Anda di halaman 1dari 4

Peradilan Tata Usaha Negara

Pengertian
“Peradilan Tata Usaha Negara adalah suatu lingkup peradilan yang menyangkut pejabat-pejabat
dan instansi-instansi Tata Usaha Negara, baik yang bersifat perkara pidana, perkara perdata,
perkara adat, maupun perkara administrasi murni”.
Dalam pelaksanaannya, kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan Tata Usaha Negara
dilaksanakan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
yang keduanya berada dibawah pengawasan Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara
Tertinggi.
2. Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tingig Tata Usaha Negara
a. Tempat Keuddukan dan Daerah Hukum.
Pengadilan Tata Usaha Negara merupakan pengadilan tingkat pertama yang berkedudukan di
kotamadya atau ibukota kabupaten dengan daerah hukumnya meliputi kotamadya atau kabupaten
tersebut.
Sedangkan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara berkedudukan di ibukota propinsi dan daerah
hukumnya meliputi wilayah propinsi, Pengadilan ini merupakan pengadilan tingkat banding
terhadap sengketa tata usaha negara.
b. Kekuasaan dan Kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara.
Di dalam pasal 47 jo pasal 50 undang-undang PTUN disebutkan bahwa Pengadilan Tata Usaha
Negara bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa tata usaha
negara di tingkat pertama.
Sedangkan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara merupakan pengadilan tingkat banding, sudah
barang tentu mempunyai kewenangan memberikan dan memutus sengketa di tingkat banding.
Berdasarkan pasal 51 undang-undang PTUN dapat disimpulkan bahwa kewenangan dari
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, adalah :
a. Bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus sengketa Tata Usaha Negara di tingkat
banding;
b. Betugas dan berwenang memeriksa dan memutus di tingkat pertama dan terakhir sengketa
kewenangan mengadili antara pengadilan TUN di dalam daerah hukumnya.
c. Betugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan di tingkat pertama sengketa
Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 UU PTUN.
c. Susunan Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
Di dalam pasal 11 undang-undang PTUN, susunan pengadilan Tata Usaha Negara adalah
pimpinan, hakim anggota, panitera, dan sekretaris. Susunan tersebut sama halnya dengan
susunan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Beda dengan susunan Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Agama, di Pengadilan TUN tidak ada juru sita.
1. Pimpinan
Berdasarkan pasal 11 undang-undang PTUN Nomor 9 tahun 2004 pimpinan PTUN terdiri dari
seorang ketua dan wakil ketua, pada dasarnya ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk ketua dan
wakil ketua adalah sama dengan Pengadilan-Pengadilan lain terutama Pengadilan Negeri. Begitu
pula dengan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.
Mengenai pengangkatan dan pemberhentian jabatan ketua dan wakil ketua, baik pengadilan TUN
ataupun Pengadilan Tinggi TUN berada di tangan Menteri Kehakiman berdasarkan persetujuan
Mahkamah Agung.
2. Hakim Anggota
Secara umum ketentuan yang berkaitan dengan hakim anggota pada Peradilan Tata Usaha
Negara adalah sama dengan Hakim Pengadilan Negeri. Begitu juga halnya dengan persyaratan
pengangkatan hakim tinggi dalam pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, pada pokoknya sama
dengan persyaratan pengangkatan hakim tinggi di dalam lingkungan peradilan umum.
3. Panitera
Pada umumnya susunan kepaniteraan pengadilan TUN adalah sama dengan susunan
kepaniteraan di dalam peradilan umum. Sedangkan untuk Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
ketentuan umum mengenai panitera Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara tidak jauh berbeda
dengan ketentuan umum panitera pada pengadilan tinggi dalam lingkungan Peradilan Umum.
4. Sekretaris
Sama halnya dengan lingkungan peradilan lain, sesuai dengan pasal 40 dan 41 undang-undang
PTUN, disana ditentukan bahwa jabatan sekretaris Pengadilan Tata Usaha Negara dan
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, dirangkap oleh panitera yang dalam melaksanakan
tugasnya dibantu oleh wakil sekretaris. Mengenai ketentuan umum lainnya tidak jauh berbeda
dengan peradilan umum.

Sumber: http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/2041285-contoh-makalah-peradilan-tata-
usaha/#ixzz1OUv6Vsi4

Sekilas Tentang PTUN
1. Dasar Hukum Peradilan Tata Usaha Negara : Undang-Undang No. 5 Tahun
1986 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang No. 9
Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 51 Tahun 2009
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara;
2. Kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara : Pengadilan Tata Usaha Negara
bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa
Tata Usaha Negara di tingkat pertama (Pasal 50 UU PERATUN);
3. Pengertian Sengketa Tata Usaha Negera : Adalah sengketa yang timbul
dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan
badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai
akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara, termasuk sengketa
kepegawaian berdasarkanperaturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1
angka 10 UU PERATUN).
4. Subyek Gugatan Tata Usaha Negara : Penggugat adalah Seseorang atau
badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu
Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada
Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara
yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa
disertai tuntutan gati rugi dan/atau rehabilitasi (Pasal 53 Ayat (1)
UU PERATUN) . Tergugat adalah Tergugat adalah badan atau pejabat tata
usaha negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada
padanya atau yang dilimpahkan kepadanya yang digugat oleh orang atau badan
hukum perdata (Pasal 1 angka 12 UU PERATUN).
5. Objek Sengketa Tata Usaha Negara adalah Keputusan Tata Usaha Negara
adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata
usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan
peraturan perundangundangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual,
dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata (Pasal 1 angka 9 UU PERATUN).
6. Keputusan Yang Tidak Dapat di Gugat di Peradilan TUN yaitu
a.Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata; b.
Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat
umum; c. Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan;
d. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan
Kitab Undang-undang Hukum Pidana atau Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hukum
pidana; e. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil
pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; f. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia; g. Keputusan Panitia Pemilihan, baik
di pusat maupun di daerah, mengenai hasil pemilihan umum (Pasal 2
UU PERATUN).
7. Pengertian Gugatan adalah Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan
terhadap badan atau pejabat tata usaha negara dan diajukan ke pengadilan
untuk mendapatkan putusan ( Pasal 1 angka 11 UU PERATUN). 
8. Dasar Pengajuan Gugatan terhadap pembatalan Keputusan TUN adalah :
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;b. Keputusan Tata Usaha Negara
yang digugat itu bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik
(Pasal 53 ayat (2) UU PERATUN).
9. Alat bukti dalam sengketa tata usaha negara adalah a. surat atau tulisan; b.
keterangan ahli; c. keterangan saksi; d. pengakuan para pihak;e. pengetahuan
Hakim (Pasal 100 UU PERATUN).
10.Amar Putusan di Peradilan TUN adalah a. Gugatan ditolak; b.Gugatan
dikabulkan; c. Gugatan tidak dapat diterima ( Niet Ontvankelijk Verklaard ); d.
Gugatan Gugur.
11.Upaya Hukum Dalam Sengketa Tata Usaha Negara adalah BANDING KE
PT.TUN (Pasal 122), KASASI KE MAHKAMAH AGUNG (Pasal 131),
PENINJAUAN KEMBALI KE MAHKAMAH AGUNG (Pasal 132) UU
PERATUN. www.tiarmahardi.net

Anda mungkin juga menyukai