Anda di halaman 1dari 3

Dalam bentuk kewajiban keadilan bagaikan “hutang” yang harus dibayar kepada

orang lain. Hal ini mengingatkan kita kepada makna sanksi pidana fungsi retributuif,
yaitu bahwa: hukuman yang dikenakan berfungsi sebagai “pembayaran kembali”
atas suatu tindakan criminal. Di sini, hukuman juga dapat berfungsi untuk
mengembalikan keadilan yang telah dirusak oleh tindakan criminal. John Kaplan
mengatakan bahwa pemindahan mengandung arti: “hutang” penjahat telah
dibayarkan kembali. Jadi, pemberian hukuman adalah perbuatan adil.

Meskipun demikian, cara melaksanakan tindakan keadilan melalui peraturan


perundangan selalu mengacu dan disesuaikan dengan “hak” dan ini belum tentu
dapat dikategorikan ke dalam kebiasaan keadilan. Sebab, dalam pelaksanaan
peraturan perundangan sering didapatkan bahwa untuk “melakukan hal-hal yang
adil (menurut hokum)” orang merasa tidak perlu “berperilaku adil’’. Sebagai contol
misalnya: untuk kepentingan penyidikan, dalam rangkaian usaha penegakan
keadilan, petugas melakukan cara-cara penyiksaan fisik dengan maksud supaya
terdakwa mengaku atau terpaksa mengaku. Padahal untuk mengorek kebenaran,
ada cara lain yang lebih moral dan manusiawi, yaitu misalnya dengan pendekatan
personal melalui psikolog/psikiater. Sementara tindakan yang dapat menyebabkan
penderitaan fisik dapat dikategorikan ke dalam tindakan kekerasan dan ini masuk
dalam perkara pidana.

Dalam hidup manusia terdapat kebijakan moral dan keadilan merupakan kebijakan
tertinggi. Cicero mengatakan bahwa orang dinilai baik dilihat dari perilaku
keadilanya. Tiga kewajiban moral tersebut adalah keadilan, pengendalian diri, dan
sopan-santun dalam bertutur kata dan berperilak pada umumnya.

Tempat keadilan adalah di dalam kehidupan bersama, yaitu di dalam, keluarga,


organisasi perdagangan dan industry, bahkan di dalam masyarakat atau komunitas,
meskipun sebenarnya hanya seorang person atau individu saja yangdapat benar-
benar berlaku adil.

Atas dasar pengalaman hidup manusia, Thomas Aquinas menyatakan bahwa


keadilan menyadarkan masyarakat atau Negara bilamana tiga hubungan dasar atau
tiga struktur fundamental hidup bersama dalam masyarakat diabaikan atau bahkan
dicampakkan. Tiga hubungan dasar atau struktur fundamental tersebut adalah:

1. Hubungan antarindividu (ordo partium ad partes)

2. Hubungan antar masyarakat sebagai keseluruhan dengan individu (ordo


totius ad partes)

3. Hubungan antara individu terhadap masyarakat secara keseluruhan (ordo


partium ad totum)
Ketiga hubungan dasar tersebut berhubungan dengan tiga bentuk dasar
keadilan, yaitu:

1. Keadilan tukar secara timbal balik (Iustitia Commutativa) yaitu


keadilan yang mengatur hubungan antara individu dengan individu lain
sebagai partner.

2. Keadilan pelayanan atau distributive (Iustitia Distributiva)yaitu


keadilan yang menerbitkan hubungan di antara masyarakat atau
Negara dengan individu sebagai warga masyarakat atau warga Negara

3. Keadilan legal atau keadilan umum (Iustitia legalis) yaitu keadilan yang
menerbitkan hubungan antara individu terhadap masyarakat Negara.

Dalam keadilan distributive keadilan dan kepatutan (equity) tidak


tercapai semata-mata dengan penetapan nilai yang actual melainkan
juga atas dasar aequalitas rei ad rem, atau kesamaan antara hal yang
satu dengan hal yang lainnya.

Ada dua bentuk kesamaan yaitu:

1. Kesamaan proporsional

2. Kesamaan kuantitatif atau jumlah

Bila dihubungkan dengan cita-cita bangsa dan Negara untuk menciptakan


masyarakat adil dan makmur, keadilan distributive itu tidak lain justru merupakan
bentuk penghormatan terhadap manusia, (acceptio personarum) dan keluhuran
(dignitas). Tentang penghormatan terhadap seorang manusia. Thomas Aquinas
menyatakan bahwa: penghormatan itu terwujud bilamana ada sesuatu
dibagikan/diberikan kepada seseorang sebanding dengan yang seharusnya ia
terima, dengan alas an itu kebijakan pemerintah harus mengarah pada pengakuan
terhadap kepatuhan (equity), kemudian pelayanan dan penghargaan didistribusikan
secara roporsional atas dasar harkat dan martabat manusia sebagai warga Negara.

Di dunia ini tidak ada sesuatu yang bersifat tidak terbatas. Demikian juga halnya
dengan keadilan, ada dua aspek mewarnai situasi ini, yaitu:

1. Ada beberapa ketaatan yang menurut hakikatnya tidak mungkin


dilaksanakan sepenuhnya. Maka, jika keadilan diartikan sebagai
“memberikan kepada seseorang apa yang menjasi haknya” ini menunjukkan
bahwa keadilan memuat perasaan “selalu berhutang”.
2. Adanya disparitas yang menjadi cirri khas dan fundamental dari keberadaan
manusia.

Yang menjadi sasaran atau objek legslasi hokum positif adalah kesejahteraan
umum. Disini legislasi hokum positif harus dapat menjamin dan sekaligus
menyebarluaskan kesejahteraan umum itu antara lain dengan cara:

1. Menunjukkan dengan jelas dan tegas batasan pengertian hak dan


kewajiban yang melekat pada diri setiap anggota masyarakat, serta
dapat menjamin terselenggaranya kebebasan dengan maksud dupaya
manusia bertanggung jawab atas tujuan keberadaannya.

2. Melindungi kedamaian batin dan tertib social, serta menetapkan


jaminan keamanan atas hal-hal yang bersifat lahiriah.

3. Menciptakan kondisi-kondisi yang menguntungkan bagi kemajuan


bidang social ekonomi, serta kehidupan moral, cultural dan religious.

Ini berarti bahwa kehendak pembentukan hokum itu bukan merupakan dasar yang
eksklusif dan primer dari sebuah tertib hokum. Dalam hal ini J.Messner mengatakan
bahwa hokum yang berlaku sah dapat disebut hokum yang benar, jika hokum itu
sesuai dengan pola-pola keinginan atau cita-cita manusia yang terkandung di
dalam realitas manusia, serta sesuai dengan rasa tanggung jawab yang didasarkan
atas pola-pola tersebut.

Beberapa kondisi tertentu yang harus dipenuhi oleh hukum ditekankan dengan
maksud supaya hukum itu dapat mengikat subjeknya. Menurut “tradisi”, biasanya
ada 4 kondisi yang penting :

1. Sasaran atau objek hukum harus merupakan sesuatu yang dihalalkan oleh
moral atau tidak bertentangan dengan pertimbangan moral,

2. Sasaran itu harus meruakan sesuatu yang mengarahkan diri pada


perwujudan keadilan,

3. Sasaran itu harus bersifat nyata, dan

4. Harus berguna

Anda mungkin juga menyukai