1 (Novita Eka)
Kenapa perbandingan saat melarutkan fraksi menggunakan perbandingan 1:4?
Jawab : Karena pada saat melarutkan, fraksi tersebut dapat larut dalam perbandingan 1:4.
Dan telah di coba dengan perbandingan yang lain, namun fraksi tersebut tidak larut dalam
perbandingan tersebut.
2. Kel. 2 (Farah Fitriani)
Apa kesimpulan dari noda yang dihasilkan?
Jawab : dari kedua plat KLT tidak dihasilkan noda,dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
perbandingan eluen yang dipakai tidak mampu mengangkat atau membuat perpindahan
migrasi pada suatu totolan noda tersebut. Disini dapat diketahui bahwa sampel atau fraksi
yang kami praktikumkan mengandung senyawa yang memiliki nilai kepolaran yang sangat
kecil.
3. Kel.4 (Rosyit Hidayad)
Mengapa tidak dihasilkan noda?
Jawab : karena pada kedua perbandingan eluen tidak mampu mengangkat atau membuat
perpindahan migrasi noda, hal itu disebabkan karena senyawa pada fraksi diperkirangan
memiliki nilai kepolaran yang sangat rendah, sehingga eluen tidak mampu membuat noda
tersebut pindah.
4. Kel. 5 (Leila felayati)
Diantara eluen 9:1 dan 8:2, di eluen manakah yang menghasilkan data yang bagus”
Jawab : di antara eluen tersebut pada percobaan kami tidak menghasilkan noda, namun kami
dapat menyimpulakan bahwa makin eluen tersebut mempunyai nilai kepolaran yang rendah
maka data yang didapat semakin bagus. Jadi di kedua eluen ini kami bisa menyampaikan
bahwaeluen 9:1 lebih bagus dari 8:2.
5. Kel. 6 (Erwin Salmsul)
Bagaimanakah kriteria biji ketapang yang baik untuk percobaan ini?
Jawab : untuk percobaan ini biji yang digunakan adalah biji yang pada proses pembuatan
simplisia sudah memenuhi syarat. Dan dalam pemilihan bahan harus dipertimbangkan (1)
diambil buah yang sudah masak,(2)keadaan buah tidak rusak, tidak busuk, dan dalam
keadaan yang baik terutama saat pengupasan, biji tidak busuk, hancur dan harus dalam
keaadan kering.
6. Kel. 4 (Vivi Oktaviani)
Bagaimana prinsip H2SO4 sehingga menimbulkan warna?
Jawab : Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H 2SO4 adalah berdasarkan kemampuan
asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia
sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS)
sehingga noda menjadi tampak oleh mata.
7. Kel. 6 (Hasti Mawarina)
mengapa memakai eluen n heksana dan etil asetat ?
Jawab : Pada praktikum ini, kelompok kami membuat perbandingan eluen heksana:etil asetat
9 : 1 dan 8 : 2. Karena eluen ini bersifat nonpolar sehingga senyawa-senyawa yang akan
terlarut di dalamnya juga yang bersifat nonpolar. Jadi penggunaan eluen ini dimaksudkan
untuk menarik senyawa non polar yang mungkin terdapat dalam fraksi kami yaitu biji
ketapang. Namun melalui hasil percobaan tidak didapati adanya noda saat dipendarkan di
sinar UV 254,366 serta penyemprotan H2SO4, , jadi dapat disimpulkan bahwa kemungkinan
senyawa yang terkandung adalah senyawa yang memiliki nilai kepolaran yang sangat rendah.
8. Kel. 2 (Fitriani Andriani)
apa yang membedakan sinar UV 254 dabn UV 366, kenapa dalam pemisaan ini memakai
metode KLT ? apa keuntungannya ?
Jawab :
a. Perbedaan Prinsip Penampakan Noda Pada UV 254 nm dan Pada UV 366 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak
berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya
interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng.
Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat
energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara
sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda
tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan
oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan
energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel
yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.
b. Keuntungan Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah
dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang digunakan.
Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat
dikatakan hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat.
Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.
Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluorosensi
atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau dengan
cara elusi 2 dimensi.
Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan
merupakan bercak yang tidak bergerak.