Anda di halaman 1dari 9

Mahela dan Sutanto Jurnal Protein

Kajian Konsep Ketahanan Pangan


Maleha*, dan Adi Sutanto
* Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Palangkaraya Kalimantan Tengah
** Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan – Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang

The Concept of Food Security

ABSTRACT

Food was the primary needs and the demand always increases due to the increasing of people number and quality of
life. But the concept of food security was varies depend on the different concern. The most important food security
problems
Is how the nation or the authority looking for : 1.) perspective on food security development, 2.) food security, 3.)
the food security option and strategic

Key words: food security, concept and strategy

ABSTRAK

Pangan merupakan kebutuhan dasar yang permintaannya terus meningkat seiring dengan perkembangan jumlah
penduduk dan peningkatan kualitas hidup, namun demikian dalam beberapa hal definisi atau konsep ketahanan
pangan sangat bervariasi pada banyak pihak yang berkepentingan.
Persoalan ketahanan pangan yang terpenting adalah : bagaimana Negara atau pihak – pihak yang berkepentingan :1.)
memperspektifkan pembangunan ketahanan pangan, 2.) upaya pemantapan ketahanan pangan, 3.) opsi dan strategi
pencapaian ketahanan pangan

Kata kunci : opsi dan strategi

194
Vol.13.No.2.Th.2006 Konsep Ketahanan Pangan

PENDAHULUAN karena kejadian krisis pangan dan kelaparan. 7


Istilah ketahanan pangan dalam kebijakan pangan
Pada tahun 1987, World Commision on dunia pertama kali digunakan pada tahun 1971
Environment and Development (WCED) oleh PBB untuk membebaskan dunia terutama
menyerukan perhatian pada masalah besar dan negara–negara berkembang dari krisis produksi
tantangan yang dihadapi pertanian dunia, jika dan suplay makanan pokok.
kebutuhan pangan saat ini dan mendatang harus Fokus ketahanan pangan pada masa itu
terpenuhi, dan perlunya suatu pendekatan baru menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan
untuk pengembangan pertanian, dan pada pokok dan membebaskan daerah dari krisis
beberapa tahun terakhir ini perhatian dunia pangan yang nampak pada definisi ketahanan
terhadap ketahanan pangan dirasakan semakin pangan oleh PBB sebagai berikut: food security is
meningkat, oleh karena pangan merupakan availability to avoid acute food shortages in the
kebutuhan dasar yang permintaannya terus event of wide spread coop vailure or other
meningkat seiring dengan perkembangan jumlah disaster (Syarief, Hidayat, Hardinsyah dan
penduduk dunia. Pangan diproduksi secara luas Sumali, 1999).
sehingga dunia surplus pangan, tetapi mengapa Selanjutnya definisi tersebut
banyak orang yang masih kelaparan (Barichello, disempurnakan pada Internasional Conference of
Rick, 2000). Tulisan ini dimaksudkan untuk Nutrition 1992 yang disepakati oleh pimpinan
mereview ketahanan pangan khususnya di negara anggota PBB sebagai berikut: tersedianya
Indonesia, oleh karena masih banyaknya pangan yang memenuhi kebutuhan setiap orang
permasalahan ketahanan pangan dan pengertian baik dalam jumlah dan mutu pada setiap saat
yang terkait dengan ketahanan pangan tersebut. untuk hidup sehat, aktif dan produktif.
Berdasarkan data Neraca Bahan Makanan Di Indonesia, secara formal dalam
(NBM) tahun 1999, Indonesia telah mencapai dokumen perencanaan pembangunan nasional,
ketersediaan energi sebesar 3.194 kkal dan protein istilah kebijakan dan program ketahanan pangan
sebesar 83.35 gram (Sukandar, Dadang., Dodik diadop sejak tahun 1992 (Repelita VI) yang
Briawan, Yayat Heryatno, Mewa Ariani dan definisi formalnya dicantumkan dalam undang-
Meilla Dwi Andestina, 2001). Angka undang pangan tahun 1996. Dalam pasal 1
ketersediaan energi dan protein tersebut undang-undang pangan tahun 1996, ketahanan
berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan pangan didefinisikan sebagai kondisi
Gizi tahun 1998 telah melebihi kebutuhan energi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
dan protein yang diperlukan yaitu sebesar 2.550 tercermin dari tersedianya pangan yang cukup
kkal dan 50 gram protein (Napitupulu, Tom baik jumlah maupun mutunya, merata dan
Edward Marasi, 2000). Walaupun ketersediaan terjangkau (http://www.theceli.com/dokumen/
pangan Indonesia pada tingkat nasional telah produk/1996/uu7-1996.htm). Definisi ini
melampaui kebutuhan pangan, tidak berarti menunjukkan bahwa target akhir dari ketahanan
bahwa kecukupan pangan pada tingkat rumah pangan adalah pada tingkat rumah tangga.
tangga atau individu telah terpenuhi. Kondisi Banyak definisi tentang ketahanan pangan,
tersebut apabila tetap dibiarkan tanpa adanya sering samar-samar dan kadang-kadang antara
intervensi dari pemerintah maka akan berakibat satu definisi dengan definisi yang lain
kehilangan satu generasi atau lost generation. kontradiktif (Barichello, Rick, 2000). Nampaknya
Data tahun 1998 menunjukkan bahwa antara 49 definisi ketahanan pangan bervariasi. Definisi
sampai 53 persen rumah tangga di berbagai ketahanan dan kerawanan pangan dari beberapa
daerah mengalami defisit energi dimana konsumsi literatur dapat dilihat pada Lampiran.
kurang dari 70% kebutuhan energi. Dari
penelitian Latief, dkk., (2000) ditemukan bahwa Perspektif Pembangunan Ketahanan Pangan
pada tahun 1998 sejumlah 51.1% rumah tangga Dalam undang-undang RI Nomor 7 tahun
mengalami defisit konsumsi. 1996 disebutkan bahwa ke-tahanan pangan
merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi
Definisi Ketahanan Pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
Dari perspektif sejarah istilah ketahanan pangan yang cukup, baik jumlah maupun
pangan (food security) muncul dan dibangkitkan mutunya, aman, merata dan terjangkau. Pe-

195
Mahela dan Sutanto Jurnal Protein

ngembangan ketahanan pangan mempunyai 3. Subsistem konsumsi pangan menyangkut


perspektif pembangunan yang sangat mendasar upaya peningkatan pengetahuan dan
karena: kemampuan masyarakat agar mempunyai
1. Akses terhadap pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan
pangan dengan gizi seimbang bagi segenap yang baik, sehingga dapat mengelola
rakyat Indonesia merupakan hak yang paling konsumsinya secara optimal. Konsumsi
azasi bagi manusia. pangan hendaknya memperhatikan asupan
2. Keberhasilan dalam pengembangan pangan dan gizi yang cukup dan berimbang,
kualitas sumber daya manusia sangat sesuai dengan kebutuhan bagi pembentukan
ditentukan oleh keberhasilan pemenuhan manusia yang sehat, kuat, cerdas dan
kecukupan dan konsumsi pangan dan gizi. produktif. Dalam subsistem konsumsi
3. Ketahanan pangan merupakan basis atau terdapat aspek penting lain yaitu aspek
pilar utama dalam mewujudkan ketahanan diversifikasi. Diversifikasi pangan merupakan
ekonomi dan ketahanan nasional yang suatu cara untuk memperoleh keragaman
berkelanjutan (Anonymous, 2001). konsumsi zat gizi sekaligus mengurangi
Ketahanan pangan merupakan suatu sistem ketergantungan masyarakat atas satu jenis
yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai pangan pokok tertentu, yaitu beras.
subsistem. Subsistem utamanya adalah Ketergantungan yang tinggi dapat memicu
ketersediaan pangan, distribusi pangan dan instabilitas apabila pasokan pangan tersebut
konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan terganggu. Sebaliknya agar masyarakat
pangan me-rupakan sinergi dari interaksi ketiga menyukai pangan alternatif perlu peningkatan
subsistem tersebut. cita rasa, penampilan dan kepraktisan
1. Subsistem ketersediaan pangan mencakup pengolahan pangan agar dapat bersaing
aspek produksi, cadangan serta keseimbangan dengan produk-produk yang telah ada.
antara impor dan ekspor pangan. Ketersediaan Dalam kaitan ini peranan teknologi
pangan harus dikelola sedemikian rupa pengolahan pangan sangat penting.
sehingga walaupun produksi pangan bersifat Pembangunan ketahanan pangan
musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, memerlukan keharmonisan dari ketiga subsistem
tetapi volume pangan yang tersedia bagi tersebut (Hardinsyah, Dodik Briawan,
masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya Retnaningsih, Tin Herawati dan Retno Wijaya,
serta stabil penyediaannya dari waktu ke 2002). Pembangunan subsistem ketersediaan
waktu. pangan diarahkan untuk mengatur kestabilan dan
2. Subsistem distribusi pangan mencakup aspek kesinambungan ketersediaan pangan, yang berasal
aksesibilitas secara fisik dan ekonomi atas dari produksi, cadangan dan impor.
pangan secara merata. Sistem distribusi bukan Pembangunan sub-sistem distribusi pangan ber-
semata-mata menyangkut aspek fisik dalam tujuan menjamin aksesibilitas pangan dan
arti pangan tersedia di semua lokasi yang stabilitas harga pangan. Pembangunan sub-sistem
membutuhkan, tetapi juga masyarakat. konsumsi bertujuan menjamin setiap rumah
Surplus pangan di tingkat wilayah belum tangga mengkonsumsi pangan dalam jumlah yang
menjamin kecukupan pangan bagi individu cukup, bergizi dan aman. Keberhasilan
masyarakatnya. Sistem distribusi ini perlu pembangunan masing-masing sub-sistem tersebut
dikelola secara optimal dan tidak perlu didukung oleh faktor ekonomi, teknologi
bertentangan dengan mekanisme pasar dan sosial budaya.yang pada akhirnya akan
terbuka agar tercapai efisiensi dalam proses berdampak pada status gizi (Gambar 1).
pemerataan akses pangan bagi seluruh
penduduk.

196
Vol.13.No.2.Th.2006 Konsep Ketahanan Pangan

Gambar 1. Sistem Pangan dan Gizi

Pemantapan Ketahanan Pangan kepentingan petani produsen dan konsumen


Ketahanan pangan nasional masih dalam konteks stabilitas dapat diakomodir melalui
merupakan isu strategis bagi Indonesia mengingat pendekatan usahatani terpadu (mixed and
kecukupan produksi, distribusi dan konsumsi integrated farming system) yang mencerminkan
pangan mempunyai dimensi sangat luas dan the right crops in the right place principles.
terkait dengan dimensi sosial, ekonomi dan Upaya tersebut perlu pula diikuti dengan
politik. Dengan demikian diperlukan kampanye pola makan (dietary pattern) untuk
penyelarasan peningkatan produksi di satu pihak mengurangi tekanan terhadap permintaan beras
(kepentingan makro) dan peningkatan pendapatan (Napitupulu, Tom Edward Marasi, 2000).
dan kesejahteraan petani di lain pihak Pemantapan ketahanan pangan tidak
(kepentingan mikro) dengan prinsip terlepas dari penanganan kerawanan pangan
pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat karena kerawanan pangan merupakan
petani sebagai upaya pemberdayaan. Oleh karena penyebab penting instabilitas ketahanann
itu, jika secara konsisten ingin mensimultankan
pangan. Kerawanan pangan dapat disebabkan
pencapaian tujuan peningkatan produksi dan
tujuan kesejahteraan khususnya untuk petani yang
karena kendala yang bersifat kronis seperti
sebagian besar berusahatani pangan, maka terbatasnya sumber daya dan kemampuan,
kebijakan swasembada (self sufficiency) untuk maupun yang bersifat sementara seperti
komoditi beras yang strategis haruslah tertimpa musibah atau bencana alam. Untuk
disesuaikan dan diarahkan kepada self sufficiency mengatasi hal ini pemerintah dan masyarakat
ratio sebagai guide lines yaitu suatu indeks yang perlu membangun suatu sistem kewaspadaan,
menunjukkan perbandingan supplai pangan yang yang mampu mendeteksi secara dini adanya
harus dihasilkan secara domestik terhadap jumlah gejala kerawanan pangan di sekitarnya serta
keseluruhan permintaan pangan dalam negeri. dapat meresponnya dengan cepat dan efektif.
Dengan demikian terjadi keseimbangan antara Penanganan yang cepat dan tepat sangat
kepentingan produsen dan konsumen dengan
diperlukan untuk menghindarklan masyarakat
tingkat harga produk yang layak (at reasonable
prices), sehingga memungkinkan usahatani itu tersebut dari kerawanan yang lebih parah,
memperoleh nilai tambah, melakukan reinvestasi dengan segala dampak yang mengikutinya.
dan berkembang mandiri secara berkelanjutan. Ketahanan pangan yang kokoh
Sikap seperti ini menjadi penting mengingat dibangun pada tingkat rumah tangga yang
pemerintah akhir-akhir ini kewalahan dalam bertumpu pada keragaman sumberdaya lokal.
mengamankan kebijakan harga dasar gabah/beras Sejalan dengan dinamika pemantapan
sehingga cenderung sangat merugikan petani ketahanan pangan dilaksanakan dengan
produksi. Dengan perkataan lain biarlah petani mengembangkan sumber-sumber bahan
yang melakukan keputusan-keputusan pangan, kelembagaan pangan dan budaya
usahataninya sesuai signal pasar dimana pangan yang dimiliki pada masyarakat

197
Mahela dan Sutanto Jurnal Protein

masing-masing wilayah. Keunggulan dari Agar terwujud ketahanan yang kokoh,


pendekatan ini antara lain adalah bahwa mulai dari tingkat rumah tangga sampai tingkat
bahan pangan yang diproduksi secara lokal nasional, sistem dan usaha agribisnis yang
telah sesuai dengan sumberdaya pertanian dan dibangun adalah yang berdaya saing,
berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralisasi.
iklim setempat, sehingga ketersediaannya
1. Berdaya saing, dicirikan dengan tingkat
dapat diupayakan secara berkesinambungan. efisiensi, mutu, harga dan biaya produksi
Dengan kemampuan lokal tersebut maka serta kemampuan untuk menerobos pasar,
ketahanan pangan masyarakat tidak mudah meningkatkan pangsa pasar dan memberikan
terpengaruh oleh masalah atau gejolak pelayanan profesional.
pasokan pangan yang terjadi d luar wilayah 2. Berkerakyatan, dicirikan dengan
atau luar negeri. berkembangnya usaha produktif yang
Dalam kaitan inilah, aspek pemberdayaan melibatkan masyarakat secara luas dengan
ketahanan pangan masyarakat menjadi sangat peluang berusaha, kesempatan kerja dan
penting. Pemberdayaan masyarakat berarti menikmarti nilai tambah (pendapatan).
meningkatkan kemandirian masyarakat sebagai 3. Berkelanjutan, dicirikan dengan kemampuan
perwujudan dan pengembangan kapasitas untuk meningkatkan kapasitas sumber daya
masyarakat yang berlandaskan pada pangan yang semakin besar dari waktu ke
pemberdayaan sumberdaya manusia agar dapat waktu yang semakin mensejahterakan
memenuhi hak dan kewajibannya sesuai status masyarakat baik secara ekonomis, sosial dan
dan peranannya dalam pembangunan ketahanan lingkungan hidup.
pangan. 4. Desentralistis, diartikan bahwa kegiatan
Namun demikian, setiap wilayah atau ekonomi ditentukan oleh masyarakat pelaku
daerah mempunyai keunggulan maupun sesuatu dengan kondisi wilayahnya atas dasar
keterbatasan dalam memproduksi bahan pangan keunggulan komparatif dan aspirasi
secara efisien. Ada daerah yang surplus dan ada masyarakat setempat (Anonymous, 2001).
daerah yang minus dalam memproduksi pangan
tertentu. Dengan banyaknya jenis pangan esensial Opsi Pencapaian Ketahanan Pangan
nabati maupun hewani sebagai sumber zat gizi Ada dua pilihan luas untuk mencapai
makro dan mikro, tidak satupun daerah mampu ketahanan pangan pada tingkat nasional yaitu
memenuhi seluruh jenis pangan yang dibutuhkan swasembada pangan atau kecukupan pangan. 9
dan diinginkan masyarakatnya. Swasembada pangan diartikan sebagai
Oleh karena itu interaksi antar wilayah pemenuhan kebutuhan pangan, yang sejauh
mutlak diperlukan bagi pemenuhan kebutuhan mungkin berasal dari pasokan domestik dengan
pangan, dalam rangka mewujudkan ketahanan meminimalkan ketergantungan pada perdagangan
pangan daerah. Demikian pula interaksi antar pangan. Di lain pihak, konsep kecukupan pangan
tataran daerah dengan tataran nasional, dalam adalah sangat berbeda dengan konsep
suatu jejaring yang aktif dan dinamis sangat swasembada pangan, akibat masuknya variabel
diperlukan dalam rangka ketahanan pangan perdagangan internasional. Dalam konsep
nasional. kecukupan pangan, menuntut adanya kemampuan
Pada dasarnya pemantapan ketahanan menjaga tingkat produksi domestik ditambah
pangan dapat diwujudkan melalui pengembangan dengan kemampuan untuk mengimpor pangan
sistem dan usaha agribisnis di bidang pangan, agar dapat memenuhi kebutuhan (kecukupan)
utamanya bagi golongan rawan pangan sementara pangan penduduk. Keuntungan resiko dari
maupun rawan pangan kronis yang masih menggantungkan pada perdagangan internasional
mempunyai potensi pengembangan aktivitas untuk menjamin ketahanan pangan saat ini
ekonominya. Agribisnis pangan melibatkan tampaknya masih menjadi topik hangat
banyak pelaku, usaha kecil seperti petani, perdebatan diantara beberapa strategi alternatif.
pengolah dan pedagang yang berbasis pada Yang menjadi pertanyaan bersama ialah,
keunggulan komparatif dan kompetitif bagaimana posisi dimasa yang akan datang dan
sumberdaya lokal. konsep apa yang akan dianut? Di dalam
konstelasi perdagangan bebas jelas kedua pilihan

198
Vol.13.No.2.Th.2006 Konsep Ketahanan Pangan

tersebut di atas harus dapat dirumuskan secara kebijakan dan program pada tahun 1992, yang
hati-hati dan komprehensif dengan memper- kemudian definisi ketahanan pangan pada
timbangkan seluruh determinan faktor produksi, undang-undang pangan no:7 ada pada tahun 1996.
pengadaan dan konsumsi pangan. Ketahanan pangan merupakan basis
Ketahanan pangan di tingkat nasional utama dalam wewujudkan ketahanan ekonomi,
merupakan prakondisi penting dalam memupuk ketahanan nasional yang berkelanjutan.
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Ketahanan pangan merupakan sinergi dan
Ketahanan pangan nasional selama ini dicapai interaksi utama dari subsistem ketersediaan,
melalui kebijaksanaan swasembada pangan dan distribusi dan konsumsi, dimana dalam mencapai
stabilitas harga. Secara umum pemerintah ketahanan pangan dapat dilakukan alternatif
berupaya menjaga stabilitas pangan (khususnya pilihan apakah swasembada atau kecukupan.
beras) yang diindikasikan dengan adanya Dalam pencapaian swasembada perlu difokuskan
kemampuan menjamin harga dasar (floor price) pada terwujudnya ketahanan pangan.
dan harga langit-langit (ceiling price) yang
ditetapkan melalui pengadaan pangan dan operasi DAFTAR PUSTAKA
pasar dan terhadap tingkat harga pedagang besar
yang jauh lebih stabil lagi dari harga beras di Anonymous, 2001. Program Kerja
pasaran internasional. Pengembangan Kewaspadaan Pangan. Pusat
Kewaspadaan Pangan 2001-2004. Pusat
Strategi Pencapaian Ketahanan Pangan Kewaspadaan Pangan. Badan Bimas Ketahanan
Pada masa yang akan datang upaya-upaya Pangan. Departemen Pertanian. Jakarta.
memantapkan swasembada beras dan pencapaian
swasembada lainnya tampaknya perlu difokuskan Barichello, Rick, 2000. Evaluating Government
pada terwujudnya ketahanan pangan, diversifikasi Policy for Food Security: Indonesia. University
konsumsi pangan serta terjaminnya keamanan of British Columbia. Berlin
pangan.9 Dengan mengadaptasi pendapat dari
beberapa dari pakar, dapat dirumuskan beberapa Hardinsyah, Dodik Briawan, Retnaningsih, Tin
strategi umum untuk mencapai ketahanan pangan Herawati dan Retno Wijaya, 2002. Modul
rumah tangga. Pertama adalah sangat perlu untuk Ketahanan Pangan 03. Analisis Kebutuhan
mengadopsi strategi pembangunan dan kebijakan Konsumsi Pangan. Pusat Studi Kebijakan
ekonomi makro yang menciptakan pertumbuhan Pangan dan Gizi (PSKPG) Institut Pertanian
yang berdimensi pemerataan dan berkelanjutan Bogor dan Pusat Pengembangan Konsumsi
(sustainable development). Kedua adalah Pangan (PPKP) Badan Bimas Ketahanan Pangan,
merupakan keperluan yang mendesak untuk Deptan.
mempercepat pertumbuhan sektor pertanian dan
pangan serta pembangunan perdesaan dengan Latief, D., Atmarita, Minarto, Abas Basuni dan
fokus kepentingan golongan miskin. Dan ini Robert Tilden, 2000. Konsumsi Pangan Tingkat
berarti pertanian (pangan) harus menjadi Rumah Tangga Sebelum dan Selama Krisis
mainstream dalam ekonomi nasional. Ketiga, Ekonomi. Widyakarya Nasional Pangan dan
sudah saatnya harus meningkatkan akses terhadap Gizi.VII. Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia.
lahan dan sumberdaya pertanian dalam arti luas Jakarta.
secara lebih bijaksana, termasuk menciptakan dan
meningkatkan kesempatan kerja, transfer Muhilal, Fasli Jalal dan Hardinsyah, 1998.
pendapatan, menstabilkan pasokan pangan, Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan.
perbaikan perencanaan dan pemberian bantuan Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
pangan dalan keadaan darurat kepada masyarakat. VII. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Jakarta.
Penutup
Istilah ketahanan pangan dalam Napitupulu, Tom Edward Marasi, 2000.
kebijaksanaan dunia, pertama kali digunakan pada Pembangunan Pertanian dan pengembangan
tahun 1971 oleh PBB, tetapi Inodonesia secara Agroindustri. Wibowo, R. (Editor). Pertanian
formal baru mengadopsi ketahanan pangan dalam dan pangan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

199
Mahela dan Sutanto Jurnal Protein

Andestina, 2001. Kajian Indikator Ketahanan


Syarief, Hidayat, Hardinsyah dan Sumali, 1999. Pangan Tingkat Rumah Tangga: di Propinsi
Membenahi Konsep Ketahanan Pangan Indonesia. Jawa Tengah. Pusat Studi Kebijakan Pangan dan
Thaha, Hardinsyah dan Ala (Editor). Gizi (PSKPG) Lembaga Penelitian, Institut
Pembangunan Gizi dan Pangan Dari Perspektif Pertanian Bogor. Bogor.
Kemandirian Lokal. Perhimpunan Peminat Gizi
dan Pangan (PERGIZI PANGAN) Indonesia dan Wibowo, R., 2000. Penyediaan Pangan dan
Center For Regional Resource Development & Permasalahannya. Wibowo, R. (Editor).
Community Empowenment. Bogor. Pertanian dan pangan. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta.
Sukandar, Dadang., Dodik Briawan, Yayat
Heryatno, Mewa Ariani dan Meilla Dwi

Lampiran 1. Definisi Ketahanan Pangan

200
Vol.13.No.2.Th.2006 Konsep Ketahanan Pangan

1. Ketahanan pangan adalah ketersediaan untuk menghindarkan kekurangan pangan akut dari kejadian
penyebaran luasnya kegagalan kerjasama atau bencana lain (UN, 1974 dalam Syarief, Hardinsyah dan
Sumali, 1999).
2. Ketersediaan pada seluruh waktu dari supply dunia cukup dari bahan pangan dasar ….. menopang
mantapnya konsumsi pangan ….. dan mengimbangi fluktuasi dalam produksi dan harga (UN, 1975
dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992).
3. Suatu kondisi dimana kemungkinan warga negara suatu negara merasa berada di bawah level minimal
dari konsumsi pangan adalah rendah (Reutlinger and Knapp, 1980 dalam Maxwell dan Frankenberger,
1992).
4. Kemampuan memenuhi level target dari konsumsi secara tahunan (Siamwalla and Valdes, 1980
dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992).
5. Setiap orang mempunyai cukup untuk dimakan pada beberapa waktu …… cukup untuk hidup,
kesehatan dan pertumbuhan semenjak muda dan untuk usaha produktif (Kracht, 1981 dalam Maxwell
dan Frankenberger, 1992).
6. Kemampuan pasti pada finansial yang dibutuhkan impor dalam memenuhi target level konsumsi
dengan segera (Valdes and Konandreas, 1981 dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992).
7. Bebas dari deprivasi pangan untuk seluruh orang dunia pada seluruh waktu (Reutlinger, 1982 dalam
Maxwell dan Frankenberger, 1992).
8. Menjamin bahwa semua orang pada seluruh waktu mempunyai akses phisik maupun akses ekonomi
pada pangan dasar yang mereka butuhkan (FAO, 1983 dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992).
9. Stabilisasi dari akses, atau proporsi kekurangan dalam akses, pada kalori penduduk (Heald dan Lipton,
1984 dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992).
10. Suatu sekeranjang pangan, kecukupan gizi, penerimaan budaya diusahakan dalam menjaga martabat
manusia dan abadi sepanjang waktu (Oshaug, 1985 dalam Eide et al. 1985 dalam Maxwell dan
Frankenberger, 1992).
11. Akses oleh semua orang pada seluruh waktu cukup pangan untuk hidup aktif dan sehat (Reutlinger,
1986 dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992).
12. Akses oleh semua orang pada seluruh waktu cukup pangan untuk hidup aktif dan sehat (World Bank,
1986 dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992).
13. Selalu mempunyai cukup untuk makan (Zipperer dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992).
14. Suatu jaminan supply dan distribusi dari pangan untuk semua kelompok sosial dan kecukupan
individu dalam kualitas dan kuantitas memenuhi kebutuhan gizinya (Barraclough dan Utting, 1987
dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992).
15. Akses phisik dan akses ekonomi pada pangan untuk seluruh warga negara baik jangka pendek maupun
jangka panjang (Falcon et al, 1987 dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992).
16. Suatu negara dan orang adalah tahan pangan ketika sistem pangannya dioperasikan efisien dalam suatu
cara sebagai perubahan kekhawatiran bahwa akan tidak cukup makan (Maxwell, 1988 dalam Maxwell
dan Frankenberger, 1992).
17. Ketersediaan pangan yang cukup pada semua orang secara teratur (UN World Food Council, 1988
dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992).
18. Akses memadai pada pangan yang cukup supply energi dibutuhkan untuk seluruh anggota keluarga
untuk hidup sehat aktif dan hidup produktif (Sahn, 1989 dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992).
19. Konsumsi kurang dari 80% dari kecukupan intake kalori perhari rata-rata WHO (Reaardon and
Matlon, 1989 dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992).
20. Kemampuan…. memenuhi kecukupan konsumsi pangan yang dibutuhkan untuk suatu kehidupan
normal dan sehat pada seluruh waktu (Sarris, 1989 dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992).
21. Akses pada pangan yang cukup oleh dan untuk rumah tangga sepanjang waktu (Eide, 1990 dalam
Maxwell dan Frankenberger, 1992).
22. Kerawanan pangan ada ketika anggota dari suatu rumah tangga mempunyai ketidakcukupan diet pada
sebagian atau keseluruhan dari tahun atau berhadapan kemungkinan dari suatu ketidakcukupan diet
yang akan datang (Phillips dan Taylor, 1990 dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992).

201
Mahela dan Sutanto Jurnal Protein

23. Kemampuan ….. menjamin dalam jangka panjang, yang mana sistem pangan menyediakan akses
penduduk total yang reliabel dan supply gizi cukup dari pangan (Staatz, 1990 dalam Maxwell dan
Frankenberger, 1992).
24. Tidak adanya kelaparan dan malnutrisi (Kennes, 1990 dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992).
25. Asuransi dari pangan melebihi seluruh kebutuhan setiap musim dari tahun (UNICEF, 1990 dalam
Maxwell dan Frankenberger, 1992).
26. Ketidakmampuan …. membeli kuantitas cukup dari pangan dari adanya supply (Mellor, 1990 dalam
Maxwell dan Frankenberger, 1992)
27. Kemampuan merasa sendiri dari anggota rumah tangga pada ketentuannya sendiri dengan pangan
cukup melalui apapun alatnya (Gillespie and Mason, 1991 dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992).
28. (Rendah) resiko dari kekurangan akses terus-menerus oleh orang pada pangan mereka butuhkan
berperanan hidup sehat (von Braun, 1991 dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992).
29. Suatu situasi yang mana seluruh individu dalam suatu penduduk memiliki sumberdaya untuk
menjamin akses cukup pangan untuk hidup aktif dan sehat (Weber dan Jayne, 1991 dalam Maxwell
dan Frankenberger, 1992).
30. Akses pangan, cukup dalam kuantitas dan kualitas, pemenuhan semua kebutuhan gizi untuk seluruh
anggota keluarga seluruh tahun (Johnsson and Toole, 1991 dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992)
31. Akses pangan kebutuhan pangan untuk hidup sehat untuk seluruh anggota dan … bukan pada resiko
tak semestinya dari kehilangan akses yang cukup (ACC/SCN, 1991 dalam Maxwell dan
Frankenberger, 1992).
32. Ketersediaan pangan cukup menjamin suatu intake yang diperlukan minimum seluruh anggota
(Alamgir dan Arora, 1991 dalam Maxwell dan Frankenberger, 1992)
33. Kelangsungan hidup dari rumah tangga sebagai suatu unit produktif dan reproduktif (bukan) diancam
oleh kekurangan pangan (Frankenberger and Goldstein, 1991 dalam Maxwell dan Frankenberger,
1992)
34. Tersedianya pangan yang memenuhi kebutuhan setiap orang baik dalam jumlah dan mutu pada
setiap saat untuk hidup sehat, aktif dan produktif. (International Food Sumit and International
Conference of Nutrition, 1992 dalam Syarief, Hardinsyah dan Sumali, 1999)
35. Kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ter-sedianya pangan yang cukup,
baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau
(http://www.theceli.com/dokumen/produk/1996/uu7-1996.-htm dan Anonymous, 2001).
36. Ketahanan pangan diukur oleh rasio dari pengeluaran pangan terhadap anggaran keluarga atau
pendapatan (Barichello, 2000).

202

Anda mungkin juga menyukai