan dunia
Rendahnya tingkat pendidikan dikarenakan luar semakin luas pula. Sejalan dengan
tingkat kesadaran untuk melanjutkan pendapat Mosher A.T. (1981) dalam Mubyarto
pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi masih (1995), bahwa pendidikan penduduk
rendah, selain dipengaruhi oleh keadaan merupakan salah satu pelancar dalam proses
ekonomi khususnya biaya sekolah. Dengan belajar untuk mengadopsi suatu inovasi.
demikian petani responden mengikuti Dengan demikian petani akan lebih
kebiasaan orang tua mereka setelah tamat memungkinkan mudah mencari informasi baru
Sekolah Dasar mereka langsung kerja dalam serta mengadopsi inovasi yang telah ada dalam
kegiatan di sektor pertanian. usaha pembaharuan usahataninya.

16 1
responden melaksanakan usahatani tebu. Pada
(3) Pengalaman Berusahatani Responden umumnya pengalaman berusahatani seseorang
Pengalaman kerja responden merupakan petani akan berbeda dengan petani lainnya.
salah satu faktor yang mempengaruhi Pengalaman petani responden dalam
keberhasilan usahatani di sektor pertanian berusahatani di daerah penelitian sebagaian
khususnya dalam usahatani tebu. Dengan besar berpengalaman antara 6 – 10 tahun
belajar dari pengalaman petani akan sebanyak 4 orang (10,53%), dan petani
mendapatkan pengetahuan baik teori maupun responden berpengalaman usahatani antara 11
praktek untuk memperlancar kegiatan – 16 tahun sebanyak 34 orang (89,47%). Untuk
usahataninya. lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Pengalaman usahatani yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah lamanya petani

Tabel 3. Pengalaman Petani Responden Dalam Berusahatani


No. Pengalaman Responden Jumlah (orang) Persentase (%)
1. 01 - 10 tahun 4 10,53
2. 011 - 16 tahun 34 89,47
Jumlah 38 100,00
Sumber : Analisis Data Primer (2007)

Pengalaman merupakan salah satu faktor (4). Tanggungan Keluarga Responden


yang menentukan keberhasilan dalam Tanggungan keluarga responden yaitu
berusatani, karena pengalaman masa lalu banyaknya orang yang harus dibiayai oleh
seseorang dapat berpengaruh terhadap kepala keluarga sebagai pencari nafkah, bukan
pekerjaan yang sekarang dilakukan. Hal ini berdasarkan banyaknya anak. Jumlah
berkaitan dengan resiko kegagalan usahatani. tanggungan keluarga berkaitan erat dengan
Mengenai lamanya pengalaman yang berbeda pendapatan dan pengeluaran keluarga, semakin
antar reponden turut berpengaruh dalam banyak tanggungan keluarga, maka semakin
menjalankan usahataninya. Petani yang besar pengeluaran keluarga tersebut. Dengan
berpengalaman lebih lama akan lebih demikian petani sebagai pencari nafkah akan
mengetahui situasi dan kondisi usahatani yang sungguh-sungguh dalam mengerjakan
dihadapi, sehingga keberhasilan ataupun pekerjaannya. Jumlah tanggungan keluarga
kegagalan dimasa lampau dapat dijadikan petani responden dapat dilihat pada Tabel 4.
tolok ukur dalam melaksanakan usahatani yang
lebih baik.

Tabel 4. Tanggungan Keluarga Petani Responden


No. Tanggungan Keluarga Jumlah (orang) Persentase (%)
1. 01 - 2 orang 13 34,21
2. 03 - 4 orang 19 50,00
3. 00 > 4 orang 6 15,79
Jumlah 38 100,00
Sumber : Analisis Data Primer (2007)

Dari Tabel 4 diperoleh suatu gambaran mempunyai tanggungan lebih dari 4 orang per
bahwa petani responden sebagian besar kepala keluarga sebanyak 6 orang (15,79%).
mempunyai tanggungan keluarga antara 3 – 4 Banyaknya tanggungan keluarga petani
orang per kepala keluarga, yaitu sebanyak 19 responden akan berpengaruh terhadap cepat
orang (50,00%), petani responden yang atau lambatnya penerimaan inovasi. Umumnya
mempunyai tanggungan keluarga antara 1 – 2 petani responden yang mempunyai tanggungan
orang per kepala keluarga sebanyak 13 orang lebih banyak akan lebih mudah menerima
(34,21%), dan petani responden yang inovasi, hal ini dikarenakan terdorong oleh

27 17
kewajibannya untuk membiayai sejumlah mempunyai luas lahan garapan kurang dari ,62
orang yang menjadi tanggungannya. ha yaitu sebanyak 15 orang (39,47%), luas
(5). Luas Lahan Garapan Responden lahan garapan antara 0,63 – 1,03 ha sebanyak
Luas lahan garapan petani responden di 13 orang (34,21%), dan petani responden yang
daerah penelitian berkisar 0,22 – 1,42 ha, mempunyai luas lahan garapan lebih 1,04 ha
dengan rata-rata 0,73 ha. Dari hasil penelitian sebanyak 10 orang (26,32%). Untuk lebih
diperoleh sebagian besar petani responden jelasnya dapat di lihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Luas Lahan Garapan Petani Responden
No. Luas Lahan Garapan (Ha) Jumlah (orang) Persentase (%)
1. 0,22 – 0,62 15 39,47
2. 0,63 – 1,03 13 34,21
3. 1,04 – 1,42 10 26,32
Jumlah 38 100,00
Sumber : Analisis Data Primer (2007)

Hatta Sastramiharja (1997) mengatakan mengambil resiko dibandingkan petani yang


bahwa petani dengan luas pemilikan lahan mempunyai lahan garapan yang lebih sempit,
yang sempit banyak mengalami hambatan, jika umumnya merasa takut seandainya biaya yang
dihadapkan dengan penggunaan teknologi dikeluarkan untuk membeli sarana produksi
baru. Luas lahan garapan yang sempit akan lebih besar dibandng hasil panen yang mereka
menyebabkan kecilnya pendapatan, sehingga terima.
untuk memenuhi kebutuhan akan pangan
biasanya mengusahakan lahannya dengan 3.2 Pembahasan
tujuan jangka pendek dan lebih intensif tanpa (1) Faktor Produksi dan Pendapatan Petani
memperhatikan kesesuaian dengan Berdasarkan hasil perhitungan, biaya
kemampuan lahannya. usahatani tebu berkisar antara Rp. 2.800.512 –
Luas lahan garapan usahatani sering Rp. 19.956.112, atau rata-rata sebesar Rp.
menjadi bahan pertimbangan petani dalam 9.911.680 per satuan lahan (0,732 ha) atau
mengambil keputusan untuk menerima suatu setara dengan Rp. 13.539.574 per hektar.
inovasi, biasanya petani yang mempunyai Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
garapan usahatani yang luas akan berani 6.

Tabel 6. Biaya Usahatani Tebu


No. Komponen Biaya Biaya Usahatani (Rp)
per 0,732 ha per Hektar
1. Biaya Tidak Tetap
a. Sarana Produksi 2.126.613 2.905.000
b. Tenaga Kerja 4.419.318 6.036.886
c. Bunga Modal 12%*) 571.047 780.063
2. Biaya Tetap
a. Sewa Lahan 2.043.200 2.791.056
b. COL (BBH) 366.026 500.000
c. Bunga Modal 16% 385.476 526.569
Jumlah 9.911.680 13.539.574
Keterangan : *) Sarana produksi dan tenaga kerja garapan lahan, sedangkan tenaga kerja tebang
akut tidak termasuk

Penerimaan usahatani tebu yang setara dengan Rp. 23.624.892 per hektar.
diperoleh petani berkisar antara Rp. 3.903.295 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
– Rp. 42.923.457, dengan rata-rata sebear Rp. 7.
17.294.664 per satuan lahan (0,732 ha) atau

18 28
Tabel 7. Peneriman Usahatani Tebu
No. Komponen Penerimaan Biaya Usahatani (Rp)
per 0,732 ha per Hektar
1. Gula 16.496.806 22.535.000
2. Tetes 797.858 1.089.892
Jumlah 17.294.664 23.624.892

Berdasarkan penerimaan dan biaya yang per satuan lahan (0,732 ha) atau setara dengan
dikeluarkan, maka diperoleh pendapatan Rp. 10.085.317 per hektar. Untuk lebih
usahatani tebu rata-rata sebesar Rp. 7.382.963 jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata Pendapatan Usahatani Tebu Responden


No. Uraian per 0,732 per hektar
1. Penerimaan Usahatani 17.292.664 23.624.892
2. Biaya Usahatani 9.911.680 13.539.574
3. Pendapat Usahtani 7.382.984 10.085.318
4. Revenue Cost Ratio (R/C) 1,74 1,74
Sumber : Analisis Data Primer (2007)

(2) Pengaruh Penggunaan Faktor hubungan antara faktor produksi dengan


Produksi dengan Pendapatan Petani pendapatan usahatani. Untuk mengetahui
Faktor produksi yang digunakan dengan seberapa jauh hubungan antara faktor produksi
pendapatan yang dihasilkan terdapat hubungan yang digunakan (Xi) dengan pendapatan
yang erat. Hubungan tersebut dinyatakan usahatani (Y), maka secara silmultan dilakukan
dalam bentuk fungsi produksi. Fungsi produksi dengan pengujian uji F sebagaimana terlihat
inilah yang dipergunakan untuk mengetahui pada Tabel 8

Tabel 8. Analisis Ragam Persamaan Regresi Usahatani Tebu


Sumber Regresi DB JK KT Fhitung Sig. F
Regresi 3 5,701 1,900 552,28* 0,000
Galat 34 0,117 0,003
Total 37 5,818
Keterangan : * Berpengaruh nyata pada taraf 5%
Koefisien Determinasi (R2) = 0,980

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa 98,00% dari varian atau simpangan-simpangan
nilai Fhitung = 552,28, dengan nilai F0.05 = 2,88 yang terjadi pada pendapatan (Y) diterangkan
atau nilai Sig F lebih kecil dari nilai P 0,05. oleh faktor produksi, yaitu lahan (X1), modal
Hal ini menunjukkan bahwa faktor produksi usahatani (X2) dan curahan tenaga kerja (X3),
yang digunakan sebagai peubah bebas (Xi) sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor lain
dalam model ini secara serempak memberikan di luar variabel yang diteliti. Dari analisis
pengaruh nyata terhadap pendapatan petani ragam regresi maka diperoleh koefisien regresi
tebu sebagi peubah tidak bebas (Y). Nilai faktor produksi terhadap pendapatan usahatani
determinasi (R2) sebesar 0,980, artinya sebesar tebu, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Koefisien Regresi Faktor Produksi terhadap Pendapatan Usahatani Tebu


Peubah Koefisien Regresi
Intersep/Konstanta Bb0 7,110
Luas Lahan (X1) Bb1 1,899
Modal Usahatani (X2) Bb2 0,799
Tenaga Kerja (X3) Bb3 00,220

30 19
Dari data koefisien regrasi faktor Douglas, sehingga diperoleh persamaan
produksi terhadap pendapatan usahatani tebu, sebagai berikut :
maka diperoleh persamaan regrasi sebagai Y = 7,110 . X11,899 . X20,799 . X30,220 .
berikut : Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar
Log Y = Log 7,110 + 1,899 Log X1 + 0,799 kontribusi masing-masing faktor terhadap
Log X2 + 0,220 Log X3 pendapatan yang dicapai, maka secara parsial
Kemudian dari persamaan regresi dilakukan dengan menggunakan uji t,
tersebut diantilogkan menjadi fungsi Cobb sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Kontribusi Masing-masing Faktor Produksi Usahatani Tebu


Faktor Produksi thitung t0.05 Elastisitas
Pendapatan (b1)
Luas Lahan (X1) 5,252* 2,020 1,899
Modal Usahatani (X2) 2,750* 2,020 0,799
Tenaga Kerja (X3) 2,303* 2,020 0,220
* Berbeda nyata

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa memperoleh pendapatan usahatani sebesar Rp.
elastisitas luas lahan sebesar 1,899 0,799. Besarnya elastisitas lahan menunjukkan
memberikan kontribusi yang sangat nyata nilai kontribusi lahan terhadap pendapatan
terhadap pendapatan usahatani tebu tegalan usahatani tebu lahan tegalan yang diperoleh.
yang dicapai, dengan nilai thitung 5,252 lebih Elastisitas lahan menunjukkan nilai yang
besar dari t0.05, 2,020 pada taraf nyata 5%, paling besar terhadap pendapatan usahatani
artinya setiap penambahan luas lahan sebesar tebu lahan tegalan.
satuan unit akan memperoleh pendapatan Demikian pula dengan efisiensi faktor
usahatani sebesar Rp. 1,899. Besarnya produksi tenaga kerja sebesar 0,220
elastisitas lahan menunjukkan nilai kontribusi memberikan kontribusi yang nyata terhadap
lahan terhadap pendapatan usahatani yang pendapatan usahatani tebu lahan tegalan yang
diperoleh. Elastisitas lahan menunjukkan nilai dicapai dengan nilai thitung sebesar 2,303, lebih
yang besar terhadap pendapatan usahatani tebu kecil dari t0.05, 2,020 pada taraf nyata 5%,
lahan tegalan. Hal ini karena lahan merupakan artinya setiap penambahan tenaga kerja sebesar
faktor produksi yang utama, sehingga satuan unit akan meningkatkan pendapatan
memberikan kontribusi yang paling besar usahatani tebu tegalan sebesar Rp. 0,220.
dibandingkan dengan faktor produksi yang Besarnya elastisitas lahan menunjukkan nilai
lain. Selama faktor produksi yang lain cukup kontribusi tenaga kerja terhadap pendapatan
tersedia, peningkatan faktor produksi melalui usahatani tebu tegalan yang diperoleh. Nilai
penambahan luas lahan akan memberikan elastisitas tersebut menunjukkan bahwa nilai
kontribusi yang lebih besar. faktor produksi tenaga kerja memberikan
Begitu pula efisiensi faktor modal kontribusi yang lebih kecil bila dibandingkan
usahatani sebesar 0,799 memberikan dengan faktor produksi lahan dan biaya
kontribusi yang nayta terhadap pendapatan usahatani.
usahatani tebu yang dicapai dengan nilai thitung Besarnya hubungan antara masing-
sebesar 2,750, lebih besar dari t0.05, 2,020 pada masing faktor produksi terhadap pendapatan
taraf nyata 5%, artinya setiap penambahan petani tebu lahan tegalan dapat dilihat pada
biaya usahatani sebesar satuan unit akan Tabel 11.

Tabel 11. Koefisien Korelasi Parsial Faktor Produksi terhadap Pendapatan


Faktor Produksi r Parsial R2 Sig (1-tailed)
Luas Lahan (X1) 0,982 0,964 0,000
Modal Usahatani (X2) 0,981 0,962 0,000
Tenaga Kerja (X3) 0,902 0,814 0,000

20 30
Berdasarkan data Tabel 11, menunjukkan pendapatan usahatani dibandingkan faktor
bahwa besarnya koefisien korelasi parsial pada produksi biaya dan tenaga kerja, hal ini
lahan usahatani tebu tegalan sebesar 0,982, dapat dilihat dari besarnya nilai elastisitas
dengan nilai keofisien determinasi sebesar pendapatan lahan sebesar 1,899 lebih besar
0,964 atau 96,40%. Besarnya koefisien dari pada nilai elastisitas pendapatan modal
korelasi parsial pada biaya usahatani tebu dan tenaga kerja yang masing-masing
lahan tegalan sebesar 0,981, dengan nilai sebesar 0,799 dan 0,20.
keofisien determinasi sebesar 0,962 atau
96,20%. Sedangkan Besarnya koefisien DAFTAR PUSTAKA
korelasi parsial pada tenaga kerja sebesar Andi Hakim Nasution dan Ahmad Barizi.
0,902, dengan nilai keofisien determinasi 1993. Metode Statistika untuk Penarikan
sebesar 0,814 atau 81,40%. Luas lahan Kesimpulan. PT. Gramedia, Jakarta.
mempunyai hubungan yang paling besar Anwas Adiwilaga. 1992. Ilmu Usahatani.
terhadap pendapatan usahatani tebu tegalan. Cetakan ke-III. Alumni, Bandung.
Hal ini karena lahan merupakan faktor Direktorat Jenderal Pertanian dan Perkebunan.
produksi utama dalam kegiatan usahatani, 1993. Kebijakan Menteri Pertanian
sehingga kontribusi faktor produksi terhadap Dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian.
pendapatan usahatani tebu lahan tegalan lebih Departemen Pertanian. Jakarta.
besar dibandingkan dengan faktor produksi Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan.
biaya usahatani dan tenaga kerja. 2002. Usaha Peningkatan Produksi Tebu.
Departemen Pertanian, Jakarta.
IV. KESIMPULAN Hatta Sastramiharja. 1997. Usaha Pembinaan
Berdasarkan hasil penelitian dan Usahatani Lahan Sempit. Departemen
pembahasan yang telah diuraikan di muka, Ekonomi Pertanian IPB, Bogor.
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut I. B. Teken. 1986. Metode Penelitian Sosial
1. Rata-rata biaya usahatani tebu berkisar Ekonomi. PT. Rajawali Press, Jakarta.
antara Rp 9.911.680,00 per satuan lahan Jalaludin Rachmat. 1999. Metode Penelitian
(0,732 ha) atau setara dengan Rp Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya,
13.539.574,00 per hektar, rata-rata Bandung.
penerimaan uasahatani yang diperoleh Rp Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi
17.294.664,00 per satuan lahan atau setara Pertanian. Lembaga Penelitian,
dengan Rp 23.642.892,00 per hektar, Pendidikan dan Penerangan ekonomi dan
sedangkan pendapatan uasahatani yang Sosial (LP3ES) Edisi ke-3. Jakarta.
diperoleh adalah Rp 7.382.963,00 per ________. 1995. Pengantar Ekonomi
satuan lahan atau setara dengan Rp Pertanian, Cetakan keempat. Lembaga
10.085.317,00 per hektar. Penelitian Pendidikan dan Penerangan
2. Penggunaan faktor produksi (lahan, modal Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta.
dan tenaga kerja) berpengaruh nyata Soekartawi. 1991. Analisis Fungsi Cobb
terhadap pendapatan petani tebu rakyat Douglas. Teori dan Aplikasinya.
tegalan yang ditunjukkan oleh nilai Universitas Brawijaya, Malang.
koefisien elastisitas lebih dari 1 (satu), Sugeng Sudiatso dan Purwono. 1996.
artinya bahwa setiap perolehan satu satuan Budidaya Tembakau, Tebu dan Serat-
faktor produksi yang digunakan akan seratan. Universitas Terbuka. Jakarta.
menyebabkan meningkatnya pendapatan Winarno dan Birowo. 1987. Budidaya
yang diperoleh. Tanaman Tebu. Yasaguna, Jakarta.
3. Lahan merupakan faktor produksi yang
paling besar pengaruhnya terhadap

2 21

Anda mungkin juga menyukai