JUDUL
Oleh
Drs. H. Nabhan Maspoetra, MM
A. PENDAHULUAN
Pengukuran arah kiblat perlu dikuasai secara khusus oleh aparat peradilan agama
terutama hakim, karena tidak seperti waktu shalat dan awal bulan qamariah yang
sudah banyak disiarkan oleh berbagai media massa. Bila ada persengketaan
memgenai arah kiblat pada suatu tempat, tidak mudah didapati referensi dan rujukan
mengenai hal ini, karena itu hakim harus dapat menentukan sendiri arah kiblat yang
bersangkutan, baru dapat memberikan keterangan atau nasehat sesuai dengan perintah
undang-undang tersebut di atas.
Pengukuran arah kiblat dapat dilakukan denga menggunakan berbagai alat. Ada
beberapa alat yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran arah kiblat di
suatu lokasi, antara lain :
1. Kompas magnetis
2. Bayang-Bayang Kiblat
3. Tongkat istiwa
4. Theodolite
5. Rubu' Mujayyab
6. Sinar Matahari
Dalam Kesempatan kali ini akan diuraikan cara yang k-6 yaitu dengan
menggunakan sinar matahari. Seperti diketahui bahwa tidak atau belum semua
Pengadilan Agama memiliki Theodolite. Yang sudah memiliki pun belum tentu ada
operatornya. Oleh karena itu di bawah ini akan diuraikan cara pengukuran arah kibkat
dengan tidak menggunakan Theodolit.
1
Artinya : Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke arah kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada,
palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan
Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa
berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali
tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (Al-Baqarah 144)
Selain ayat-aat Al-Qurán arah kiblat juga dijelaskan dalam banyak hadits Raulullah
SAW antara lain sebagai berikut :
Dalam Shahih Al-Bukhari :
رواه
البخاري
Artinya : Dari „Atho‟, beliau bektata “aku mendengar Ibnu Abbas bekaka, suatu
ketika Rasulullah SAW memasuki Ka‟bah, beliau berdoa pada seluruh pemukaannya,
beliau tidak shalat sampai beliau keluar, setelah keluar beliau shalat dua rakaat
menghadap ka‟bah, lalu bersabda : “inilah kiblat”. (Riwayat Al-Bukhari)
رواه .
البيهقي
Artinya: Dari Ibnu Abbbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda Ka‟bah adalah kiblat
bagi orang yang berada di dalam Masjid (al-Haram), dan Masjid (al-Haram)adalah
kiblat bagi orang yang berada di dalam Tanah Haram, dan Tanah Haram adalah
kiblat bagi semua ummatku di muka bumi baik di barat amupun di timur. Hanya
1
Program HADITH, Shahih AlBukhari, Kitab Shalat, hadits nomor 383
2
Proram MAKTABAH SAMILAH, Kutubul Mutun, Sunan Al-kubro Lil-Baihaqi, Juz 1, Jamak
Istiqbalil Qiblah, halaman 1506
2
Umarbin Hafs al-Makki sendiri yang meriwayatkan hdits ini, dan dia itu lemah, tidak
dapat dijadikan hujjah. Hdits ini juga diriwayatkan dengan sanad lain yang juga
dla‟if, dari Abdillah ibnu Hubsyi, marfu‟ dan tidak dapat dijadilan hujah, wallahu
a‟lam. (Riwayan Baihaqi)
Dari ayat dan hadits-hadits dapat kita simpulkan bahwa kiblat ummat Islam
adalah Baitullah (Ka,bah), sebagaimana dijelaskan oleh hadits AlBukhari tersebut.
Sedangkan ayat AlQurán memerintahkan menghadap ke ―arah‖ Masjidil Haram
karena ka’bah itu berada dalam Masjidil Haram, dan ayat itu diturunkan di Madinah .
Sedeangkan hadits Al-Baihaqi ang menyatakan ―Baitullah kiblat ahli Masjid (Al-
Haram), dan Masjid (Al-Haram) kiblat bagi penduduk Tanah Haram, lalu Tanah
Haram adalah kiblat bagi semua penghuni bumi timur dan barat, diakui sendiri oleh
Al-Baihaqi bahwa hadits itu lemah dan tidak dapat dijadikan hujjah.
Jadi sekuat kemampuan, kita harus berusaha untuk menghadap ke ka’bah, sesuai
dengan petunjuk hadits di atas. Tentu saja kita tidak diberati dengan hal-hal yang
diluar kemampuan kita, tapi ini tidak mengurangi kewajiban kita untuk berusaha
meningkatkan kemampuan kita untuk menghadap kiblat yang benar. Sama halnya
dengan shalat, bagi yang belum mampu membaca Al-Fatihah, tidak apa-apa, tapi
tentu tidak mengurangi kewajibannya untuk berusaha mampu membaca Al-Fatihah
dan memenuhi semua syarat dan rukun shalat, yang lain termasuk menghadap kiblat.
3
sin SB
Tan Q =
cos .tg 21 25'15,4" - sin . cos SB
o
Perhitungan :
0,998714446 0,998714446
Tan Q = = = 2,591055523
0,390422753 - 0,004975804 0,385446949
Inilah sudut Arah Kiblat di Banjarmasin (67o 16’ 28,06‖ dari titik Utara ke
Barat)
a Lihat Equation of Time ( e ) dalam buku Ephemeris Hisab Rukyat tahun 2010
tanggal 18 Agustus 2010 jam 12:00 WIB (jam 05, e = +0j 3m 40d,
Jadi Merpass = 12-e = 12 – (0:03:40) = jam 11:56:20.
b. Cari data deklinasi matahari, dalam buku Ephemeris Hisab Rukyat tahun 2010
tanggal 14 Mei 2009 jam 10:00 WITA (jam 02:00 GMT) = + 18o 37’ 43‖
c. Hitung Sudut waktu matahari dengan rumus:
t = 15 x (W - M) + -
Waktu pengukuran (W) = 10 : 00 : 00
3
Data lintang dan bujur Tual diperoleh dari Word-Atlas Microsoft Encarta 2009. Jika ada GPS, sebaiknya pakai
GPS saja, sedangkan lintang dan bujur Ka’bah diperoleh dari pengukuran dengan Ensign-GPS di Mekah pada
tanggal 28 Mei 1995
4
Merpass (M) = 11 : 56 : 20. _
W-M = -01 : 56 : 20
15 x
o
15 (W -M) = -29 05’ 00‖
Bujur Tempat () = 114o 35’ +
o
= 85 30‖ 00‖
Bujur Stdr WIB () = 1200 . _
o
Sdt Wkt Mthr (t) = -34 30’ 00‖
d. Hitung Azimuth Matahari pada jam pengukuran dengan rumus :
sin t
Tg Am =
cos . tg - sin . cos t
Keterangan Am = Azimuth matahari = ?
= Deklinasi matahari = + 18o 37’ 43‖
= Lintang Banjarmasin = -3o 20’
t = Sudut waktu matahari = -34o 30’ 00‖
Perhitungan :
sin t
Tg Am =
cos . tg - sin . cos t
5
c. Buat garis (T-U) tegak lurus dengan garis bayang-bayng tersebut di tempat
kedudukan tongkat ke arah utara. (Karena pungkuran jam 10 pagi berarti
matahari berada di sebelah timur). Perhatikan gambar brikut ini :
36,83 cm T
Utara Sejati
Tongkat
Bayang-bayang = 25 cm
44,51 cm Am
Azimuth Mthr =
(Am) = 550 50’ 01,55‖
P
Utara Sejati
36,83 cm T
Tongkat
Am
106,27 cm 44,51 cm
Bayang-bayang
25 cm
Q = 67o 16’ 28,06‖
·
Arah Kiblat
B
6
b Ubah Sudut Arah Kiblat dari drajat menjadi centimeter dengan rumus :
UB = Tan Q x Panjang garis P-U
= Tan 68o 53’ 46,5‖ x 50,21 cm
= 130,1 cm
c. Ukur garis U -B. sepanjang 130,1 cm
d. Hubungkan titik P dan titik B; dan inilah arah Kiblat yang dicari
Untukmemindakan arah kiblat ke dalam masjid dapat dilakukan langkah=langkah
seperti dalam Contoh Cara Pengukuran Arah Kiblat Tanpa Theodolit dalam buku
Ephemeris ini.
1. Buat garis AB tegak lurus Dari garis arah kiblat hasil pengukuran (AQ) ke
badan masjid, (AB BQ — Sudut B = 900).
2. Ukur panjang AB dan BQ.
3 Buat segitiga siku-siku A0B0Q0 didalam masjid, dekat mihrab seperti terlihat
pada gambar, dan pastikan bahwa :
a. Sudut B0 = 900
b. Panjang garis A0Q0 = AQ, dan garis B0Q0 = BQ.
4. Garis A0Q0 adalah arah kiblat yang benar