Anda di halaman 1dari 8

A.

JUDUL

Oleh
Drs. H. Nabhan Maspoetra, MM
A. PENDAHULUAN

Seperti telah kita ketahui bahwa dalam Pejelasan Undang-Undang Nomor 3


Tahun 2006, pasal 52-A, tercantum bahwa ―…Pengadilan agama dapat memberikan
keterangan atau nasehat mengenai perbedaan penentuan arah kiblat dan penentuan
waktu shalat‖. Ketentuan ini tentu mengharuskan aparat peradilan agama terutama
para hakimnya untuk menguasai cara perhitungan awal bulan-bulan dalam tahun
hijriah, perhiitungan awal waktu-waktu shalat dan pengukuran arah kiblat dengan
benar.

Pengukuran arah kiblat perlu dikuasai secara khusus oleh aparat peradilan agama
terutama hakim, karena tidak seperti waktu shalat dan awal bulan qamariah yang
sudah banyak disiarkan oleh berbagai media massa. Bila ada persengketaan
memgenai arah kiblat pada suatu tempat, tidak mudah didapati referensi dan rujukan
mengenai hal ini, karena itu hakim harus dapat menentukan sendiri arah kiblat yang
bersangkutan, baru dapat memberikan keterangan atau nasehat sesuai dengan perintah
undang-undang tersebut di atas.

Pengukuran arah kiblat dapat dilakukan denga menggunakan berbagai alat. Ada
beberapa alat yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran arah kiblat di
suatu lokasi, antara lain :
1. Kompas magnetis
2. Bayang-Bayang Kiblat
3. Tongkat istiwa
4. Theodolite
5. Rubu' Mujayyab
6. Sinar Matahari
Dalam Kesempatan kali ini akan diuraikan cara yang k-6 yaitu dengan
menggunakan sinar matahari. Seperti diketahui bahwa tidak atau belum semua
Pengadilan Agama memiliki Theodolite. Yang sudah memiliki pun belum tentu ada
operatornya. Oleh karena itu di bawah ini akan diuraikan cara pengukuran arah kibkat
dengan tidak menggunakan Theodolit.

B. ARAH KIBLAT MENURUT AL-QUR‘ÁN DAN HADITS


Dalam kitab suci Al-Qurán terdapat beberapa aat ang menerangkan mengenai arah
kiblat ini antara lain dalam surat Al-Baqarah aat 144 sebagai berikut :

1
Artinya : Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke arah kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada,
palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan
Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa
berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali
tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (Al-Baqarah 144)

Selain ayat-aat Al-Qurán arah kiblat juga dijelaskan dalam banyak hadits Raulullah
SAW antara lain sebagai berikut :
Dalam Shahih Al-Bukhari :

‫رواه‬
‫البخاري‬
Artinya : Dari „Atho‟, beliau bektata “aku mendengar Ibnu Abbas bekaka, suatu
ketika Rasulullah SAW memasuki Ka‟bah, beliau berdoa pada seluruh pemukaannya,
beliau tidak shalat sampai beliau keluar, setelah keluar beliau shalat dua rakaat
menghadap ka‟bah, lalu bersabda : “inilah kiblat”. (Riwayat Al-Bukhari)

Dalam kitab Sunan Al-Kubro Li al-Baihaqie dijumpai hadits :

‫رواه‬ .
‫البيهقي‬
Artinya: Dari Ibnu Abbbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda Ka‟bah adalah kiblat
bagi orang yang berada di dalam Masjid (al-Haram), dan Masjid (al-Haram)adalah
kiblat bagi orang yang berada di dalam Tanah Haram, dan Tanah Haram adalah
kiblat bagi semua ummatku di muka bumi baik di barat amupun di timur. Hanya

1
Program HADITH, Shahih AlBukhari, Kitab Shalat, hadits nomor 383
2
Proram MAKTABAH SAMILAH, Kutubul Mutun, Sunan Al-kubro Lil-Baihaqi, Juz 1, Jamak
Istiqbalil Qiblah, halaman 1506

2
Umarbin Hafs al-Makki sendiri yang meriwayatkan hdits ini, dan dia itu lemah, tidak
dapat dijadikan hujjah. Hdits ini juga diriwayatkan dengan sanad lain yang juga
dla‟if, dari Abdillah ibnu Hubsyi, marfu‟ dan tidak dapat dijadilan hujah, wallahu
a‟lam. (Riwayan Baihaqi)

Dari ayat dan hadits-hadits dapat kita simpulkan bahwa kiblat ummat Islam
adalah Baitullah (Ka,bah), sebagaimana dijelaskan oleh hadits AlBukhari tersebut.
Sedangkan ayat AlQurán memerintahkan menghadap ke ―arah‖ Masjidil Haram
karena ka’bah itu berada dalam Masjidil Haram, dan ayat itu diturunkan di Madinah .
Sedeangkan hadits Al-Baihaqi ang menyatakan ―Baitullah kiblat ahli Masjid (Al-
Haram), dan Masjid (Al-Haram) kiblat bagi penduduk Tanah Haram, lalu Tanah
Haram adalah kiblat bagi semua penghuni bumi timur dan barat, diakui sendiri oleh
Al-Baihaqi bahwa hadits itu lemah dan tidak dapat dijadikan hujjah.
Jadi sekuat kemampuan, kita harus berusaha untuk menghadap ke ka’bah, sesuai
dengan petunjuk hadits di atas. Tentu saja kita tidak diberati dengan hal-hal yang
diluar kemampuan kita, tapi ini tidak mengurangi kewajiban kita untuk berusaha
meningkatkan kemampuan kita untuk menghadap kiblat yang benar. Sama halnya
dengan shalat, bagi yang belum mampu membaca Al-Fatihah, tidak apa-apa, tapi
tentu tidak mengurangi kewajibannya untuk berusaha mampu membaca Al-Fatihah
dan memenuhi semua syarat dan rukun shalat, yang lain termasuk menghadap kiblat.

C. PERALATAN YANG DIPERLUKAN

1. Sebatang kayu atau besi sepanjang  1 meter, dengan diameter  2 cm.


2. Sebuah segitiga siku-siku yang besar.
3. Sebuah meteran gulung minimal 12,5 meter
4. Segulung benang besar atau tali plastik kecil

D. MEMPERSIAPKAN BAHAN-BAHAN DAN PERHTUNGAN

1. Menghitung Sudut Arah Kiblat

Dalam contoh ini pengukuran akan dilaksanakan di Banjramasin tanggal 14 Mei


2009, jam 10.00 WIT.

l. Untuk menghitung azimuth kiblat digunakan rumus :

3
sin SB
Tan Q =
cos .tg 21 25'15,4" - sin . cos SB
o

Keterangan Q = Arah Kiblat


 = Lintang Banjarmasin3 = -3o 20’ (S)
   Bujur Banjarmasi = 114o 35’ (T)
K = Lintang Ka’bah = 21o 25’ 15,4‖ (U)
  Bujur Ka’bah = 39o 49’ 40‖ (T)
SB = Selisih Bujur = Bujur Masohi – Bujur Ka’bah
114o 35’ – 39o 49’ 40‖
= 75o 45’ 20‖

Perhitungan :

sin 75o 45' 20"


Tan Q =
cos - 3o 20' . tg 21o 25' 15,4" - sin - 3o 20' . cos 75o 45' 20"
0,998714446
=
0,99517046 x 0,392317466 - ( - 0,098161883) x (-0,050689778)

0,998714446 0,998714446
Tan Q = = = 2,591055523
0,390422753 - 0,004975804 0,385446949

Q = Shift-Tan 2,591055523 = 67o 16’ 28,06‖

Inilah sudut Arah Kiblat di Banjarmasin (67o 16’ 28,06‖ dari titik Utara ke
Barat)

2. Menghitung Azimuth Matahari

a Lihat Equation of Time ( e ) dalam buku Ephemeris Hisab Rukyat tahun 2010
tanggal 18 Agustus 2010 jam 12:00 WIB (jam 05, e = +0j 3m 40d,
Jadi Merpass = 12-e = 12 – (0:03:40) = jam 11:56:20.
b. Cari data deklinasi matahari, dalam buku Ephemeris Hisab Rukyat tahun 2010
tanggal 14 Mei 2009 jam 10:00 WITA (jam 02:00 GMT) = + 18o 37’ 43‖
c. Hitung Sudut waktu matahari dengan rumus:

t = 15 x (W - M) +  - 
Waktu pengukuran (W) = 10 : 00 : 00

3
Data lintang dan bujur Tual diperoleh dari Word-Atlas Microsoft Encarta 2009. Jika ada GPS, sebaiknya pakai
GPS saja, sedangkan lintang dan bujur Ka’bah diperoleh dari pengukuran dengan Ensign-GPS di Mekah pada
tanggal 28 Mei 1995

4
Merpass (M) = 11 : 56 : 20. _
W-M = -01 : 56 : 20
15 x
o
15 (W -M) = -29 05’ 00‖
Bujur Tempat () = 114o 35’ +
o
= 85 30‖ 00‖
Bujur Stdr WIB () = 1200 . _
o
Sdt Wkt Mthr (t) = -34 30’ 00‖
d. Hitung Azimuth Matahari pada jam pengukuran dengan rumus :
sin t
Tg Am =
cos  . tg  - sin  . cos t
Keterangan Am = Azimuth matahari = ?
 = Deklinasi matahari = + 18o 37’ 43‖
 = Lintang Banjarmasin = -3o 20’
t = Sudut waktu matahari = -34o 30’ 00‖

Perhitungan :
sin t
Tg Am =
cos  . tg  - sin  . cos t

sin - 34o 30' 00‖


Tg Am =
cos  3o 20' . tg 18o 37' 43" - sin  3o 20' . cos - 34o 30' 00‖
- 0,548293229
Tg Am = -
0,99517046 x 0,233780786 - ( - 0,098161883) x 0,836286155
Am = -55o 50’ 01,55
Jadi Azimuth matahari di Tual pada tanggal 18 Agustus 2010 Jam 10.00 WIB
adalah = 55o 50’ 01,55

E. MENGUKUR ARAH KIBLAT

1. Mencari Titik Utara


Untuk penentuan arah (Utara, Timur, Selatan dan Barat) dilakukan langkah-langkah
sebagai berikiut :
a Tegakkan sebuah tiang / tongkat senpanjang ± 1 meter di suatu lapangan yang
tidak terhalang dari sinar matahari. Pastikan tiang tersebut betul-betul tegak lurus;
(gantungkan benang yang diberi pemberat).
b. Tunggu tepat jam 10:00 WIB, dan ukur panjang bayang-bayang tongkat;
misalkan 25 cm, lalu buat garis sepanjang bayang-bayang tersebut.

5
c. Buat garis (T-U) tegak lurus dengan garis bayang-bayng tersebut di tempat
kedudukan tongkat ke arah utara. (Karena pungkuran jam 10 pagi berarti
matahari berada di sebelah timur). Perhatikan gambar brikut ini :

36,83 cm T
Utara Sejati
Tongkat

Bayang-bayang = 25 cm
44,51 cm Am

Azimuth Mthr =
(Am) = 550 50’ 01,55‖
P

d. Ubah Azimuth Matahari dari derajat menjadi centimeter dengan rumus :


TU = Tan Am x Panjang bayang-bayang
= Tan 55o 50’ 01,55 x 25 cm
= 36,63 cm
e. Ukur garis TU. sepanjang 36,83 cm
f. Hubungkan titik P dan titik U; dan inilah arah Utara –Selatatn
g. Ukur panjang garis P-U atau hitung dengan rumus Phytagoras didapat 44,51 cm

2. Mencari Arah Kiblat


a. Buat garis (U - B) tegak lurus dengan dengan garis P-U ditempat kedudukan titik
U ke arah Barat. (Karena pungkuran jam 10 pagi berarti matahari sebelah timur).
Perhatikan gambar brikut ini :

Utara Sejati
36,83 cm T
Tongkat

Am
106,27 cm 44,51 cm
Bayang-bayang
25 cm
Q = 67o 16’ 28,06‖

·
Arah Kiblat
B

6
b Ubah Sudut Arah Kiblat dari drajat menjadi centimeter dengan rumus :
UB = Tan Q x Panjang garis P-U
= Tan 68o 53’ 46,5‖ x 50,21 cm
= 130,1 cm
c. Ukur garis U -B. sepanjang 130,1 cm
d. Hubungkan titik P dan titik B; dan inilah arah Kiblat yang dicari
Untukmemindakan arah kiblat ke dalam masjid dapat dilakukan langkah=langkah
seperti dalam Contoh Cara Pengukuran Arah Kiblat Tanpa Theodolit dalam buku
Ephemeris ini.

F. MEMINDAHKAN GARIS ARAH KIBLAT KE DALAM MASJID


Kalau masjid yang bersangkutan sudah jadi, hanya memperbaiki arah kiblatnya
saja, sedangkan pengukuran dengan teodolit yang menggunakan sinar matahari,
tentu dilakukan di luar masjid; maka perlu memindahkan Garis Arah Kiblat itu
ke dalam masjid.
Caranya sebagai berikut : Perhatikan gambar berikut :

Q0 Arah kiblat yang benar


Arah Kiblat, hasil pengukuran
B0 dengan Theodolite
A0 Q Buat garis AB  BQ
Ukur panjang garis AB, AQ dan BQ
Masjid Misal : AB= 15 cm, AQ= 18 cm dan
Yang ada B BQ= 10 cm
A
Pindahkan segitiga ABQ ke dalam
Garis shaf yang benar Masjid (ukur persis ukuran Δ aslinya)

1. Buat garis AB tegak lurus Dari garis arah kiblat hasil pengukuran (AQ) ke
badan masjid, (AB  BQ — Sudut B = 900).
2. Ukur panjang AB dan BQ.
3 Buat segitiga siku-siku A0B0Q0 didalam masjid, dekat mihrab seperti terlihat
pada gambar, dan pastikan bahwa :
a. Sudut B0 = 900
b. Panjang garis A0Q0 = AQ, dan garis B0Q0 = BQ.
4. Garis A0Q0 adalah arah kiblat yang benar

Anda mungkin juga menyukai