I. Klarifikasi Istilah
a. Demam : Peningkatan temperatur suhu tubuh diatas
normal
b. Batuk : Ekspulsi udara yang tiba-tiba sambil
mengeluarkan suara dari paru-paru
c. Sesak nafas : Pernapasan yang sukar atau sulit karena
hiperventilasi alveolus
d. Pneumonia : Radang paru- paru yang disertai dengan
eksudasi
e. Antipiretik : Menghilangkan atau menurunkan demam
f. Antibiotik amoksilin : Turunan semisintetik dari ampisilin yang
efektif terhadap bakteri gram positif dan
negatif
g. Uji koagulase (+) : Uji untuk membedakan jenis
Staphylococcus dan hasil positif dimiliki
oleh S aureus
h. Coccus : Bakteri berbentuk sferis atau bulat yang
berdiameter kurang dari 1
i. Antibiotik gol. Β-laktam : Golongan Antibiotik yang memiliki cincin
beta laktam
j. Gen mecA : Gen yang mengkode Penisiline binding
protein
k. SCC mec tipe IV : Bagian kromosom bakteri yang menyandi
gen mecA
l. Resisten : Kemampuan alami organism normal untuk
tetap tidak terpengaruh oleh agen
berbahaya yang ada di lingkungannya
b. Pemeriksaan Fisik
Tanda yang mungkin ada adalah suhu > 390C, dispnea :
inspiratory effort ditandai dengan takipnea, retraksi (chest
indrawing), nafas cuping hidung dan sianosis.
Inspeksi : dada daerah yang terkena terlihat lebih
mencembung
Palpasi : Penderita merasakan nyeri pada daerah yang
terkena
Perkusi : normal atau redup sampai pekak
Auskultasi : suara nafas utama melemas atau mengeras,
suara nafas tambahan berupa ronkhi basah halus
c. Pemeriksaan Penunjang
a. Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis
dengan hitung jenis bergeser ke kiri.
b. Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas
darah menunjukkan keadaan hipoksemia (karena
ventilation perfusion mismatch). Pemeriksaan kultur
darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat
membantu pada kasus yang tidak menunjukkan respon
terhadap penanganan awal.
c. Pada foto thorak terlihat infiltrat alveolar yang dapat
ditemukan di seluruh lapangan paru.
d. Uji mikrobiologi jika diduga karena infeksi bakteri. Bisa
dilakukan kultur kuman, uji katalase dan uji koagulase.
Uji katalase digunakan untuk membedakan jenis
staphylococcus atau pneumococus. Dan uji koagulase
digunakan untuk membedakan spesies staphylococcus
dimana yang memberikan hasil positif pada spesies S
aureus.
c. Mengapa keadaan Boy tetap memburuk hingga hari kelima walau telah
diberi obat antipiretik dan antibiotik amoksisilin?
Jawab : Antibiotik biasanya diberikan 15 biji dan diminum 3x sehari
(sesusai dosis ). Berarti jika diakumulasikan penderita
diharuskan meminum sampai hari kelima dan dilihat
perkembanngannya sampai hari kelima. Jika hari kelima
belum ada perubahan dan keadaan pasien semakin memburuk
berarti bisa dikatakan telah terjadi resistensi bakteri terhadap
amoksisilin tersebut. Karena S aureus memiliki gen bla Z
yang memproduksi betalaktamase yang menginkatifkan
antibiotic dan gen mecA yang menurunkan afinitas peniciline
binding brotein sehingga antibitik golongan beta laktam tidak
bisa berikatan dengan reseptornya dan menghambat sintesis
dinding sel bakteri.
V. Kerangka Konsep
Kerusakan sel
Gen mecA Beta laktamase parenkim paru Demam
Diberikan
Batuk
afinitas gol.β- amoksisilin
laktam
Antibiotik Gol.
Beta laktam
Resistensi
Keadaan
memburuk
VII. Sintesis
1. Bakteri gram positif
Bakteri gram positif adalah bakteri yang dinding selnya tersusun atas
peptidoglikan dan dalam pewarnaan gram memberikan warna biru
keunguan. Klasifikasi Bakteri gram positif antara lain
A. Bentuk Basil atau batang
1. bakteri basil yang memproduksi spora :
a. Spesies Basilus :
Basilus antrax yang mnyebabkan penyakit antrax
pada hewan dan manusia
Bacilus cereus menghasilkan toksin dalam
keracunan makanan dan penyebab penting dalam
infeksi mat, keratitis berat, endoftalmitis dan
panoftamlitis (melemahkan daya imun)
b. Clostrisium
Clostrisium Tetani yang menghasilkan toksin yang
menyebabkan tetanus
Clostrisium perfringens yang manghasilkan
enterotoksin yang berperan dalam keracunan
makanan dan infeksi invasive termasuk mionekrosis
dan gangrene gas
Clostridium difficile yang diakibatkan oleh
pemberian antibiotic
2. Bakteri yang tidak memproduksi spora
a. Genus Corynebacterium
Corynebasterium diphtheria menguraikan
endotoksin difteri menyebabkan dipteri
Corynebacterium auris menyebabkan penyakit
telinga
Corynebacterium urealyticum menyebabkan UTI
dan resisten terhadap antibiotic
C. xerosis, C. glucoronolyticum penyebab UTI, C.
pseudodipthericum penyebab ISP
b. L monocytogenes yang memacu imunitas seluler dapat
menyebabkan meningoensefalitis, bakteremia dan infeksi
fokal listeria
c. Erysipelothrix rhusiopathiae menyebabkan infeksi paling
sering yang disebut erisipiloid dan sangat rentan terhadap
peniciline G
B. Bentuk Coccus atau sferis
1. Stafilokokus (berbentuk seperti anggur yang tidak teratur )
a. S aureus bersifat koagulase positif menyebabkan nekrosis jaringan
dapat menyebabkan pneumonia, meningitis, empisema,
endokarditis, sepsis dengan supurasi diberbagai organ
b. S epidermidis bersifat koagulase negative dan cenderung hemolitik
dapat menginfeksi protese ortopedik atau kardiovaskuler
c. S saprophyticus bersifat koagulase negative, resisten terhadap
novobiosin, nonhemolitik dan dapat menyebabkan UTI pada
wanita muda
2. Streptokokus (khasnya berpasangan atau membentuk rantai selama
pertumbuhannya beberapanya erupakan flora normal pada manusia
a. Streptococcus pneumoiae positif dalam reaksi Quellung bersifat
hemolisis alfa dan penyebab penyakit pneumonia, meningitis dan
endokarditis
b. Streptococcus pyogenes Hemolisis Beta flora normal pada
tenggorok dan kulit penyebab sering penyakit faringitis, impetigo
demam rematik dan glomerulonefritis
c. Streptococcus agalactiae bersifat hemolisis beta dan penyebab
sepsis dan meningitis pada neonates
d. Streptococcus bavis flora normal pada kolon penyebab UTI, abses
abdomen dan endokarditis
e. Grup Streptococcus anginosus penyebab infeksi pyogenik
termasuk abses otak
f. Streptococcus viridians flora normal dalam mulut penyebab karies
gigi, endokarditis dan abses
g. Enterococcus faecalis flora normal pada kolon penyebab UTI,
abses abdomen dan endokarditis
3. Pneumonia
A. Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru yang ditandai
denagn tanda klinik seperti demam,sesak nafas, batuk, ronki basah.
B. Etiologi
1. Bakteri
Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme
gram-positif atau gramnegatif seperti : Steptococcus
pneumoniae (pneumokokus), Streptococcus piogenes,
Staphylococcus aureus, Klebsiela pneumoniae, Legionella,
haemophilus influenza, Staphylococcus aureus.
2. Virus
Influenzae virus, Parainfluenzae virus, Respiratory,
Syncytial adenovirus, chicken-pox (cacar air), Rhinovirus,
Sitomegalovirus, Virus herves simpleks,Virus insial
pernapasan, hanta virus.
3. Fungi
Aspergilus, Fikomisetes, Blastomises dermatitidis,
histoplasma kapsulatum.
C. Patogenesis Pneumonia
D. Diagnosis Pneumonia
a. Anamnesis
Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus menerus,
sesak, kebiruan disekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang
(pada bayi) dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka berbaring
pada sisi yang sakit.
b. Pemeriksaan Fisik
Tanda yang mungkin ada adalah suhu > 390C, dispnea :
inspiratory effort ditandai dengan takipnea, retraksi (chest
indrawing), nafas cuping hidung dan sianosis.
Inspeksi : dada daerah yang terkena terlihat lebih
mencembung
Palpasi : Penderita merasakan nyeri pada daerah yang
terkena
Perkusi : normal atau redup sampai pekak
Auskultasi : suara nafas utama melemas atau mengeras,
suara nafas tambahan berupa ronkhi basah halus
c. Pemeriksaan Penunjang
- Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis
dengan hitung jenis bergeser ke kiri.
- Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas
darah menunjukkan keadaan hipoksemia (karena
ventilation perfusion mismatch). Pemeriksaan kultur darah
jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat
membantu pada kasus yang tidak menunjukkan respon
terhadap penanganan awal.
- Pada foto thorak terlihat infiltrat alveolar yang dapat
ditemukan di seluruh lapangan paru.
- Uji mikrobiologi jika diduga karena infeksi bakteri. Bisa
dilakukan kultur kuman, uji katalase dan uji koagulase. Uji
katalase digunakan untuk membedakan jenis
staphylococcus atau pneumococus. Dan uji koagulase
digunakan untuk membedakan spesies staphylococcus
dimana yang memberikan hasil positif pada spesies S
aureus.
E. Penaalaksanaan Pneumonia
Kuman Urutan pemilihan obat
pertama kedua ketiga
penyebab
Staphylococcu Nafcillin atau Sephalosporin Clindamycin
s aureus Oxacilin generasi ke 1 Makrolide
Vancomicin
Streptococcus Penicillin Sephalosporin Makrolide
pyrogenes Amoxicillin generasi 1 Clindamicin
(grup A) Vancomicin
Streptococcus Penicillin G Sephalosporin Makrolide
pneumonia Amoxicillin generasi 1 Cilndamycin
Pseudomonas Penicillin spekrum Ciprofloxacin+ Azetronam+
aeruginosa luas+tobramycin Penicillin tobramycin
spektrum luas
Klebsiella Sephalosporin Ciprofloxacin Imipinem
pneumonia Aztreonam
Haemophilus Trimethoprimsulfamethoxazo Cefuroxime Ciprofloxaci
influenza le Amoxicillin n
Amoxillin- atau Azithromyci
Clavulanate Ampicillin n
Mycoplasma Doxycycline Makrolide -
pneumonia
Clamydia Doxycycline Fluoroquinolon -
pneumonia Azitromycine atau e
clarithromycine
4. Amoksisilin
Menurut Ditjen POM (1995), sifat fisika dan kimia amoksisilin adalah
sebagai berikut:
Cincin β-laktam
Indikasi
Amoksisilin digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh
bakteri gram negatif seperti Haemophilus Influenza, Escherichia coli,
Proteus mirabilis, Salmonella. Amoksisilin juga dapat digunakan untuk
mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif seperti :
Streptococcus pneumoniae, enterococci, nonpenicilinase-producing
staphylococci, Listeria. Tetapi walaupun demikian, amoksisilin secara
umum tidak dapat digunakan secara sendirian untuk pengobatan yang
disebabkan oleh infeksi streprtococcus dan staphilococcal. Amoksisilin
diindikasikan untuk infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran kemih,
infeksi klamidia, sinusitis, bronkitis, pneumonia, abses gigi dan infeksi
rongga mulut lainnya (Siswandono, 2000).
Farmakologi
Amoksisilin adalah antibiotik dengan spektrum luas, digunakan untuk
pengobatan seperti yang tertera diatas, yaitu untuk infeksi pada saluran
napas, saluran empedu, dan saluran seni, gonorhu, gastroenteris,
meningitis dan infeksi karena Salmonella sp., seperti demam tipoid.
Amoxicillin adalah turunan penisilin yang tahan asam tetapi tidak tahan
terhadap penisilinase (Siswandono, 2000).
Amoksisilin aktif melawan bakteri gram positif yang tidak menghasilkan
β-laktamase dan aktif melawan bakteri gram negatif karena obat tersebut
dapat menembus pori–pori dalam membran fosfolipid luar. Untuk
pemberian oral, amoksisilin merupakan obat pilihan karena di absorbsi
lebih baik daripada ampisilin, yang seharusnya diberikan secara
parenteral (Neal, 2007).
Amoksisilin merupakan turunan dari penisilin semi sintetik dan stabil
dalam suasana asam lambung. Amoksisilin diabsorpsi dengan cepat dan
baik pada saluran pencernaan, tidak tergantung adanya makanan.
Amoksisilin terutama diekskresikan dalam bentuk tidak berubah di dalam
urin. Ekskresi Amoksisilin dihambat saat pemberian bersamaan dengan
probenesid sehingga memperpanjang efek terapi (Siswandono, 2000).
Amoksisilin mempunyai spektrum antibiotik serupa dengan ampisilin.
Beberapa keuntungan amoksisilin dibanding ampisilin adalah absorbsi
obat dalam saluran cerna lebih sempurna, sehingga kadar darah dalam
plasma dan saluran seni lebih tinggi. Efek terhadap Bacillus dysentery
amoksisilin lebih rendah dibanding ampisilin karena lebih banyak obat
yang diabsorbsi oleh saluran cerna (Siswandono, 2000).
Namun, resistensi terhadap amoksisilin dan ampisilin merupakan suatu
masalah, karena adanya inaktifasi oleh plasmid yang diperantai
penisilinase. Pembentukan dengan penghambat β–laktamase seperti asam
klavunat atau sulbaktam melindungi amoksisilin atau ampisilin dari
hidrolisis enzimatik dan meningkatkan spektrum antimikrobanya (Mycek,
2001).
Interaksi Obat
Menurut Widodo (1993), amoksisilin dapat memberikan interaksi dengan
senyawa lain bila diberikan dalam waktu yang bersamaan. Interaksi
tersebut antara lain:
1. Eliminasi Amoksisilin diperlambat pada pemberian dengan
Uricosurika (misal Probenesid), Diuretika, dan Asam–asam lemah ( misal
asam Acetylsalicylat dan Phenilbutazon).
2. Pemberian bersamaan Antasida–Alumunium tidak menurunkan
ketersediaan biologik dari Amoksisilin.
3. Pemberian bersamaan Allopurinol dapat memudahkan timbulnya
reaksi– reaksi kulit alergik.
4. Menurunkan keterjaminan kontrasepsi preparat hormon.
5. Kemungkinan terjadi alergik silang dengan Antibiotik Sepalosporin.
6. Antibiotik bacteriostatik mengurangi bactericidal dari Amoksisilin.
7. Inkompabilitas dengan cairan/larutan dekstrosa.
a. Penisilin
Amoksisilin, salah satu contoh penisilin.
Berdasarkan spektrum aktivitas antimikrobialnya, penisilin terbagi
menjadi 4 kelompok, yaitu penisilin dini (terdahulu), penisilin
spektrum luas, penisilin anti-stafilokokal, dan penisilin anti-
pseudomonal (spektrum diperluas). Penisilin dini secara aktif
mampu melawan bakteri yang sensitif, seperti golongan
Streptococcus beta-hemolitik, Streptococcus alfa-hemolitik
dikombinasikan dengan aminoglikosida), pneumococcus,
meningococcus, dan kelompok Clostridium selain C. difficile.
Contoh dari penisilin terdahulu adalah penisilin G dan penisilin V.
Penisilin spektrum luas memiliki kemampuan untuk melawan
bakteri enterik dan lebih mudah diabsorpsi oleh bakteri gram
negatif namun masih rentan terhadap degradasi beta-laktamase,
contohnya ampisilin, amoksisilin, mesilinam, bacampicillin, dll.
Penisilin anti-stafilokokal dikembangkan pada tahun 1950-an
untuk mengatasi S. aureus yang memproduksi beta-laktamase dan
memiliki keunggulan tahan terhadap aktivitas beta-laktamase.
Contoh dari golongan ini adalah methicillin dan cloxacillin.
Penisilin anti-pseudomonal dibuat untuk mengatasi infeksi bakteri
gram negatif basil, termasuk Pseudomonas aeruginosa, contoh dari
penisilin golongan ini adalah carbenicillin, ticarcillin, Azlocillin,
dan piperacillin.
b. Sefalosporin
Antibioik sefalosporin terbagi menjadi 3 generasi, yang pertama
adalah cephalothin dan cephaloridine yang sudah tidak banyak
digunakan. Generasi kedua (antara lain: cefuroxime, cefaclor,
cefadroxil, cefoxitin, dll.) digunakan secara luas untuk mengatasi
infeksi berat dan beberapa di antaranya memiliki aktivitas melawan
bakteri anaerob. Generasi ketiga dari sefalosporin (di antaranya:
ceftazidime, cefotetan, latamoxef, cefotetan, dll.) dibuat pada tahun
1980-an untuk mengatasi infeksi sistemik berat karena bakteri
c. Carbapenem
Hanya terdapat satu agen antibiotik dari golongan carbapenem
yang digunakan untuk perawatan klinis, yaitu imipenem yang
memiliki kemampuan antibakterial yang sangat baik untuk
melawan bakteri gram negatif-basil (termasuk P. aeruginosa,
Staphylococcus, dan bacteroides). Penggunaan imipenem harus
dikombinasikan dengan inhibitor enzim tertentu untuk
melindunginya dari degragasi enzim dari liver di dalam tubuh
d. Monobactam
Golongan ini memiliki struktur cincin beta-laktam yang tidak
terikat ke cincin kedua dalam molekulnya. Salah satu antibiotik
golongan ini yang umum digunakan adalah aztreonam yang aktif
melawan berbagai bakteri gram negatif, termasuk P. aeruginosa.