Anda di halaman 1dari 3

SETETES AIRMATA CINTA BUAT NABI

“Kamu bersama siapa yang kamu cintai” (HR. Bukhari-Muslim)

Hati adalah perbendaharaan yang hanya bisa dibaca oleh pemiliknya, dan ketenangan batin adalah
cahaya yang bersinar dalam kegelapan, mata air yang memancar di tengah gurun pasir, dan
perbendaharaan yang berada dalam rumah yang ditinggalkan pemiliknya. Berapa banyak waktu yang
hilang demi cinta? Berapa banyak pikiran yang terkuras demi cinta? Kita tenggelamkan hari kita dalam
huruf-huruf cinta!! Pecinta hidup diantara ingat dan lupa, pecinta tidak tahu antara tersambung dan
terhalang. Cinta membahagiakan dalam nama dan menyengsarakan dalam tulisan, indah dalam gambar
dan buram dalam hakikat.

Cinta adalah mahkota tapi dari besi, harta benda tapi dari tanah, dan tambang tapi dari fatamorgana.
Cinta apapun yang diklaim maka itu terbatas. Sebab hubungan manusia pada umumnya dibangun atas
dasar kepentingan, meskipun keindahan itu bermacam-macam dan keanekaragaman itu indah. Setiap
hati memiliki tabiat cinta yang mengalirkan manisnya kesenangan. Seandainya manusia bisa melihat hati
orang-orang yang keras hatinya, niscaya mereka akan menemukan didalamnya cinta dan kasih sayang
yang memancar, akan tetapi cinta dan kasih tersebut tumpah di tanah yang buruk.

Aku akan membawa panji putih untuk hati yang bersih, agar bisa mengarahkan cinta tersebut kepada
cinta yang sebenarnya dan abadi…

Kerinduan kami kepada Hijaz telah terbit

Seperti kerinduan orang asing kepada tanah air

Burung-burung meskipun kau pangkas sayapnya

Ia tetap terbang dengan kemauannya ke angkasa

Diutusnya Nabi Sallallahu 'alaihi wassalam adalah cahaya setelah kegelapan, Bersama bi’tsah itulah
kehidupan telah lahir dan manusia hilang dahaganya setelah kehausan

Tatkala Muhammad naik maka bukit menjadi suci

Dan segala tumbuhan menjadi hijau di taman

Kebahagiaan apakah yang menyamai kebahagiaan dalam cinta? Kesuksesan akhir apakah yang
menyamai cinta itu? Ibnu Taimiyyah berkata “Yang bermanfaat bagi hamba hanyalah cinta karena Allah
terhadap manusia yang dicintai-Nya, seperti para nabi dan shalihin; karena mencintai mereka dapat
mendekatkan diri kepada Allah serta cinta-Nya. Sedangkan mereka adalah orang-orang yang berhak
mendapatkan cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Potret Kerinduan Para Salaf Terhadap Nabi

Kerinduan para Salaf terhadap nabi Sallallahu 'alaihi wassalam sungguh perkara yang mengagumkan,
cukup disebut namanya sanggup membuat bergetar hati-hati mereka, menitikkan airmata mereka, dan
merubah keadaan tubuh mereka.

Disebutkan dari Malik bahwa ia ditanya tentang Ayyub as-Sikhtiyani, maka ia menjawab “Tidaklah aku
menceritakan kepadamu tentang seseorang melainkan Ayyub lebih terpercaya darinya. Malik berkata
mengenainya, “Ia telah berhaji dua kali karena aku pernah melihatnya, dan aku tidak mendengar
(hadits) darinya. Cuma apabila menyebut Nabi Sallallahu 'alaihi wassalam maka ia menangis sehingga
aku mengasihaninya. Tatkala aku melihat darinya apa yang pernah kulihat dan ia memuliakan Nabi
Sallallahu 'alaihi wassalam, maka saya menulis tentang dia.

Mush’ab bin Abdillah berkata, “Adalah Malik apabila menyebut Nabi Sallallahu 'alaihi wassalam maka
roman mukanya berubah dan jatuh pingsan sehingga hal itu menyulitkan para muridnya. Pernah suatu
hari ditanyakan kepadanya mengenai hal itu, maka ia menjawab, ‘Seandainya kalian melihat apa yang
aku lihat niscaya kalian tidak mengingkari apa yang kalian lihat padaku. ‘Malik menyebutkan tentang
Muhammad bin al-Munkadir, seorang penghulu para qurra’ (penghapal al-Qur’an), “Hampir setiap kali
kami bertanya kepadanya tentang suatu hadits , ia pasti menangis tersedu-sedu sehingga kami merasa
kasihan kepadanya . “Saya melihat Ja’far bin Muhammad, seorang yang banyak bermuka manis dan
tersenyum, tetapi apabila Nabi Sallallahu 'alaihi wassalam disebut disisinya maka roman mukanya
berubah. Saya tidak pernah melihat dia berbicara tentang Rasulullah Sallallahu 'alaihi wassalam kecuali
dalam keadaan bersuci. Saya telah berkali-kali mendatanginya dan aku tidak melihatnya melainkan
dalam tiga keadaan, dalam keadaan sholat, diam, atau sedang membaca al-Qur’an. Ia tidak berbicara
sesuatu yang tidak berguna dan ia termasuk ulama dan ahli ibadah yang takut kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Al-Hasan apabila menyebut hadits tentang kerinduan dan tangisan sebongkah kayu, maka ia
berkata, “Wahai umat islam, kayu tersebut rindu kepada Rasulullah Sallallahu 'alaihi wassalam, rindu
untuk bertemu dengan beliau. Dan kalian lebih berhak untuk rindu kepada beliau.”

Abdurrahman bin al-Qasim menyebut nabi Sallallahu 'alaihi wassalam lalu terlihat warna kulitnya
seolah-olah mengeluarkan darah. Lisannya kering pada mulutnya karena rasa hormat kepada Rasulullah
Sallallahu 'alaihi wassalam.

Aku pernah mendatangi Amir bin Abdillah bin az-Zubair dan apabila nabi Sallallahu 'alaihi wassalam
disebut disisinya, maka ia menangis hingga tak tersisa air mata di kedua matanya.

Tangisan telah mengeringkan air matamu

Maka pinjamlah mata orang lain yang berair melimpah

Aku melihat az-Zuhri, seseorang yang sangat tenang. Tetapi apabila Nabi Sallallahu 'alaihi wassalam
disebut disisinya maka seolah-olah ia tidak mengenalmu dan kamu tidak mengenalnya.
Aku pernah mendatangi Shafwan bin Sulaim, seorang ahli ibadah dan mujtahid. Apabila Nabi Sallallahu
'alaihi wassalam disebut maka ia menangis. Ia terus menangis sehingga orang-orang beranjak darinya
dan meninggalkannya.

Amr bin Maimun berkata, “Saya berkali-kali mendatangi Ibnu Mas’ud selama setahun dan aku tidak
pernah mendengar dia berkata, ‘Rasulullah Sallallahu 'alaihi wassalam bersabda’. Hingga suatu hari ia
meriwayatkan hadits lantas lisannya berucap, ‘Rasulullah Sallallahu 'alaihi wassalam bersabda’ kemudian
ia sangat kepayahan, sehingga aku melihat keringat mengucur dari dahinya, kemudian dia berkata,
‘Demikian insya Allah, atau di atas ini, atau dibawah ini.” Kemudian urat lehernya mengembang, raut
mukanya berubah dan kedua matanya berkaca-kaca.”

Sampai kepada Mu’awiyah bahwa Kabis bin Rabi’ah menyerupai Rasulullah Sallallahu 'alaihi wassalam.
Ketika ia masuk kepadanya dari pintu rumahnya, maka Mu’awiyah berdiri dari sofanya dan
menyambutnya serta mencium keningnya dan memberikan apa yang diinginkannya, karena ia mirip
rupa Rasulullah Sallallahu 'alaihi wassalam.

Subhanallah, kerinduan mereka thd Nabi Sallallahu 'alaihi wassalam, benar-benar telah meresap ke
dalam hati sanubari mereka

Sedangkan kita…??? Apa reaksi kita ketika dibacakan hadits disisi kita, Apa yang terjadi dengan kita
ketika disebutkan nama nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam…???

Masing-masing mengaku mencintai Laila

Padahal Laila belum bersarang di hatinya

Sumber: Setetes Airmata Cinta Buat Nabi oleh Abdullah bin Shalih al-Khudhairi, dikutip dari buku Setetes
Air Mata Cinta dengan beberapa tambahan, Darul-Haq

Referensi:

Shohih Bukhari

Asy-syafa bita’rif Huquq al-Mushthafa

Siyar a’lam an-Nubala’

Hilyah al-auliya’

Majmu’ah al-Abqariyat

Anda mungkin juga menyukai