Anda di halaman 1dari 19

LATAR BELAKANG MASALAH

Tambang pasir besi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah


Kulonprogo bersama pihak swasta, JMI (Jogja Magasa Iron) bersengketa
dengan masyarakat daerah tambang pasir besi. Daerah karangwuni dan
pesisir Pantai Trisik adalah daerah yang memberiikan perlawanan paling
keras terhadap kebijakan pemerintah, karena daerah konserfasi tambang
pasir tersebut dahulu adalah daerah yang tandus lalu dikelola warga dan
sekarang menjadi daerah tersubur dengan berbagai macam hasil cocok
tanam.

Para warga mengalami kecemasan mendalam dikala kebijakan


Pemerintah Daerah akan direalisasikan setelah mendapat persetujuan
dari pemerintah pusat karena sebagian besar tanah yang akan di gunakan
untuk pertambangan pasir besi adalah milik kertaon dan pakulaman. Jika
di tinjau dari kerusakan lingkungan yang akan terjadi, maka aka nada
efek domino dari penambangan pasir besi tersebut. Jika ditinjau dari sisi
ekonomi, Pemerintah Daerah akan mendapatkan keuntungan dari
pendapatan daerah sektor pertambangan pasir besi. Perlu diketahui
bahwa Kulonprogo adalah daerah terkecil pendapatan APBD dari empat
kabupaten di Yogyakrta.

Dengan adanya otonomi daerah maka Pemerintah Daerah mampu


memberidayakan segala sumberdaya alam yang ada untuk
memngembangkan fasilitas daerah masing-masing. Dan hal ini sering
menjadi permasalahan pada asas-asas hukum lingkungan yang kurang
mendapat perhatian yang lebih dari pada asas-asas ekonomi yang lebih di
dahulukan. Letak Musyawarah-Musyawarah yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah terlihat kurang mendapat respon baik pada daerah
tambang pasir besi khususnya daerah Karangwuni.

Dengan pemaparan tersebut kami berusaha bersikap netral dan


mencari bukti yan sesuai dengan fakta dilapangan yang kami temukan.
Dengan adanya pilot project yang terletak pada pesisir Pantai Trisik
terlihat masih sangat memperhatikan lingkungan namun jika kami amati
1
ternyata pertambangan pasir tersebut bias jadi akan merusak lingkungan
setelah berpuluh-puluh tahun kedepan.

RUMUSAN MASALAH

1) Bagaimana mekanisme pertambangan pasir besi daerah Pantai


Trisik kabupaten Kulonprogo terhaadap lingkungan sekitar.

2) Apa kerugian dan keuntungan terhadap lingkungan akibat


penambangan pasir besi Kabupaten Kulonprogo? Serta
pemaparanya.

2
PEMBAHASAN

A. Pemaparan Singkat Hukum Lingkungan Hidup

Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya


makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan perusakan
lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan
langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang
mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang
pembangunan berkelanjutan.1

Pengembangan pembangunan saat ini mencakup semua sektor seperti


pemukiman, industri dan transportasi. Pengembangan pembangunan
sektor-sektor tersebut dan juga adanya kemajuan teknologi, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kondisi
lingkungan hidup. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif
maupun pengaruh negatif. Pengaruh negatif pengembangan
pembangunan adalah kerusakan lingkungan hidup yang salah satunya
adalah pencemaran lingkungan hidup.

Pengembangan pembangunan secara umum adalah suatu kegiatan


manusia sehingga secara umum pula pencemaran lingkungan diakibatkan
kegiatan manusia yang kesemuanya tercakup dalam pertambahan
penduduk, perkembangan pemukiman, industri dan transportasi.2

Pasal 16 Undang-Undang Lingkungan Hidup (UULH) berbunyi: “


Setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting
1
Koesnadi Hardjosoemantri, Hukum Tata Lingkungan, edisi ketujuh, Gadjah Mada
University press, Yogyakarta, 2002, hlm.217
2
Ibid.hlm.218-219
3
terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan analisis mengenai
dampak lingkungan yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan
pemerintah”. Pada dasarnya semua usaha dan kegiatan
pembangunan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.
Perencanaan awal suatu usaha atau kegiatan pembangunan sudah
harus memuat perkiraan dampaknya yang penting tyerhadap
lingkungan hidup, guna dijadikan pertimbangan apakah untuk
rencana tersebut perlu dibuat analisis mengenai dampak
lingkungan.3

Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih terinci dampak negatif
dan positif yang akan timbul dari usaha atau kegiatan tersebut, sehingga sejak
dini telah dapat mempersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif
dan mengembangkan dampak positifnya. Dampak yang penting ditentukan
antara lain:

a) Besar jumlah manusia yang akan terkena dampak;


b) Luas wilayah penyebaran dampak;
c) Lamanya dampak berlangsung;
d) Intensitas dampak;
e) Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak;
f) Sifat kumulatif dampak tersebut;
g) Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.4

Namun tidak semua rencana kegiatan wajib dilengkapi dengan analisis


mengenai dampak lingkungan, karena hanya beberapa kegiatan tertentu saja
yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan. Dampak penting itu
sendiri adalah perubahan lingkungan yang sangat mendasar yang diakibatkan
oleh suatu kegiatan. Analisis mengenai dampak lingkungan merupakan bagian
dari proses perencanaan kegiatan yang menjadi pangkal tolak pengaturan dalam
prosedur perizinan lingkungan. Analisis terhadap dampak lingkungan bertujuan
untuk menjaga agar kondisi lingkungan tetap berada pada suatu derajat mutu
tertentu demi menjamin kesinambungan pembangunan.5

Dengan Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No.


04/P/M/Pertamb/1977 tertanggal 28 September 1977 telah ditetapkan
Pencegahan dan Penanggulangan terhadap Gangguan dan Pencemaran sebagai
Akibat Usaha Pertambangan Umum. Dalam pasal 3 Peraturan tersebut
3
Ibid.hlm.230
4
Ibid.
5
Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan
Nasional,airlangga university press, Surabaya, 1996, hlm.111
4
menyatakan dalam ayat (1) bahwa pengusaha wajib memasukkan rencana kerja
mengenai cara pencegahan dan penanggulangan gangguan dan pencemaran
tata lingkungan hidup dalam rencana kerja kegiatan usaha pertambangannya.
Rencana tersebut harus terlebih dahulu mendapat persetujuan Direktur Jenderal
(ayat (2)) dan dalam memberiikan persetujuan tersebut Direktur Jenderal
terlebih dahulu mendengar pendapat-pendapat instansi dan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan masalah tersebut (ayat (3)).6

Dalam pasal 4 disebutkan bahwa dalam hal terjadi gangguan dan


pencemaran tata lingkungan hidup, pengusaha diharuskan segera
menanggulangi dan memberiikan laporan kepada Direktur Jenderal. Dalam pasal
5 menegaskan bahwa biaya-biaya untuk pelaksanaan pencegahan dan
penanggulangan dibebankan kepada pengusaha yang bersangkutan. Dan dalam
pasal 9 ditetapkan sanksi-sanksi sebagai berikut:

a) Diperlakukan sanksi sebagaimana tertera dalam Pasal 22 ayat (1) dan


pasal 33 UU No. 11 tahun 1967, masing-masing menjadi sanksi
Pembatalan Kuasa Pertambangan dan hukuman kurungan dan/atau
denda;
b) Penghentian sementara sebagian ataupun seluruh kegiatan usaha
pertambangan yang jelas-jelas menimbulkan gangguan dan pencemaran
tata lingkungan hidup.
Penghentian tersebut akan dicabut apabila gangguan dan pencemaran tata
lingkungan hidup itu sudah ditanggulangi seluruhnya dan telah diadakan
pencegahan dan penanggulangan terhadap kemungkinan timbulnya kembali
gangguan dan pencemaran apabila usaha pertambangan umum itu
dijalankan lagi.7

Sehubungan dengan masalah pencemaran oleh industri, perlu diperhatikan dua


hal yaitu:

a) Pencemaran lingkungan kerja/ruang kerja;


b) Pencemaran lingkungan pabrik kawasan industri dan pencemaran pada
daerah sekitarnya.8

6
Koesnadi Hardjosoemantri, Op.Cit.,hlm249
7
Ibid.hlm. 249-250
8
Ibid., hlm. 251-252
5
Lingkungan kerja/ruang kerha dikaitkan dengan tenaga kerja atau pengusaha
tang ada ditempat tersebut, yang akan menghirup udara yang tercemar yang
biasanya disebabkan oleh bahan-bahan bakar yang digunakan, proses
9
pengolahan, mesin-mesin yang digunakan dan lain sebagainya.

Usaha Pencegahan pencemaran industri dapat berupa:

a) Peningkatan kesadaran lingkungan di antara karyawan dan


pengusaha khususnya, masyarakat umumnya, tentang akibat-akibat
buruk suatu pencemaran;
b) Pembentukan organisasi penanggulangan pencemaran untuk
antara lain mengadakan monitoring berkala guna mengumpulkan data
selengkap mungkin yang dapat dijadikan dasar menentukan kriteria
tentang kualitas udara, air, dan sebagainya;
c) Penanganan atau penerapan kriteria tentang kualitas tersebut
dalam peraturan perundang-undangan;
d) Penentuan daerah industri yang terencana dengan baik, dikaitkan
dengan planologi kota, pedesaan, dengan memperhitungkan berbagai
segi. Penentuan daerah industri ini mempermudah usaha pencegahan
dengan perlengkapan instalasi pembuangan, baik melalui air ataupun
udara;
e) Penyempurnaan alat produksi melalui kemajuan teknologi, di
antaranya melalui modifikasi alat produksi sedemikian rupa sehingga
bahan-bahan pencemaran yang bersumber pada proses produksi dapat
dihilangkan, setidak-tidaknya dapat dikurangi.10

9
Ibid., hlm.252
10
Ibid., hlm. 252-253
6
B. Mekanisme Pertambangan

Kami mendapat penjelasan secara singkat oleh Budi Handoko selaku


penanggung jawab Pilot Project JMI (Jogja Magasa Iron) yang bekerjasama
dengan Australia untuk melaksanakan tender yang telah disetujui oleh
Pemerintah Daerah Kulonprogo.

Funsi dari pilot project adalah sebuah wahana penelitian dan


pelatihan untuk menentukan apakah nantinya akan diadakan
penambangan pasir besi atau tidak pada daerah yang telah ditentukan
oleh Pemerintah Daerah.

Selanjutnya, kami diberi izin untuk melihat ke dalam pilot project


dan dijelaskan akan fungsi alat-alat yang ada yaitu :

• Mesin pengebor sebagai pembuat sumur-sumur pantau untuk


pengeboran.

• Mesin pengurai / pemisah antara tanah dengan pasir besi.

• Genset berbahan bakar solar.

Peralatan yang dimiliki oleh JMI yang kami lihat tidak bias kami ambil
sampel gambar terhalan oleh prosedural yang diinginkan oleh JMI.
Peralatan-peralatan tambang tersebut ada sebagian yang mulai

7
menampakan kerusakan akibat angin pantai yang membawa panas dan
unsur pasir pada daerah Pantai Trisik.

Para pekerja proyek pertambangan pasir besi yang ada di pilot project
pesisir pantai berjumlah ±10 orang trdiri dari :

• 4 orang keamanan

• 4 orang pekerja lapangan

• 1 orang penanggungjawab pilot project

• 1 orang penanggungjawab hukum (alumni UII)

“Pilot project yang berada di kawasan Pantai Trisik telah


membebaskan sebagian lahan seluas 4,2H”, tutur Budi Handoko.

Budi Handoko menjelaskan bahwa telah menghijaukan sebagian


wilayah pilot project sebagai upaya untuk tetap memperhatikan
lingkungan dan sebagai penghalau angin. Dan beliau memberi batasan-
batasan pertanyaan untuk kami dikarenakan prosedur wawancara yang
kurang kami miliki yaitu : surat pengantar dari Universitas dan Pemerintah
Kota dan menyerahkan pada kantor pusat yang berada di Padega Marta IV
( jalan monjali ). Dengan adanya persyaratan itu maka kami lebih
memilih untuk tidak melanjutkan prosedur karena kami yakini akan
memperlambat kinerja kami karena kebijakan Pemerintah Daerah pro
akan pertambangan pasir besi.

Musyawarah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan pihak


penambang kurang mendapat respon yang baik karena masyarakat
menilai pihak penambang (JMI) hanya merusak ekosistem yang ada.
Masyarakat merasa dirugikan dan kami mulai mewawancari pejabat desa
terkait pilot project yang ada di daerah Pantai Trisik

Desa Glaga, Bapak. Surjarwo (Kepala Pembangunan Desa Glagah).

Beliau memaparkan efek dari Pilot Project di Daerah pesisir Pantai


Trisik. Dengan adanya penggunaan lahan 4,2 H telah menggusur daerah
8
bercocok tanam warga sekitar pilot project, karena lahan yang di pakai
telah menjadi lahan yang subur dan mampu menjadi sumber pencaharian
warga sekitar. Namun hal ini telah menjadi konflik horizontal antar warga
di sekitar penambangan pasir, karena terdapat warga yang pro dan
kontra.

Permasalahan ini karena jika pilot project dinilai berhasil maka aka
nada pembebasan lahan seluas 2.900 H. dan dengan adanya pembebasan
tanah tersebut akan terjadi perusakan lingkungan yang fatal ketika
terdapat kelalaian atau kesengajaan yang dilakukan oleh pihak-pihak atau
oknum-oknum terkait. Karena setiap titik tambang yang berjumlah 929
dan akan mengalami pengeboran pasir sedalam ±16 meter, jika prosedur
penimbunan kembali tidak dilakukan akan terjadi penurunan tinggi tanah
teerhadap permukaan air laut.

C. Respon Masyarakat

Ternyata ada banyak respon yang dilakukan masyarakat dalam bentuk


upaya penolakan (dapat dilihat foto pada lampiran ke-2). Kami sempat
mewawancarai seorang penjaga pintu masuk obyek wisata Pantai Trisik.
Beliau menuturkan bahwa dengan adanya pilot project warga sekitar
terancam akan kehilangan segala cocok tanamya berupa bawang, cabai,
buah naga, dll. Pak Sudiro telah bekerja selama 15 tahun sebagai penjaga
pintu masuk obyek wisata Pantai Trisik.

Pak Sudiro telah memaparkan dalam wawancara singkat berkaitan


dengan penambangan pasir besi. Dahulu sekitar pesisir pantai dan daerah
konserfasi tambang pasir besi merupakan lahan yang sangat tandus
(tanah oro-oro), namun setelah kurun waktu yang lama akhirnya warga

9
sekitar mampu membuat lahan yang tidak produktif menjadi lahan yang
produktif. Ketika warga mulai mampu menikmati hasil panen di tanah
tersebut, Pemerintah Daerah bersama dengan JMI datang dan memberii
ancaman serius pada warga.

Warga cukup menyayangkan kebijakan Pakulaman dalam


pemberian hak pakai tanah kepada Pemerintah Daerah Kulonprogo.
Waraga menyayangkan karena mereka merasa telah berbuat hal yang
positif dan mampu memberii kontributif yang cukup banyak. Warga
cemas akan penambangan pasir akan mengakibatkan penurunan tinggi
tanah terhadap ketinggian permukaan laut. Karena efek dari
penambangan pasir besi bisa saja menjadi hal yang sangat meresahkan
bagi warga karena, jika proses kerja penambangan pasir besi kurang
amanah dan akan mengakibatkan bencana. Walau Pemerintah Daerah
telah memberiikan penawaran terhadap lahan pertambangan yang telah
ditimbun kembali dapat ditanami oleh warga, namun warga telah
menolaknya karena unsur hara pada tanah tersebut telah hilang dan
membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk membuat tanah tersebut
subur kembali.

Pada dasarnya telah terjadi gesekan antar waraga dengan


pemerintah terkait sejak tahun 2003 prihal penambangan pasir besi pada
daerah Kulonprogo. Sedangkan JMI telah mendirikan pilot project di pesisir
Pantai Trisik sekitar 2 tahun yang lalu.

LAMPIRAN 1

Petani Berhadapan dengan Hari-hari ini belasan ribu petani


Kekuasaan lahan pasir di pantai selatan
Share Kulon Progo, Daerah Istimewa
Saturday, May 30, 2009 at Yogyakarta, gundah. Hak hidup
9:32pm dan bertani di lahan pasir yang
Kompas, Jumat, 11 April 2008 | telah mereka rintis puluhan tahun
00:43 WIB hendak dirampas oleh
Oleh Sri Hartati Samhadi/Ahmad kepentingan modal yang
Arif/ Maria Hartiningsih bersekutu dengan penguasa
melalui megaproyek tambang

10
pasir besi. para petani karena pihak-pihak
yang seharusnya mengayomi
Pemerintah kabupaten, DPRD, mereka merampas satu-satunya
pemerintah psudah jelas tidak lahan yang menjadi sumber hidup
berpihak kepada para petani ini. mereka.
Pemerintah pusat dan DPR sama
saja. Restu atau izin persetujuan Aksi petani menentang proyek
secara prinsip untuk kegiatan penambangan pasir besi sudah
pertambangan yang akan muncul sejak pertama kali
menggusur lahan penghidupan wacana tambang pasir besi
belasan ribu kepala keluarga (KK) muncul, tahun 2002. Namun,
petani itu secara de facto sudah keberatan warga tidak pernah
keluar. Sekarang ini ibaratnya digubris. Persiapan proyek jalan
tinggal selangkah kecil lagi, terus dan sekarang ini sudah
persetujuan Presiden. pada tahap eksplorasi.

Setelah itu akankah truk-truk Pihak Jogja Magasa Mining (JMM)


proyek melindas petani yang yang dimiliki kerabat keraton
sudah bertekad tidak akan sebagai pemegang kuasa
meninggalkan wilayahnya dan pertambangan telah melakukan
bertahan hingga titik darah pengeboran di 929 titik lokasi
penghabisan di lahan dan rumah pada kedalaman rata-rata 16
mereka? meter. Pilot project penambangan
pasir besi di Pantai Trisik, Desa
”Kami tidak siap untuk beralih Banaran, Kecamatan Galur, juga
profesi. Seumur hidup kami hanya jalan terus.
tahu dan siap menjadi petani
lahan pasir pantai di Kulon Progo Sosialisasi lemah
ini,” kata Suwanto, Kepala Desa
Bugel, disambut riuh rendah Dari peta konsesi pertambangan
sorak ribuan petani anggota yang dirilis oleh Indo Mines
Paguyuban Petani Lahan Pantai sebagai mitra kerja JMM, wilayah
(PPLT) Kulon Progo, yang eksploitasi nantinya akan meliputi
berkumpul di Balai Desa Desa area seluas 2.900 hektar yang
Budel, Kecamatan Panjatan, Kulon membentang sepanjang 22
Progo. kilometer dari Sungai Bogowonto
hingga Kali Progo dan masuk ke
Hari itu, Kamis (27/3), di tengah arah daratan dan pemukiman
perayaan panen semangka, para sejauh 1,8 kilometer dari garis
tokoh pimpinan petani secara pantai. Itu artinya menabrak
bergiliran berorasi menyuarakan wilayah sejumlah desa di empat
kegeraman mereka. Aksi itu kecamatan (lihat tabel hal 42).
wujud akumulasi kekecewaan
11
Desa-desa tersebut adalah Desa itu, petani sebelumnya hanya
Jangkaran dan Palihan di mengenalnya sebagai tanah oro-
Kecamatan Temon; Desa Glagah oro tandus yang telantar dan tak
dan Karangwuni di Kecamatan bertuan, yang ibaratnya tak
Wates; Desa Garongan, Pleret, mungkin ditanami apa pun.
Bugel, dan Karangsewu di
Kecamatan Panjatan; dan Desa Ketika lahan tersebut sudah
Nomporejo, Kranggan, dan berubah menjadi hijau dan lahan
Banaran di Kecamatan Galur. produktif, menurut pengakuan
Belasan ribu KK petani terancam sejumlah petani, mendadak
tergusur dari lahan pertanian dan muncullah patok-patok yang
rumahnya. intinya mengklaim lahan itu
sebagai milik Pakualaman atau
Itu bukan pertama kalinya petani Kasultanan.
di wilayah ini dibuat resah oleh
rencana pembangunan berbagai Nuansa politis sangat menyengat
megaproyek di kawasan itu, mulai di sini karena kebetulan saja
dari lapangan golf, proyek pemegang hak kuasa
agrowisata, pembangunan pertambangan di sini adalah
pelabuhan laut, bandara perusahaan milik keluarga Sultan.
internasional, dan pangkalan Indo Mines, perusahaan tambang
militer. Semua mengatasnamakan dari Australia yang menjadi mitra
kepentingan rakyat. Namun, kerja JMM, dalam paparan
rakyat yang mana, tidak jelas. publiknya juga menyebut
mitranya itu sebagai ”strong and
Posisi petani lahan pasir di sini well connected local group”.
sangat lemah. Meskipun sudah
puluhan tahun menggarap lahan Namun, sejumlah kerabat
di kawasan itu—tidak sedikit di Kesultanan, seperti GPPH
antaranya bahkan sejak tahun Hadisuryo dan BSW
1960-an—status dan hak mereka Adjikoesoemo, serta kerabat
terhadap lahan tersebut tak Pakualaman, seperti KPH Songko
pernah jelas dan diakui. Kusumo dan KPH Wijoyo Kusumo,
yang juga hadir dalam acara
Sebagian tanah yang panen semangka di Bugel,
dipersengketakan statusnya ini mengatakan, kepentingan modal
adalah tanah merah (tanah dalam proyek ini tak mewakili
negara). Pihak Pemerintah Daerah suara Kasultanan atau
sendiri mengklaim 90 persen Pakualaman secara keseluruhan.
lahan yang akan ditambang ”Tetapi, hanya mewakili
adalah tanah milik keraton kepentingan sedikit orang yang
(Sultan Ground) dan Pakualaman mengatasnamakan keraton,” kata
(Paku Alam Ground). Sementara Hadisuryo.
12
pemerintah diperumit oleh
Surat KGPAA Paku Alam IX yang lemahnya komunikasi dan
ditujukan kepada Kepala sosialisasi, dan diabaikannya hak-
Bapedalda pada 7 Januari 2003 hak atau kepentingan para
lalu juga menegaskan hal itu. petani. Ada kesimpangsiuran
Dalam surat bernomor X/PA/2003 informasi yang diterima
tersebut, Paku Alam IX sudah masyarakat. Bukan hanya petani
menyatakan bahwa tanah Paku lahan pasir, kehadiran tambang
Alam Ground (PAG) itu boleh pasir besi sebenarnya juga
dimanfaatkan untuk ditentang oleh sebagian
kesejahteraan masyarakat di akademisi dan kalangan lain
sekitar lokasi tersebut. karena dianggap akan merusak
ekosistem dan lingkungan.
Surat itu dengan tegas juga
menyatakan lahan tersebut hanya Namun, pemerintah sendiri
boleh dikembangkan untuk tampaknya tetap ngotot. Dalih
kegiatan pertanian dan pariwisata pemerintah adalah pasir yang
dan tidak boleh dialihfungsikan terhampar luas di pantai selatan
bagi peruntukan lain yang selama ini belum pernah
sifatnya mengubah sifat fisik dan memberiikan kontribusi
hayati lahan, seperti untuk pendapatan besar bagi
kegiatan pertambangan pasir dan Kabupaten Kulon Progo. Yang
sebagainya. diuntungkan selama ini hanya
para penambang ilegal, yang
Surat Paku Alam IX yang menjual pasir tersebut sebagai
ditembuskan kepada Gubernur bahan bangunan. Padahal, pasir
DIY, Bupati Kulon Progo itu sendiri tersebut memiliki kandungan biji
merupakan jawaban terhadap besi yang bernilai jual tinggi.
surat Kepala Bapedalda yang
sebelumnya mempertanyakan Kehadiran tambang dan pabrik
soal status tanah tersebut. pengolahan biji besi juga akan
mengurangi ketergantungan pada
impor bahan baku industri besi
Konflik agraria baja yang selama ini 100 persen
diimpor dan mendatangkan
Kasus Kulon Progo semakin devisa karena sebagian besar
menambah panjang catatan akan diekspor.
buram konflik agraria di negara
ini. Petani selalu saja dikalahkan Dari tambang ini, pemerintah
oleh kepentingan pemilik modal kabupaten akan mendapatkan
dan kepentingan sektor lain. bagian 32 persen dari hasil
penjualan biji besi. Adapun
Konflik petani lahan pasir dengan pemerintah pusat akan
13
mendapatkan penerimaan pajak mana pun ikut bermain dan
sebesar 19,2 juta dollar AS mendompleng dalam perjuangan
setahun. mereka.

Kehadiran tambang, menurut Apa yang akan terjadi di Kulon


pihak JMM dan pemda, juga akan Progo hari-hari ini akan menjadi
membuka lapangan kerja bagi saksi dan tercatat dalam sejarah
masyarakat sekitar. Yang menjadi bangsa ini, akankah kali ini petani
persoalan, lahan pasir yang kecil kembali dikalahkan. Kunci
tandus yang akan ditambang itu akhirnya ada di tangan Presiden,
kini sudah berwujud lahan apakah akan menyetujui atau
pertanian produktif yang tidak. Keputusan ini akan menjadi
mengidupi belasan ribu petani antiklimaks dan penegasan dari
dan keluarganya. Akan kebijakan pemerintah yang tak
dikemanakan mereka? Lapangan berpihak kepada petani.
kerja sebanyak 2.000 yang
dijanjikan oleh proyek ini jelas Di tengah ketergantungan pada
tidak sebanding dengan impor pangan yang terus
kehidupan belasan ribu petani meningkat, rezim pemerintahan
yang dihancurkan. sekarang ini mencanangkan
revitalisasi pertanian, lahan abadi
Suhu di pesisir Kulon Progo yang pertanian dan swasembada
beberapa waktu ini kelihatan pangan, bahkan gagasan ekspor
adem ayem menyimpan bara di beras. Namun, apa yang terjadi di
dalam dan berpotensi memicu lapangan, termasuk di Kulon
konflik horizontal di antara warga Progo, sungguh jauh panggang
yang pro dan kontra. Petani yang dari api.
terus melakukan konsolidasi
sudah bertekad melawan karena Berdasarkan data Serikat Petani
mereka merasa tidak lagi Indonesia, selama tahun 2007
mendapatkan perlindungan dan saja tercatat 76 kasus konflik
pembelaan dari pihak-pihak yang agraria di Indonesia. Lebih dari
seharusnya melindungi mereka. 196.179 hektar lahan petani
dirampas dan lebih dari 24.257
Situasi ini membuat petani KK petani terusir dari lahan
berpikir lebih pragmatis, mereka pertaniannya.
beraliansi dengan siapa saja yang
mendukung perjuangan mereka. Dengan mayoritas penduduk
Namun, mereka juga tidak bodoh. masih di sektor pertanian dan
Belajar dari pengalaman kecenderungan lonjakan harga
perjuangan petani di wilayah lain, komoditas pangan ke depan yang
mereka tidak memberii masih akan terus berlanjut,
kesempatan LSM atau ornop jangan heran jika apa yang
14
diperingatkan banyak pengamat akan terjadi. Kelaparan permanen
di negeri ini.

LAMPIRAN 2

(FOTO)

15
LAMPIRAN 3

(BUKTI-BUKTI) “KARCIS + VCD REKAMAN”

16
KESIMPULAN

1. Mekanisme pertambangan pasir besi daerah Pantai Trisik kabupaten


Kulonprogo terhaadap lingkungan sekitar belum dapat dikatakan baik atau
buruk karena penambangan pasir ini belum mencapai tahap
penambangan utama melainkan pilot project. Jika dialihkan dengan
penilaian pnambangan pasir yang dikelola oleh JMI (Jogja Magasa Iron)
dalam bentuk pilot project (percontohan) kami nilai blum dapat
terpastikan. Secara logis, jika penambangan itu tetap dilakukan dengan
melakukan pengeboran dalm bentuk sumur-sumur kecil sedalam 16 meter
dan ditimbun kembali, hal ini tidak akan mengembalikan keseimbangan
ekosistem secara seimbang. Unsur hara yang terdapat dalam tanah akan
terbuang dan tergantian oleh unsur tanah yang tidak memiliki unsur hara
seperti tanah yang telah diambil unsur haranya untuk penambangan pasir
besi. Jika terjadi penyimpangan dalam proses pengembalian fungsi tanah
sebagai keseimbangan ekosistem sekitar Pantai Trisik akan menimbulkan
bencana, abrasi dan penurunan tinggi permukaan pantai dengan air laut.
Hal ini merupakan tugas bersama untuk saling mengontrol kegiatan
pertambangan agar tetap menjaga keseimbangan ekosistem pantai.

2. Keuntungan dari kebijakan untuk penambangan pasir besi akan


menambah pendapatan Pemerintah Daerah (APBD) dan akan
memsejahterakan lingkungan masyarakat secara lebih luas. Kerugian
terhadap kebijakan penambangan pasir ini akan terasa setelah kurun
waktu yang lama bila terjadi penyalahgunaan atau perbuatan yang
disengaja oleh oknum-oknum terkait yang mengakibatkan penurunan
ketinggian tanah terhadap ketinggian permukaan air laut.

17
SARAN

Sebaiknya setiap ada kebijakan yang bersangkutan dengan lingkungan


seharusnya mengadakan penelitian terlebih dahulu akan dampak lingkungan
yang akan terjadi, sehingga tidak menimbulkan kerugian disalah satu pihak saja.
Pemecahan masalah yang terbaik adalah denga mufakat sesuai dengan asas-
asas pancasila yang selau kita gunakan sebagai ideology bangsa. Permasalahan
yang sering terjadi adalah pengadu dombaan yang dilakukan oleh oknum-oknum
terkait untuk mencari keuntungan dari konflik tersebut. Masyarakat Indonesia
adalah masyarakat yang rentan akan konflik akibat pluralisme budaya yang
banyak sekali. Dengan begitu masyarakt seharusnya mulai mengerti mengapa
diperlukan asas-asas hukum yang akan selalu memberii dukungan untuk
mempersatukan bangasa Indonesia, karena sifat hukum adalah universal.

Masyarakat kita sudah terdoktrin akal hal-hal negatif berkaitan dengan


ranah hukum yang selalu terintervensi akan kepentingan politik dan ekonomi
para penguasa. Saran kami, semoga kedepan masyarakt Indonesia mulai
mengerti akan ranah hukum dan memperbaiki bersama lembaga-lembaga
yuridis dari mafia-mafia hukum.

Jika terkait dengan kasus penambangan pasir ini, Negara patut


dipermasalahkan (pemerintah terkait) mengapa tanah-tanah yang dimiliki
Negara tidak dijaga dan dipelihara dengan kejelasan secara formil atau matriil
sehingga mainset masyarakt akan terbentuk dan meminimalisir konflik
horizontal maupun vertical.

18
DAFTAR PUSTAKA

Koesnadi Hardjosoemantri, Hukum Tata Lingkungan, edisi ketujuh, Gadjah


Mada University press, Yogyakarta, 2002

Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan


Nasional,airlangga university press, Surabaya, 1996

http://www.facebook.com/ajax/share_dialog.php?
s=4&appid=2347471856&p%5B%5D=104838068131&p%5B
%5D=93762471770

Wawancara dengan : Budi Handoko, Bapak Sujarwo dan Bapak Sudiro

19

Anda mungkin juga menyukai