Structural Modeling
Structural Modeling
STRUCTURAL MODELING
UNTUK
ELASTIC-FOUNDATION
Oleh :
Willy C.Wungo, IPMd
KUTIPAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Kondisi ideal ini dapat tercapai karena adanya engineering adjustment dari seorang perencana struktur
ketika membuat penyederhanaan dari gambar struktur yang sesungguhnya, ke dalam model matematis.
Untuk membuat sebuah Model Struktur, seseorang harus memiliki latar belakang pengetahuan analisa
struktur yang memadai, ditambah dengan pengalaman‐pengalaman perancangan struktur.
Sebagai sebuah contoh bagaimana membuat sebuah model struktur dengan pendekatan‐pendekatan
(asumsi) yang akurat, maka saya buatkan ceritanya dibawah ini.
Pada Gbr.2 terdapat sebuah balok yang ke dua ujungnya terletak di atas batuan yang keras. Dengan
demikian dapat di asumsikan bahwa tidak akan terjadi displacement dalam arah vertical.
Gbr.2. Balok di atas perletakan yang kaku.
Pendekatan yang paling akurat di dalam mekanika teknik untuk kondisi perletakan semacam ini adalah
perletakan SENDI, seperti terlihat pada Gbr.2 ((bawah).
Sedangkan pada Gbr.3 terlihat balok masuk ke dalam batu yang kaku, sehingga balok dalam kondisi
terjepit. Asumsi terdekat dalam mekanika teknik untuk kondisi ini dapat dianggap sebagai perletakan
JEPIT.
PERLETAKAN JEPIT
Gbr.3. Balok yang terjepit oleh batu di kedua ujungnya
Kondisi perletakan lainnya adalah bila balok terletak di atas tanah yang displacement vertikalnya dapat
terjadi (Gbr.4).
PERMUKAAN TANAH
K (KOEF.PEGAS)
PERLETAKAN
ELASTIS
Gbr.4. Balok yang terletak di atas tanah pada kedua ujungnya.
Karena sifat tanah yang tidak solid/kaku, maka ujung‐ujung balok dapat bergerak dalam arah vertical.
Berapa banyak pergerakan tersebut sangat tergantung kepada sifat‐sifat/karakteristik tanah itu sendiri.
Atau dengan kata lain, semakin lembek kondisi tanahnya semakin mudah pula ujung balok tersebut
bergerak turun. Demikian pula bila sebaliknya, bila tanah cukup keras, penurunan balok menjadi lebih
sedikit. Koefisien kekerasan tanah tersebut di terjemahkan secara matematis sebagai sebuah perletakan
di atas PEGAS. Besaran koefisien kekakuan (fleksibilitas) dari pegas tersebut tergantung sepenuhnya
kepada karakteristik tanah. Pendekatan (asumsi) ini menjadi titik tolak bagi seorang perencana struktur
untuk menentukan Model Perletakan nya.
Koefisien Kekakuan Pegas tersebut dapat ditentukan dengan Tabel SOIL CLASSIFICATION dari California
Bearing Ratio, asalkan daya dukung tanah diketahui. Sedangkan daya dukung tanah yang diijinkan dapat
ditentukan melalui Rumus Terzaghi. (Lihat Notes saya sebelumnya tentang Beam on Elastic
Foundation).
PERMUKAAN TANAH
b
1/2K (KOEF.PEGAS)
K K
PERLETAKAN X X
ELASTIS
BENTUK DIAGRAM
MOMEN LENTUR
Gbr.5. Balok yang terletak di atas tanah (sepanjang baloknya)
Sama seperti pada Gbr.4 tapi balok sekarang terletak seluruhnya diatas permukaan tanah. Kekakuan
dari pegas mewakili kekerasan tanah di bawahnya. Jarak antar pegas adalah X dengan lebar balok adalah
b. Besarnya koefisien pegas K adalah (X)(b)(k), nilai k adalah nilai konversi yang di dapat dari table Soil
Classification. Semakin rapat posisi pegas (X) semakin teliti hasil analisanya.
BENTUK DIAGRAM
MOMEN LENTUR
Gbr.6. Bentuk Diagram Momen Lentur
Bentuk Diagram Momen Lentur yang mungkin terjadi adalah seperti terlihat dalam Gbr.6.
Sama seperti pada balok, sebuah pondasi tiang yang tertanam di dalam tanah juga dapat di analisa
seperti terlihat dalam Gbr.7 di bawah ini.
BEBAN
LATERAL
X
PERLETAKAN
ELASTIS
Gbr.7. Pondasi Tiang yang dianalisa sebagai Kolom on Elastic Support
Contoh :
BEAM ON ELASTIC FOUNDATION
by : Willy Wungo
Tegangan tanah ijin :
σt = 0,5 kg/cm2 = 7,113 lb/in2
(lihat di Bearing Value dan tarik garis vertikal ke
modulus subgrade reaction = K)
di dapatkan :
K = 110 lb/in2/in = 3,71 kg/cm2/cm
70 cm 70 cm 70 cm
G - Gravel
S - Sand
M - Morvery fine sand, silt
C - Clay
F - Fines (material 0.1 mm)
O - Organic
W - Well graded
P - Poorly graded
L - Low to medium
H - High compressibility
10 20 30 40 50 60 70