Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Ajaran Syekh Siti Jenar yang paling kontroversial terkait dengan konsepnya tentang hidup dan mati,
Tuhan dan kebebasan, serta tempat berlakunya syariat tersebut. Syekh Siti Jenar memandang bahwa
kehidupan manusia di dunia ini disebut sebagai kematian. Sebaliknya, yaitu apa yang disebut umum
sebagai kematian justru disebut sebagai awal dari kehidupan yang hakiki dan abadi.
Mau tahu selanjutnya tentang Syekh Siti Jenar, silahkan baca selanjutnya.....
Konsekuensinya, ia tidak dapat dikenai hukum yang bersifat keduniawian (hukum negara dan lainnnya),
tidak termasuk didalamnya hukum syariat peribadatan sebagaimana ketentuan syariah. Dan menurut
ulama pada masa itu yang memahami inti ajaran Siti Jenar bahwa manusia di dunia ini tidak harus
memenuhi rukun Islam yang lima, yaitu: syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Baginya, syariah itu
baru berlaku sesudah manusia menjalani kehidupan paska kematian. Syekh Siti Jenar juga berpendapat
bahwa Allah itu ada dalam dirinya, yaitu di dalam budi. Pemahaman inilah yang dipropagandakan oleh
para ulama pada masa itu. Mirip dengan konsep Al-Hallaj (tokoh sufi Islam yang dihukum mati pada awal
sejarah perkembangan Islam sekitar abad ke-9 Masehi) tentang Hulul yang berkaitan dengan kesamaan
sifat manusia dan Tuhan. Dimana Pemahaman ketauhidan harus dilewati melalui 4 tahapan ; 1. Syariat
(dengan menjalankan hukum-hukum agama spt sholat, zakat dll); 2. Tarekat, dengan melakukan amalan-
amalan spt wirid, dzikir dalam waktu dan hitungan tertentu; 3. Hakekat, dimana hakekat dari manusia
dan kesejatian hidup akan ditemukan; dan 4. Ma'rifat, kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-
luasnya. Bukan berarti bahwa setelah memasuki tahapan-tahapan tersebut maka tahapan dibawahnya
ditiadakan. Pemahaman inilah yang kurang bisa dimengerti oleh para ulama pada masa itu tentang ilmu
tasawuf yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar. Ilmu yang baru bisa dipahami setelah melewati ratusan
tahun pasca wafatnya sang Syekh. Para ulama mengkhawatirkan adanya kesalahpahaman dalam
menerima ajaran yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar kepada masyarakat awam dimana pada masa
itu ajaran Islam yang harus disampaikan adalah pada tingkatan 'syariat'. Sedangkan ajaran Siti Jenar
sudah memasuki tahap 'hakekat' dan bahkan 'ma'rifat'kepada Allah (kecintaan dan pengetahuan yang
mendalam kepada ALLAH). Oleh karenanya, ajaran yang disampaikan oleh Siti Jenar hanya dapat
dibendung dengan kata 'SESAT'. Dalam pupuhnya, Syekh Siti Jenar merasa malu apabila harus berdebat
masalah agama. Alasannya sederhana, yaitu dalam agama apapun, setiap pemeluk sebenarnya
menyembah zat Yang Maha Kuasa. Hanya saja masing - masing menyembah dengan menyebut nama
yang berbeda - beda dan menjalankan ajaran dengan cara yang belum tentu sama. Oleh karena itu,
masing - masing pemeluk tidak perlu saling berdebat untuk mendapat pengakuan bahwa agamanya yang
paling benar.Syekh Siti Jenar juga mengajarkan agar seseorang dapat lebih mengutamakan prinsip ikhlas
dalam menjalankan ibadah. Orang yang beribadah dengan mengharapkan surga atau pahala berarti
belum bisa disebut ikhlas.
Dalam ajarannya ini, pendukungnya berpendapat bahwa Syekh Siti Jenar tidak pernah menyebut dirinya
sebagai Tuhan. Manunggaling Kawula Gusti dianggap bukan berarti bercampurnya Tuhan dengan
Makhluknya, melainkan bahwa Sang Pencipta adalah tempat kembali semua makhluk. Dan dengan
kembali kepada Tuhannya, manusia telah menjadi bersatu dengan Tuhannya.Dan dalam ajarannya,
'Manunggaling Kawula Gusti' adalah bahwa di dalam diri manusia terdapat ruh yang berasal dari ruh
Tuhan sesuai dengan ayat Al Qur'an yang menerangkan tentang penciptaan manusia ("Ketika Tuhanmu
berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila
telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh Ku; maka hendaklah kamu tersungkur
dengan bersujud kepadanya (Shaad; 71-72)")>. Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan ruh
Tuhan dikala penyembahan terhadap Tuhan terjadi. Perbedaan penafsiran ayat Al Qur'an dari para murid
Syekh Siti inilah yang menimbulkan polemik bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan,
yaitu polemik paham 'Manunggaling Kawula Gusti'. Kisah Syekh Siti Jenar sampai sekarang masih jadi
misterius.... semuanya kembali pada diri kita sendiri terhadap kisah Syekh Siti Jenar .. terima kasih.
Syekh Siti Jenar
Syekh Siti Jenar (Juga dikenal KESAWAN BANYAK Nama lain, Antara lainSitibrit,
Lemahbang, dan Lemah Abang ) adalah seorang tokoh sufi Satu Yang dianggap salah
dan Juga penyebar Agama Islam di Pulau DKI. ADA Yang regular tidak mengetahui
Secara iuran pasti asal-usulnya. Masyarakat di BANYAK terdapat varian cerita
mengenai asal-usul Syekh Siti Jenar .
Sebagian Umat Islam menganggapnya sesat ajarannya KARENA Yang terkenal,
yaitu manunggaling kawula Gusti . Akan tetapi sebagian lain menganggap bahwa
Yang Syekh Siti Jenar adalah intelektual Yang Sudah mendapatkan esensi Islam Sendiri
ITU. Ajaran - ajarannya tertuang KESAWAN Pupuh, yaitu Yang dibuatnya karya
sastra. Meskipun demikian, ajaran Yang Sangat mulia Dari Syekh Siti Jenar adalah budi
pekerti.
Syekh Siti Jenar mengembangkan ajaran cara Sufi Yang Hidup Artikel Baru dinilai
bertentangan ajaran Walisongo. Pertentangan praktek sufi Syekh Siti Jenar Artikel Baru
Walisongo terletak PADA penekanan formal ketentuan syariah Aspek Yang dilakukan
Dibuat Walisongo.
1. Konsep dan ajaran
Ajaran Syekh Siti Jenar Yang pagar konsepnya kontroversial Berlangganan Artikel Baru
Tentang Hidup dan mati, Tuhan dan kebebasan, Serta Tempat berlakunya syariat
tersebut. Syeh Siti Jenar memandang bahwa kehidupan Manusia di Dunia Suami disebut
sebagai Kematian. Sebaliknya, yaitu APA Yang disebut sebagai disebut justru Umum
Kematian sebagai akhir kehidupan Dari Yang Hakiki dan abadi.
Konsekuensinya, besarbesaran regular tidak dapat dikenai Hukum Yang pajaknya
keduniawian (Hukum Negara dan lainnnya), regular tidak termasuk didalamnya Hukum
syariat peribadatan sebagaimana ketentuan syariah. Dan menurut ulama PADA Masa
ITU Yang memahami inti ajaran Siti Jenar bahwa Manusia di Dunia Harus Suami
regular tidak memenuhi rukun Islam Yang lima, yaitu: Syahadat, shalat, puasa, haji dan
zakat. Baginya, syariah ITU sesudah Berlaku Baru Manusia menjalani kehidupan paska
Kematian. Syech Siti JenarJuga berpendapat bahwa Allah ITU ADA KESAWAN dirinya,
yaitu di budi KESAWAN. Pemahaman inilah Yang Dibuat dipropagandakan para ulama
PADA Masa ITU. Artikel Baru Mirip Konsep Al-Hallaj (tokoh sufi Islam yang dihukum
mati Yang PADA akhir perkembangan Islam sekitar abad ke Sejarah-9 Masehi) Tentang
Hulul Artikel Baru Yang berkaitan kesamaan Sifat Manusia dan Tuhan.Dimana
Pemahaman ketauhidan Harus dilewati Canada 4 Tahapan; 1. Syariat (Artikel Baru
menjalankan Hukum-Hukum Agama spt sholat, zakat dll); 2.Tarekat, Artikel Baru
melakukan amalan-amalan spt wirid, dzikir KESAWAN julian hitungan tertentu dan;
3. Hakekat, Dimana hakekat Dari Manusia dan kesejatian Hidup akan ditemukan; dan
4. Ma'rifat, kecintaan kepada Allah Artikel Baru seluas-luasnya makna. Bukan berarti
bahwa Penghasilan kena pajak memasuki Tahapan-Tahapan Tahapan tersebut
dibawahnya ditiadakan Maka.Pemahaman inilah Yang Kurang Bisa dimengerti para
ulama Dibuat PADA Masa ITU Ilmu tasawuf Tentang Yang disampaikan Oleh Syekh Siti
Jenar.Penghasilan kena pajak Ilmu Yang Bisa dipahami Baru melewati ratusan years
pasca wafatnya sang Syekh. Para ulama mengkhawatirkan adanya kesalahpahaman
KESAWAN menerima ajaran Yang Dibuat disampaikan Syekh Siti Jenar kepada
Masyarakat awam Dimana PADA Masa Yang Harus disampaikan adalah 'PADA
tingkatan syariat' ITU ajaran Islam. Sedangkan ajaran Siti Jenar 'dan bahkan Tahap'
hakekat Sudah memasuki 'ma'rifat'kepada Allah (kecintaan dan pengetahuan Yang
mendalam kepada Allah). Oleh karenanya, ajaran Yang Dibuat disampaikan Siti Jenar
Hanya dapat dibendung Artikel Baru kata 'SESAT'.
KESAWAN pupuhnya, Syekh Siti Jenar merasa malu apabila Harus Masalah Agama
berdebat. Alasannya Sederhana, Apapun yaitu Agama KESAWAN, terkait masih
berlangsung pemeluk sebenarnya menyembah zat Yang Maha Kuasa. Hanya Saja masing
- masing menyembah Nama menyebut Artikel Baru Yang berbeda - beda dan
menjalankan ajaran cara Artikel Baru Yang Belum tentu sama. Dibuat KARENA ITU,
masing - masing regular tidak perlu pemeluk saling berdebat untuk mendapat pengakuan
bahwa agamanya Benar pagar yang.
Syech Siti Jenar Juga mengajarkan agar-agar seseorang dapat lebih mengutamakan
Prinsip ikhlas menjalankan ibadah KESAWAN. Orang beribadah Artikel Baru Yang
mengharapkan Surga atau Pahala Belum Bisa disebut ikhlas berarti.
1. 1. Manunggaling kawula Gusti
KESAWAN Suami ajarannya, pendukungnya berpendapat bahwa Syekh Siti
Jenar regular tidak menyebut dirinya sebagai Tuhan Pernah. manunggaling kawula
Gusti dianggap Bukan berarti bercampurnya Tuhan Artikel Baru Makhluknya,
melainkan bahwa Sang Pencipta adalah Sang Tempat * Semua Dilaporkan makhluk. Dan
Artikel Baru Dilaporkan kepada Tuhannya, telah menjadi Manusia Sangat Dekat Artikel
Baru Tuhannya.
Dan ajarannya KESAWAN, ' manunggaling kawula Gusti adalah 'bahwa di KESAWAN
Diri Manusia terdapat ruh Yang berasal Dari ruh Tuhan sesuai ayat Al Qur'an Artikel
Baru Tentang Manusia Yang menerangkan penciptaan ("Ketika Tuhanmu berfirman
kepada Malaikat:" Sesungguhnya Aku akan menciptakan Manusia Dari Tanah . Maka
apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh Ku; Maka
hendaklah Kamu tersungkur bersujud Artikel Baru kepadanya (Shaad; 71-
72 )")>. Artikel Baru menyatu demikian ruh Artikel Baru Manusia akan ruh Tuhan
dikala penyembahan terhadap Tuhan terjadi.
Penyusutan penafsiran ayat Al Qur'an Dari para murid Syekh Siti inilah Yang
menimbulkan polemik bahwa di KESAWAN tubuh Manusia bersemayam ruh Tuhan,
yaitu polemik paham 'manunggaling kawula Gusti'.
2. Pengertian Zadhab
KESAWAN kondisi Manusia modern Suami Saat Pembongkaran temui Yang Sering
Manusia mengalami Suami KESAWAN hal terutama Agama Islam Yang disebut zadhab
Sering atau kegilaan berlebihan terhadap Illa Yang Maha Agung atau Allah.
Mereka belajar bagaimana bekerja Tentang Allah, sehingga ketika keinginannya Sudah
lebur terhadap kehendak Allah, Maka KESAWAN ADA Yang pikirannya Hanya Allah,
Allah, Allah dan Allah .... Tampak disekelilingnya regular tidak lain TAPI Hanya
Manusia Yang Allah berkehendak, terkait masih berlangsung Kejadian adalah maksud
Allah terhadap Hamba Suami .... dan inilah Yang apabila regular tidak dibahayakan
KARENA GURU ADA Yang Mursyid Yang berpedoman PADA Alquran dan Hadits
Maka Suami Hamba akan Keluar Dari * Semua aturan Yang telah ditetapkan Allah
untuk manusia.Karena Suami Hamba akan gampang terpengaruh syaitan, semakin
Tinggi tingkat keimanannya Maka semakin Tinggi Juga Syaitan menjerumuskannya
Suami. Pembongkaran contohnya Lia Eden dll ... mereka adalah Hamba Allah Yang
Ingin Dekat Artikel Baru Tanpa Yang Pembimbing telah melewati Masa Masa Suami
telah melewati, KARENA apabila telah melewati Masa Maka Suami Hamba tersebut
turun agar-agar Harus Bisa HAK Yang mengajarkan kepada Manusia Pembongkaran
lain Rasullah pun Juga dan apabila Manusia regular tidak mau turun tingkatan Hamba
Suami Maka akan menjadi seprti nabi Isa AS.Maka Nabi ISA diangkat Allah beserta
jasadnya. Pembongkaran Juga Syekh Siti Jenar Yang kematiannya menjadi
kontroversi.Dalam Masyarakat DKI Kematian Suami disebut "MUKSO" ruh beserta
jasadnya diangkat Allah.
Pada kritik yang dikemukakan Syekh Siti Jenar terhadap Islam formal Walisanga
tersebut, namun jelas penolakan Syekh Siti Jenar atas model dan materi dakwah
Walisanga. Pernyataan tersebut sebenarnya berhubungan erat dengan pernyataan-
pernyataan pada point 37 diatas, dan juga pernyataan mengenai kebohongan syari’at
yang tanpa spiritualitas di bawah.
Menurut Syekh Siti Jenar, umumnya orang yang melaksanakan shalat, sebenarnya akal-
budinya mencuri, yakni mencuri esensi shalat yaitu keheningan dan kejernihan busi, yang
melahirkan akhlaq al-karimah. Sifat khusyu’nya shalat sebenarnya adalah letak aplikasi
pesan shalat dalam kehidupan keseharian.
Sehingga dalam al-Qur’an, orang yang melaksanakan shalat namun tetap memiliki sifat
riya’ dan enggan mewujudkan pesan kemanusiaan disebut mengalami celaka dan
mendapatkan siksa neraka Wail. Sebab ia melupakan makna dan tujuan shalat (QS. Al-
Ma’un/107;4-7). Sedang dalam Qs.Al-Mukminun/23; 1-11 disebutkan bahwa orang yang
mendapatkan keuntungan adalah orang yang shalatnya khusyu’. Dan shalat yang
khusyu’ itu adalah shalat yang disertai oleh akhlak berikut : (1) menghindarkan diri dari
hal-hal yang sia-sia dan tidak berguna, juga tidak menyia-siakan waktu serta tempat dan
setiap kesempatan; (2) menunaikan zakat dan sejenisnya; (3) menjaga kehormatan diri
dari tindakan nista; (4) menepati janji dan amanat serta sumpah; (5) menjaga makna dan
esensi shalat dalam kehidupannya. Mereka itulah yang disebutkan akan mewarisi tempat
tinggal abadi; kemanunggalan.
Namun dalam aplikasi keseharian, apa yang terjadi? Orang muslim yang melaksanakan
shalat dipaksa untuk berdiam, konsentrasi ketika melaksanakan shalat. Padahal pesan
esensialnya adalah, agar pikiran yang liar diperlihara dan digembalakan agar tidak liar.
Sebab pikiran yang liar pasti menggagalkan pesan khusyu’ tersebut. Khusyu’ itu adalah
buah dari shalat. Sedangkan shalat hakikatnya adalah eksperimen manunggal dengan
Gusti. Manunggal itu adalah al-Islam, penyerahan diri <Wong Jowo ngomonge’ Pasrah
Bongkoan>. Sehingga doktrin manunggal bukanlah masalah paham qadariyah atau
jabariyah, fana’ atau ittihad.
Namun itu adalah inti kehidupan. Khusyu’ bukanlah latihan konsentrasi, bukan pula
meditasi. Konsentrasi dan meditasi hanya salah satu alat latihan menggembalaan pikiran.
Wajar jika Syekh Siti Jenar menyebut ajaran para wali sebagai ajaran yang telah
dipalsukan dan menyebut shalat yang diajarkan para Wali adalah model shalatnya para
pencuri.
Menurut Syekh Siti Jenar, bahwa al-Fatihah adalah termasuk salah satu kunci sahnya
orang yang menjalani laku manunggal (ngibadah). Maka seseorang wajib mengetahui
makna mistik surat al-Fatihah. Sebab menurut Syekh Siti Jenar, lafal al-Fatihah disebut
lafal yang paling tua dari seluruh sabda-Sukma. Inilah tafsir mistik al-Fatihah Syekh Siti
Jenar. <Primbon Sabda Sasmaya; hlm. 26-27>.
Tafsir mistik Syekh Siti Jenar tetap mengacu kepada Manunggaling Kawula-Gusti,
sehingga baik badan wadag manusia sampai kedalaman rohaninya dilambangkan sebagai
tempat masing-masing dari lafal surat al-Fatihah. Tentu saja pemahaman itu disertai
dengan penghayatan fungsi tubuh seharusnya masing-masing, dikaitkan dengan makna
surahi dalam masing-masing lafadz, maka akan ditemukan kebenaran tafsir tersebut,
apalagi kalau sudah disertai dengan pengalaman rohani/spiritual yang sering dialami.
Konteks pemahaman yang diajukan Syekh Siti Jenar adalah, bahwa al-Qur’an
merupakan “kalam” yang berarti pembicaraan. Jadi sifatnya adalah hidup dan aktif.
Maka taksir mistik Syekh Siti Jenar bukan semata harfiyah, namun di samping tafsir
kalimat, Syekh Siti Jenar menghadirkan tafsir mistik yang bercorak menggali makna di
balik simbol yang ada (dalam hal ini huruf, kalimat dan makna historis).
Merajut sebuah ilmu dan menjadikannya sehelai kain yang didalamnya penuh akan keindahan corak dan warna, inilah yang
diidamkan seluruh ahli sufi. Rajutan demi rajutan tentang segala pemahaman ilmu, penghayatan dan keluasan tentang
segala kebesaran Alloh, perjalanan dan pengorbanan yang selalu dilakoninnya sedari kecil, membuat segala macam ilmu
yang ada padanya, menjadikannya derajat seorang waliyulloh kamil.
Dalam pandangan para waliyulloh, dimana badan telah tersirat asma 'Alloh dan segala tetesan darahnya telah mengalir
kalimat tauhid, dimana setiap detak jantung selalu menyerukan keagunganNya dan setiap pandangan matanya mengandung
makna tafakkur, tiada lain orang itu adalah seorang waliyulloh agung yang mana jasad dan ruhaniyahnya telah menyatu
dengan dzat Alloh. Inilah sanjungan yang dilontarkan oleh seluruh bangsa wali kala itu pada sosok, kanjeng Syeikh Siti
Jenar.Rohmat yang tersiram didalam tubuhnya, ilmu yang tersirat disetiap desiran nafasnya, pengetahuan tentang segala
makna ketauhidan yang bersemayam didalam akal dan hatinya, membuat kanjeng Syeikh Siti Jenar menjadi seorang guru
para wali.
Lewat kezuhudan yang beliau miliki serta keluasan ilmu yang dia terapkan, membuat segala pengetahuannya selalu
dijadikan contoh. Beliau benar benar seorang guru agung dalam mengembangkan sebuah dhaukiyah kewaliyan / tentang
segala pemahaman ilmu kewaliyan. Tak heran bila kala itu banyak bermunculan para waliyulloh lewat ajaran ilafi yang
dimilikinya.
Diantara beberapa nama santri beliau yang hingga akhir hayatnya telah sampai kepuncak derajat waliyulloh kamil, salah
satunya, sunan Kali Jaga, raden Fatah, kibuyut Trusmi, kigede Plumbon, kigede Arjawinangun, pangeran Arya Kemuning,
kiageng Demak Purwa Sari, ratu Ilir Pangabean, gusti agung Arya diningrat Caruban, Pangeran Paksi Antas Angin, sunan
Muria, tubagus sulthan Hasanuddin, kiAgeng Bimantoro Jati, kiSubang Arya palantungan dan kigede Tegal gubug.
Seiring perjalanannya sebagai guru para wali, syeikh Siti Jenar mulai menyudahi segala aktifitas mengajarnya tatkala,
Syarief Hidayatulloh / sunan Gunung Jati, telah tiba dikota Cirebon. Bahkan dalam hal ini bukan hanya beliau yang
menyudahi aktifitas mengajar pada saat itu, dedengkot wali Jawa, sunan Ampel dan sunan Giri juga mengakhirinya pula.
Mereka semua ta'dzim watahriman / menghormati derajat yang lebih diagungkan, atas datangnya seorang Quthbul
muthlak / raja wali sedunia pada zaman tersebut, yaitu dengan adanya Syarief Hidayatulloh, yang sudah menetap dibumi
tanah Jawa.
Sejak saat itu pula semua wali sejawa dwipa, mulai berbondong ngalaf ilmu datang kekota Cirebon, mereka jauh jauh sudah
sangat mendambakan kedatangan, Syarief Hidayatulloh, yang ditunjuk langsung oleh, rosululloh SAW, menjadi sulthan
semua mahluk (Quthbul muthlak)
Nah, sebelum di kupas tuntas tentang jati diri, syeikh Siti Jenar, tentunya kita agak merasa bingung tentang jati diri, Syarief
Hidayatulloh, yang barusan dibedarkan tadi."Mengapa Syarief Hidayatulloh kala itu sangat disanjung oleh seluruh bangsa
wali?".
Dalam tarap kewaliyan, semua para waliyulloh, tanpa terkecuali mereka semua sudah sangat memahami akan segala
tingkatan yang ada pada dirinya. Dan dalam tingkatan ini tidak satupun dari mereka yang tidak tahu, akan segala derajat
yang dimiliki oleh wali lainnya. Semua ini karena Alloh SWT, jauh jauh telah memberi hawatief pada setiap diri para
waliyulloh, tentang segala hal yang menyangkut derajat kewaliyan seseorang.
Nah, sebagai pemahaman yang lebih jelas, dimana Alloh SWT, menunjuk seseorang menjadikannya derajat waliyulloh, maka
pada waktu yang bersamaan, nabiyulloh, Hidir AS, yang diutus langsung oleh malaikat, Jibril AS, akan mengabarkannya
kepada seluruh para waliyulloh lainnya tentang pengangkatan wali yang barusan ditunjuk tadi sekaligus dengan derajat yang
diembannya.
Disini akan dituliskan tingkatan derajat kewaliyan seseorang, dimulai dari tingkat yang paling atas. "Quthbul muthlak-
Athman-Arba'ul 'Amadu-Autad-Nukoba' - Nujaba '- Abdal-dan seterusnya". Nah dari pembedaran ini wajar bila saat itu
seluruh wali Jawa berbondong datang ngalaf ilmu ketanah Cirebon, karena tak lain didaerah tersebut telah bersemayam
seorang derajat, Quthbul muthlak, yang sangat dimulyakan akan derajat dan pemahaman ilmunya.
Kembali kecerita syeikh Siti Jenar, sejak adanya, Syarief Hidayatulloh, yang telah memegang penting dalam peranan
kewaliyan, hampir seluruh wali kala itu belajar arti ma'rifat kepadanya, diantara salah satunya adalah, syeikh Siti Jenar
sendiri.
Empat tahun para wali ikut bersamanya dalam "Husnul ilmi Al kamil" / menyempurnakan segala pemahaman ilmu, dan
setelah itu, Syarief Hidayulloh, menyarankan pada seluruh para wali untuk kembali ketempat asalnya masing masing.
Mereka diwajibkan untuk membuka kembali pengajian secara umum sebagai syiar islam secara menyeluruh.
Tentunya empat tahun bukan waktu yang sedikit bagi para wali kala itu, mereka telah menemukan jati diri ilmu yang
sesungguhnya lewat keluasan yang diajarkan oleh seorang derajat, Quthbul mutlak. Sehingga dengan kematangan yang
mereka peroleh, tidak semua dari mereka membuka kembali pesanggrahannya.
Banyak diantara mereka yang setelah mendapat pelajaran dari, Syarief Hidayatulloh, segala kecintaan ilmunya lebih
diarahkan kesifat, Hubbulloh / hanya cinta dan ingat kepada Alloh semata. Hal seperti ini terjadi dibeberapa pribadi para wali
kala itu, diantaranya; syeikh Siti Jenar, sunan Kali Jaga, sulthan Hasanuddin Banten, pangeran Panjunan, pangeran Kejaksan
dan Syeikh Magelung Sakti.
Mereka lebih memilih hidup menyendiri dalam kecintaannya terhadap Dzat Alloh SWT, sehingga dengan cara yang mereka
lakukan menjadikan hatinya tertutup untuk manusia lain. Keyakinannya yang telah mencapai roh mahfud, membuat tingkah
lahiriyah mereka tidak stabil. Mereka bagai orang gila yang tidak pernah punya rasa malu terhadap orang lain yang
melihatnya.
Seperti halnya, syeikh Siti Jenar, beliau banyak menunjukkan sifat khoarik / kesaktian ilmunya yang dipertontonkan didepan
kalayak masyarakat umum.Sedangkan sunan Kali Jaga sendiri setiap harinya selalu menaiki kuda lumping, yang terbuat dari
bahan anyaman bambu. Sulthan Hasanuddin, lebih banyak mengeluarkan fatwa dan selalu menasehati pada binatang yang
dia temui.
Pangeran Panjunan dan pangeran Kejaksaan, kakak beradik ini setiap harinya selalu membawa rebana yang terus
dibunyikan sambil tak henti hentinya menyanyikan berbagai lagu cinta untuk tuannya Alloh SWT, dan syeikh Magelung Sakti,
lebih dominan hari harinya selalu dimanfaatkan untuk bermain dengan anak anak.
Lewat perjalanan mereka para hubbulloh / zadabiyah / ingatannya hanya kepada, Alloh SWT, semata. Tiga tahun kemudian
mereka telah bisa mengendalikan sifat kecintaannya dari sifat bangsa dzat Alloh, kembali kesifat asal, yaitu syariat dhohir.
Namun diantara mereka yang kedapatan sifat dzat Alloh ini hanya syeikh Siti Jenar, yang tidak mau meninggalkan
kecintaanya untuk tuannya semata (Alloh) Beliau lebih memilih melestarikan kecintaannya yang tak bisa terbendung,
sehingga dengan tidak terkontrol fisik lahiriyahnya beliau banyak dimanfaatkan kalangan umum yang sama sekali tidak
mengerti akan ilmu kewaliyan.
Sebagai seorang waliyulloh yang sedang menapaki derajat fana ', segala ucapan apapun yang dilontarkan oleh syeikh Siti
Jenar kala itu akan menjadi nyata, dan semua ini selalu dimanfaatkan oleh orang orang culas yang menginginkan ilmu
kesaktiannya tanpa harus terlebih dahulu puasa dan ritual yang memberatkan dirinya.
Dengan dasar ini, orang orang yang memanfaatkan dirinya semakin bertambah banyak dan pada akhirnya mereka membuat
sebuah perkumpulan untuk melawan para waliyulloh. Dari kisah ini pula, syeikh Siti Jenar, berkali kali dipanggil dalam sidang
kewalian untuk cepat cepat merubah sifatnya yang banyak dimanfaatkan orang orang yang tidak bertanggung jawab, namun
beliau tetap dalam pendiriannya untuk selalu memegang sifat dzat Alloh.
Bahkan dalam pandangan, syeikh Siti Jenar sendiri mengenai perihal orang orang yang memenfaatkan dirinya, beliau
mengungkapkannya dalam sidang terhormat para waliyulloh; "Bagaiman diriku bisa marah maupun menolak apa yang
diinginkan oleh orang yang memanfaatkanku, mereka semua adalah mahluk Alloh, yang mana setiap apa yang dikehendaki
oleh mereka terhadap diriku, semua adalah ketentuanNya juga "lanjutnya.
"Diriku hanya sebagai pelantara belaka dan segala yang mengabulkan tak lain dan tak bukan hanya dialah Alloh
semata. Karena sesungguhnya adanya diriku adanya dia dan tidak adanya diriku tidak adanya dia. Alloh adalah diriku dan
diriku adalah Alloh, dimana diriku memberi ketentuan disitu pula Alloh akan mengabulkannya. Jadi janganlah salah paham
akan ilmu Alloh sesungguhnya, karena pada kesempatannya nanti semua akan kembali lagi kepadaNya. "
Dari pembedaran tadi sebenarnya semua para waliyulloh, mengerti betul akan makna yang terkandung dari seorang yang
sedang jatuh cinta kepada tuhannya, dan semua waliyulloh yang ada dalam persidangan kala itu tidak menyalahkan apa
barusan yang diucapkan oleh, syeikh Siti Jenar.
Hanya saja permasalahannya kala itu, seluruh para wali sedang menapaki pemahaman ilmu bersifat syar'i sebagai bahan
dasar dari misi syiar islam untuk disampaikan kepada seluruh masyarakat luas yang memang belum mempunyai keyakinan
yang sangat kuat dalam memasuki pencerahan arti islam itu sendiri. Wal hasil, semua para wali pada saat itu merasa takut
akan pemahaman dari syeikh siti jenar, yang sepantasnya pemahaman beliau ini hanya boleh didengar oleh oleh orang yang
sederajat dengannya, sebab bagaimanapun juga orang awam tidak akan bisa mengejar segala pemahaman yang dilontarkan
oleh syeikh Siti Jenar .
Sedangkan pada saat itu, syeikh Siti Jenar yang sedang kedatangan sifat zadabiyah, beliau tidak bisa mengerem ucapannya
yang bersifat ketauhidan, sehingga dengan cara yang dilakukannya ini membawa dampak kurang baik bagi masyarakt luas
kala itu. Nah, untuk menanggulangi sifat syeikh Siti Jenar ini seluruh para wali akhirnya memohon petunjuk kepada Alloh
SWT, tentang suatu penyelesaian atas dirinya, dan hampir semua para wali ini mendapat hawatif yang sama, yaitu:
"Tiada jalan yang lebih baik bagi orang yang darahnya telah menyatu dengan tuhannya, kecuali dia harus cepat cepat
dipertemukan dengan kekasihnya". Dari hasil hawatif para waliyulloh, akhirnya syeikh Siti Jenar dipertemukan dengan
kekasihnya Alloh SWT, lewat eksekusi pancung. Dan cara ini bagi syeikh Siti Jenar sendiri sangat diidamkannya. Karena
baginya, mati adalah kebahagiaan yang membawanya kesebuah kenikmatan untuk selama lamnya dalam naungan jannatun
na'im.
ILMU SEJATI MENURUT SITI Jenar Syekh
"Sajati jatining ngelmu
Lungguhe cipta Pribadi
Pustining pangestinira
Gineleng dadya sawiji,
Wijaning ngelmu dyatmika
Neng kahanan-Ening Ening "
Ilmu hakikat Yang sejati
Letaknya Pribadi cipta PADA
Maksud dan tujuannya,
Disatukan adanya,
Lahirnya Ilmu Unggul,
KESAWAN keadaan hening seheningnya
- "Serat Siti Jenar"
KESAWAN Wacana Ilmu Filsafat, Ilmu Dari definisi pengetahuan adalah Yang telah diproses sedemikian rupa menggunakan metode, sistematisasi,
memiliki obyek forma / Sudut tinjau (sudut pandang) dll. Ilmu metode berbeda-beda. Tergantung PADA bahan obyek / diteliti Yang materi. Namun,
Ilmu KESAWAN pemahaman kalangan spiritualis biasanya dipahami Kompleks Dari lebih ITU. Ilmu pengetahuan regular tidak Hanya Yang telah
diproses metode Artikel Baru, sietematisasi, dll obyek ... melainkan lebih Luas.Meliputi Ilmu Wilayah sebagai Teori dan praktik Juga sebagai Sarana
untuk manembah ke Diri Pribadi Yang merupakan pengejawantahan Diri-NYA Gusti Inkang Akaryo Jagad.
Syekh Siti Jenar menghayati Juga Ilmu Pembongkaran pemahaman Suami. Ilmu Terwujudnya / ngelmu KARENA ADA usaha dan tindakan Aspek
Nyata Dari Teori.(Ngelmu iku kalakone kanthi laku) Untuk mendapatkan ngelmu, Siti Jenar Perjuangan mensyaratkan adanya Yang vehicles,
sungguh-sungguh, teliti dan sabar. ADA syarat Khusus Bahkan pelaku ngelmu nafsunya tersebut yaitu Harus meper hawa. Ilmu Yang sejati Dicari
Oleh Siti Jenar adalah Ilmu, yaitu Ilmu Yang Harus dihayati dan memberikan kemanfaatan Hidup di Dunia dan diakhirat. Jadi Ilmu Harus memiliki
dimensi pragmatis / kemanfaatan / Kegunaan Besar yang.
Teori ITU parts namun lebih parts tersebut adalah Mampu mempraktikkan Lagi Ilmu wijen untuk kemanfaatan makhluk Tuhan. Ibarat insinyur,
Teori membangun parts ITU Gedung. Namun Yang lebih parts adalah bagaimana insinyur tersebut Mampu mengaplikasikan Teori tersebut untuk
membangun Gedung. Syekh Siti Jenar membimbing Orang Mampu untuk mengetahui Ilmu Dari Gusti Yang Maha Tunggal Artikel Baru mengetahui
kenyataan Suami adalah sebuah perwujudan kodrat-Nya. Siapa Yang Mampu Ilmu Suami memiliki? Regular tidak lain industri tahu Pribadi yang,
dan kodrat mempraktekkan paham, ilmunya dan Iradat.
Yang sebenarnya Ilmu / Ilmu sejati menurut Siti Jenar berada di cipta KESAWAN Pribadi.Ide dan kreasi Yang Lahir Dari KESAWAN Diri
Sendiri. Yang adanya di KESAWAN Diri Yang KESAWAN pagar. Biasanya, Kita mengetahui ITU Luar Dari Sesuatu berasal, Canada indera /
pengalaman indera dan Canada pengajaran-pengajaran lain Dari Orang / guru / dosen. Namun, kata Siti Jenar, Ilmu sejati Yang memberi pengajaran
adalah Diri SEJATI.Diri Sejati ITU berada di lapisan KESAWAN Diri Yang KESAWAN pagar. Maka, pengetahuan sejati Tentang Ilmu, menurut
Siti Jenar, Hanya Bisa ditemukan Canada ketajaman batin Dari Yang sumbernya hening dan sepinya Diri. Sebab Ilmu sejati Memang adanya di
kedalaman kesadaran Manusia Yang KESAWAN pagar.
Untuk mendapatkan Ilmu sejati, Manusia Harus sepi ing pamrih rame ing gawe. Bebas Dari nafsu ego dan Apapun Juga Pribadi. Batin Benar-Benar
irama keheningan menyatu KESAWAN bersamadi. Hati dan Pikiran FOKUS PADA tertuju: Hu Allah! Itu Saja, sehingga konflik batin regular tidak
ADA KARENA hakikatnya semuanya SATU. Susah-Senang, Baik-Buruk, Benar-salah, semuanya sumbernya regular tidak Hitam-putih dan saling
mengalahkan Satu. Semuanya Bisa diresapi KESAWAN diamnya Pribadi Kita Selalu untuk menyatu Artikel Baru Pribadi-Nya. Sedulur papat limo
pancer: Empat Saudara yaitu ketuban, ari-ari, Pusat dan tali Darah Yang menyertai kelahiran Bayi ke alam Dunia.Keempat Saudara ITU Secara
simbolik akan mati dan pajaknya & e, Tinggal Pancernya-Ruh-Pribadi Yang Hidup. Pancer Yang Berupa ruh itulah Diri Pribadi Manusia.
Manusia sejati, menurut Siti Jenar, Harus mengetahui GURU SEJATI-nya. Guru Sejati intuisi semacam ITU / indera keenam Hasil olahan Dari
RASA KESAWAN Sangat yang.Guru sejati adalah Ruh Yang memperkuat Sukma Sejati / bernyanyi Suami KESAWAN Hidup Pribadi. Saccharin
Sukma Sejati adalah Tempat atau Wadah BAGI SANG dunungnya Pribadi. Ilmu-Ilmu Tentang Yang Dibuat demikian itulah Siti Jenar dikatakan
sebagai ILMU SEJATI. ***
Syekh Siti Jenar - Pandangan Murid-Murid tentang ajaran beliau
Pengeran Panggong
".... Saya mencari ilmu sejati yang berhubungan langsung dengan asal dan tujuan hidup, dan itu saya
pelajari melalui tanajjul tarki. Menurut saya, untuk mengharapkan hidayah hanyalah bias didapat dengan
kesejatian ilmu. Demi kesentausaan hati menggapai gejolak jiwa, saya tidak ingin terjebak dalam syariat. "
"Jika saya terjebak dalam syariat, maka seperti burung sudah bergerak, akan tetapi mendapatkan pikiran
yang salah. Karena perbuatan salah dalam syariat adalah pada kesalahpahaman dalam memahami
larangan.Bagi saya kesejatian ilmu itulah yang seharusnya dicari dan disesuaikan dengan ilmu
kehidupan. Kebanyakan manusia itu, jika sudah sampai pada janji maka hatinya menjadi khawatir,
wataknya selalu was-was ... senantiasa takut gagal .... Alam dibawah kolong langit, diatas hamparan bumi
dan semua isi didalamnya hanyalah ciptaan Yang Esa, tidak ada keraguan. Lahir batin harus bulat,
mantap berpegang pada tekad. "(Serat Suluk Malang Sumirang, Pupuh 1-2).
"Yang membuat kita paham akan diri kita, Pertama tahu akan datang ajal, karena itu tahu jalan
kemuliaannya, Kedua, tahu darimana asalnya ada kita ini sesungguhnya, berasal dari tidak
ada. Kehendak-Nya pasti jadi, dan kejadian itu sendiri menjadi misal. Wujud mustahil pertandanya
sebagai cermin yang bersih merata keseluruh alam. Yang pasti dzatnya kosong, sekali dan tidak ada
lagi. Dan janganlah menyombongkan diri, bersikaplah menerima jika belum berhasil. Semua itu kehendak
Sang Maha Pencipta.Sebagai makhluk ciptaan, manusia didunia ini hanya satu repotnya. Yaitu tidak
berwenang berkehendak, dan hanya pasrah kepada kehendak Allah. "
"Segala yang tercipta terdiri dari jasad dan sukma, serta badan dan nyawa.Itulah sarana utama, yakni
cahaya, roh, dan jasad. Yang tidak tahu dua hal itu akan sangat menyesal. Hanya satu ilmunya,
melampaui Sang Utusan.Namun bagi yang ilmunya masih dangkal akan mustahil mencapai kebenaran,
dan manunggal dengan Allah. Dalam hidup ini, ia tidak bisa mengaku diri sebagai Allah, Sukma Yang
Maha Hidup. Kufur jika menyebut diri sebagai Allah. Kufur juga jika menyamakan hidupnya dengan
Hidup Sang Sukma, karena sukmaitu adalah Allah. "[Serat Suluk Malang Sumirang, Pupuh 2].
"Waktu shalat merupakan pilihan waktu yang sesungguhnya berangkat dari ilmu yang hebat. Mengertikah
Anda, mengapa shalat dzuhur empat raka'at? Itu disebabkan kita manusia diciptakan dengan dua kaki
dan dua tangan. Sedang shalat 'Ashar empat raka'at juga, adalah kejadian bersatunya dada dengan Telaga
al-Kautsar dengan punggung kanan dan kiri. Shalat Maghrib itu tiga raka'at, karena kita memiliki dua
lubang hidung dan satu lubang mulut. Adapun shalat 'Isya' enjadi empat raka'at karena adanya dua
telinga dan dua buah mata. Adapun shalat Subuh, mengapa dua raka'at adalah perlambang dari kejadian
badan dan roh kehidupan. Sedangkan shalat tarawih adalah sunnah muakkad yang tidak boleh
ditinggalkan dua raka'atnya oleh yang melakukan, men-jadi perlambang tumbuhnya alis kanan dan kiri. "
"Adapun waktu yang lima, bahwa masing-masing berbeda-beda yang memilikinya. Shalat Subuh, yang
memiliki adalah Nabi Adam. Ketika diturunkan dari surga mulia, berpisah dengan istrinya Hawa menjadi
sedih karena tidak ada kawan. Lalu ada wahyu dari melalui malaikat Jibril yang mengemban perintah
Tuhan kepada Nabi Adam, "Terimalah cobaan Tuhan, shalat Subuhlah dua raka'at". Maka Nabi Adampun
siap melaksanakannya. Ketika Nabi Adam melaksanakan shalat Subuh pada pagi harinya, ketika
salam. Telah mendapati istrinya berada dibelakangnya, sambil menjawab salam. Shalat Dzuhur
dimaksudkan ketika Kanjeng Nabi Ibrahim pada zaman kuno mendapatkan cobaan besar, dimasukkan ke
dalam api hendak dihukum bakar. Ketika itu Nabi Ibrahim mendapat wahyu ilahi, disuruh untuk
melaksanakan shalat Dzuhur empat raka'at.Nabi Ibrahim melaksanakan shalat, api padam
seketika. Adapun shalat Ashar, dimaksudkan ketika Nabi Yunus sedang naik perahu dimakan ikan
besar. Nabi Yunus merasakan kesusahan ketika berada di dalam perut ikan.Waktu itu terdapat wahyu
Ilahi, Nabi Yunus diperintahkan melaksanakan shalat Ashar empat raka'at. Nabi Yunus segera
melaksanakan, dan ikan itu tidak mematikannya. Malah ikan itu mati, kemudian Nabi Yunus keluar dari
perut ikan. Sedangkan shalat Maghrib pada zaman kuno yang memulainya adalah Nabi Nuh. Ketika
musibah banjir bandang sejagat, Nabi Nuh bertaubat merasa bersalah. Dia diterima taubatnya disuruh
mengerjakan shalat. Kemudian Nabi Nuh melaksanakan shalat Maghrib tiga raka'at, maka banjirpun
surut seketika. Shalat 'Isya sesungguhnya Nabi Isa yang memulainya. Ketika kalah perang melawan Raja
Harkiyah (Juga disebut Raja Herodes, atasan Gubernur Pontius Pilatus) semua kaumnya bingung tidak
tahu utara, selatan, barat, timur dan tengah. Nabi Isa merasa susah, dan tidak lama kemudian datang
malaikat Jibril membawa wahyu dengan uluk salam. Nabi Isa diperintahkan melaksanakan shalat
'Isya.Nabi Isa menyanggupinya, dan semua kaumnya mengikutinya, dan malaikat Jibril berkata, "Aku
yang membalaskan kepada Pendeta Balhum." [Serat Suluk Malang Sumirang, Pupuh 2].
"Menurut pemahaman saya, sesuai petunjuk Syekh Siti Jenar dahulu, anasir itu ada empat yang berupa
anasir batin dan ansir lahir. Pertama, anasir Gusti. Perlu dipahami dengan baik dzat, sifat, asma dan af'al
(perbuatan) kedudukannya dalam rasa. Dzat maksudnya adalah bahwa diri manusia dan apapun yang
kemerlap di dunia ini tidak ada yang memiliki kecuali Tuhan Yang Maha Tinggi, yang besar atau yang
kecil adalah milik Allah semua. Ia tidak memiliki hidupnya sendiri. Hanya Allah yang Hidup, yang
Tunggal. Adapun sifat sesungguhnya segala wujud yang kelihatan yang besar atau kecil, seisi bumi dan
langit tidak ada yang memiliki hanya Allah Tuhan Yang Maha Agung. Adapun asma sesungguhnya, nama
semua ciptaan seluruh isi bumi adalah milik Tuhan Allah Yang Maha Lebih Yang Maha Memiliki
Nama. Sedangkan artinya af'al adalah seluruh gerak dan perbuatan yang kelihatan dari seluruh makhluk
isi bumi ini adalah tidak lain dari perbuatan Allah Yang Maha Tinggi, demikian maksud anasir Gusti. "
"Anasir roh, ada empat perinciannya yang berwujud ilmu yang dinamai cahaya persaksian (nur
syuhud). Maksudnya adalah sebagai berikut: pertama, yang disebut wujud sesungguhnya adalah hidup
sejati atau amnusia sejati seperti pertempuran yang masih perawan itulah yang dimaksud badarullah yang
sebenarnya. Kedua, yang disebut ilmu adalah pengetahuan batin yang menjadi nur atau cahaya kehidupan
atau roh idhafi, cahaya terang menyilaukan seperti bintang kejora. Ketiga, yang dimaksud syuhud adalah
kehendak batin kejora. Ketiga, yang dimaksud syuhud adalah kehendak batin tatkala memusatkan
perhatian terutama ketika mengucapkan takbir. Demikianlah penjelasan tentang anasir roh, percayalah
kepada kecenderungan hati. "
"Anasir manusia maksudnya hendaklah dipahami bahwa manusia itu terdiri dari bumi, api, angin dan
air. Bumi itu menjadi jasad, api menjadi cahaya yang bersinar, angin menjadi napas keluar masuk, air,
menjadi darah. Keempatnya bergerak tarik menarik secara ghaib. Demikianlah penjelasan saya tentang
anasir. [Serat Suluk Malang Sumirang, Pupuh 3].
Syekh Amongraga
"Syekh Amongraga adalah salah seorang pewaris ajaran Syekh Siti Jenar pada masa Sultan Agung
Hanyokusumo (1645). Mengenai rincian kehidupan dan ajaran Syekh Amongraga dapat dibaca di serat
Centini ".
Syekh Amongraga mewasiatkan berbagai inti ajaran yang meliputi (Primbon Sabda Sasmaya; hlm. 24):
1. Rahayu ing Budhi (selamat akhlak dan moral).
2. Mencegah dan berlebihnya makanan.
3. Sedikit tidur.
4. Sabar dan tawakal dalam hati.
5. Menerima segala kehendak dan takdir Tuhan.
6. Selalu mensyukuri takdir Tuhan.
7. Mengasihi fakir dan miskin.
8. Menolong orang yang kesusahan.
9. Memberi makan kepada orang yang lapar.
10. Memberi pakaian kepada orang yang telanjang.
11. Memberikan payung kepada orang yang kehujanan.
12. Memberikan tudung kepada orang yang kepanasan.
13. Memberikan minum kepada orang yang haus.
14. Memberikan tongkat penunjuk kepada orang yang buta.
15. Menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat.
16. Menyadarkan orang yang lupa.
17. Membenarkan ilmu dan laku orang yang salah.
18. Mengasihi dan memuliakan tamu.
19. Memberikan maaf kepada kesalahan dan dosa sanak-kandung, saudara, dan semua manusia.
20. Jangan merasa benar, jangan merasa pintar dalam segala hal, jangan merasa memiliki, merasalah
bahwa semua itu hanya titipan dari Tuhan yang membuat bumi dan langit, jadi manusia itu hanyalah
sudarma (memanfaatkan dengan baik dengan tujuan dan cara yang baik pula) saja.Pakailah budi, syukur,
sabar, menerima, dan rela. Ajaran Syekh Amongraga itu sebenarnya meliputi semua tindakan manusia di
dalam menyelami kehidupan di bumi ini, yang disebut Syekh Siti Jenar sebagai alam kematian. Dalam
memahami 20 ajaran tersebut, hendaknya jangan terjebak dalam segi kontekstualnya saja, namun
hendaknya diselami dengan segenap nalar dan rasa batin.
"Menurut ajaran guruku Syekh Siti Jenar, di dunia ini alam kematian. Oleh karena itu, dunia yang sunyi
ini tidak ada Hyang Agung serta malaikat.Akan tetapi bila saya besok sudah ada di alam kehidupan saya
akan berjumpa dan kadang kala saya menjadi Allah. Nah, di situ saya akan bersembahyang. "
"Jika sekarang saya disuruh sholat di mesjid saya tidak mau, meskipun saya bukan orang kafir. Boleh jadi
saya orang terlantar akan Pangeran Tuhan.Kalau santri gundul, tidak tahunya yang ada di sini atau di
sana. Ia berpengangan kandhilullah, mabuk akan Allah, buta lagi tuli. "
"Lain halnya dengan saya, murid Syekh Siti Jenar. Saya tidak menghiraukan ujar para Wali, yang
mengkukuhkan Syari'at palsu, yang merugikan diri sendiri. Nah, Syekh Dumba, pikirkanlah semua yang
saya katakan ini. Dalam dadamu ada Al-Qur'an. Sesuai atau tidak yang saya tuturkan itu, kanda pasti
tahu. "[Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh V Pangkur, 8-18]
Ki Bisono
"Pertanyaan yang kedua: Paduka bertanya di mana rumah Hyang Widi.Hal itu bukan merupakan hal yang
sulit, sebab Allah sejiwa dengan semua zat. Zat wajibul wujud itulah tempat tinggalnya, seumpamanya Zat
tanahlah rumahnya. Hal ini panjang sekali kalau hamba terangkan. Oleh karena itu hamba cukupkan
sekian saja uraian hamba. "
"Selanjutnya pertanyaan ketiga: berkurangnya nyawa siang malam, sampai habis ke manakah perginya
nyawa itu. Nah, itu sangat mudah untuk menjawabnya. Sebab nyawa tidak dapat berkurang, maka nyawa
itu bagaikan jasad, berupa gundukan, dapat aus, rusak dimakan anai-anai. Hal inipun akan panjang sekali
untuk hamba uraikan. Meskipun hamba orang sudra asal desa, akan tetapi tata bahasa kawi hamba
mengetahui juga, baik bahasa biasa maupun yang dapat dinyanyikan. Lagu tembang sansekerta pun
hamba dapat menyanyikan juga dengan menguraikan arti kalimatnya, sekaligus hamba bukan seorang
empu atau pujangga, melainkan seorang yang hanya tahu sedikit tentang ilmu. "
"Itu semua disebabkan karena hamba berguru kepada Syekh Siti Jenar, di Krendhasawa, tekun
mempelajari kesusasteraan dan menuruti perintah guru yang bijaksana. Semua murid Syekh Siti Jenar
menjadi orang yang cakap, berkat kemampuan mereka untuk menerima ajaran guru mereka sepenuh hati.
"
"Adapun pertanyaan yang keempat: paduka bertanya bagaimanakah rupa Yang Maha Suci itu. Kitab
Ulumuddin sudah memberitahukan: walahu lahir insan, wabatinul insani baitu-baytullahu (Arab asli: wa
Allahu dzahir al-insan, wabathin, al-insanu baytullahu), artinya lahiriah manusia itulah rupa Hyang
Widi. Batiniah manusia itulah rumah Hyang Widi. Banyak sekali yang tertulis dalam Kitab Ulumuddin,
sehingga apabila hamba sampaikan kepada paduka, Kanjeng Pangeran Tembayat tentu bingung, karena
paduka tidak dapat menerima, bahkan mungkin paduka mengira bahwa hamba seorang
majenun. Demikianlah wejangan Syekh Siti Jenar yang telah hamba terima. "
"Guru hamba menguraikan asal-usul manusia dengan jelas, mudah diterima oleh para siswa, sehingga
mereka tidak menjadi bingung. Diwejang pula tentang ilmu yang utama, yang menjelaskan tentang dan
kegunaan budi dalam alam kematian di dunia ini sampai alam kehidupan di Akhirat.Uraiannya jelas
dapat dilihat dengan mata dan dibuktikan dengan nyata. "
"Dalam memberikan pelajaran, guru hamba Syekh Siti Jenar, tiada memakai tirai selubung, tiada pula
memakai lambang-lambang. Semua penjelasan diberikan secara terbuka, apa adanya dan tanpa
mengharapkan apa-apa sedikitpun. Dengan demikian musnah segala tipu muslihat, kepalsuan dan segala
perbuatan yang dipergunakan untuk melakukan kejahatan. Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan
para guru lainnya.Mereka mengajarkan ilmunya secara diam-diam dan berbisik-bisik, seolah-olah
menjual sesuatu yang gaib, disertai dengan harapan untuk memperoleh sesuatu yang menguntungkan
untuk dirinya. "
"Hamba sudah berulang kali berguru serta diwejang oleh para wali mu'min, diberitahu akan adanya
Muhammad sebagai Rosulullah serta Allah sebagai Pangeran hamba. Ajaran yang dituntunkan menuntun
serta membuat hamba menjadi bingung dan menurut pendapat hamba ajaran mereka sukar dipahami,
merawak-rambang tiada patokan yang dapat dijadikan dasar atau pegangan. Ilmu Arab menjadi ilmu
Budha, tetapi karena tidak sesuai kemudian mereka mengambil dasar dan pegangan Kanjeng
Nabi.Mereka mematikan raga, merantau kemana-mana sambil menyiarkan agama. Padahal ilmu Arab itu
tiada kenal bertapa, kecuali berpuasa pada bulan Romadan, yang dilakukan dengan mencegah makan,
tiada berharap apapun. "
"Jadi jelas kalau para wali itu masih manganut agama Budha, buktinya mereka masih sering ketempat-
tempat sunyi, gua-gua, hutan-hutan, gunung-gunung atau tepi samudera dengan mengheningkan cipta,
sebagai laku demi terciptanya keinginan mereka agar dapat bertemu dengan Hyang Sukma. Itulah
buktinya bahwa mereka masih dikuasai setan ijajil. Menurut cerita Arab Ambiya, tiada orang yang dapat
mencegah sandang pangan serta tiada untuk kuasa berjaga mencegah tidur kecuali orang Budha yang
mensucikan dirinya dengan jalan demikian. Nah, silahkan memikirkan apa yang hamba katakan, sebagai
jawaban atas empat pertanyaan paduka. "[Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh V Pangkur, 22-
45].
Ki Lonthang Semarang
"Kalau menurut wejangan guru saya, orang sembahyang itu siang malam tiada putusnya ia lakukan. Hai
Bonang ketahuilah keluarnya napasku menjadi puji. Maksudnya napasku menjadi shalat. Karena tutur
penglihatan dan pendengaran disuruh melepaskan dari angan-angan, jadi kalau kamu shalat masih
mengiaskan kelanggengan dalam alam kematian ini, maka sesungguhnyalah kamu ini orang kafir. "
"Jika kamu bijaksana mengatur tindakanmu, tanpa guna orang menyembah Rabbu'l 'alamien, Tuhan
sekalian alam, sebab di dunia ini tidak ada Hyang Agung. Karena orang melekat pada bangkai, meskipun
dicat dilapisi emas, akhirnya membusuk juga, hancur lebur bercampur dengan tanah. Bagaimana saya
dapat bersolek? "
"Menurut wejangan Syekh Siti Jenar, orang sembahyang tidak memperoleh apa-apa, baik di sana,
maupun di sini. Nyatanya kalau ia sakit, ia menjadi bingung. Jika tidur seperti budak, disembarang
tempat. Jika ia miskin, mohon agar menjadi kaya tidak dikabulkan. Apalagi bila ia sakaratul maut,
matanya membelalak tiada kerohan. Karena ia segan meninggalkan dunia ini. Demikianlah wejangan
guru saya yang bijaksana. "
"Umumnya santri dungu, hanya berdzikir dalam keadaan kosong dari kenyataan yang sesungguhnya,
membayangkan adanya rupa Zat u'llahu, kemudian ada rupa dan inilah yang ia anggap Hyang Widi."
"Apakah ini bukan barang sesat? Buktinya kalau ia memohon untuk menjadi orang kaya tidak
diluluskan. Sekalipun demikian saya disuruh meluhurkan Dzat'llahu yang rupanya ia lihat waktu ia
berdzikir, mengikuti syara 'sebagai syari'at, jika Jum'at ke mesjid berlenggang mengangguk-angguk,
memuji Pangeran yang sunyi senyap, bukan yang di sana, bukan yang di sini ".
"Saya disuruh makbudullah, meluhurkan Tuhan itu, serta akan ditipu diangkat menjadi Wali, berkeliling
menjual tutur, sambil mencari nasi gurih dengan lauknya ayam betina berbulu putih yang dimasak bumbu
rujak pada selamatan meluhurkan Rasulullah. Ia makan sangat lahap, meskipun lagaknya seperti orang
yang tidak suka makan. Hal itulah gambaran raja penipu! "
"Bonang, jangan berbuat yang demikian. Ketahuilah dunia ini alam kematian, sedang akhirat alam
kehidupan yang langgeng tiada mengenal waktu. Barang siapa senang pada alam kematian ini, ia terjerat
goda, terlekat pada surga dan neraka, menemui panas, sedih, haus, dan lapar ".[Serat Syaikh Siti Jenar, Ki
Sastrawijaya, Pupuh XI Pangkur, 9-20].
"Tiada usah merasa enggan menerima petuahku yang tiga buah jumlahnya. Pertama janganlah hendaknya
kamu menjalankan penipuan yang keterlaluan, agar supaya kamu tidak ditertawakan orang di kelak
kemudian hari. Yang kedua, jangan kamu merusak barang-barang peninggalan purba, misalnya: lontar
naskah sastra yang indah-indah, tulisan dan gambar-gambar pada batu candhi. Demikian pula kayu dan
batu yang merupakan peninggalan kebudayaan zaman dulu, jangan kamu hancur-leburkan. Ketahuilah
bagi suku Jawa sifat-sifat Hindu-Budha tidak dapat dihapus. Yang ketiga, jika kamu setuju, mesjid ini
sebaiknya kamu buang saja musnahkan dengan api. Saya berbelas kasihan kepada keturunanmu, sebab
tidak urung mereka menuruti kamu, mabuk do'a, tersesat mabuk-tobat, berangan-angan lam yakunil. "
"... Orang menyembah nama yang tiada wujudnya, harus dicegah. Maka dari itu jangan kamu terus-
teruskan, sebab itu palsu. "[Serat Syaikh Siti Jenar, Ki Sastrawijaya, Pupuh XI Pangkur, 25-36].
"Banyak orang yang gemar dengan ksejatian, tapi karena belum pernah berguru maka semua itu dipahami
dalam konteks dualitas. Yang satu dianggap wjud lain. Sesungguhnya orang yng melihat sepeti ini akan
kecewa. Apalagi yang ditemui akan menjadi hilang. Walaupun dia berkeliling mencari, ia tidak akan
menemukan yang dicari. Padahal yang dicari, sesungguhnya telah ditimang dan dipegang, bahkan sampai
keberatan membawanya. Dan karena belum tahu kesejatiannya, ciptanya tanpa guru menyepelekan
tulisan dan kesejatian Tuhan. "
"Walaupun dituturkan sampai capai, ditunjukkan jalannya, sesungguhnya dia tidak memahaminya karena
ia hanya sibuk menghitung dosa besar dan kecil yg diketahuinya. Tentang hal kufur kafir yang ditolaknya
itu, bukti bahwa ia adalah orang yang masih mentah pengetahuannya. Walaupun tidak pernah lupa
sembahyang, puasanya dapat dibangga-banggakan tanpa sela, tapi ia terjebak menaati yang sudah
ditentukan Tuhan.
Sembah puji dan puasa yang ditekuni, membuat orang justru lupa akan sangkan paran (asal dan
tujuan). Karena itu, ia lebih konsentrasi melihat dosa besar-kecil yang dikhawatirkan, dan ajaran kufur
kafir yang dijauhi justru membuat bingung sikapnya. Tidak ada dulu dinulu. Tidak merasa, tidak
menyentuh. Tidak saling mendekati, sehingga buta orang itu. Takdir dianggap tidak akan terjadi, salah-
salah menganggap ada dualisme antara Maha Pencipta dan Maha Memelihara.
Jika aku punya pemikiran yang demikian, lebih baik aku mati saja ketika masih bayi. Tidak terhitung
tidak berfikir, banyak orang yang merasa menggeluti tata lafal, mengkaji sembahyang dan berletih-letih
berpuasa.Semua itu dianggap akan mampu mengantarkan. Padahal salah-salah menjadikan celaka dan
bahkan banyak yang menjadi berhala. "
"Pemikiran saya sejak kecil, Islam tidak dengan sembahyang, Islam tidak dengan pakaian, Islam tidak
dengan waktu, Islam tidak dengan baju dan Islam tidak dengan bertapa. Dalam pemikiran saya, yang
dimaksud Islam tidak karena menolak atau menerima yang halal atau haram.
Adapun yang dimaksud orang Islam itu, mulia wisesa jati, kemuliaan selamat sempurna sampai tempat
tinggalnya besok. Seperti bulu selembar atau tepung segelintir, hangus tak tersisa. Kehidupan di dunia
seperti itu keberadaannya. "
"Manusia, sebelum tahu makna Alif, akan menjadi berantakan .... Alif menjadi panutan sebab uintuk
semua huruf, alif adalah yang pertama. Alif itu badan idlafi sebagai anugerah. Dua-duanya bukan
Allah. Alif merupakan takdir, sedangkan yang tidak bersatu namanya alif-lapat.Sebelum itu jagat ciptaan-
Nya sudah ada. Lalu alif menjadi gantinya, yang memiliki wujud tunggal. Ya, tunggal rasa, tunggal
wujud. Ketunggalan ini harus dijaga betul sebab tidak ada yang mengaku tingkahnya. ALif wujud adalah
Yang Agung. Ia menjadi wujud mutlak yang merupakan kesejatian rasa. Jenisnya ada lima, yaitu alif mata,
wajah, niat jati, iman, syari'at. "
"Allah itu penjabarannya adalah dzat Yang Maha Mulia dan Maha Suci.Allah itu sebenarnya tidak ada
lain, karena kamu itu Allah. Dan Allah semua yang ada ini, lahir batin kamu ini semua tulisan merupakan
ganti dari alif, Allah itulah adanya. "
"Alif penjabarannya adalah permulaan pada penglihatan, melihat yang benar-benar melihat. Adapun
melihat Dzat itu, merupakan cermin ketunggalan sejati menurun kepada kesejatianmu. Cahaya yang
keluar, kepada otak keberadaan kita di dunia ini merupakan cahaya yang terang benderang, itu memiliki
seratus dua puluh tujuh kejadian. Menjadi penglihatan dan pendengaran, napas yang tunggal, napas
kehidupan yang dinamakan Panji. Panji bayangan dzat yang mewujud pada kebanyakkan imam. Semua
menyebut dzikir sejati, laa ilaaha illallah. "[Serat Suluk Malang Sumirang, Pupuh 4].
"Banyak orang yang salah menemui ajalnya. Mereka tersesat tidak menentu arahnya, pancaindera masih
tetap siap, segala kesenangan sudah ditahan, napas sudah tergulung dan angan-angan sudah diikhlaskan,
tetapi ketika lepas tirta nirmayanya belum mau. Maka ia menemukan yang serba indah. "
"Dan ia dianggap manusia yang luar biasa. Padahal sesungguhnya ia adalah orang yang tenggelam dalam
angan-angan yang menyesatkan dan tidak nyata. Budi dan daya hidupnya tidak mau mati, ia masih
senang di dunia ini dengan segala sesuatu yang hidup, masih senang ia akan rasa dan pikirannya. Baginya
hidup di dunia ini nikmat, itulah pendapat manusia yang masih terpikat akan keduniawian, pendapat
gelandangan yang pergi ke mana-mana tidak menentu dan tidak tahu bahwa besok ia akan hidup yang
tiada kenal mati. Sesungguhnyalah dunia ini neraka. "
"Maka pendapat Kyai Siti Jenar betul, saya setuju dan tuan benar-benar seorang mukmin yang
berpendapat tepat dan seyogyanya tuan jadi cermin, suri tauladan bagi orang-orang
lain. Tarkumasiwalahu (Arab asli: tarku ma siwa Allahu), di dunia ini hamba campur dengan kholiqbta,
hambanya di surga, khaliknya di neraka agung. "[Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh VIII
Dandanggula, 29-31]
Syekh Siti Jenar mengajarkan dua macam bentuk shalat, yang disebut shalat tarek dan shalat daim. Shalat
tarek adalah shalat thariqah, diatas sedikit dari syari'at. Shalat tarek diperuntukkan bagi orang yang
belum mampu untuk sampai pada tingkatan Manunggaling Kawula Gusti, sedang shalat daim merupakan
shalat yang tiada putus sebagai efek dari kemanunggalannya. Sehingga shalat daim merupakan hasil dari
pengalaman batin atau pengalaman spiritual. Ketika seseorang belum sanggup melakukan hal itu, karena
masih adanya hijab batin, maka yang harus dilakukan adalah shalat tarek. Shalat tarek masih terbatas
dengan adanya lima waktu shalat, sedang shalat daim adalah shalat yang tiada putus sepanjang hayat,
teraplikasi dalam keseluruhan tindakan keseharian (penambahan, mungkin efeknya adalah berbentuk
suci hati, suci ucap, suci pikiran); pemaduan hati, nalar, dan tindakan ragawi.
Kata "tarek" berasal dari kata Arab "tarki" atau "tarakki" yang memiliki arti pemisahan. Namun maksud
lebih mendalam adalah terpisahnya jiwa dari dunia, yang disusul dengan tanazzul (manjing)-nya al-
Illahiyah dalam jiwa. Shalat tarek yang dimaksud di sini adalah shalat yang dilakukan untuk dapat
melepaskan diri dari alam kematian dunia, menuju kemanunggalan. Sehingga menurut Syekh Siti Jenar,
shalat yang hanya sekedar melaksanakan perintah syari'at adalah tindakan kebohongan, dan merupakan
kedurjanaan budi.
Pengambilan shalat tarek ini berasal dari Kitab Wedha Mantra bab 221; Shalat Tarek Limang
Wektu. (Sang Indrajit: 1979, hlm. 63-66).
Keterangan bagi yang mengamalkan ilmu shalat tarek lima waktu ini.
(Semua hal yang berkaitan dengan shalat tarek ini diterjemahkan dengan apa adanya dari Kitab Wedha
Mantra. Makna terjemahan yang bertanda kutip hanyalah arti untuk memudahkan pemahaman. Adapun
maksud dan substansi yang ada dalam kalimat-kalimat asli dalam bahasa Jawa-Kawi, lebih mendalam
dan luas dari pemahaman dan terjemahan diatas. (penulisnya wanti-wanti banget). Pelaksanaan shalat
tarek bisa saja diamalkan bersamaan dengan shalat syari'at sebagaimana biasa, bisa juga dilaksanakan
secara terpisah. Hanya saja terdapat perbedaan dalam hal wudlunya. Jika dalam shalat syari'at, anggota
wudhu yang harus dibasuh adalah wajah, tangan, sebagian kepala, dan kaki, sementara dalam shalat tarek
adalah di samping tempat-tempat tersebut, harus juga membasuh seluruh rambut, tempat-tempat
pelipatan anggota tubuh, pusar, dada, jari manis, telinga, jidat, ubun-ubun, serta pusar tumbuhnya
rambut (Jawa; unyeng-unyengan). Walhasil wudlu untuk shalat tarek sama halnya dengan mandi besar
(junub / jinabat).
Bahwa kematian orang yang menerapkan ilmu ini masih terhenti pada keduniaan, akan tetapi sudah
mendapatkan balasan surga sendiri. Maka paling tidak ujaran-ujaran shalat tarek ini hendaknya
dihafalkan, jangan sampai tidak, agar memperoleh kesempurnaan kematian.
Bagi yang akan membuktikan, siapa saja yang sudah melaksanakan ilmu ini, dapat saja dibuktikan. Ketika
kematian jasadnya didudukkan di daratan (di atas tanah), di kain kafan serta diberi kain lurub (penutup)
serta selalu ditunggu, kalau sudah mendapatkan dan sampai tujuh hari, bisa dibuka, niscaya tidak akan
membusuk, (bahkan kalau iradah dan qudrahnya sudah menyatu dengan Gusti), jasad dalam kafan
tersebut sudah sirna. Kalau dikubur dengan posisi didudukkan, maka setelah mendapat tujuh hari bisa
digali kuburnya, niscaya jasadnya sudah sirna, dan yang dikatakan bahwa sudah menjadi manusia
sempurna. Maka karena itu, orang yang menerapkan ilmu ini, sudah menjadi manusia sejati.
Sedangkan tentang ilmu ini, bukanlah manusia yang mengajarkan, cara mendapatkannya adalah hasil
dari laku-prihatin, berada di dalam khalwat (meditasi, mengheningkan cipta, menyatu karsa dengan
Tuhan sebagaimana diajarkan Syekh Siti Jenar).
Tentang anjuran untuk pembuktian di atas, sebenarnya tidak diperlukan, sebab yang terpenting adalah
penerapan pada diri kita masing-masing.Justru pembuktian paling efektif adalah jika kita sudah
mengaplikasikan ilmu tersebut. Apalagi pembuktian seperti itu jika dilaksanakan akan memancing
kehebohan, sebagaimana terjadi dalam kasus kematian Syekh Siti Jenar serta para muridnya.
Syekh SITI Jenar 3 Mei 2006
Dikirim oleh Netlog di Syekh Siti Jenar .
trackback
Kehadiran Syekh Siti Jenar ternyata menimbulkan kontraversi, ADA Benar atau apakah tokoh imajiner Hanya Yang
direkayasa untuk suatu kepentingan Politik.Tentang ajarannya Sendiri, Sangat Very Dibuat untuk membuktikan ceritanya
APA pun, KARENA Belum Pernah diketemukan ajaran tertulis bahwa ITU Tulisan Yang Syekh Siti Jenar, kecuali menurut para
Penulis Yang identik sebagai penyalin Yang berakibat adanya berbagai versi. TAPI suka atau regular tidak suka, kenyataan
ADA Yang menyimpulkan bahwa Syekh Siti Jenar Artikel Baru falsafah atau faham dan ajarannya Sangat terkenal di
berbagai kalangan Islam khususnya Orang DKI, walau Artikel Baru pandangan berbeda-beda.
Pandangan Syekh Siti Jenar Yang menganggap alam kehidupan Manusia di Dunia sebagai Kematian, sedangkan
Penghasilan kena pajak menemui ajal disebut sebagai kehidupan sejati, Yang mana sekaligus besarbesaran dan Manusia
adalah Tuhan, Sangat menyimpang Dari pendapat Wali Songo, dalil dan hadits, sekaligus Yang berpedoman PADA Hukum
Islam Yang bersendikan ditempatkan sebagai Pedoman dan memerintah kerajaan Demak KESAWAN para Dibuat Wali Yang
didukung. Siti Jenar dianggap telah melanggar merusakketenteraman dan konsisten menyediakan kerajaan, Yang
menuntun dan membimbing Orang Secara salah, menimbulkan huru-hara, dan keselamatan merusak kelestarian Sesama
Manusia. Dibuat KARENA ITU, tetap Permanent legitimasi Dari Sultan Demak, diutuslah beberapa Wali ke Tempat Siti Jenar
di suatu Daerah (ada Yang mengatakan desa Krendhasawa), untuk membawa Siti Jenar ke Demak atau memenggal
kepalanya. Akhirnya Siti Jenar wafat (ada Yang mengatakan dibunuh, ADA Yang mengatakan bunuh Diri).
Akan tetapi Kematian Siti Jenar Juga Bisa Jadi KARENA Masalah Politik, Berupa perebutan kekuasaan ANTARA SISA-SISA
Majapahit non Islam Yang regular tidak menyingkir ke timur Artikel Baru kerajaan Demak, ANTARA yaitu salah Satu cucu
Brawijaya V Yang Bernama Ki Kebokenongo / Ki Ageng Pengging salah Artikel Baru Satu anak Brawijaya V Yang Bernama Jin
Bun / R. Patah memerintah kerajaan Demak Artikel Baru Yang Gelar Sultan Bintoro Demak I, Dimana Kebokenongo Yang
beragama Hindu-Budha beraliansi Artikel Baru Siti Jenar Yang beragama Islam.
Nama lain Syekh Siti Jenar Dari ANTARA lain Seh Lemahbang atau Lemah Abang, Seh Sitibang, Seh Sitibrit atau Siti Abri,
Hasan Ali Ansar dan Sidi Jinnar.Menurut Bratakesawa KESAWAN bukunya Falsafah Siti Djenar (1954) dan buku Wejangan
Wali Sanga Himpunan Wirjapanitra, dikatakan bahwa Sunan Bonang Pelajaran Saat memberi iktikad kepada Sunan Kalijaga
di perahu Tengah Yang Saat Bocor kuala Artikel Baru ditambal Yang lembut Cacing dihuni, ternyata si Cacing Mampu
berbicara dan Ikut besarbesaran sehingga disabda Sunan Bonang menjadi Manusia, diberi Nama Seh Sitijenar dan diangkat
KESAWAN naskah Yang Tersimpan di Musium Radyapustaka Solo, dikatakan bahwa besarbesaran berasal Dari rakyat Kecil
Yang semula Ikut mendengar Saat Sunan Bonang mengajar Ilmu kepada Sunan Kalijaga di perahu di rawa tetap Permanent
Tengah. Sedangkan KESAWAN buku Sitijenar Tulisan Tan Koen Swie (1922), dikatakan bahwa Sunan Giri mempunyai murid
Siti Jenar Dari Negeri Yang kaya kesaktian Bernama Kasan Ali Saksar, Artikel Baru terkenal sebutan Siti Jenar (Seh Siti
Luhung / Seh Lemah Bang / Lemah Kuning), permohonannya KARENA Ilmu belajar Tentang makna rasa dan asal mula
kehidupan regular tidak disetujui Sunan Bonang, Maka besarbesaran menyamar Artikel Baru berbagai cara Secara diam-
diam untuk mendengarkan ajaran Sunan Giri. Namun menurut Sulendraningrat KESAWAN bukunya Sejarah Cirebon (1985)
dijelaskan bahwa Syeh Lemahabang berasal Dari Bagdad beraliran Syi'ah Muntadar Yang menetap di Pengging DKI Tengah
dan mengajarkan Agama kepada Ki Ageng Pengging (Kebokenongo) dan Masyarakat, Yang alirannya ditentang para Wali
KARENA di DKI Maka besarbesaran dihukum mati Dibuat Sunan Kudus di Masjid Sang Cipta Rasa (Masjid Agung Cirebon)
PADA years 1506 Masehi Artikel Baru Keris Kaki Kantanaga milikini Sunan Gunung Jati dan dimakamkan di Anggaraksa /
Graksan / Cirebon.
Informasi Transaksi di Sini, bahwa Ki Ageng Pengging (Kebokenongo) adalah cucu Raja Brawijaya V (R. Alit / Angkawijaya /
Kertabumi Yang bertahta years 1388), Yang Bernama putrinya dilahirkan Dari Ratu Pembayun (Saudara Dari Jin Bun / R.
Patah / Sultan Bintoro Demak Aku Yang bertahta years 1499) Yang dinikahi Ki Jayaningrat / Pn. Handayaningrat di
Pengging. Ki Ageng Pengging wafat Artikel Baru Sendiri Penghasilan kena pajak caranya kedatangan Sunan Kudus tetap
Permanent perintah Sultan Bintoro Demak I untuk memberantas pembangkang kerajaan Demak. Nantinya, di years 1581,
putra Ki Ageng Pengging yaitu Mas Karebet, akan menjadi Raja menggantikan Sultan Demak III (Sultan Demak II dan III
adalah kakak-adik putra Dari Sultan Bintoro Demak I) Yang bertahta di Pajang Artikel Baru Gelar Sultan Hadiwijoyo Pajang
I.
Keberadaan Siti Jenar diantara Wali-wali (ulama-ulama penyebar Suci Agama Islam mula-mula Yang di DKI) berbeda-beda,
dan malahan menurut beberapa Penulis besarbesaran regular tidak sebagai Wali. Mana Yang Benar, pendapat masing-
masing Terserah. Sekarang mari Kita coba menyoroti falsafah / faham / ajaran Siti Jenar.
Konsepsi Ketuhanan, Jiwa, Alam Semesta, Syarat Akal dan Jalan Kehidupan KESAWAN pandangan Siti Jenar KESAWAN buku
Falsafah Siti Jenar Tulisan Brotokesowo (1956) Yang berbentuk bahasa KESAWAN tembang DKI, Yang sebagian merupakan
dialog ANTARA Siti Jenar Ki Ageng Pengging Artikel Baru, kira-kira yaitu :
Siti Jenar mengaku Yang mempunyai Sifat-Sifat dan Dzat sebagai Tuhan, Dimana sebagai Manusia mempunyai 20 (dua
puluh) atribut / Sifat Yang dikumpulkan di KESAWAN budi lestari menjadi Dzat Yang Wujud Mutlak dan disebut, regular
Hyang Widi sebagai suatu ujud Yang Tampak tak, Pribadi Yang regular tidak berawal dan berakhir, baka pajaknya,
LANGGENG Tanpa proses Evolusi, terhadap sakit sehat dan kebal, ADA Dimana-mana, Suami dan Bukan ITU, ADA Yang tak
mirip atau menyamai, kekuasaan dan kekuatannya Sarana Tanpa, kehadirannya Dari ketiadaan, dan tiada Luar KESAWAN
berbeda, dapat diinterpretasikan regular tidak, Tanpa dipersoalkan menghendaki Sesuatu terlebih dahulu, mengetahui
keadaan Diatas JAUH kemampuan pancaindera, Suami * Semua ADA KESAWAN dirinya pajaknya KESAWAN Yang Satu wujud
Siti Jenar menganggap dirinya inkarnasi Dari penampilannya Dzat Yang luhur, bersemangat, sakti, Kematian Dari kebal,
manunggal dengannya, menguasai ujud, mendapat kesulitan suatu regular tidak, Berkelana kemana-mana, regular tidak
merasa haus dan WAN, Tanpa sakit dan lapar, tiada menyembah Tuhan Yang lain kecuali Setia terhadap hati nurani, segala
Segala Sesuatu Yang terjadi adalah ungkapan Dari kehendak Dzat Allah, Maha Suci, sholat 5 (lima) Artikel Baru julian
memuji dan dzikir adalah kehendak Pribadi Manusia dorongan Artikel Baru Dari badan halusnya, sebab Hyang Suksma
Wujud lahiriah Siti Jenar adalah Muhammad, memiliki kerasulan, Muhammad Suci pajaknya, sama-sama merasakan
Kehendak Angan-Angan Serta Bentuk ingatan merupakan suatu akal Yang regular tidak kebal tetap Permanent kegilaan,
regular tidak Jujur dan Membuat kepalsuan demi kesejahteraan Pribadi, pajaknya dengki memaksa, melanggar aturan, dan
suka disanjung Jahat, sombong Yang berakhir regular tidak berharga dan menodai penampilannya;
Bumi dan sebagainya adalah kepunyaan seluruh langit Manusia, Jasad Busuk najis bercampur menjadi Debu, Nafas
terhembus di segala penjuru Dunia, dan udara Tanah Serta api Dilaporkan sebagai asalnya, menjadi Baru;
ITU adalah wujud Tuhan Yang regular tidak dapat di mata modem.jpg Artikel Baru, tetapi dilambangkan Pembongkaran
Bersinar bintang cemerlang Yang berwujud samar-samar Bila modem.jpg di, warna memancar Artikel Baru Yang Sangat
indah;
Siti Jenar mengetahui segala-galanya at terucapkan melebihi makhluk lain (kawruh sakdurunge minarah), KARENA ITU
Sedangkan mengenai Dimana Tuhan, dikatakan ADA di tubuh KESAWAN, tetapi Hanya Orang terpilih (Orang Suci)
melihatnya Yang Bisa, Yang mana Tuhan ITU (Maha Mulya) regular tidak berwarna dan regular tidak terlihat, kecuali regular
tidak bertempat Tinggal Hanya Yang merupakan tanda merupakan wujud Hyang Widi;
Hidup ITU regular tidak mati dan Hidup Kekal ITU, Yang mana kehidupan Dunia Bukan ITU (buktinya ADA mati) TAPI ITU
Dunia Kematian kehidupan, Yang Busuk bangkai, sedangkan Orang Yang Ingin Hidup abadi Kematian adalah Penghasilan
Jiwa Yang Kekal pajaknya / LANGGENG Manusia Penghasilan kena pajak mati (lepas Dari belenggu Manusia badan) adalah
suara hati nurani, Yang merupakan ungkapan Dari Dzat Tuhan dan penjelmaan Dari Hyang Widi di KESAWAN Dimana jiwa
raga adalah Wajah Hyang Widi, Yang Harus ditaati dan dituruti perintahnya.
KESAWAN buku Bhoekoe Siti Djenar karya Tan Khoen Swie (1931) dikatakan bahwa:
Saat diminta menemui para Wali, dikatakan bahwa besarbesaran Manusia sekaligus Tuhan, bergelar Prabu Satmata;
Ia menganggap Hyang Widi wujud suatu ITU Yang tak dapat dilihat mata, dilambangkan Bersinar cemerlang bintang-
bintang Pembongkaran, Sekali warnanya indah, memiliki 20 (dua puluh) Sifat (ANTARA lain: ADA, tak bermula, tak
berakhir, berbeda Artikel Baru Barang Yang Baru, Hidup Sendiri Tanpa bantuan dan Sesuatu Yang lain, kuasa, kehendak,
mendengar, Melihat, Ilmu, Hidup, berbicara) Yang Satu terkumpul menjadi wujud disebut Dzat Yang Mutlak dan ITU dirinya
serupa, Dzat Yang jelmaan regular tidak sehat dan sakit, kebenaran akan menghasilkan perwatakan, kesempurnaan,
Menurut buku Pantheisme en Monisme in de Javaavsche Tulisan Zoetmulder, SJ (1935) dikatakan bahwa Siti Jenar
memandang KESAWAN Kematian Neraka terdapat Sorga, Bahagia celaka ditemui, yakni di Dunia Suami.. Sorga Neraka
sama, regular tidak LANGGENG Bisa lebur, hati Saja Yang kesemuanya KESAWAN Hanya, ITU dinamakan kesenangan Yang
Sorga sedangkan Neraka, yaitu sakit di hati. Namun BANYAK ditafsirkan salah Dibuat para pengikutnya, Yang berusaha
menjalani jalan kehidupan Menuju (Ngudi dalan Gesang) membunuh Artikel Baru Membuat keonaran dan keributan cara
Siti Jenar Yang berpegang PADA Konsep bahwa Manusia adalah Dzat jelmaan Tuhan, Maka besarbesaran memandang alam
semesta sebagai makrokosmos sama Artikel Baru mikrokosmos. Manusia terdiri Dari jiwa dan raga Yang mana jiwa sebagai
penjelmaan Dzat Tuhan dan raga adalah Bentuk Luar Dari jiwa Artikel Baru dilengkapi pancaindera maupun berbagai organ
tubuh. Sales jiwa dan raga berakhir Penghasilan kena pajak mati Manusia di Dunia, menurutnya sebagai lepasnya belenggu
alam Manusia Dari Kematian di Dunia, Manusia Yang Bisa Artikel Baru selanjutnya Tuhan keabadian KESAWAN manunggal.
Siti Jenar memandang bahwa pengetahuan Tentang kebenaran Ketuhanan diperoleh bersamaan Artikel Baru Manusia
penyadaran Diri Sendiri Manusia ITU, KARENA proses timbulnya pengetahuan bersamaan Artikel Baru proses munculnya
kesadaran subyek terhadap obyek (proses intuitif) ITU. Menurut Widji Saksono KESAWAN bukunya Al-Jami'ah (1962)
dikatakan bahwa wejangan pengetahuan Dari Siti Jenar kepada Kawan-kawannya ialah bawah penguasaan Tentang Hidup,
Tentang kehidupan Pintu, Tentang Hidup Kekal Tempat tak berakhir di kelak kemudian hari, Tentang mati hal Yang dialami
di Dunia Saat Suami dan kedudukannya Tentang Yang Mahaluhur. Artikel Baru demikian tidaklah salah jika sebagian Orang
ajarannya merupakan ajaran Luas KESAWAN kebatinan artian, Yang lebih menekankan Aspek kejiwaan PADA Dari Aspek
lahiriah, sehingga ADA Juga menyimpulkan bahwa konsepsi Composition Komposisi Yang Hidup Manusia regular tidak lain
KESAWAN pandangan Siti Jenar, Tuhan adalah Dzat Yang mendasari dan sebagai sebab adanya Manusia, flora, fauna dan
segala ADA yang, sekaligus menjiwai segala Sesuatu Yang Yang berwujud, Yang keberadaannya tergantung PADA ITU
adanya Dzat. Ini dibuktikan Dari ucapan Siti Jenar bahwa dirinya memiliki Sifat-Sifat dan secitra Tuhan / Hyang Widi.
Namun berbagai Dari Penulis dapat diketahui bahwa Bisa Jadi Benturan kepentingan ANTARA kerajaan Demak Artikel Baru
dukungan para Wali Yang merasa hegemoninya terancam regular tidak Yang Hanya sebatas keagamaan (Islam), TAPI Juga
dukungan Nyata Secara politis tegaknya pemerintahan Kesultanan di Tanah Jawi (KESAWAN mengembangkan kemapanan
Bentuk Aliansi Sultan Politik sedang para Wali menghendaki perluasan Wilayah Penyebaran Islam).
Artikel Baru SISA-SISA pengikut Majapahit Yang regular tidak menyingkir ke timur dan beragama Hindu-Budha Yang
memunculkan tokoh kontraversial beserta ajarannya Yang dianggap "subversif" yaitu Syekh Siti Jenar (mungkin Secara
diam-diam Ki Kebokenongo hendak mengembalikan kekuasaan sekaligus keagamaan Politik Hindu-Budha sehingga
Bisa Jadi pula, Tragedi Siti Jenar mencerminkan perlawanan kaum Pinggiran terhadap hegemoni Sultan Demak Yang
dukungan dan memperoleh legitimasi spiritual para Wali Yang Saat Sangat berpengaruh PADA ITU. Disini Politik dan
Agama bercampur-Aduk, Yang mana iuran pasti akan muncul Pemenang, Yang terkadang regular tidak didasarkan
Kaitan ajaran Siti Jenar manunggaling kawula Artikel Baru-Gusti Pembongkaran dikemukakan di Atas, perlu diinformasikan
bahwa Tulisan di Sini Sepanjang mengenai Siti Jenar Yang diketahui, regular tidak ADA Yang Secara eksplisit
menyimpulkan bahwa ajarannya adalah manunggaling kawula ITU-Gusti, Yang merupakan asli Name of Dari sector
DKI. Sebab manunggaling kawula-Gusti khususnya KESAWAN konteks religio spiritual, menurut Ir. Sujamto KESAWAN
bukunya Pandangan Hidup DKI (1997), adalah pengalaman Pribadi Yang pajaknya "tak Terbatas" (tak terbatas) sehingga
tak mungkin dilukiskan Artikel Baru kata untuk dimengerti Orang lain. Hanya Seseorang mungkin mengerti dan memahami
Dikatakan bahwa KUALITAS tataran KESAWAN, manunggaling kawula-tataran Gusti adalah Yang dapat dicapai tertinggi
Manusia KESAWAN meningkatkan KUALITAS dirinya. Suami adalah tataran Insan Kamilnya kaum Muslim, Jalma Winilisnya
Aliran kepercayaan tertentu atau Satriyapinandhita KESAWAN konsepsi DKI PADA umumnya, Titik Omeganya Teilhard de
Chardin atau Kresnarjunasamvadanya Radhakrishnan. Yang baginya parts Bukan pengalaman ITU, tetapi KUALITAS Secara
Pertahankan Diri Kita Yang KESAWAN konsisten kehidupan Nyata di Masyarakat. Pengalaman pengalaman Tetaplah, tak
terkecuali pengalaman pagar KESAWAN manunggaling kawula Gusti Bentuk Tinggi, Yang lebih tak pula Dari memperkokoh
laku. Laku atau sikap dan tindakan Kita sehari-hari itulah pagar Suami Yang Hidup KESAWAN parts.
Kalau misalnya Artikel Baru kekhusuk-an Manusia semedi malam Suami, besarbesaran memperoleh pengalaman Mistik
atau pengalaman keagamaan Yang disebut manunggaling kawula-Gusti, sama Sekali regular tidak ADA harga dan
manfaatnya Lantas Besok atau Lusa kalau menipu atau mencuri atau Korupsi atau melakukan tindakan-rindakan lain Yang
tercela . Kisah Dewa Ruci adalah Yang menceritakan kejujuran dan keberanian membela kebenaran, Yang Tanpa kesucian
Kesimpulannya, manunggaling kawula-Gusti Ilmu Bukan Hanya melainkan suatu pengalaman, Yang Artikel Baru sendirinya
regular tidak ADA Masalah atau regular tidak Boleh Boleh, ADA regular tidak ketentuan / aturan tertentu, Boleh Percaya
Kita Akhiri Kisah singkat Tentang Syekh Siti Jenar, Artikel Baru Bersama-sama merenungkan kalimat berikut Yang
berbunyi: "Janganlah Andari mencela keyakinan / kepercayaan Orang lain, sebab Belum tentu kalau keyakinan /
Sunan Giri musyawarah para wali Membuka. KESAWAN musyawarah ITU besarbesaran mengajukan Masalah Syeh Siti
Jenar. Ia menjelaskan bahwa Syeh Siti Jenar telah lama regular tidak kelihatan bersembahyang Jemaah di Masjid.Suami
therapy terapi bukanlah hal Yang normal. Syeh Maulana Maghribi berpendapat bahwa ITU akan menjadi contoh dan Yang
Kurang Baik Bisa Membuat Orang mengira wali Teladan meninggalkan syariah nabi Muhammad.
Sunan Giri kemudian mengutus doa Orang santrinya ke gua Tempat Syeh Siti Jenar bertapa dan memintanya untuk Datang
ke masjid. Ketika mereka TIBA, mereka diberitahu Hanya ALLAH Yang KESAWAN ADA gua.Mereka Dilaporkan ke masjid
untuk melaporkan hal Suami kepada Sunan Giri dan para wali lainnya.Sunan Giri kemudian menyuruh mereka Dilaporkan
ke gua dan menyuruh ALLAH untuk Segera menghadap para wali. Kedua santri kemudian diberitahu ITU, ALLAH ADA
regular tidak gua KESAWAN, ADA Yang Hanya Syeh Siti Jenar. Mereka Dilaporkan kepada Sunan Giri untuk kedua
kalinya. Sunan Giri menyuruh mereka untuk meminta Datang Baik ALLAH maupun Syeh Siti Jenar.
Kali Suami Syeh Siti Jenar Keluar Dari gua dan dibawa ke masjid menghadap para wali. TIBA Ketika Syeh Siti Jenar memberi
hormat kepada para wali Yang tua dan menjabat Tangan wali muda yang. Ia diberitahu bahwa dirinya diundang wali kesini
untuk menghadiri musyawarah para kesufian Tentang Wacana. Didalam musyawarah Suami Syeh Siti Jenar menjelaskan
Wacana kesatuan makhluk yaitu KESAWAN pengertian Penambahan Hanya ALLAH Yang regular tidak ADA dan ADA
penyusutan ontologis Yang Nyata Yang Bisa dibedakan ANTARA ALLAH, Manusia dan segala ciptaan Lainnya.
Sunan Giri menyatakan bahwa Wacana ITU Benar, tetapi meminta jangan diajarkan KARENA Bisa Membuat masjid kosong
dan mengabaikan syariah. Siti Jenar menjawab bahwa ketundukan buta dan ibadah ritual Tanpa isi hanyalah therapy terapi
keagamaan kafir dan Orang Bodoh. Dari percakapan Siti Jenar dan Sunan Giri ITU Masalah Yang kelihatannya bahwa
bukanlah menjadi substansi ajaran Syeh Siti Jenar, tetapi cara penyampaian kepada Masyarakat Luas. Menurut Sunan Giri,
paham / pandangan Syeh Siti Jenar Belum Boleh disampaikan kepada Masyarakat Luas sebab mereka Bisa bingung, Saat
ITU BANYAK apalagi Masih Orang Yang Masuk Islam Baru, KARENA Pembongkaran disampaikan di muka bahwa Syeh Siti
Jenar KESAWAN Hidup Masa peralihan Dari kerajaan Hindu kepada kerajaan Islam di DKI PADA Penambahan abad ke 15 M.
Percakapan Syeh Siti Jenar dan Sunan Giri Juga diceritakan KESAWAN buku Siti Jenar terbitan Tan Koen Swie.
Bener kang kaya sireki, (Benar APA Yang Syekh Siti Jenar Katakan)
Sayekti kanthi nugraha, (Yang seharusnya diberikan sebagai Anugerah-kepada mereka Yang Matang Yang Benar-Benar
telah-)
Artinya:
Untuk APA Kita Membuat bingung, untuk APA pula mempersulit Ilmu, Sunan Giri berkata, APA Yang Benar anda ucapkan,
tetapi anda bersalah Besar, KARENA? Berani Membuka Rahasia Ilmu Secara regular tidak semestinya.
Hakikat Tuhan Langsung diajarkan Tanpa ditutup tutupi. Itu tidaklah bijaksana.Semestinya Ilmu ITU Hanya dianugerahkan
kepada mereka telah Yang Matang Benar-Benar. Tak begitu diberikan kepada Orang Saja Boleh terkait masih berlangsung.
. . . kacarios malih Wontên lalampahanipun Seh Siti Jenar, inggih Seh Lemah Abang. tekadipun Pepuntoning murtad ing
Agami, Sarengat dhatêng ambucal.Saking Negari karsanipun patrap ing makatên kagalih Kodak pangadilan risaking
ambêbaluhi adamêl, Seh Siti Jenar ingriku Hukum kisas anampeni, têgêsipun hukuman pêjah.
Sarêng jaja sampun tinuwêg warastra lêlungiding ing, naratas anandhang brana, ludira wiyosing mucar, seta awarni
nalutuh. Amêsat kuwanda muksa datan ana kawistara. Anulya ana Swara, lamat-lamat kapiyarsa, surasa pengupas Wasita.
Kinanti
Wau kang don murweng Luhung, atilar Wasita jati, e manungsa sesa-sesa, mungguh ing pati jamaning, ing Reh
Nora saking anon ngrungu, riringa siningit rêngêt, salaga sasalin labêt, den ugêmi-salugune, Yeka pangagême raga,
Marmane sarak siningkur, kerana angrubêdi, manggung karya itu sumêlang, êmbuh-êmbuh den-andhêmi, iku
Sajati-jatining ngelmu, lungguhe cipta Pribadi, pangesthinira pusthinên, ginêlêng dadi sawiji, wijanging ngelmu jatmika,