Anda di halaman 1dari 4

Alternatif strategi berkarir di dunia IT

Onno W. Purbo

Sering kali saya ditanya oleh mahasiswa (dari berbagai perguruan tinggi), maupun para
profesional muda di bidang IT dengan pertanyaan-pertanyaan standar, seperti, “Apa trend IT ke
depan?”, “Sebaiknya tugas akhir apa yang di ambil supaya siap pakai?”, “Bidang IT apa yang
sebaiknya saya pelajari?”. Sekitar itulah pertanyaan-pertanyaan yang sering timbul dalam
berbagai kesempatan pertemuan dengan masyarakat IT yang muda.

Jawaban saya biasanya sangat sederhana & standar sekali, yaitu:

“Kerjakan apa yang anda sukai ….


Jangan lupa, sebanyak mungkin beramal untuk masyarakat banyak”

Jawaban saya memang terkesan sangat sederhana & bercanda. Memang demikianlah strategi
sederhana yang akhirnya saya yakini pada hari ini.

Mengapa jawaban demikian yang akhirnya saya berikan? Saya sering memperhatikan orang /
anak-anak yang dihasilkan produk pendidikan di Indonesia umumnya lebih suka di tunjukan
jalan. Mungkin karena kebiasaan di masa kecil & pendidikan dasarnya yang terbiasa menerima
petunjuk dari guru, seringkali kurang di rangsang untuk mengambil inisiatif & berfikir kreatif –
hal ini menyebabkan kadang sulit untuk anak-anak muda ini untuk mengetahui sebetulnya apa
yang mereka sukai.

Yah mungkin sulit untuk mengetahui apa yang kita sukai jika kita sendiri tidak mengetahui
bidang tersebut. Cara yang paling sederhana yang sering di sarankan kepada mahasiswa saya
untuk mengetahui apa yang dia sukai ada beberapa langkah sederhana yang tidak sulit:

• Pertama, membaca berbagai ilmu sekitar IT yang bisa dia peroleh dengan mudah di
Internet. Tergantung jenis bidang ilmu yang ingin di dalami berbagai dokumen yang
menerangkan secara detail tentang spesifik ilmu yang kita inginkan. Untuk bidang Linux
ada baiknya melihat-lihat http://www.linuxdoc.org, http://pandu.dhs.org.

• Kedua, ada baiknya kita mulai mencoba di komputer yang kita miliki / bisa kita pinjam di
sekolah / teman. Mau tidak mau kita harus mencoba & mengkutak-katik di komputer.
Tidak mungkin kita bisa menghayati suatu ilmu tanpa mempraktekan di lapangan.
Kebetulan untuk IT ini praktek lapangan-nya tidak terlalu sulit sebetulnya karena kita
bisa eksperimen sendiri di peralatan komputer yang kita miliki.

• Ketiga, bergabung & berdiskusi dengan rekan-rekan lainnya di internet melalui berbagai
mailing list di Internet. Salah satu tempat yang baik untuk berkumpul / berdiskusi di
Internet bisa dilakukan di http://www.yahoogroups.com.
Dengan tiga (3) langkah sederhana di atas, jika dilakukan dalam waktu yang lama akan
memungkinkan kita untuk mengerti sebuah ilmu / pengetahuan IT yang kita inginkan. Yang
perlu di wanti-wanti adalah kita harus fokus pada sebuah bidang yang spesifik. Manusia pada
dasarnya terbatas, tidak mungkin kita menguasai semua ilmu pengetahuan secara penuh. Untuk
menjadi seorang profesional di bidang IT kita harus fokus pada satu bidang yang kita sukai saja,
oleh karena itu sebaiknya memilih bidang yang betul-betul kita sukai.

Sering kali kita terjebak dalam paradigma, mencari bidang akan menjadi trend dimasa depan.
Sarannya, jangan terjebak pada paradigma “me too” – anda akan hancur karena tidak ada yang
pasti untuk masa dengan & sering kali membuat anda menjadi plin-plan.

Langkah selanjutnya adalah proses menjual diri supaya kita bisa berkarya & menjadi seorang
profesional di bidang IT. Saran / langkah sederhana yang biasanya saya berikan kepada
mahasiswa saya tidak banyak, misalnya:

• Pertama, belajar bekerjasama dengan rekan lainnya – karena tidak mungkin kita
melakukan segala sesuatu-nya sendiri. IT sangat dinamis, kerjasama & networking
menjadi kunci dalam berkarya secara profesional. Seringkali, dengan networking antar
manusia ini yang akhirnya akan menghasilkan pekerjaan bagi masing-masing kita.

• Kedua, aktif memberikan jawaban di mailing list. Hal ini akan memperlihatkan tingkat
kepakaran seseorang maupun memacu seseorang untuk terus belajar mendalami ilmunya.
Sukur-sukur jika kemampuan ini terus berkembang sehingga menjadi kemampuan untuk
menulis artikel-artikel di berbagai media di sekitar pengetahuan IT. Kemampuan menulis
tersebut yang pada akhirnya menjadi kunci yang penting dalam menjual diri seseorang.

• Ketiga, pada tingkat yang lebih tinggi adalah kemampuan untuk programming yang baik
dan kemampuan untuk menulis buku. Tingkat ini akan dicapai secara perlahan & sangat
tergantung kepada kemauan kita dalam memberikan / menggunakan ilmu pengetahuan
yang kita miliki untuk kepentingan masyarakat banyak. Semakin banyak kita beramal &
menggunakan pengetahuan yang kita miliki untuk masyarakat banyak akan semakin
mudah kita mencapai tingkat yang tinggi dalam profesionelitas IT.

Jika kita cukup jeli melihat tiga langkah terakhir, maka akan tampak sekali bahwa sebetulnya
kita tidak perlu terikat secara solid dalam sebuah perusahaan IT untuk menjadi seorang
profesional dibidang IT. Sebagian bahwa dilakukan secara mandiri dari rumah bermodalkan PC,
modem & telepon. Bekerja secara SOHO menjadi sangat mungkin dengan infrastruktur IT &
Internet – bukan sebuah idaman yang imajiner, tapi merupakan hal yang sangat mungkin & nyata
dapat dilakukan dengan mudah di Indonesia.

Mudah-mudahan tulisan ini dapat menjelaskan secara garis besar sebuah alternatif strategi untuk
menjadi profesional di bidang IT.
Latar Belakang

Penyelenggaraan pendidikan kejuruan, saat ini memasuki fase penting, yaitu fase lulusan
pendidikan kejuruan akan dipertaruhkan kesiapannya dalam percaturan tenaga kerja di wilayah regional
Asia, baik dalam konteks Asean Free Trade Association (AFTA) maupun Asean Free Labor Association
(AFLA). Untuk ini upaya yang harus dilakukan adalah melakukan penataan dan pembenahan semaksimal
mungkin dalam sektor pendidikan kejuruan, baik penataan dalam pola rekrutmen, pengembangan
program pendidikan dan pelatihan atau kurikulum, inovasi proses pendidikan dan pelatihan,
pengembangan evaluasi serta sertifikasi (HAR Tilaar, dalam Ace Suryadi).
Ketatnya persaingan dalam dunia kerja menuntut adanya kwalitas sumber daya manusia yang
memadai sesuai dengan standar kompetensi yang dimilikili. Sementara itu, jumlah lulusan baik tingkat
pendidikan tinggi maupun pendidikan menengah kejuruan terus meningkat. Misalnya saja di jawa barat,
baru sekitar 15% lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) di Jawa Barat yang dapat diserap dunia
kerja setiap tahunnya. Demikian diungkapkan Ketua Forum Komunikasi Bursa Kerja Khusus (BKK) Jawa
Barat, Rusly Z.A. Nasution ketika ditemui di Universitas Langlangbuana, Rabu (10/9).
Hal itu, menurut Rusly, disebabkan karena masih banyak SMK di Jawa Barat yang belum cukup
memiliki kemampuan untuk menyiasati kebutuhan pasar, terutama terhadap lulusan yang dibutuhkan
dunia kerja. "Seharusnya, SMK lebih membuat jaringan dengan perusahaan, memahami apa yang
mereka butuhkan, baru kemudian membuat kurikulum pembelajaran," kata Rusly.
Sementara itu, khususnya di DKI Jakarta, Gubernur DKI Jakarta mengingatkan kepada jajaran
Dinas Pendidikan Provinsi DKI JAkarta agar memacu kualitas pendidikan khususnya di bidang Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) terkait ketatnya persaingan lulusan dengan para lulusan-lulusan luar negeri.
Saat ini tanpa keterampilan sulit mencari kerja. Yang dibutuhkan saat ini tenaga terampil. Karen aitu,
saya berharap agar para lulusan SMK benar-benar terampil dibidangnya, sebab jika tidak akan diisi
tenaga asing dari bangsa yang punya akses lebih. Ia berharap agar lulusan SMK memiliki kualitas bagus
dan mampu bersaing ketika mendapatkan lapangan kerja baik di dalam maupun di luyar negeri. Untuk itu
kami sudah punya tim untuk berupaya meningkatkan lulusan SMK tersebut agar tepat dan siswa memiliki
sertifikasi internasional.
Isu penting dalam konteks ini adalah seberapa besar penyelenggaraan pendidikan kejuruan (SMK)
relevan dengan kebutuhan masyarakat, terutama kebutuhan tenaga kerja, dunia usaha maupun industri.
Fakta di lapangan mengindikasikan keadaan bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kejuruan
berjalan dengan programnya sendiri, di sisi lain dunia kerja/industri dan asosiasi profesi sering mengeluh
bahwa kualitas tenaga (lulusan) belum memenuhi tuntutan keahlian (kompetensi) yang diharapkan.
Gejala “mismatch” seperti ini pada akhirnya melahirkan lulusan “underqualified”.

Penyerapan Dunia Industri terhadap Lulusan SMK

Secara umum terbukti bahwa Produktivitas seseorang dikarenakan dimilikinya keterampilan teknis yang
diperoleh dari pendidikan. Oleh karena itu salah satu tujuan yang harus dicapai oleh pendidikan adalah
mengembangkan keterampilan hidup, berbasis kompetensi, pendidikan life skill dan broad based
education yang dikembangkan.
Pemerintah terus mendorong minat lulusan SLTP untuk melanjutkan studi di sekolah menengah kejuruan
(SMK) namun sejauh ini daya serap lapangan kerja terhadap lulusan SMK masih relatif rendah. Idealnya
secara nasional lulusan SMK yang bisa langsung memasuki dunia kerja sekitar 80-85%, sedangkan
selama ini yang terserap baru 61%. Padatahun 2006 lulusan SMK di Indonesia mencapai 628.285 orang,
sedangkan proyeksi penyerapan atau kebutuhan tenaga kerja lulusan SMK tahun 2007 hanya 385.986
orang atau sekitar 61,43%. "Jumlah ini belum ideal, harus diupayakan peningkatan daya serap untuk
memasuki lapangan kerja maupun menciptakan peluang kerja,"daya serap ideal lulusan SMK
seharusnya mencapai 80-85%, sedangkan sekitar 15-20% lulusan SMK lainnya. Kecenderungan daya
serap lapangan kerja menurut program keahlian sejak tahun 2000 hingga 2007 berubah-ubah,
menyesuaikan dengan kondisi lapangan kerja pada waktu tertentu. Pada tahun 2000, misalnya, lulusan
Jurusan Teknik Elektronika daya serapnya 87% namun melorot menjadi 50,5% pada 2006 sebelum
akhirnya sedikit naik menjadi 62%. Daya serap lulusan Jurusan Teknik Mesin juga mengalami nasib
sama, dari 84,86% pada tahun 2000 melorot daya serapnya pada tahun 2007 tinggal 76,52%. Daya
serap tinggi ditunjukkan lulusan Jurusan Teknik Perkapalan, yang mencapai 94,69%. Ia memperkirakan,
daya serap lulusan Jurusan Teknologi Informasi dan Komunikasi masih cukup tinggi. Kebutuhan SDM
di bidang teknologi komunikasi dan informasi (ICT) di berbagai jenjang, mulai dari menengah, ahli, hingga
profesional (Samsudi,2007) Mengutip data Aizirman Djusan, kebutuhan tenaga ICT pada tahun 2008
diperkirakan mencapai 32,6 juta orang, sedangkan tenaga ICT yang tersedia hanya 19,8 juta atau baru
terisi 61%.

Mencermati kebutuhan pasar / industri ?

Syllabus kurikulum TIK Jurusan Teknik komputer dan jaringan secara garis besar terdiri
mengarahkan lulusannya menjadi operator komputer, techical support sampai dengan sistem
administrasi suatu jaringan. Namum sejauh ini, lulusan SMK TKJ lebih banyak yang menjadi operator /
teknisi untuk merakit komputer sementara sistem adminitrasi jaringan masih sangat jarang. Namum
sejauh ini belum adanya standar baku kurikulum pengajaran di sekolah yang mampu menciptakan dan
mengembangkan kemandirian SDM yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja ditambah lagi sampai
saat ini masih rendahnya kualitas SDM. Akibatnya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) belum
siap masuk ke pasar kerja," kata Ketua Kadin Sumut Irfan Mutyara diwakili T F Simbolon pada
pembukaan LKS-SMK Tingkat Provinsi Sumut Tahun 2009 di Auditorium Kampus USU, Rabu (2/12).
Sementara itu, kebutuhan/ skill akan tenaga kerja di bidang TIK secara umum adalah :

No Kebutuhan/ Skill

1 • Experience with various services in Unix Server Network Administrator like FreeBSD &
Linux Centos 5.2 (Web, FTP, DNS, POP & SMTP, DHCP, Database, MySQL, Firewall and
Security ).
• Skills in HTTP/HTTPS, DNS, Mail system, Apache, Samba and Internet System, SSH, Mail
server, IDS Snort.
• Memahami konsep OS/Operating System: Windows, Linux & IMAC.
• Memahami fungsi kerja jaringan LAN, WAN.
• Memahami policy access SERVER secara umum.

Hal ini menuntut perlunya adanya singkronisasi kurikulum antara pendidikan dengan dunia kerja .
Salah satu fasilitas untuk menunjang kompetensi tersebut siswa perlu dikenalkan dengan mata pelajaran
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang berfungsi sebagai bahan maupun alat pembelajaran
yang praktis dan dibutuhkan oleh perusahaan.
Ardelindo Aples sejauh ini telah ikut andil dalam kegiatan pendidikan formal tingkat sekolah
menengah kejuruan teknik komputer dan jaringan sebagai salah satu team penguji (asessor) pada uji
kompetensi teknologi komputer dan jaringan.

Anda mungkin juga menyukai