6.1 Pengantar
Tujuan dari kebijakan stabilisasi ekonomi pemerintah adalah untuk
membawa ekonomi ke dalam beberapa jalur stabil yang diinginkan. Jalur yang
diinginkan akan didasarkan pada sejumlah pertimbangan ekonomi, politik, dan
sosial. Sebagai contoh, tujuan umum pemerintah adalah pemeliharaan tingkat
tertentu dari kerja dan penindasan yang meningkat besar dalam indeks harga
barang konsumen. Untuk keperluan saat ini, kita cukup mengasumsikan bahwa
output yang diinginkan perekonomian diketahui. Perbedaan antara output aktual
pada waktu tertentu dan output yang diinginkan dapat disebut sebagai error dalam
output.
Tujuan dasar dari kebijakan stabilisasi adalah mendeteksi adanya error
dalam output dan kemudian memperbaiki error ini dengan tindakan pemerintah
yang tepat. Tindakan ini bisa dalam bentuk perubahan dalam pengeluaran/belanja
pemerintah, perpajakan atau kondisi moneter atau kredit. Apapun bentuknya,
tujuan mengambil tindakan ini adalah untuk menghilangkan error dalam output.
Setelah metode Phillips, pengaruh berbagai kebijakan stabilisasi pada beberapa
model kontinu di bab 4 dan 5 akan dipertimbangkan dalam beberapa bagian
berikutnya.
dY
=α( D−Y )
dt (6.2.2)
Andaikan C adalah fungsi yang bebas linier pada Y dan c1
D=c0 Y +c 1
(6.2.3)
Di mana
s=1−c 0 adalah kecenderungan marginal untuk tabungan.
Kesukarannya adalah tingkatan hasil yang baru yang tidak tetap dengan
tingkatan yang diperlukan (desirable level) dan oleh karena itu dibutuhkan
c 1∗¿/ ( 1−c 0 ) ¿
perbaikan untuk mengembalikannya ke tingkatan yang diperlukan .
Pemerintah dapat mencoba membuat perbaikan dengan pengaruh permintaan.
Karena itu, pada (6.2.3) persamaan permintaan baru dapat dituliskan dalam bentuk
c 1∗¿/ ( 1−c 0 ) ¿
dan tingkatan sebenarnya adalah
c1∗¿
−Y ( t ) ¿
1−c 0
Pada kebijakan stabilisasi yang proporsional, pemerintah menginduksi
pengeluaran G menjadi proporsional dan sebaliknya yang ditunjukkan pada
perbedaannya. Sehingga
G ( t )=f p ¿¿ (6.2.5)
Di mana
f p adalah konstanta positif yang proporsional. Gunakan (6.2.4) dan
(6.2.5) pada (6.2.2) menghasilkan persamaan
dY
+ α [ ( 1−c 0 ) + f p ] Y =α ¿¿
dt (6.2.6)
f p c1 ¿
−α ( 1−c ) +f t
Y ( t )= Ae [ 0 p ] +
[ c 1 ¿+Δc1 ¿+
1−c0 ]
[ ( 1−c 0 ) + f p ]
(6.2.7)
c1∗¿ Δc 1∗¿
Y (t)→ + ¿¿
1−c 0 1−c 0 +f p ketika t →∞
(6.2.8)
Dan sehingga kebijakan pemerintah pada tipe ini tidak mengijinkan hasil yang
diperlukan berhasil. (pada poin ini, hal ini sangat penting untuk diperhatikan
bahwa jika G ( t )=− Δc1∗¿ ¿ ) maka tingkatan hasil yang diperlukan akan dicapai
ketika t →∞ . Akan tetapi, pada prakteknya nilai tepat pada Δc1∗¿ ¿ akan tidak
d
¿ ¿
dt
1 d2 Y β dY
α dt 2 [
+ ( 1−c 0 ) +
α dt ]
+ β ( 1−c 0 ) Y = β ¿ ¿
(6.2.9)
Untuk kebijakan stabilitas yang proporsional G(t ) diberikan oleh (6.2.5) dan
karena itu (6.2.9) menghasilkan
d2 Y dY
+ [ α ( 1−c 0 ) + β ] + αβ [ ( 1−c0 ) + f p ] Y
dt 2 dt ¿
=αβ ¿
¿ (6.2.10)
Pada urutan untuk menguji pengaruh pada stabilitas kebijakan, hal ini
berguna untuk menguji beberapa keterangan alasan (pada kondisi tertentu) secara
numerik. Permintaan dan hasil adalah setimbang dengan c 1=c 1∗¿ ¿ . Pada saat
c1∗¿
D (0)=c0 Y ( 0 )+ c1∗+Δc1∗¿¿ = +Δc1∗¿
1−c0 (6.2.11b)
dY
Akibatnya, dari (6.2.2), kondisi awal dari turunan dt adalah
dY
| =αΔc 1
dt t=0
¿
(6..2.12)
Solusi untuk (6.2.5) pada syarat batas adalah
c1¿ Δc 1 ¿
Y ( t )− =
1−c 0 1−c 0 +f p [ 1−exp {−α [ 1−c +f ] t }]
0 p
(6.2.13)
dan, solusi untuk (6.2.10) dapat dilihat dalam bentuk
c1 λ t
¿
λ t Δc 1 ¿
Y ( t )− = Ae 1 +Be 2 +
1−c 0 1−c 0 +f p (6.2.14)
Di mana,
2
λ1 , λ 2=
−[ α ( 1−c0 ) + β ] ± √ {α (1−c )+ β } −4 αβ [ (1−c )+ f
0 0 p ]
2 [ α ( 1−c 0 ) + β ]
,
Δc 1 ¿
B=− A−
1−c 0 +f p
dan
Δc 1
¿
−1
A=
λ 1−λ 2 [ α−λ2 ( 1−c 0 + f p ) ]
Jika, §4.3,
Δc 1 =−1. 1−c 0 =0 .25 dan α=4 . Maka, untuk berbagai nilai f p
¿
dan β dari persamaan (6.2.13) dapat dilihat pada tabel 6.2.1, dan untuk persamaan
(6.2.14) dapat dilihat pada tabel 6.2.2
c1 ¿
fp Y ( t )− Kurva
1−c 0
Tabel 6.2.1
c1¿
fp β Y ( t )− Kurva
1−c 0
Tabel 6.2.2
Terlihat bahwa nilai jangka panjang Y (t) adalah sama untuk nilai dari f p tanpa
memperhatikan dari lag. Hal ini terlihat jelas pada gambar 6.2.1 akibat dari
stabilisasi proporsional
Gambar 6.2.1
Kurva A f p = 0 (no stabilization policy)
Kurva B f p = 0.1
Kurva C f p = 0.5
Kurva D f p = 2
Kurva E f p = 4
Gambar 6.2.2
Kurva A no stabilization policy
Kurva B f p = 0.5, time lag = β−1 = 6 bulan
Kurva C f p = 2, time lag = 6 bulan
Gambar 6.2.3
Kurva A no stabilization policy
Kurva B f p = 0.5, time lag = β−1 = 6.5 minggu
Kurva C f p = 2, time lag = 6.5 minggu
c1¿
D=Y =
Seperti pada model 6.2 terganggu pada posisi equibrilium 1−c 0
dengan pengeluaran otonom
c 1=c 1 ¿
oleh pergeseran seketika dalam
¿ ¿ ¿
pengeluaran otonom dari c ke c +Δc pada saat t=0 . Tujuan dalam
bagian ini adalah untuk mempengaruhi permintaan melalui kebijakan stabilisasi
pemerintah integral untuk membawa output kembali ke tingkat semula. Oleh
(6.3.3)
c1 ¿
−Y ( t )
1−c 0 dan karenanya untuk kebijakan stabilisasi terpisahkan diinduksi
]
−Y ( τ ) dτ
(6.3.4)
Di mana
fi adalah konstanta positif proporsionalitas. Persamaan (6.3.3) dan
(6.3.4) menghasilkan :
c1
dC
dt
=c0
dY
dt
+f i
1−c 0 [
−Y ( t )
¿
] (6.3.5)
untuk Y ( t )
d2 Y dY c1 ¿
1
λ1 , λ 2=
2 [
−α ( 1−c 0 ) ± α 2 ( 1−c0 )2 −4 αf i
√ ] (6.3.8)
Kondisi awal yang lagi diberikan oleh (6.2.11) dan (6.2.12) dan karenanya :
αΔc 1¿
A=−B=
λ1 −λ2 (6.3.9)
Jika lag termasuk dalam kebijakan stabilisasi integral maka (6.3.5) akan
digantikan oleh (6.2.8) dan persamaan ini, bersama dengan (6.3.2) menimbulkan
persamaan urutan kedua (6.2.9) dengan, dalam kasus ini, G(t) diberikan oleh
(6.3.4). Yang :
1 d2 Y β dY
α dt 2 [
+ ( 1−c 0 ) + ]
α dt
+ β ( 1−c 0 ) Y
t
c1
=β ( c 1 +Δc 1 ) + βf i∫
¿ ¿
0
[ 1−c 1
¿
]
−Y ( τ ) dτ
(6.3.10)
Setelah diferensiasi persamaan ini menghasilkan persamaan diferensial ketiga :
1 d3 Y β d2 Y dY βf 1 c 1
[ ]
¿
+ ( 1−c 0 ) + +β ( 1−c 0 ) + βf i Y =
α dt 3 α dt 2 dt 1−c 0
(6.3.11)
dY
Kondisi awal untuk Y dan dt diberikan oleh (6.2.11) dan (6.2.12), sedangkan
d2 Y
penggunaan kondisi tersebut dua di (6.3.10) menghasilkan kondisi dt 2 .
Dengan demikian ketiga kondisi :
c1¿
Y ( 0 )=
1−c 0
(6.3.12a)
dY
| =αΔc 1
dt t=0
¿
(6.3.12b)
2
dY
| =−α 2 ( 1−c 0) Δc 1
2 t=0
dt
(6.3.12c)
Solusi untuk persamaan (6.3.7) dan (6.3.11) dengan kondisi awal (6.3.12) untuk
berbagai
fi dan β adalah diberikan, masing-masing, dalam tabel 6.3.1 dan
6.3.2. itu jelas dari tabel 6.3.1 dan angka 6.3.1 bahwa kebijakan operasi stabilisasi
terpisahkan tanpa waktu lag menyebabkan jalur output untuk melaksanakan
osilasi teredam tentang tingkat yang diinginkan. Jika kebijakan stabilisasi integral
beroperasi dengan tenggang waktu kemudian dari tabel 6.3.2 dan angka-angka
6.3.2 dan 6.3.3 terlihat bahwa jalan output menjalankan osilasi dari besarnya lebih
besar daripada kasus nol jeda waktu. Selanjutnya, lag ehen cukup besar osilasi
tidak selalu teredam.
c1 ¿
fi Y (t )− Kurva
1−c 0
t
−
0,5 2
−3 .02 e sin ( 75 .80 ∘t ) Gambar 6.3.1 Kurva B
t
−
2 2
−1 , 44 e sin ( 160∘ t ) Gambar 6.3.2 Kurva C
Tabel. 6.3.1
c1¿
fi β Y (t )− Kurva
1−c 0
−2,8t −0,1t ∘ ∘
0,5 0, 37e −2, 55 e sin ( 68, 3 t+8,3 ) Gambar 6.3.2 Kurva B
−3 , 65 t −0, 33 t ∘ ∘
2 0 ,33 e −1,34 e sin ( 118 t+14 ) Gambar 6.3.2 Kurva C
−8 ,27t −0,1t ∘ ∘
0,5 0, 02e −2, 88e sin ( 77 t +0, 34 ) Gambar 6.3.3 Kurva B
−8 , 91t −0 ,05 t ∘ ∘
2 0,04e −1,35 e sin (154 t+1,8 ) Gambar 6.3.3 Kurva C
Tabel 6.3.2
Gambar 6.3.1
Keterangan :
Kurva A
f i =0 (tidak ada kebijakan stabilisasi)
Kurva B
f i =0,5
Kurva C
f i =2
Gambar 6.3.2
Keterangan :
Kurva A
f i =0 (tidak ada kebijakan stabilisasi)
Kurva B
f i =0,5 , waktu tunda = β−1=6 bulan
Kurva C
f i =2 , waktu tunda = 6 bulan
Gambar 6.3.3
Keterangan :
Kurva A
f i =0 (tidak ada kebijakan stabilisasi)
Kurva B
f i =0,5 , waktu tunda = β−1=6,5 pekan
Kurva C
f i =2 , waktu tunda = 6,5 pekan
d c1
G ( t )=f d
[
dt 1−c 0
¿
−Y ( t )
]
dY
=−f d ,
dt (6.4.1)
di mana
f d adalah konstanta positif proporsionalitas.
Penggunaan (6.4.1) dan (6.3.3) dalam (6.3.2) menghasilkan persamaan urutan
pertama :
dY
( 1+αf d ) dt +α ( 1−c0 ) Y =α ( c 1 +Δc1 ) ¿ ¿
(6.4.2)
1−c0
¿
(6.4.3)
c1 ¿
Y ( 0 )=
di mana A adalah konstanta. Kondisi awal 1−c 0 sehingga :
−α ( 1−c 0 ) t
Y ( t )−
c1 ¿
=
Δc 1
1−c 0 1−c 0
1−exp
¿
1+ αf d [ { }] (6.4.4)
( c 1 −Δc 1 )
¿ ¿
Jadi nilai jangka panjang dari output Y(t) adalah ( 1−c 0 ) terlepas dari
apakah kebijakan stabilisasi diferensial dalam operasi. Namun dengan mengambil
fd cukup besar mungkin untuk mempertahankan produksi mendekati tingkat
c1
¿
Untuk
Δc1 =−1, 1−c 0=0.25, α=4
¿
dan berbagai nilai fd solusi (6.4.4)
diberikan pada Tabel 6.4.1 dan Gambar 6.4.1.
c1¿
fi Y (t )− Kurva
1−c 0
1
0,5 { [ ]}
−4 1−exp − t
3
Gambar 6.4.1 Kurva B
1
2 { [ ]}
−4 1−exp − t
9
Gambar 6.4.2 Kurva C
Tabel 6.4.1
Gambar 6.4.1
Keterangan :
Kurva A
f d =0
Kurva B
f d =0,5
Kurva C
f d =2
6.5 Kebijakan Stabilisasi Proporsional dan Integral
t
c1 c1
G ( t )=f p
[ ¿
1−c 0 ] [
−Y ( t ) +f 1 ∫
0
¿
1−c 0 ]
−Y ( τ ) dτ .
(6.5.1)
Penggunaan (6.5.1) dalam (6.3.3) dan (6.3.2) menghasilkan :
d2 Y dY c1 ¿
Y ( t )− +α 1−c + f
[ ( 0 ) p ] dt i
+αf Y ( t ) =αf i
dt 2 1−c 0 (6.5.2)
Persamaan ini memiliki solusi :
c1 ¿
λ t λ2t
Y ( t )− = Ae 1 + Be
1−c 0
(6.5.3)
Dimana A dan B adalah konstan dan dan diberikan oleh :
1
λ1 , λ 2=
2 [ √ 2
−{ α ( 1−c 0 ) + f p }± {α ( 1−c 0 ) +f p } −4 αf i ]
(6.5.4)
Kondisi awal yang kembali diberikan oleh (6.2.11) dan (6.2.11) karenanya :
αΔc 1 ¿
A=−B=
λ1 −λ2 (6.5.5)
Jika lag yang termasuk dalam stabilisasi (6.2.3) digantikan oleh (6.2.8)
dan karenanya digunakan (6.2.2) dan (6.2.8)
d2 Y dY
2
+ [ α ( 1−c 0 ) Y + B ] +αβ ( 1−c 0 ) Y =αβ ( c 1 + Δc )+ αβ G ( t )
¿
dt dt 1¿
(6.5.6)
d3 Y d2 Y c1
¿
+ [ α ( 1−c 0 ) +β ] + αβ f i
dt 3 dt 2 1−c 0 (6.5.7)
dY
Kondisi awal untuk
Y dan dt diberikan oleh (6.2.11) dan (6.2.12)
d2 Y
sementara penggunaan kedua kondisi di (6.5.6) menghasilkan dt 2
c1 ¿
Y ( 0 )=
1−c 0
(6.5.8a)
dY
| =αΔc 1
dt t=0
¿
(6.5.8b)
dY
|t=0 =−α ( 1−c 0 ) Δc 1
dt 2
(6.5.8c)
Solusi untuk persamaan ( 6.5.3 ) dan ( 6.5.7 ) dengan kondisi awal ( 6.5.8 )
untuk
Δc 1 =−1,1−c 0 =0 .25 , α=4 dan berbagai nilai f p ,
¿
c1 ¿
fp fi Y ( t )− Kurva
1−c 0
16 −3t /4 √ 23 t Gambar 6.5.1
0.5 0.5 −
√23
e sin (4) Kurva A
16 −3t /4 √119 t Gambar 6.5.1
0.5 2 −
√119
e sin (4) Kurva B
8 −3t /2 √23 t Gambar 6.5.1
2 2 −
√23
e sin (2) Kurva C
8 −3t /2 Gambar 6.5.1
2 8 −
√119
e sin ( √ 1192 ) t Kurva D
8 −9t /2 Gambar 6.5.1
8 32 −
√ 431
e sin ( √ 4312 ) t Kurva E
Tabel 6.5.1
c1 ¿
fp fi Β Y ( t )− Kurva
1−c 0
−t −t ∘ ∘
Gambar 6.5.2
0.5 0.5 2 −1.33 e −2 .67 e sin ( 99. 4 t−30 )
Kurva B
−t −t ∘ ∘
Gambar 6.5.2
2 2 2 −0 .27 e −1. 07 e sin ( 221 t−15 )
Kurva C
−t −t ∘ ∘
Gambar 6.5.2
8 8 2 −0 . 06 e −0 .51 e sin ( 455 t−7 )
Kurva D
−t −4 t
Gambar 6.5.3
0.5 0.5 8 −3 .11e + ( 3 .11+5. 33 ) e
Kurva B
−6 . 86t −1. 07t ∘ ∘
Gambar 6.5.3
0.5 2 8 −0.11 e −1.62e sin ( 164 t−4 )
Kurva C
−4 . 98 t −2 .03t ∘ ∘
Gambar 6.5.2
2 8 8 −0.22 e −1.07 e sin ( 396 t−18 )
Kurva D
−4 .2 t −2 .4 t ∘ ∘
Gambar 6.5.2
8 32 8 −0 . 06 e −0 .27 e sin ( 880 t−13 )
Kurva E
Tabel 6.5.2
f i dan β masing-masing diberikan pada tabel 6.5.1 dan 6.5.2. Dari tabel ini
dan grafik 6.5.1, 6.5.2, dan 6.5.3 jelas bahwa efek dari kebijakan stabilisasi
proporsional dan integral menyebabkan lintasan output osilasi teredam menuju
1−c 0 ][
−Y ( t ) +
¿
1−c 0 ]
−Y ( τ ) dτ−f p
dY
dt
(6.6.1)
Penggunaan (6.6.1) dalam (6.3.3) dan (6.3.2) menghasilkan
d2 Y dY c1 ¿
d3 Y d 2Y dY c1 ¿
Kondisi awal untuk Y (t) dan dY / dt yang lagi diberikan oleh (6.5.8a dan 6.5.8b),
sedangkan kondisi awal untuk d2Y/dt2 yang dapat diperoleh dari (6.5.6) dan
(6.6.1) adalah
d2 Y
| =−α 2 {( 1−c 0 ) +βf d } Δc 1
2 t=0
dt
fp fi fd Β Y ( t )− Kurva
1−c 0
Gambar
−1 .18 t −4 .9t ∘ ∘
8 8 1 2 −0 . 08 e −0. 68 e sin ( 315 t−6 ) 6.5.2 Kurva
E
Gambar
3 −5 . 03 t −5. 99t ∘ ∘
8 0.25 8 −0. 07e −0.31e sin (741 t−13 ) 6.5.3 Kurva
2
F
d2 λ d
{ [
dt 2
+ κ −κλ k +
1− c0 dt ]
κλ ( 1−c 0 ) ¿¿
}
(6.7.1)
Di mana kondisi awalnya adalah :
c1 ¿
d
Y ( 0 )= ¿¿
1−c 0 dt
(6.7.2)
( c1 + Δc1 )
¿ ¿
Y∗¿
dan ( 1−c 0 ) sehingga :
−Δc1∗¿
Y ( 0 )−Y ¿ = ¿
1−c 0 (6.7.3)
Δc1 =−1 dapat dilihat pada hasil plot pada Gambar 6.7.1 (Kurva A).
¿
Jika kebijakan stabilisasi diterapkan maka persamaan permintaan
mengasumsikan bentuk :
D=c0 Y +c 1 + Δc1 +G ( t ) ,
¿ ¿
(6.7.4)
while the remaining two equations of the model (persamaan (4.4.7) dan (4.4.8))
remain the same . Karena itu :
dK
=κ ( kY −K ) ,
dt (6.7.5)
dY dK
dt (
=λ C + −Y ,
dt ) (6.7.6)
dK
Jika dt is made the subject of equation (6.7.6) dan persamaan (6.7.5)
terturunkan dengan with respect dari t sampai K may be raedily eliminated
from these two equations. Used of (6.7.4) in the resulting equation then yields
d2 Y dY dG
2
+ [ λ ( 1−c 0 )− λκ k +κ ] + κλ ( 1−c 0 ) Y =λ + κλG+κλ ( c1 + Δc1 )
¿ ¿
dt dt dt
(6.7.7)
(6.7.8)
Penghapusan C dan K dari (6.7.5), (6.7.8), dan (6.7.6) menghasilkan
persamaan berode tiga untuk Y
d3 Y d2 Y dY
3
+ [ λ ( 1−c 0)−κkλ+κ+ β ] 2
+ [ λκ ( 1−c 0 ) −λβκ K + βκ ] + λκβ ( 1−c 0 ) Y
dt dt dt
dG
=λβ + λκβ G ( t ) + λβκ ( c 1 + Δc 1 )
¿ ¿
dt (6.7.9)
c1
¿
Y=
ke tingkat ekuilibrium ( 1−c 0 ) yang ada sebelum perubahan pengeluaran
otonom. Jadi untuk proporsional stabilisasi kebijakan G (t) diberikan oleh:
t
c1
G ( t )=f p
[ ¿
1−c 0
−Y ( t )
] (6.7.10)
Di mana
fp adalah konstanta positif. Persamaan (6.7.9) dan (6.7.10)
menghasilkan
d3 Y d2 Y dY
3
+ [ λ ( 1−c 0)−κkλ+κ+ β ] 2
+ [ λκ ( 1−c 0 ) + βλ ( 1−c 0 )− λβκ K + βκ+ λβ f p ]
dt dt dt
c1 ¿
2
d Y
| =− [ ( 1−c 0 ) −kκ ] λ2 Δc 1
2 t=0
¿
dt (6.7.12)
dengan
f p =2, β=2 dan parameter lainnya seperti yang ditentukan
sebelumnya solusi untuk (6.7.11) sesuai kondisi awal adalah :
c1¿
−1. 15t 0 . 225t
Y ( t )− =−0 . 44−0 . 025 e −1. 1 e sin ( 227 ° t−25 ° )
1−c 0 (6.7.13)
Solusi ini diplot pada Gambar. 6.7.2 (Kurva A).
Untuk proporsional tambahan integral kebijakan stabilisasi G (t) diberikan
oleh :
c1 c1
G ( t )=f p
[ 1−c 0
¿
] [ t
−Y ( t ) +f p∫0
1−c 0
¿
]
−Y ( τ ) dτ
(6.7.14)
Penggunaan (6.7.14) dalam (6.7.9) sekarang memberikan persamaan :
d4 Y d3 Y
+ [ λ ( 1−c 0 ) −κkλ+κ + β ] dt 3
dt 4
d2 Y
+ [ λκ ( 1−c 0 ) + βλ ( 1−c 0 ) −λβκ K + βκ + λβ f p ]
dt 2
dY
+ [ λκβ ( 1−c 0 ) + βλ f i + λκβ f p + βκ+ λκ f p ] + λκβ f i
dt
c1¿
=λκβ f i
1−c 0 (6.7.15)
dY
Kondisi awal untuk Y dan dt diberikan oleh (6.7.2) sedangkan kondisi awal
2 3
d Y dY
untuk dt 2 diberikan oleh (6.7.12). Kondisi untuk dt 3 diperoleh dari (6.7.9)
dengan G (t) diberikan oleh (6.7.14). Kondisi ini adalah :
3
d Y 2
| =λ 2 ( βf p +κ 2 k ) −λ3 [ ( 1−c 0 ) −κk ]
3 t=0
dt (6.7.16)
Dengan
f i =2 dan parameter lainnya mempertahankan nilai sebelumnya pada
solusi untuk persamaan ini adalah :
c1 ¿
−1. 43 t −0. 69 t 0 .26 t
Y ( t )− =−0 . 07 e −0 . 13 e −1 .08 e sin ( 231° t−11° )
1−c 0 (6.7.17)
Solusi ini diplot pada Gambar 6.7.1 (Kurva (B)).
1−c 0 ] [
−Y ( t ) +f p∫0
t
1−c 0
¿
]
−Y ( τ ) dτ −f i
dY
dt
(6.7.18)
Penggunaan (6.7.18) dan (6.7.9) memberikan :
4 3
d Y d Y
4
+ [ λ ( 1−c 0 ) + β+ κ+ λβ f d −λκ k ] 3
dt dt
2
d Y
+ [ λβ ( 1−c0 ) + λκ ( 1−c 0 ) + βκ+ λβ f p + λβκ f d −λβκ k ]
dt 2
dY c1 ¿
Y ( 0 )= ,
1−c 0
dY
| =Δc 1
dt t=0
¿
(6.7.20)
Dengan
f d =0 . 55 dan parameter lainnya yang mempertahankan nilai
sebelumnya pada solusi untuk (6.7.19) sesuai dengan 6.7.20)- 6.7.22) adalah :
c1 ¿
dengan
Gt =G (Konstan). Karenanya
i 0 m1 i 0 M −i 0 m0
[
Y t = c 0 ( 1+ a )−
m2 ] Y t−1 −ac 0 Y t −2 +c 1 +G+
m2
(6 . 8 . 4 )
i0 m1
[
Y t − c 0 ( 1+ a )−
m2 ]
Y t −1 + ac 0 Y t −2
i M −i 0 m 0
¿ c 1 +G 0 + μ ( Y ¿ −Y t ) + 0 ( 6 . 8. 6 )
m2
Sekarang
Yt diberikan oleh (6.8.4) sehingga dengan menggunakan (6.8.4)
untuk mengganti
Yt dalam (6.8.6) adalah sebagai berikut:
i 0 m1
[
Y t −( 1−μ ) c 0 ( 1+ a )−
m2 ]
Y t −1 + ( 1−μ ) ac 0 Y t −2
i M −i 0 m 0
¿ ( 1−μ ) ( c 1 +G 0 ) + μY ¿ + (1−μ ) 0 ( 6 . 8 .7 )
m2
Persamaan karakteristiknya adalah
i0 m1
[
λ2 −( 1−μ ) c 0 ( 1+ a )−
m2 ] λ+ ( 1−μ ) ac 0 =0 ( 6 .8 . 8 )
i 0 m1
=1−( 1−μ ) c 0 + ( 1−μ ) >0 ,
m2
1− (1−μ ) ac 0 > 0 ,
i 0 m1
[
1+ ( 1−μ ) c 0 ( 1−a )−
m2 ] + ( 1−μ ) ac 0
i 0 m1
Jika jangka waktu m2 cukup kecil maka ketiga pertidaksamaan akan
memenuhi jika
1
ac 0 < ( 6. 8 . 9 )
1−μ
Sekarang, karena 0 < μ < 1 maka akan mengikuti ketidaksetaraan yang kurang
membatasi dari ketidaksetaraan yang sesuai untuk kasus tersebut, bila tidak ada
kebijakan fiskal yang sedang digunakan. Oleh karena itu pelaksanaan kebijakan
fiskal dari jenis (6.8.4), tentu akan memiliki efek stabilisasi bagi kombinasi
tertentu dari a dan c0. Secara khusus, untuk kombinasi dari a dan c0 yang
sedemikian sehingga
1
1<ac 0 < ( 6 . 8. 10 )
1−μ
kebijakan fiskal akan menstabilkan jalan C, I, dan Y.
Sekarang perhatikan kebijakan stabilisasi moneter tipe proporsional.
Dalam hal ini jumlah persediaan uang akan diberikan oleh
M t =M 0 +m ( Y ¿ −Y t ) ( 6 . 8. 11 )
di mana M0 dan m konstan dengan 0 < m <1. Y* adalah tingkat pendapatan yang
diinginkan dan
Yt merupakan pendapatan jalan akan mengikuti jika tidak ada
(Konstan) dan
M=M 0 (Konstan). Secara khusus
i 0 m1 i 0 M −i 0 m0
[
Y t = c 0 ( 1+ a )−
m2 ] Y t−1 −ac 0 Y t−2 +c 1 +G+
m2
( 6 . 8 .12 )
1 m1 m0
rt = M t− Y t −1 − ( 6 . 8 .13 )
m2 m2 m2
Penggunaan persamaan ini bersama-sama dengan (6.8.1) sampai (6.8.3) sekarang
akan menghasilkan persamaan berikut untuk Yt.
i0 m1
[
Y t − ( 1+ a ) c0 −
m2 ]
Y t −1 −ac 0 Y t −2
i 0 M 0−i 0 m0 i m
(
¿ c1 +G +
m2 m2 )
+ 0 ( Y ¿ −Y t ) ( 6 . 8 .14 )
i0 m i0 m1 i0 m
(
Y t − 1−
m2 )[ ( 1+ a ) c 0−
m2 ]
Y t −1− 1−
m2( )
ac 0 Y t −2
i0 m i 0 M 0 −i 0 m 0 i m
(
¿ 1−
m2 )( c 1 +G +
m2
+ 0 Y¿
m2 ) ( 6 . 8. 15 )
i0 m i m i m
(
λ2 − 1−
m2 )[
(1+ a ) c 0− 0 1 λ− 1− 0 ac 0 =0
m2 m2 ] ( ) ( 6 . 8 .16 )
Untuk (6.8.15) memiliki solusi yang stabil adalah
i0 m i m i m
1− 1−
( )[
m2 ]( )
( 1+ a ) c 0 − 0 1 − 1− 0 ac 0
m2 m2
i0 m i m i0 m1
( ) (
¿ 1− 1−
m2
c0 + 1− 0
)
m2 m2
>0,
i0 m i m i m
1− 1−
( )[m2 m2]( m2 )
( 1+ a ) c 0 − 0 1 + 1− 0 ac0 >0
i0 m
0< <1
Jika m2 efek dari kebijakan moneter secara kualitatif sama dengan
kebijakan fiskal yang diuraikan sebelumnya. Namun perlu dicatat bahwa kendala
i0 m
0<m<1 tidak cukup untuk menjamin bahwa m2 terletak antara nol dan
satu. Oleh karena itu segala keputusan efektivitas moneter terhadap kebijakan
fiskal sebagai instrumen menstabilkan pada dasarnya tergantung pada nilai-nilai