KELOMPOK 5
POLTEKES YAPKESBI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai seorang bidan yang terdidik dan terlatih kita harus bisa
memahami dan mengerti tentang kegawadaruratan terhadap penyakit
yang menyertai kehamilan tersebut pada ibu hamil, agar bisa
diterapkan ke masyarakat jika turun ke dunia kerja dengan maksud
mengurangai angka kematian ibu hamil akibat terinfeksi dari penyakit
yang membahayakan tersebut.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
C. Rumusan Masalah
D. Sistematika Penulisan
4. Daftar Pustaka.
1. Definisi
2. Etiologi
• Ketiga, cara masuk yang lain mungkin lewat air yang telah
terkontaminasi. Dan yang jarang, jika menerima transpantasi
organ atau transfusi darah dari donor yang telah terkontaminasi.
3. Manifestasi Klinis
5. Pencegahan Toksoplasmosis
6. Penanganan Khusus
1. Definisi
Infeksi saluran kemih dapat terjadi mulai infeksi pada kaliks renalis
sampai meatus uretrha. Infeksi saluran kemih merupakan komplikasi
medik pertama pada wanita hamil. Sekitar 15% wanita, mengalami (
paling sedikit ) satu kali serangan akut infeksi saluran kemih selama
hidupnya. Akibat infeksi ini dapat mengakibatkan masalah pada ibu
dan janin. Status sosioekonomi dan kelemahan ( mal nutrisi ,
defesiensi gizi, anemia ) erat katannya dengan peningkatan
insidensi infeksi saluran kemih. Sebagian besar infeksi tersebut
adalah asimptomatik, angka kejadiannya pada wanita hamil adalah
5% - 6% dan meningkat menjadi 10% pada golongan resiko tinggi.
2. Etiologi
• Aktivitas Seksual
• Kateter urine
3. Jenis ISK
1) Definisi
2) Etiologi
Bila BA tidak diterapi dengan baik maka 20% ibu hamil akan
menderita sistitis akut atau pielonefritis akut pada kehamilan
lanjut.
b. Sistitis
1) Definisi
5) Penatalaksanaan
c. Pielonefritis
11
4) Penatalaksanaan
12
C. Hepatitis
1. Defenisi
2. Etiologi
a. Virus hepatitis A
13
b. Virus hepatitis B
c. Virus hepatitis C
d. Virus hepatitis D
e. Virus hepatitis E
f. Virus hepatitis G
Jenis baru dari virus hepatitis yang telah terdeteksi baru-baru ini.
14
• Virus Mumps
• Virus Rubella
• Virus Cytomegalovirus
• Virus Epstein-Barr
• Virus Herpes
3. Manifestasi Klinis
4. Penatalaksanaan
15
5. Pengaruh Hepatitis
16
D. HIV/ AIDS
1. Definisi
17
18
Jarum suntik, alat tindik, jarum tato, atau pisau cukur menjadi
media penularan HIV, bila sebelumnya digunakan oleh pengidap
HIV. Virus yang tertinggal pada alat - alat tersebut akan masuk ke
aliran darah yang memakainya. Karenanya, biasakan memekai
jarum suntik, alat tindik, jarum tato atau pisau cukur sekali pakai.
Resiko penularan dari ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada bayi
yang di kandungnya pada masa persalinan biasanya terjadi
karena : adanya tekanan pada plasenta sehingga terjadi sedikit
pencampuran antara darah ibu dengan darah bayi ( lebih sering
terjadi jika plasenta mengalami radang/ infeksi ), bayi terpapar
darah & lendir serviks pada saat melewati jalan lahir atau karena
bayi kemungkinan terinfeksi akibat menelan darah & lendir
serviks pada saat resusitasi ( saat kehamilan/ barier plasenta
10%, proses melahirkan 60%, dan pemberian ASI 30%).
• Infeksi akut : flu selama 3-6 minggu setelah infeksi, panas dan
rasa lemah selama 1-2 minggu. Bisa disertai ataupun tidak
gejala-gejala seperti: bisul dengan bercak kemerahan (biasanya
pada tubuh bagian atas) dan tidak gatal, Sakit kepala, sakit pada
otot-otot, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar, diare
(mencret), mual-mual, maupun muntah-muntah.
19
4. Etiologi
Seperti halnya penanggulangan penyakit pada umumnya, usaha
pertama yang selalu harus diusahakan adalah mencari penyebab
resiko transmisi HIV antara ibu dan anak.
Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi transmisi HIV antara ibu
dan anak:
• Faktor ibu
• Faktor kebiasaan
• Faktor obstetri
• Faktor viral
• Status kekebalan:
Risiko MTCT meningkat dengan tingkat keparahan defisiensi
imun. Perempuan dengan jumlah CD4 rendah (<200> partikel
viral 50.000 atau lebih / ml).
5. Cara mencegah HIV/AIDS
20
i. Apabila anda sudah yakin dan siap menerima segala resiko dan
test HIV, silahkan periksa.
6. Penatalaksanaan
21
22
2) Intervensi Therapeutic
Nutrisi suplemen:
3) Intervensi Kebidanan
• Trauma:
Janin
Trauma janin harus dihindari. Pengisapan kuat pada bayi
tidak dianjurkan karena hal ini dapat menyebabkan trauma
pada selaput lendir. Pengisapan hanya dilakukan dengan
indikasi cairan ketuban mekoneal. Hal ini di tujukan untuk
membuang cairan ibu dari bayi.
Ibu
Episiotomi sebaiknya dihindari. Episiotomi seharusnya
hanya dilakukan untuk indikasi obstetri, misalnya pada kala
2 yang memanjang.
• Mode transmisi
Hindari amniotomi
• Antenatal care
• Intervensi gizi
Suplemen vitamin harus dimulai pada kehamilan pertama
kunjungan. Multivitamin dan Vitamin A dalam tertentu telah
terbukti efektif dalam meningkatkan kekebalan tubuh.
• Medical Intervention
Profilaksis dan pengobatan tergantung pada jenis infeksi yang
terjadi.
f. Penghentian kehamilan
E. Tifus Abdominalis
1. Definisi
Salmonella typhi
3. Faktor Risiko
4. Patofisiologi
27
kuman-kuman
|
usus
|
kelenjar getah bening mesentarium [berproliferasi]
|
ductus thoracicus
|
peredaran darah
|
kuman-kuman musnah - endotoksinnya keluar
|
28
29
• Stupor
• Bergumam
• Delirium
• Twitching otot-otot
• Karpologia
• Koma vigil
• Anemia
• Kerontokan rambut
6. Pemeriksaan Laboratorium
7. Komplikasi
8. Penatalaksanaan
• Tirah baring
9. Pengobatan
• Kotrimaksol
• Kloramfenikol
• Ampisilin
• Trimetoprim-Sulfametoksasol
• Quinolon
10. Pencegahan
32
• Imunisasi
a. Pada Kehamilan
33
b. Pada Persalinan
c. Pada Nifas
34
BAB III
PENUTUP
35