Anda di halaman 1dari 8

 

STRUCTURAL MODELING
UNTUK
ELASTIC-FOUNDATION
Oleh : 
Willy C.Wungo, IP­Md 
KUTIPAN

BAB 1
PENDAHULUAN

P erencanaan struktur bertujuan untuk menghasilkan struktur yang aman dan


ekonomis sesuai dengan fungsi dan nilai estetikanya. Dan secara luas perencanaan
struktur dapat diartikan sebagai penterjemahan dari sebuah konsep baik berupa konsep
perencanaan dari gambar arsitektur maupun dari bentuk bangunan yang ada dalam
imajinasi/benak sang pemilik proyek. Seorang perencana struktur dengan intuisi,
kreativitas, dan didukung dengan pengetahuan mekanika yang memadai harus
menterjemahkan konsep tersebut ke dalam bentuk/model matematis untuk dapat
dianalisa. Untuk membuat suatu model matematis, perencana struktur harus mampu pula
melakukan asumsi-asumsi berikut penyederhanaan yang akurat, masuk akal dan bisa
diterima sebagai suatu model matematis yang dapat dianalisa. Dengan demikian, asumsi
dan konsep penyederhanaan serta pemodelan struktur dari seorang perencana menjadi
suatu titik yang sangat penting di dalam analisa dan perencanaan struktur.
Bangunan adalah ciri peradaban suatu komunitas masyarakat, dan perencana
struktur melalui penerapan di lapangan membangun struktur teknik sipil yaitu dengan
menciptakan gedung, jembatan, bendungan, pembangkit tenaga listrik, tower-tower,
dimana perencana dalam hal ini telah turut serta pula memberikan sumbangsih kepada
manusia tempat untuk berteduh, bersosialisasi, fasilitas sumber energi, fasilitas
transportasi dan komunikasi.
Apabila seorang pemilik proyek telah menentukan pilihannya terhadap suatu
lokasi bangunan serta telah melakukan penyelidikan keadaan tanah, perencana struktur

Perencanaan Struktur Baja 1 – Ir. Willy C. Wungo 1


Dalam  ilmu  mekanika  teknik  (analisa  struktur)  problem‐problem  yang  disajikan  adalah  kondisi‐kondisi 
ideal  dari  suatu  struktur  yang  sudah  disederhanakan  menjadi  Sebuah  Model  Struktur  Matematis, 
seperti contoh gambar di bawah ini. 

Kondisi ideal ini dapat tercapai karena adanya engineering adjustment dari seorang perencana struktur 
ketika membuat penyederhanaan dari gambar struktur yang sesungguhnya, ke dalam model matematis. 

Untuk membuat sebuah Model Struktur, seseorang harus memiliki latar belakang pengetahuan analisa 
struktur yang memadai, ditambah dengan pengalaman‐pengalaman perancangan struktur. 

Sebagai  sebuah  contoh  bagaimana  membuat  sebuah  model  struktur    dengan  pendekatan‐pendekatan 
(asumsi) yang akurat, maka saya buatkan ceritanya dibawah ini. 

Pada  Gbr.2  terdapat  sebuah  balok  yang  ke  dua  ujungnya  terletak  di  atas  batuan  yang  keras.  Dengan 
demikian dapat di asumsikan bahwa tidak akan terjadi displacement dalam arah vertical. 

BATU ATAU BETON


YANG KERAS/KAKU

Gbr.2. Balok di atas perletakan yang kaku. 

Pendekatan yang paling akurat di dalam mekanika teknik untuk kondisi perletakan semacam ini adalah 
perletakan SENDI, seperti terlihat pada Gbr.2 ((bawah). 

 
Sedangkan  pada  Gbr.3  terlihat  balok  masuk  ke  dalam  batu  yang  kaku,  sehingga  balok  dalam  kondisi 
terjepit.  Asumsi  terdekat  dalam  mekanika  teknik  untuk  kondisi  ini  dapat  dianggap  sebagai  perletakan 
JEPIT. 

BATU ATAU BETON


YANG KERAS/KAKU

PERLETAKAN JEPIT

Gbr.3. Balok yang terjepit oleh batu di kedua ujungnya 

Kondisi perletakan lainnya adalah bila balok terletak di atas tanah yang displacement vertikalnya dapat 
terjadi  (Gbr.4). 

 
PERMUKAAN TANAH
 

 
K (KOEF.PEGAS)
PERLETAKAN
  ELASTIS

Gbr.4. Balok yang terletak di atas tanah pada kedua ujungnya. 

Karena  sifat  tanah  yang  tidak  solid/kaku,  maka  ujung‐ujung  balok  dapat  bergerak  dalam  arah  vertical. 
Berapa banyak pergerakan tersebut sangat tergantung kepada sifat‐sifat/karakteristik tanah itu sendiri. 
Atau  dengan  kata  lain,  semakin  lembek  kondisi  tanahnya  semakin  mudah  pula  ujung  balok  tersebut 
bergerak turun. Demikian pula bila sebaliknya, bila tanah cukup keras, penurunan balok menjadi lebih 
sedikit. Koefisien kekerasan tanah tersebut di terjemahkan secara matematis sebagai sebuah perletakan 
di  atas  PEGAS.  Besaran  koefisien  kekakuan  (fleksibilitas)  dari  pegas  tersebut  tergantung  sepenuhnya 
kepada karakteristik tanah. Pendekatan (asumsi) ini menjadi titik tolak bagi seorang perencana struktur 
untuk menentukan Model Perletakan nya. 

Koefisien Kekakuan Pegas tersebut dapat ditentukan dengan Tabel SOIL CLASSIFICATION dari California 
Bearing Ratio, asalkan daya dukung tanah diketahui. Sedangkan daya dukung tanah yang diijinkan dapat 
ditentukan  melalui  Rumus  Terzaghi.    (Lihat  Notes  saya  sebelumnya  tentang  Beam  on  Elastic 
Foundation). 

PERMUKAAN TANAH

 
b
 
1/2K (KOEF.PEGAS)
K K
  PERLETAKAN X X
ELASTIS
 

 
BENTUK DIAGRAM
MOMEN LENTUR
 

Gbr.5. Balok yang terletak di atas tanah (sepanjang baloknya) 

Sama  seperti  pada  Gbr.4  tapi  balok  sekarang  terletak  seluruhnya  diatas  permukaan  tanah.  Kekakuan 
dari pegas mewakili kekerasan tanah di bawahnya. Jarak antar pegas adalah X dengan lebar balok adalah 
b. Besarnya koefisien pegas K adalah (X)(b)(k), nilai k adalah nilai konversi yang di dapat dari table Soil 
Classification. Semakin rapat posisi pegas (X) semakin teliti hasil analisanya. 

BENTUK DIAGRAM
MOMEN LENTUR

Gbr.6.  Bentuk Diagram Momen Lentur 
Bentuk Diagram Momen Lentur yang mungkin terjadi adalah seperti terlihat dalam Gbr.6. 

Sama  seperti  pada  balok,  sebuah  pondasi  tiang  yang  tertanam  di  dalam  tanah  juga  dapat  di  analisa 
seperti terlihat dalam Gbr.7 di bawah ini. 

 
BEBAN
LATERAL
 

 
X

  PERLETAKAN
ELASTIS

Gbr.7. Pondasi Tiang yang dianalisa sebagai Kolom on Elastic Support 

Contoh : 
BEAM ON ELASTIC FOUNDATION
by : Willy Wungo
Tegangan tanah ijin :
σt = 0,5 kg/cm2 = 7,113 lb/in2
(lihat di Bearing Value dan tarik garis vertikal ke
modulus subgrade reaction = K)
di dapatkan :
K = 110 lb/in2/in = 3,71 kg/cm2/cm

lebar balok = 100 cm

70 cm 70 cm 70 cm

maka : k = K.(70).(100) = 3.047x70x100 = 21329 kg/cm


CLASSIFICATION OF SOILS

CALIFORNIA BEARING RATIO (C.B.R)


2 3 4 5 6 7 8 9 10 15 20 25 30 40 50 60 80 100

GENERAL RATING AS A SUBGRADE, SUB BASE OR BASE


Very poor subgrade Poor Fair to good Excellent Good Sub-base Good Best

Subgrade subgrade Subgrade Base Base

G - Gravel
S - Sand
M - Morvery fine sand, silt
C - Clay
F - Fines (material 0.1 mm)
O - Organic
W - Well graded
P - Poorly graded
L - Low to medium
H - High compressibility

PUBLIC ROADS ADM CLASSIFICATION

CIVIL AERONAUTICS ADM SOIL CLASSIFICATION

BEARING VALUE - lb/sq.in

10 20 30 40 50 60 70

MODULUS OF SUBGRADE REACTION (K) - lb/sq.in

100 150 200 250 500 800

CALIFORNIA BEARING RATIO (C.B.R)


2 3 4 5 6 7 8 9 10 15 20 25 30 40 50 60 80 100

APPROXIMATE CORRELATION OF THE CASAGRANDE, P.R. AND C.A.A,


CLASSIFICATIONS ON THE BASIS OF BEARING CAPACITY
σ t = 0.5 kg/cm2
1 kg/cm2 = 14.226 lb/sq.in K = 110 lb/in2/in =
I lb/in2/in = 0.0277 kg/cm2/cm = 3.047 kg/cm2/cm
I lb/in2 = 0 0,07 kg.cm2

Anda mungkin juga menyukai