50 , pagi ini kota seoul sudah sangat sibuk oleh pejalan kaki maupun
orang yang berkendara, tentunya dengan kesibukan masing-masing dan berharap
hari ini adalah hari yang baik. Matahari pagi menambah semangat di pagi ini untuk
masing-masing aktivitas mereka. Im yoon ah masih terlelap di bawah slimutnya,
wajahnya masih terbalut oleh masker wajah semalam. Dia lupa mencuci mukanya ,
karena terlalu lelah dengan kegiatan di sekolahnya.
Mobil hitam itu melaju membelah jalanan di kota seoul, yoona tampak
gelisah, dan tampaknya hari ini akan sedikit terlambat.
“mr come on, tidakkah kau mempercepat laju mobil ini” gerutu yooona
kepada supirnya itu.
“lain kali, princess harus bangun lebih awal ya, ini sungguh membuat jantung
ku serasa lepas dari jiwaku,” jelas mr han
“itung-itung sambil olah raga pagi kan mr,” ledek yoona sambil
menampakkan senyum manisnya
Tepat sekali, olah raga pagi, tepatnya olah raga balap dengan waktu. Mr han
memutar mobilnya pulang.
Belum sampai di depan kelas, yoon ah sudah disambut oleh beberapa teman
gank nya ada jessica jung, hyoyoung, dan sunny, masih dengan gaya centil mereka,
“hay yoona, wae kau terlambat terus? Apakah kencanmu dengan joon
membuatmu tidur larut malam??” ledek salah satu anggota gank jessica jung, dan
kemudian mereka tertawa centil bersamaan.
*****
“Ne, eomma,” yoona duduk di sebelah eomma nya yang sedang melihat
acara TV, “ah, eomma apakah Appa mash diluar kota??” lanjut yoona.
“ye, masih sibuk dengan kerjaannya, tumben kamu mencari Appa kamu??”
jawab ibunya
“anii, hanya sedikit kangen dengan Appa,” jelas yoona, “eomma bagaimana
kalau kita telfon Appa??” lanjut yoona
Suara panggilan tunggu itu menggema di ruangan yang begitu besar itu
“ah, anak Appa, pasti rindu dengan Appa ya?” jawab dari sebrang dengan
tubuh telanjang bersama wanita di sisinya
“sangat Appa, Appa kapan pulang, pasti sangat sibuk di sana,,” jawab yoona
“ah, mungkin minggu besok ya sayang, kamu mau oleh-oleh apa dari ayah?”
jawab dari sebrang
“tidak usah Appa, aku mau Appa aja, kikikikik” ledek yoona
“ya udah ya sayang, nanti Appa belikan sesuatu yang spesial untuk kamu
dan adikmu, Appa sangat sibuk” jawab dari sebrang
“eomma, kata Appa dia merindukan mu” teriak yoona kepada Eomma nya
yang ada di dapur.
*****
“anii, hanya anak ku saja, tidak masalah, ayo kita lanjutkan” ajak seorang
laki-laki paruh baya itu
“tunggu dulu, tapi kau harus menandatangani surat ini, surat persetujuan
bahwa chagi akan benar-benar membagi sahamnya untuk ku, saranghaeyo chagi,,”
goda perempuan itu
“15 persen kan chagi, hanya untuk simpanan ku” pria itu mrngmbil pena nya
dan menandatangani di atas kertas itu saham 15 % itu. Dan mereka
melanjutkannya. Di laur hujan turun dengan derasnya. Pria paruh baya itu
melupakan bahwa dirumah ada istri dan ke dua anknya yang menantinya, menanti
dia pulang dari luar kota untuk pekerjaan nya. Dan tidakkah di ketahui bahwa dia
berhubungan dengan sekretarisnya.
*****
1 minggu berlalu,
“Siang pak, keadaan kantor sedang buruk” lapor pekerja kantor melalui
telfon
“mwo? Ada apa?” jawab Appa yoona yang sedang perjalanan menuju seoul
“sebaiknya bapak cepat kesini” entah apa yang terjadi, tapi ini seperti begitu
penting baginya. Dia menambah kecapatan laju mobilnya. Cuaca di seoul sangat
panas siang ini, semua orang bahkan merasakannya.
“mwo!!!!! Bagaiman bisa??” bentak Appa yoona saat rapat para investor
berlangsung “kalian benar-benar picik, kalian bekerjasama untuk menjatuhkan
ku??” seketika Appa Yoona mengamuk dan
Pria itu duduk di taman dengan pandangan kosong, dalam benaknya dia mulai
menyadari apa yang sedang terjadi sekarang, “berani sekali sekretaris itu
menipuku, Dia mengambil alih sebagian saham ku dan menghasut para investor
untuk berpihak padanya”. hatinya sangant buruk, yang dia pikirkan sekarang hanya
25% saham miliknya yang tentunya tidak dapat menolongnya. “aku tak percaya
aku bangkrut oleh wanita sialan itu” pria itu bergumam dan dia teringat kejadian 1
minggu lalu, dia sangat menyesal melakukannya, menghianati istri nya. Dia
memegang kepalanya sekarang.
“pak di minum dulu, biar agak mendingan” seorang pria mengapirinya, dan
menyodorkan soft drink untuk sedikit dapat meringankan beban nya. Dialah yong
hwa, salah satu kaki tangan Appa yoona di perusahaan yang sampai sekarang tetap
setia mendukungnya. Dia berperawakan dewasa dengan balutan jas hitam,
“selanjutnya apa yang harus kita lakukan sekarang pak,?” yong hwa memulai
membuka percakapan di siang itu, angin bertiup menyejukkan setiap orang yang
sedang berteduh di taman, hanya sekedar bermain atau menghabiskan jam
istirahat kantor pasti sangat mengasyikkan.
“aku tidak mungkin terus berada disini sekarang, dan aku mempunyai
banyak hutang untuk melunasi semua tunjanganku di perusahaan, mungkin aku
akan pidah sementara ke kampung tempat ibuku berada”, jelas Appa yoona dengan
pandangan kosong
“kau akan aku tugasi untuk menjaga saham ku disana” jelas Appa yoona
“aku percaya padamu yong” lanjut Appa yoona
“aku akan berusaha pak” semangat yong hwa mampu membuat suasana
sedikit baik sekarang
“aku serahkan kepadamu, sekarang aku akan pulang, ini pasti berat untuk
istri dan anak anak ku, ini semua salah ku”
“penyesalan bukan hal yang baik sekarang pak, yang penting apa yang harus
dilakukan kedepan agar lebih baik” yong hwa memberi semangat
*****
Mobil hitam itu melaju kencang, menuju sebuah desa yang jauh dari pusat
kota seoul, ini hal yang sulit untuk yoona dan dong ho, yang selama ini selalu hidup
serba berkecuupan, selalu dekat dengan fasilitas kota yang serba lengkap dan
modern. Tapi ini juga sebagai pelajaran, bahwa hidup tidak selalu berada di atas,
ada saat kita harus belajar dari keadaan di sekeliling kita.
‘ini pasti berat buat dong ho’ gumam yoona, dia membelai rambut dong ho,
dan menyandarkan kepala adiknya di pundknya, dia terus mengelus, dia sangat
sayang kepada adik semata wayangnya.
Mobil itu terus melaju, menyusuri jalan berbukit, dan berkelok. Matahari senja
mulai menampakkan cahaya orange kemerahan.
*****
“Cieh” keluh salah satu anak “anak baru yang sangat membosan kan” lanjut
anak yang lain
“YA!!” salah satu anak menarik kerah baju dong ho “kau menantang kami??”
lanjutnya
“ayo siapa lagi yang akan maju?” tantang dong ho “cieh, dasar anak desa
tidak tau aturan main dalam berkelahi, cieh” dong ho melotot ke arah ke 4 anak
yang lain.
“eomma” salah satu anak berlari ketakutan, dan yang lain pun menyusulnya
“tunggu!!!”
Cuaca mendadak mendung, seorang anak yang tadi di tinju dong ho masih
terkapar kesakitan, sepertinya ini tinjuan pertama yang membuatnya jatuh tak
berdaya. Dialah L.joe, anak satu kelas dong ho yang tampaknya sangat nakal. Dan
hujan mulai turun, dong ho melihat L.joe yang masih terkapar, ada rasa iba di
hatinya. Tapi dong ho bergegas pergi,
“YA!!, kenapa diam saja,” lanjut L.joe setelah melihat ekspresi dong ho “aku
minta maaf telah jahat kepadamu tadi” lanjut L.joe masih dengan tangan di
perutnya,
Dong ho hanya melihat sebentar dan kemudian masih sibuk dengan game di
ponselnya
“kau tidak mau memaafkan ku?” L.joe mengangkat tubuhnya agak duduk
“teman!!” L.joe menyodorkan tangan nya kearah dong ho, isyarat bahwa dia ingin
berteman dengan dong ho.
“L.joe, kau bisa memanggilku, el, atau joeel, pukulan mu lumayan juga tadi”
masih dengan tangan di perutnya
Suasana sore itu mencair dengan kata maaf dari L.joe, memang kekuatan
maaf sangat dasyat, mampu mancairkan yang beku. Mereka terlihat akrab
sekarang. Dan besok sepertinya hari libur sekolah
****
“bagaimana dengan kabar bapak beberapa bulan ini” yong hwa memulai
percakapan di ruang tamu di kediaman Appa yoona di desa, yong hwa mengunjungi
Appa yoona untuk sekedar berbagi informasi baik.
“sangat baik, dan sekarang kau tau, aku sedang mengurus bisnis kecil-
kecilan disini, bagaimana dengan perusahaan?” jawab Appa yoona singkat
“perusahaan jadi kacau sejak di pegang oleh wanita itu, banyak karyawan
yang keluar dan mereka mengharapkan bapak bisa kembali secepatnya”jelas yong
hwa
“ah, pasti, dan saya sudah mengatur strategi untuk mendekati para
pemegang saham terbesar agar tidak berpihak kepada wanita itu, dan itu perlu
bantuan mu yong” Appa yoona terlihat serius
“pasti akan saya bantu dengan senang hati” senyum yong hwa membawa
ketenangan, di sela-sela obrolan mereka, yoona datang membawa beberapa
makanan untuk menemani obrolan dua lelaki itu.
“wah yoona sudah besar sekarang, bagaimana sekolahmu?” tanya yong hwa
halus
“oppa baik juga, belajarlah yang rajin, agar bisa seperti ayahmu” pesan yong
hwa begitu membuat yoona merasa tersentuh, dan dia kembali ke kamarnya.
Yoona berganti pakaian, hari ini dia ada janji dengan yuri dan tiffany untuk
pergi jalan-jalan menuju bukit di sekitar desa.
“appa aku pamit, ada sedikit urusan bersama teman-teman” pamit yoona
kepada appa nya
“anii, sekalian saya pulang, searah kan dengan tujuanmu” yong hwa
menjelaskan maksudnya
“jijja? Baiklah oppa” yong hwa berpamitan dengan ayah yoona. Dan berjanji
akan terus memberi kabar. “oh iya, appa dimana dong ho?” lanjut yoona
“ah, dia tadi pergi bermain dengan teman barunya namanya el atau siapa
tadi appa agak lupa” jelas appa yoona.
“baiklah kami pergi dulu appa” yoona masuk ke mobil dan melambaikan
tangan, mobil itu terus menjauh dan akhirnya menghilang. Menelusuri bukit itu, dan
“disana oppa” yoona menunjuk sebuah tempat, dimana yuri dan tiffany duduk.
Mobil itu berhenti di depan mereka.
*****
Hari ini sepulang sekolah yoona dan tiffany memutuskan untuk berjalan-jalan
tanpa yuri. Di sebuah bukit ia dan tiff berhenti,
“yah begitu kedengaran sangat merdu, YA!! Kau dengar suara itu, begitu
lembut” yoona dan tiffany mengikuti arah suara itu, dan tepat di balik pohon itu dua
pria sedang memainkan gitar dan yang satu bernyanyi. Yoona dan tiffany
melihatnya dari balik semak
“YA!! Itu jong hoon dan jong hyun, jong bersaudara” jelas tiffany
“mwo? Jong bersaudara? Lalu yang memainkan gitar siapa dia?” tanya yoona
semangat
“itu hoonoppa kakaknya, itu yang memainkan gitar, yang rambutnya sedikit
di ikat ke belakang,” yoona memahami penjelasan tiffany, “dan yang manis dan
berrambut pendek itu hyunoppa, dia pujaan hati ku!!” tiffany terpana masi dengan
petikan gitar dan suara emas jong bersaudara.
“kau tau yoona, mereka satu sekolah dengan kita, kalo hoonoppa di kelas
tiga dan hyunoppa satu angkatan dengan kita, tapi beda kelas, mereka kedua
saudara yang kompak,” tiffany melajutkan penjelasannya. Lagu dan petikan gitar
itu membuat hati yoona dan tiffany sejuk, begitu indah.
*****
Malam ini yoona entah kenapa tidak bisa tidur, dia terus mengingat kejadian
tadi siang. Dia begitu mengagumi orang itu, petikan gitarnya membuatnya
melayang. Dan dia begitu tampan sekali. Wajah jong terus membayang di
pikirannya. Apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? Entahlah,
tapi yoona begitu bahagia sekarang. Dia memeluk tedy bear besarnya, mencoba
memejamkan mata untuk kesekian kalinya. Berharap pagi akan datang lebih awal,
dia melirik ke jam di mejanya 02.00 am.
*****
Dia berjalan malas ke rumahnya, tampaknya karena tidak ada teman untuk
di ajak sekedar bercanda dan mengobrol di jalan, langkah kakinya berhenti di
sebuah pertigaan menuju bukit yang kemarin dia dan tiffany kunjungi. Sedikit ragu-
ragu, tapi akhirnya yoona memutuskan untuk mengunjungi bukit itu lagi, sendirian.
Yoona berdiri di balik semak, ‘kenapa yang disana hanya jong hoon, dimana
adiknya’ yoona mendengarkan petikan gitar itu lirih, menikmatinya
“keluarlah kau di balik semak” suara jong hoon membuat yoona terperanjat
kaget, dia terdiam, berharap hoon hanya salah bicara
“aku sudah tau, kau dari kemarin, keluarlah atau akan ku lempar batu” lanjut
hoon masih dengan petikan gitar di tangannya
“ah, hahaha” yoona sangat malu sekarang, rasanya dia ingin berlari dan
memasukkan mukanya ke lumpur. Bagaimana tidak, pengintaiannya berakhir
dengan kecerobohan. “anni, aku tidak bermaksud, ah, hanya saja musik mu bagus”
yoona mendekat dan tertawa aneh sekarang, mukanya memerah dan sangat buruk.
“siapa kau? Aku tidak pernah melihatmu?” tanya hoon dengan nada
dinginnya
“ah, aku baru beberapa bulan tinggal di sini, yoona imnida,” yoona
memperkenalkan dirinya
“katamu kau menyukai musik ku? Bisakah kau bernyanyi untuk ku, tanpa ada
yang bernyanyi, musik ini tak kan sempurna, duduklah” jong hoon mempersilahkan
yoona duduk dan bernyanyi di iringi gitarnya.
di sela-sela lagu, hoon tiba-tiba saja bertanya sesuatu “kenapa kau suka
bernyanyi?”
“karena hal yang paling mudah di lakukan adalah bernyanyi, kau tau
hoonoppa, bernyanyi dapat dilakukan kapan pun dan dimanapun” yona tersenyum
manis
“darimana kau tau nama ku? Aissh pasti kau selama ini memata-mataiku”
hoon melirik ke arak yoona
“oppa!! Kau bisa mengajak ku jalan-jalan, aku belum begitu kenal daerah
sini, ayolah” yoona mengalihkan pembicaraan.
*****
Yoona dan dong ho merasa bingung sekarang, mereka dan juga keluarga
lain.
“ini tak lepas dari kerja keras dan bantuan dari yong hwa” yong hwa
memberi salam dan terlihat sangat sopan.
“tiga hari lagi kita bisa pulang ke seoul,” lanjut appa yoona. Entah kenapa,
yoona tidak merasa senang sekarang. Dia merasa di sini lebih baik di bandingkan di
seoul.
“dan satu pengumuman lagi, Appa dan Eoma sudah memutuskan untuk
mejodohkan yonghwa dan yoona, karena jasa yong hwa amat besar untuk keluarga
ini” seketika yoona terperanjat, ini hal yang mendadak, begitupun dengan
yonghwa, dia kelihatan terkejut.
“ah, mungkin kau perlu berfikir sedikit yong, baiklah akan aku beri waktu kau
untuk berfikir” jelas apa yoona
“mungkin yoona juga perlu waktu untuk ini” jelas Appa yoona “hahaha, ayo
silahkan di nikmati” lanjutnya.
*****
Gadis itu duduk sendirian di bawah pohon, di bukit yang sering ia kunjungi
beberapa hari ini. Dia menekuk kakinya, dia menangis, dia tak mengerti apa yang
sedang terjadi, perjodohan? Ia begitu tertekan, disisi lain ia tak mau mengecewakan
ayahnya, tetapi ia sungguh tidak, sama sekali tidak ada perasaan cinta kepada
yonghwa, dia hanya mengaguminya sebagai seorang yang hebat, tidak lebih dari
itu.
“hey gadis, sedang apa kau di bukitku” dari belakang seorang pria dengan
gitar di punggungnya menyapanya
Pria itu duduk di depan yoona “apa yang terjadi, kenapa kau menangis” hoon
mengusap air mata yoona
*****
Hari ini yong hwa akan datang bersama orang tuanya. Yoona di depan cermin
sekarang, ini sungguh sesuatu yang tidak di harapkannya. Semalaman ia menangis,
membuat mata sipitnya terlihat buruk sekarang. Tapi yoona tak mau
mengecewakan orang tuanya, dia merias wajahnya cantik. Diluar sudah terdengar
ramai, sepertinya keluarga yong hwa telah datang.
“apa yang kau katakan nak?” terutama appa yonghwa yang sangat terkejut.
“saya tidak ada, sama sekali tidak mencintai yoona, dia sudah saya angap
adik sendiri” yong hwa ragu-ragu “begitupun yoona, dia sudah mempunyai pujaan
hati sndiri, ini mungkin menyiksanya” lanjutnya mantap
“baiklah kalau itu keputusan mu, keluarga kami sangat memahaminya” appa
yoona mengusap tangan istrinya.
“om, tante, dong ho, appa dan eomma, bolehkah saya meminta izin untuk
mengajak yoona pergi sebentar?” pinta yonghwa
Yoona benar-benar tidak mengerti apa yang dilakukan yonghwa, dia melihat
di bukit itu ada yuri dan jong hoon, apa yang terjadi sebenarnya
“sangat manis” yonghwa tersenyum “dan satu surprize lagi, bahwa aku dan
yuri telah jadian” yonghwa mendekat ke yuri dan menggandenganya
“ah, aku tau sekarang, patas saja setiap pulang sekolah aku tak pernah
melihatmu” yoona menatap serius ke sahabatnya yuri “kalian berkencan kan?
Aissshh” yuri hanya tersenyum manis.
“YA!!!!, kalian melupakan ku?” teriak tiffani dari belakang mereka, dia
tampak berjalan menggandeng jong hyun, menghampiri mereka
“YA!! Dan ini?” yoona kembali terkejut “mwo? Kalian benar-benar jahat
kepadaku” ketiga sahabat itu saling bercanda. Kebahagiaan di bukit itu begitu
kental. Cinta mereka berjalan sesuai alurnya. Menglir seperti air, berhembus
layaknya angin, bersinar terang bagaikan matahari.
*****
“kau tau chagi, lagu ini hanya aku nyanyikan untukmu” hoon mulai memetik
gitarnya