Anda di halaman 1dari 61

LASKAR PELANGI

Sepuluh Anak Pemberi Inspirasi

September 2008
Pemain: Cut Mini, Ikranagara,Tora Sudiro, Slamet Rahardjo, Mathias Muchus, Rieke Diah Pitaloka

LASKAR PELANGI adalah adaptasi dari novel fenomenal karya Andrea


Hirata dengan judul yang sama. Novel yang awalnya didedikasikan untuk sang
ibunda guru tercinta, kemudian meledak menjadi bestseller, dan kini hadir di layar
lebar. Dua sineas muda, Mira Lesmana dan Riri Riza adalah orang yang berhasil
mewujudkannya. Naskah Laskar Pelangi ditulis oleh Salman Aristo, yang juga
menulis skenario film laris AYAT-AYAT CINTA.
Film LASKAR PELANGI merupakan produksi ke-9 Miles Films dan Mizan
Production. Seperti di novelnya, cerita LASKAR PELANGI berlatar belakang
kehidupan di Pulau Belitong pada pertengahan tahun 1970-an.
Hari pertama tahun ajaran baru kali ini sangat menegangkan bagi dua orang guru SD
Muhammadiyah, Muslimah (Cut Mini) dan Pak Harfan (Ikranagara), serta 9 orang murid beserta orang
tua mereka. Pasalnya, jika tidak mencapai 10 orang, maka sekolah akan ditutup. Adalah Harun,
seorang murid istimewa yang menjadi murid ke-10, menyelamatkan mereka.
Bu Mus pun menjuluki kesepuluh anak dengan keunikan dan keistimewaannya masing masing itu
dengan nama Laskar Pelangi. Selama lima tahun bersama, Bu Mus, Pak Harfan dan kesepuluh murid,
berjuang untuk terus bisa sekolah meski mereka harus menghadapi beragam tantangan serta tekanan
untuk menyerah. Dengan bakat dan kecerdasannya, Ikal (Zulfani), Lintang (Ferdian) dan Mahar (Veris
Yamarno) muncul sebagai pendorong semangat.
Di tengah upaya untuk tetap mempertahankan sekolah, mereka kehilangan sosok yang mereka
cintai. Sanggupkah mereka bertahan menghadapi cobaan demi cobaan?
Film ini dipenuhi kisah tentang tantangan kalangan pinggiran, dan kisah penuh haru tentang
perjuangan hidup menggapai mimpi, serta keindahan persahabatan yang menyelamatkan hidup
manusia, dengan latar belakang sebuah pulau indah yang pernah menjadi salah satu pulau terkaya di
Indonesia.

THE SISTERHOOD OF THE TRAVELING PANTS 2


Kisah Persahabatan Abadi

KapanLagi.com - Pemain: Amber Tamblyn, Blake Lively, Alexis Bledel, America Ferrera

Sekuel kedua dari film THE SISTERHOOD OF THE TRAVELING PANTS


ini masih berkisah tentang persahabatan empat orang wanita muda yang
sedang dalam proses pencarian jati diri mereka. Mengambil setting tiga tahun
setelah kejadian dalam film pertama, Carmen Lowell (America Ferrera), Tibby
Rollins (Amber Tamblyn), Lena Kaligaris (Alexis Bledel) dan Bridget Vreeland
(Blake Lively) kini menempuh jalan hidup mereka sendiri-sendiri. Namun
meskipun mereka terpisah karena harus ke universitas yang berbeda,
ketiganya masih saling berhubungan. Ketiganya selalu saling menceritakan
kejadian-kejadian yang mereka alami saat mereka saling terpisah.
Dalam 'kesendirian' inilah masing-masing dari keempat sahabat ini mulai menemukan kekuatan dan
ketakutan yang ada dalam diri mereka dari pilihan yang harus mereka buat dalam hidup mereka. Dari
sinilah mereka kemudian makin menghargai nilai persahabatan yang selama ini telah terjalin.
Film arahan sutradara Sanaa Hamri ini diadaptasi dari seri keempat dari novel serial SISTERHOOD
OF THE TRAVELING PANTS yang berjudul FOREVER IN BLUE: THE FOURTH SUMMER OF THE
SISTERHOOD namun menyisipkan beberapa adegan dari bagian kedua dari novel serial ini.
EAGLE EYE
Terjebak Dalam Konspirasi Politik

Jum'at, 17 Oktober 2008 06:00


KapanLagi.com - Pemain: Shia LaBeouf, Michelle Monaghan, Rosario Dawson, Billy Bob Thornton

Setelah lama pergi dari rumah, Jerry Shaw (Shia LaBeouf) akhirnya pulang
juga setelah mendengar kabar bahwa saudara kembarnya meninggal dunia.
Sesampainya di rumah, Jerry menyadari bahwa ada yang tidak wajar dengan
kematian saudara kembarnya itu.
Jerry yang mencoba mencari tahu sebab kematian misterius ini kemudian
bertemu dengan Rachel Holloman (Michelle Monaghan) yang waktu itu sedang
mencari anaknya yang hilang. Dalam penyelidikan itu, keduanya akhirnya
menyadari bahwa mereka sedang dijebak.
Ada pihak yang berusaha menjebak mereka untuk menjadi bagian dari
kelompok yang sedang merencanakan pembunuhan terhadap seorang tokoh politik.
Salah satu unsur yang membuat sebuah film menjadi bagus adalah adanya sebuah keterikatan
dengan logika, baik logika umum maupun logika yang dibangun dalam film itu sendiri. Dengan ada
unsur itu, setidaknya film itu bisa diterima akal dan tidak membuat penonton menjadi merasa dianggap
bodoh oleh sang sutradara.
Celakanya, itulah yang tak dimiliki film ini. Banyak adegan dan alur cerita yang membuat penonton
jadi merasa dianggap bodoh. Unsur 'kebetulan' memang masih bisa diterima, namun bila itu sudah
terlalu sering, maka yang terasa adalah ketidaksesuaian dengan logika. Hal yang sama sering kali kita
dapatkan pada film-film serial televisi jaman dulu.
Dalam film ini kedua tokoh pemeran utamanya, sama sekali tak memiliki latar belakang militer atau
sejenisnya yang membuat mereka mampu melakukan apa yang mereka lakukan dalam adegan
tersebut. Ini membuat jalan cerita jadi terasa janggal. Keduanya adalah orang awam, namun di sisi lain,
mereka mampu melewati semua rintangan yang mereka hadapi dengan mudah layaknya seorang
profesional. Di satu sisi ini membuat sang sutradara lebih 'bebas' mengumbar aksi laga, namun di sisi
lain ini membuat 'ketegangan' jadi berkurang lantaran ada jaminan bahwa sang tokoh pasti dapat 'lolos'
dari ujian.
Bisa disimpulkan bahwa menu utama film ini adalah aksi laga, mobil meledak, acara saling tembak,
berusaha meloloskan diri dari kejaran musuh dan lain sebagainya. Namun untuk dibandingkan dengan
film laga sejenis, film ini juga tak bisa disebut istimewa. Beberapa film dengan genre sama seperti trilogi
BOURNE mungkin masih lebih bagus. Ini cukup disayangkan karena Shia LaBeouf dan Michelle
Monaghan sebenarnya punya potensi akting yang bagus dan itu semua tak bisa mereka tampilkan di
sini. Kita bahkan hampir tak diberi kesempatan untuk menilai kemampuan akting mereka, karena
banyaknya aksi laga. Bagi yang sempat terpesona dengan akting Shia LaBeouf dan Michelle
Monaghan dalam film-film sebelumnya, Anda tak akan mendapatkan kepuasan yang sama dengan
menonton film ini.
Satu yang bisa menjadi nilai lebih film ini mungkin adalah 'pesan' yang ingin disampaikan. Pesan
bagaimana teknologi canggih bisa mengambil alih 'kehidupan' manusia. Tak ada lagi tempat untuk
bersembunyi dari 'mata' pemerintah. Pesan yang sama mungkin sempat disampaikan film THE NET
yang dibintangi Sandra Bullock. Terlepas dari semua kelebihan dan kekurangannya, film ini cukup bisa
dijadikan alternatif hiburan yang tak terlalu membebani pikiran. (kpl/roc)
SAW III
Jigsaw Kejam Kembali Meneror

Pemain: Tobin Bell, Shawnee Smith, Angus Macfayden, Bahar Soomekh, Dina Meyer.

Sama dengan seri sebelumnya, film ini kembali menceritakan tentang


kekejaman Jigsaw (Tobin Bell, sekali lagi tampil dengan penampilan menyeramkan
yang menakjubkan). Kali ini bersama pengikut barunya, Amanda (Shawnee Smith).
Amanda adalah otak di belakang permainan Jigsaw yang kejam dan rumit yang
telah membuat orang-orang ketakutan dan membuat polisi kebingungan. Dia sekali
lagi dapat meloloskan diri dari pengejaran dan tiba-tiba lenyap.
Suatu malam setelah Dr. Lynn Denlon (Bahar Soomekh) menyelesaikan giliran
kerjanya di rumah sakit, dia diculik dan dibawa ke suatu gudang yang tidak terpakai
dimana disana dia bertemu dengan Jigsaw yang sedang tergolek di tempat tidur di ujung kematiannya.
Lynn diperintahkan untuk menolong Jigsaw dengan melakukan operasi darurat. Untuk memaksanya
melakukan itu dia dipasangi kerah baju yang dapat meledak yang terhubung dengan monitor detak
jantung sang Jigsaw. Jadi kalau Jigsaw mati, dia ikut mati bersamanya.
Sementara itu suaminya, Jeff (Angus Macfadyen), ikut terlibat dalam salah satu permainan kejam
Jigsaw. Dia dihadapkan dengan serangkaian individu yang disiksa dengan berbagai cara dan
berhubungan langsung dengan kematian satu persatu anak laki-laki. Menguji level kemanusiaannya,
dia harus memutuskan apakah harus lebih memilih membahayakan dirinya sendiri untuk
menyelamatkan anak-anak itu.
Lynn dan Jeff tidak menyadari bahwa mereka telah menjadi pion terakhir di atas papan catur keji
sang Jigsaw. Saling berpacu dengan batas waktu yang tidak lain adalah detak jantung Jigsaw sendiri,
Lynn and Jeff berjuang untuk melalui tes-tes yang begitu kejam. Tanpa sadar kalau Jigsaw punya
rencana yang lebih besar untuk mereka berdua.
Kelebihan utama dari film ini yaitu metode penyiksaan yang begitu bervariasi, yang mana tidak
perlu diragukan lagi akan menjadi suatu tekanan tersendiri bagi pembuat film untuk menjaganya tetap
terbaik. Namun meskipun pada edisi ini menyajikan adegan-adegan yang cerdas dan tak terbantahkan
lagi kejamnya seperti kunci yang terletak di dasar toples yang berisi cairan asam, tetapi belum mampu
meninggalkan kesan kuat seperti yang ada di seri pertama dan kedua.
Sutradara Darren Lynn Bousman (yang juga menangani SAW II) and pengarah adegan Leigh
Whannell mencoba mengulang gaya yang sama dari seri-seri sebelumnya, termasuk cara pengeditan,
pencahayaan warna yang gelap, penggunaan musik dan efek suara serta penggunaan alur cerita yang
tidak berurutan. Juga banyak beberapa kesamaan dengan seri sebelumnya termasuk penampilan
singkat dari Donnie Wahlberg dan Dina Meyer yang berperan sebagai polisi di permainan Jigsaw ini.
Ironisnya, adegan dan gambar yang terseram di seri ini bukan terletak di variasi penyiksaan sang
Jigsaw tetapi malahan pada saat proses operasi otak yang memakai sebuah bor besar yang dilakukan
secara terpaksa oleh dokter yang tidak berdaya ini ke pasien jahatnya ini. Meskipun demikian
kemunculan hantu kejam ini tetap menghadirkan malapetaka yang menyeramkan bagi yang
menontonnya.
HIGH SCHOOL MUSICAL 3: SENIOR YEAR
Musik Sebagai Ungkapan Kegelisahan

Pemain: Zac Efron, Vanessa Hudgens, Ashley Tisdale, Lucas Grabeel, Corbin Bleu, Monique Coleman

Menjalani tahun terakhir di SMA bisa punya banyak arti. Ada yang
berharap masa ini cepat berakhir agar mereka bisa segera masuk
universitas yang artinya lebih banyak 'kebebasan' namun tak jarang yang
berharap masa SMA tak pernah berakhir.
Troy Bolton (Zac Efron) dan Gabriella Montez (Vanessa Hudgens)
adalah jenis yang terakhir. Seiring waktu yang berjalan, mereka semakin
gelisah. Mereka sadar bahwa tak lama lagi mereka akan berpisah karena
harus menempuh jalan hidup mereka masing-masing.
Bersama anggota Wildcats yang lain termasuk Sharpay Evans (Ashley
Tisdale), Ryan Evans (Lucas Grabeel), Chad Danforth (Corbin Bleu), Taylor
McKessie (Monique Coleman), dan Kelsie Nielson (Olesya Rulin) mereka lalu mencoba
mengungkapkan kegundahan mereka lewat musik yang mereka pentaskan.
Bagian ketiga dari sekuel HIGH SCHOOL MUSICAL ini masih dipercayakan pada sutradara
sekaligus koreografer Kenny Ortega yang juga menggarap dua sekuel sebelumnya. Tak cuma sang
sutradara, keenam aktor dan aktris pendukung film ini pun tetap kembali memegang peran sebelumnya.
Karena film bertema musikal ini dilepas dengan target penonton 'keluarga', maka jangan terlalu
berharap mendapat suguhan cerita yang realistis. Malah bisa dibilang alur cerita film ini lebih mirip
dongeng anak-anak. Semua masalah pasti bisa diselesaikan selama masih ada teman yang setia. Ini
tak mengherankan karena bila dibuat lebih realistis, maka film ini akan jadi terlalu berat untuk dicerna
anak-anak.
Dari sisi akting, mungkin para pemain utama film ini tak terlalu mengalami masalah karena mereka
telah beradaptasi dengan karakter tokoh yang mereka perankan sejak bagian pertama film ini. Dan
yang jelas waktu dua tahun yang berlalu sejak bagian pertama yang dilepas tahun 2006 pasti telah
membuat para aktor dan aktris pendukung film ini lebih 'dewasa' dalam masalah akting.
Film HIGH SCHOOL MUSICAL 3: SENIOR YEAR ini juga tercatat sebagai sekuel yang
menghabiskan biaya produksi paling tinggi bila dibanding dengan dua sekuel sebelumnya. Hasilnya,
sebuah tontonan yang cukup memanjakan mata, tentunya bila Anda suka dengan film-film bertema
musikal.
Salah satu kelemahan dari film ini bisa jadi adalah tema yang tak terlalu 'menggigit'. Dengan tema
yang seringan ini, film ini bisa jadi hanya akan memuaskan para fans lama dari sekuel ini. Sementara di
saat yang sama film ini tak akan mampu menggaet para penggemar baru.

BOLT
Petualangan Si Anjing Super

Pemain: John Travolta, Miley Cyrus, Chloë Moretz, Susie Essman, Mark Walton

Hari-hari Bolt (John Travolta) sebagai seekor anjing yang selalu berperan
sebagai super-dog selalu dipenuhi dengan petualangan menempuh bahaya. Saking
seringnya berperan sebagai anjing super, Bolt sampai tidak menyadari bahwa
semua itu sebenarnya hanyalah peran dalam film.
Keadaan berbalik 180 derajat saat, karena satu kesalahan, Bolt dikirim ke New
York. Kali ini Bolt harus menghadapi petualangan yang benar-benar nyata.
Untungnya kali ini Bolt tak sendirian. Dengan bantuan seekor kucing bernama Mittens (Susie Essman)
dan seekor hamster bernama Rhino (Mark Walton) Bolt kemudian menempuh jarak beribu mil untuk
kembali pulang ke Hollywood. Bolt akhirnya sadar bahwa tak perlu kekuatan super untuk menjadi
pahlawan.
Film animasi karya sutradara Chris Williams dan Byron Howard ini memajang nama-nama besar
seperti John Travolta dan Miley Cyrus sebagai pengisi suara dari tokoh-tokoh film ini. Dan ini adalah
keputusan yang benar karena kedua bintang ini mampu memberi nyawa pada tokoh animasi dalam film
ini.
Namun kekuatan film ini bukan hanya pada para pengisi suaranya meski tak bisa diingkari bahwa
karakter suara John Travolta memang terasa pas membawakan tokoh Bolt yang dengan penuh percaya
diri merasa yakin bahwa ia memiliki kekuatan super seperti tokoh anjing super yang selama ini ia
perankan.
Ide cerita film ini sebenarnya tak terlalu istimewa. BEVERLY HILLS CHIHUAHUA juga mengusung
ide cerita yang kurang lebih sama meski tak sepenuhnya persis. Yang membuat film ini jadi terasa
berbeda dari BEVERLY HILLS CHIHUAHUA adalah kenyataan bahwa film ini adalah film animasi
sehingga penonton bisa lebih 'lepas' menikmati film ini tanpa harus merasa 'terganjal' oleh logika.
Saat Bolt dan para tokoh lain terlihat memiliki ekspresi wajah mirip manusia, penonton tak akan
terlalu merasa aneh. Ini yang membuat film ini jadi terasa lebih menghibur ketimbang BEVERLY HILLS
CHIHUAHUA. Naskah film ini pun terasa digarap dengan baik sehingga dialog terasa alami dan tak
terdengar seperti aktor yang sedang membaca teks naskah meski sebenarnya itulah yang terjadi di
studio.
Dari sisi visual, animasi film ini memang cukup memanjakan mata. Walt Disney Animation Studios
bahkan sampai mengembangkan satu teknik khusus untuk memberi kesan seolah animasi hasil
komputer ini terlihat seperti goresan tangan. Hasilnya, film ini memang jadi sebuah tontonan yang
sangat menarik.

TWILIGHT
Kisah Vampir Yang Baik Hati

Release : December 2008


KapanLagi.com - Pemain: Kristen Stewart, Robert Pattinson, Ashley Greene, Peter Facinelli, Elizabeth
Reaser, Jackson Rathbone, Nikki Reed, Kellan Lutz, Taylor Lautner, Billy Burke, Cam Gigandet,
Rachelle Lefevre, Edi Gathegi

Bella Swan (Kristen Stewart) memang gadis yang 'berbeda'. Ia tak pernah
merasa cocok dengan teman-temannya di Phoenix High School. Saat ibunya
menikah lagi dan Bella memutuskan untuk tinggal bersama ayahnya di kota kecil
Forks, ia tak berharap akan ada perubahan banyak.
Tapi pertemuannya dengan Edward Cullen (Robert Pattinson) yang misterius
membuat hidup Bella berubah. Edward tak sama dengan pria-pria lain yang
pernah ditemui Bella. Pesona Edward membuat Bella akhirnya jatuh cinta pada
pria misterius ini.
Edward memang beda. Ia pandai dan lucu. Ia dapat berlari lebih cepat dari
singa gunung. Ia dapat menghentikan mobil berjalan hanya dengan tangan kosong. Dan ia tak pernah
bertambah tua sejak 1918. Ia adalah vampir.Tapi Edward dan keluarganya juga berbeda dari vampir
lain yang memangsa manusia.
Buat Edward, Bella adalah wanita yang telah ia tunggu-tunggu selama 90 tahun. Namun hubungan
asmara ini harus menghadapi masalah saat James (Cam Gigandet), Laurent (Edi Gathegi), dan Victoria
(Rachel Lefevre) datang ke kota kecil Forks. Mereka adalah vampir-vampir yang tak segan membantai
seisi kota untuk memuaskan hasrat mereka.
Satu lagi film bertema vampir yang dilepas Hollywood. Sutradara Catherine Hardwicke mengambil
naskah film ini dari sebuah novel laris karya Stephenie Meyer dengan judul yang sama. Sebenarnya,
TWILIGHT ini adalah sebuah film drama romantis yang dilepas untuk konsumsi remaja. Kisah tentang
vampir sebenarnya hanyalah bumbu penyedap untuk membuat film ini berkesan beda dari kebanyakan
film drama percintaan remaja.
Dan seperti kebanyakan film drama remaja, film ini juga mengusung tema yang sangat sederhana.
Bahkan bisa dibilang bahwa tak banyak yang diceritakan film ini selain hubungan asmara antara Bella
dan Edward. Kisah tentang vampir di sini sebenarnya tak terlalu punya kaitan yang cukup kuat dengan
kisah utama ini. Cerita tentang vampir ini hanya dibuat untuk membuat kisah ini jadi lebih panjang
karena konflik antara Bella dan Edward pun sebenarnya tak terlalu banyak.
Dilihat dari sisi penyutradaraan, film ini juga tak bisa dibilang memuaskan. Beberapa adegan terasa
sangat panjang tanpa jelas tujuan sebenarnya sementara di sisi lain, banyak karakter yang tak digarap
dengan baik sehingga keberadaannya terasa hanya sekedar tempelan saja.
Untuk disebut sebuah kisah asmara yang romantis pun agaknya kurang tepat karena jalinan emosi
antara Bella dan Edward juga terasa sangat tipis. Banyak dialog yang terasa janggal dan tak alami
sehingga sangat mengganggu kredibilitas jalan cerita secara keseluruhan.
Usaha untuk mendefinisikan ulang vampir pun membuat film ini jadi terasa aneh. Misalnya saja
dalam film ini digambarkan kaum vampir ini tak lagi bisa dibunuh dengan cara menikam jantungnya
atau membakarnya dengan sinar matahari. Mereka juga tak lagi takut dengan benda-benda suci seperti
kayu salib atau air suci. Pendefinisian ulang ini jadi membuat film ini makin sulit dipercaya.
Secara keseluruhan, sebenarnya yang cukup membantu memberi nilai lebih pada film ini hanyalah
akting Kristen Stewart yang memerankan Bella. Meski tak akan meraih piala Oscar, namun Kristen
cukup mampu menghidupkan karakter Bella sebagai gadis kota besar yang baru saja pindah ke daerah
pinggiran.
Terlepas dari bagus atau tidak, nyatanya film ini berhasil masuk jajaran film-film box office dan
meraup tak kurang dari US$ 129 juta dari biaya produksi yang diperkirakan hanya sekitar US$ 37 juta
saja

THE KINGDOM
Perang Melawan 'Teroris Muslim'

Rabu, November 2007 15:31


Pemain : Jamie Foxx, Chris Cooper, Jenifer Garner, Jason Bateman, Jeremy Piven, Danny Huston,
Richard Jenkins, Ashraf Barhoum, Ali Suliman

Sejak peristiwa 9/11, Hollywood gemar sekali membuat film yang bertema
kekejaman teroris muslim terhadap warga Amerika di negara-negara muslim.
Kali ini THE KINGDOM pun mempunyai tema serupa. Film produksi Universal
Pictures ini bercerita tentang penyelidikan yang dilakukan oleh tim elit FBI
(Federal Bureau of Investigation) yang dipimpin oleh Ronald Fleury (Jamie Foxx)
dan beranggotakan Grant Sykes (Chris Cooper), Janet Mayes (Jennifer Garner),
dan Adam Leavitt (Jason Bateman) dalam mengungkap serangan bom yang
menewaskan ratusan warga Amerika di pemukiman Ar-Rahmah, tempat tinggal
bagi pekerja Amerika dalam perusahaan minyak Amerika di Arab Saudi.
Cerita berawal ketika terjadi pembunuhan masal disertai pengeboman di Ar-Rahmah, Saudi Arabia.
Kepala Agen FBI di Saudi Arabia, Francis Manner (Kyle Chandler) yang ketika itu sedang mengusut di
lokasi sedang menelepon rekannya, Ronald Fleury di Amerika, ketika tiba-tiba saja bom kedua meledak
dan menewaskannya. Saat para diplomat sedang berdebat tentang batasan teritorial, Fleury dengan
cepat membentuk tim elit dan mereka pun berangkat ke Saudi Arabia.
Sayang, Saudi Arabia bukan tempat yang 'bersahabat' bagi orang-orang Amerika tersebut.
Pertentangan budaya mewarnai setiap langkah mereka dalam menelusuri jejak organisasi yang ada di
belakang pengeboman tersebut. Ditambah lagi segala tetek bengek birokrasi.
Dibantu oleh Kolonel Polisi Faris Al Ghazi (Ashraf Barhom) dan Sersan Polisi Haytham (Ali
Suliman), mereka masih harus menghadapi kenyataan bahwa mereka hanyalah pengamat saja, bukan
pelacak kasus seperti yang seharusnya. Kasus ini sepenuhnya ditangani oleh Jenderal Garda Nasional
Al Abdulmalik yang kejam dan sembrono.
Fleury pun meyakinkan Pangeran Ahmed Bin Khalid (Omar Berdouni) agar mempercayakan
penyelidikan kepada Kolonel Al Ghazi, komandan polisi di kompleks tersebut dan mereka akan
membantunya. Pangeran Ahmed memberinya izin, dan mereka pun punya akses ke segala macam
wilayah maupun hal yang perlu untuk diselidiki.
Mereka akhirnya berhasil membuka rahasia di TKP peledakan dan membawa tim ke dalam
konfrontasi yang membahayakan nyawa mereka. Mereka diberi pilihan untuk bertarung atau mati demi
keadilan.
Sang sutradara, Peter Berg terlihat cukup baik dalam menggambarkan 'benturan budaya' antara
Amerika dan Saudi Arabia, seperti caranya dalam mengimplementasikan kentalnya budaya dan nilai-
nilai keagamaan. Misalnya, cara bersalaman serta hubungan antara laki-laki dan perempuan. Berg juga
berhasil membangun suasana teror dan kejutan berlapis-lapis yang menambah ketegangan.
Namun tetap saja kritik menghampiri. Film ini tak berbeda dengan film bertema 'teroris muslim'
lainnya, yang 'mengagungkan' Amerika, anti Arab, dan Islamophobia. Meski Berg telah berusaha keras
membuat film ini sebagai sebuah tinjauan terhadap karakter-karakter yang terlibat di dalamnya dan
tidak terlalu mengumbar kebijakan-kebijakan yang selalu memenangkan Amerika.
Dengan rating R untuk adegan kebrutalan dan bahasa kasar, film ini bukanlah tontonan anak-anak.
Apalagi film ini memerlukan kedewasaan berpikir dan logika bagi penontonnya, terutama dalam
menyikapi penggambaran muslim sebagai teroris.

MADAGASCAR: ESCAPE 2 AFRICA


Terdampar Di Afrika

Pemain: Chris Rock, Ben Stiller, Jada Pinkett Smith, Bryceson Holcomb, David Schwimmer, Sacha
Baron Cohen

Dalam bagian pertama dikisahkan bahwa Alex (Ben Stiller), Marty (Chris
Rock), Melman (David Schwimmer) dan Gloria (Jada Pinkett Smith) terdampar di
Madagascar. Dalam usahanya untuk kembali ke New York, tempat asal mereka,
keempat penghuni kebun binatang New York ini berusaha memperbaiki pesawat
yang rusak.Celakanya, bukannya kembali ke New York, pesawat yang mereka
tumpangi ini malah mendarat di benua Afrika. Di sini Alex sang singa, Marty si
zebra, Melman jerapah dan Gloria si kuda nil berkesempatan untuk bertemu
dengan teman-teman sejenis mereka. Di sinilah mereka akhirnya menyadari
bahwa kehidupan mereka selama ini di dalam kebun binatang amatlah berbeda
dengan saudara-saudara mereka yang hidup di alam bebas.
Film sekuel dari film animasi berjudul MADAGASCAR yang diluncurkan tahun 2005 lalu ini masih
dipercayakan pada sutradara Eric Darnell dan Tom McGrath. Nama-nama seperti Chris Rock, Ben
Stiller, Jada Pinkett Smith dan David Schwimmer pun masih tetap mengisi suara tokoh yang mereka
perankan tiga tahun lalu.
Berbeda dengan film yang pertama, yang kedua ini terasa lebih digarap dengan baik terutama dari
sisi naskah. Bila sebelumnya film MADAGASCAR hanya dibuat untuk konsumsi anak-anak, maka
MADAGASCAR: ESCAPE 2 AFRICA ini masih bisa dinikmati orang dewasa. Humor-humor yang
disajikan pun terasa cukup segar dan tak klise.
Namun tentu saja bukan cuma naskah yang diperbaiki dalam film ini. Kualitas animasi yang
disajikan pun terasa jauh lebih bagus. Dreamworks agaknya tak main-main soal animasi pada film yang
satu ini. Bila dibandingkan dengan bagian pertamanya, hasil animasi komputer yang disajikan di sini
jelas sangat jauh berbeda. Gambar terlihat lebih halus dengan ekspresi wajah dan gerakan yang terlihat
alami.
Dan soal voice over, kembalinya para pengisi suara di bagian pertama juga makin mengokohkan
film yang satu ini. Ben Stiller, Chris Rock, David Schwimmer, dan Jada Pinkett-Smith mungkin sudah
tak asing lagi dengan karakter yang mereka bawakan dan ini sangat berdampak pada penjiwaan yang
bagus. Meski hanya animasi, namun para tokoh dalam film ini terasa memiliki emosi yang cukup kuat
dan meyakinkan.
Terlepas dari bagus atau tidaknya film animasi yang satu ini, yang jelas dari biaya produksi sebesar
US$150 juta, film ini berhasil mengumpulkan lebih dari US$344 juta dan sempat menduduki posisi
terhormat box office.

BEDTIME STORIES
Dongeng Yang Jadi Nyata

Pemain: Adam Sandler, Keri Russell, Guy Pearce, Teresa Palmer, Courteney Cox, Lucy Lawless,
Russell Brand, Richard Griffiths, Aisha Tyler, Jonathan Pryce

Skeeter Bronson (Adam Sandler) mungkin bukan termasuk contoh orang yang
sukses. Pekerjaannya sebagai teknisi di sebuah hotel tak terlalu menjanjikan
masa depan buat Skeeter. Namun semuanya tiba-tiba saja berubah saat Skeeter
menemukan satu bakat 'unik' yang dimilikinya.
Tanpa disadari, semua cerita yang dibacakan Skeeter untuk kedua
keponakannya tiba-tiba secara ajaib menjadi kenyataan. Skeeter yang 'membaca'
peluang emas ini kemudian mengarang-ngarang cerita dengan maksud
mengambil keuntungan dari bakat anehnya ini. Skeeter bermaksud mengambil
alih posisi Kendall (Guy Pearce) sebagai manajer hotel.
Sayangnya, 'campur tangan' kedua keponakannya mengubah rencana menuju kesuksesan ini
menjadi malapetaka yang tak terbayangkan. Kini Skeeter harus berusaha keras untuk 'memperbaiki'
semua kerusakan yang secara tak langsung telah ia lakukan.
Dunia dongeng memang tak pernah berhenti menjadi daya tarik buat anak-anak, bahkan mereka
yang sudah dewasa. Dan peluang inilah yang mendasari film hasil arahan sutradara Adam Shankman
ini. Waktu peluncuran film ini pun terasa tepat karena pada liburan panjang akhir tahun biasanya
seluruh keluarga punya waktu luang cukup banyak untuk nonton film.
Namun meski film ini dibuat untuk 'ramah' anak kecil, bukan berarti bahwa orang dewasa tak dapat
menikmati film ini. Humor-humor segar yang muncul dari kekonyolan Adam Sandler masih cukup
relevan untuk dikonsumsi seluruh keluarga. Hasilnya, film ini memang pas dikonsumsi seluruh keluarga
di penghujung tahun 2008 ini.
Soal akting, para pendukungnya memang tak perlu lagi diragukan. Sukses memerankan tokoh
yang dirundung kesialan seperti dalam film LITTLE NICKY atau ANGER MANAGEMENT membuat
Adam Sandler terlihat 'pas' memerankan tokoh Skeeter dalam film ini. Yang agak disayangkan mungkin
adalah Guy Pearce yang agaknya kurang pas dipasang sebagai pemeran karakter Kendall.
Yang tak kalah menariknya justru adalah penampilan dua bintang cilik Laura Ann Kesling dan
Jonathan Morgan Heit yang terlihat begitu wajar memerankan dua keponakan Skeeter. Sementara
Russell Brand yang pertama kali tampil dalam film FORGETTING SARAH MARSHALL juga terlihat
'enjoy' berperan sebagai Mickey.
Jangan berharap ada logika karena film ini memang adalah sebuah dongeng sebelum tidur. Dan
seperti kebanyakan dongeng sebelum tidur, banyak hal mustahil yang bisa saja terjadi. Terlepas dari
itu, Adam Shankman, sang sutradara mampu mengolah ide cerita sederhana namun liar ini menjadi
sebuah tontonan happy ending yang layak jadi tontonan penutup tahun ini.
YES MAN
Satu Kata Yang Mengubah Dunia

Pemain: Jim Carrey, Terrence Stamp, Slim Khezri, Zooey Deschanel, Bradley Cooper, Rhys Darby

Saat ditinggalkan kekasihnya, Carl Allen (Jim Carrey) mulai menutup diri dari
lingkungannya. Ia tak mau bertemu dengan orang-orang yang dikenalnya dan
mengurung diri dalam apartemennya. Semua itu berubah saat Carl bertemu
seorang motivator bernama Terrence Bundley (Terrence Stamp).
Dari Terrence Carl 'belajar' bahwa kata 'ya' memiliki kekuatan yang tak
terbayangkan dan Terrence meminta Carl untuk mulai mengatakan 'ya' pada
apapun yang dikatakan orang. Merasa terinspirasi dengan apa yang dikatakan
pria tadi, Carl kemudian bertekad untuk mengubah hidupnya dengan mengatakan
'ya' pada apa pun juga.
Awalnya, hidup Carl jadi lebih 'berwarna'. Carl mulai merasakan banyak perubahan yang terjadi
dalam hidupnya. Namun itu tak berlangsung lama karena Carl kemudian mulai menghadapi banyak
masalah karena terlalu banyak mengatakan 'ya' pada saat ia seharusnya mengatakan tidak.
Untungnya, Carl kemudian bertemu Allison (Zooey Deschanel) yang akhirnya mengubah hidup Carl
menjadi lebih baik.
Film komedi romantis ini diadaptasi dari biografi Danny Wallace yang ditulisnya menjadi buku
dengan judul yang sama. Dari alur cerita, film ini sebenarnya malah sangat mirip dengan film LIAR,
LIAR yang kebetulan juga dibintangi oleh Jim Carrey. Bedanya, jika film LIAR, LIAR terasa punya
'greget', yang ini justru terasa sedikit hambar.
Agaknya sang penulis naskah gagal menuangkan novel laris karya Danny Wallace ini menjadi
bentuk visual yang menarik. Atau bisa jadi pamor film LIAR, LIAR yang menjadi tolok ukur maka film ini
jadi malah kehilangan taring. Yang jelas dari sisi cerita film ini terasa kurang kokoh dan tak menyajikan
sesuatu yang fresh selain humor fisik ala Jim Carrey.
Sisi romantis yang seharusnya sedikit mampu menolong pun ternyata tak bisa terlalu diandalkan
karena 'ikatan batin' antara Jim Carrey dan Zooey Deschanel yang seharusnya menggambarkan sisi
romantis film ini malah tak terlihat. Bisa jadi perbedaan usia yang cukup jauh antara kedua bintang ini
membuat mereka jadi sedikit kesulitan untuk bermesraan.
Terlepas dari itu semua, film ini ternyata punya performa cukup bagus. Buktinya nama YES MAN
sendiri masuk ke jajaran film-film box office dan mengumpulkan tak kurang dari US$79 juta sejak dirilis
19 Desember 2008 lalu.

RED CLIFF II
Pertempuran Maut di Tebing Merah

Pemain: Tony Leung Chiu-Wai, Takeshi Kaneshiro, Zhang Fengyi, Chang Chen, Zhao Wei, Hu Jun,
Nakamura Shido, Lin Chi-ling

Keserakahan membuat Cao Cao (Zhang Fengyi) ingin merebut dua


wilayah lain dan menyatukan seluruh daratan China dalam kekuasaannya.
Kekuatan tentara Cao Cao mau tak mau membuat Sun Quan (Chang Chen)
dan Liu Bei (You Yong) harus bersatu untuk melawan Cao Cao. Dan
peperangan besar pun tak dapat dielakkan.
Di tengah peperangan antara Cao Cao dan dua kubu, Sun Quan dan Liu
Bei yang bersekutu tiba-tiba saja pasukan Cao Cao diserang wabah penyakit
yang mematikan. Beberapa tentara yang semula sehat tiba-tiba saja jatuh sakit
dan mati. Cao Cao yang licik kemudian malah memanfaatkan kelemahan ini
untuk menghancurkan dua musuhnya.
Cao Cao mengirim mayat tentaranya ke wilayah Sun Quan dan Liu Bei agar wabah yang sama
dapat menulari mereka juga, dan taktik ini berhasil. Di tengah wabah yang menyerang, Liu Bei
memutuskan untuk berpisah dari Sun Quan. Mendengar berita itu, Cao Cao merasa taktiknya telah
berhasil dan mengadakan pesta untuk merayakan keberhasilan ini.
Ternyata, kepergian Liu Bei hanyalah tipu muslihat agar Cao Cao lengah. Di saat yang tepat,
pasukan Liu Bei dan Sun Quan datang menyerbu dari arah laut dan darat. Armada kapal perang Cao
Cao dapat dihancurkan dengan mudah sementara Cao Cao dalam keadaan tidak siap.
Mengungkap fakta sejarah memang memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Penyesuaian mau tak mau
harus dibuat agar kisah nyata ini menjadi sebuah tontonan yang layak. Meskipun ada beberapa
penyesuaian yang dibuat, sang sutradara, John Woo, tetap berusaha menjaga kedekatan dengan fakta
agar film ini tak jadi seperti THREE KINGDOMS: RESURRECTION OF THE DRAGON yang juga dibuat
berdasarkan kisah yang sama.
Beberapa fakta yang sampai sekarang belum bisa diungkap oleh para ahli sejarah pun terpaksa
harus mengikuti penyesuaian ini. Misalnya saja faktor utama kekalahan pasukan Cao Cao yang
menurut para ahli masih diragukan. Alih-alih memilih wabah penyakit sebagai alasan, John Woo lebih
tertarik pada peperangan itu sendiri dengan alasan yang dapat ditebak, membuat film ini jadi lebih
heroik.
Banyak yang menyebut film RED CLIFF ini sebagai era kebangkitan film Asia yang ditandai dengan
kembalinya John Woo menggarap film Hong Kong setelah enam belas tahun bergelut dengan dunia
film Hollywood. Dan untuk sebuah film kolosal Asia, yang satu ini memang punya nilai lebih karena
John Woo berhasil menyajikan kisah Asia dalam suguhan yang terasa lebih universal.
Bila dibandingkan dengan bagian pertamanya, film ini memang terasa lebih 'tegang' meski suguhan
laga bukanlah menu utama dalam film ini. Intrik dan tipu daya masih tetap menjadi warna tersendiri
seperti pada kebanyakan film-film Hong Kong.

PUSH
Pertarungan Para Manusia Super

KapanLagi.com - Pemain: Dakota Fanning, Chris Evans, Camilla Belle, Djimon Hounsou

Sebuah agency milik pemerintah Amerika yang bernama The Division


bertugas mengumpulkan orang-orang 'berbakat' dan melatihnya menjadi
sebuah pasukan yang tak tertandingi. Sayangnya, agency yang
keberadaannya selalu disangkal oleh pemerintah ini sering kali
menggunakan cara-cara kotor dalam melaksanakan tugas mereka.
Nick Gant (Chris Evans) adalah putra salah seorang anggota The
Division yang membelot. Ayah Nick harus mati karena The Division tak
pernah membiarkan ada anggotanya mengundurkan diri. Seperti juga
ayahnya, Nick memiliki kekuatan untuk memindahkan barang dengan
kekuatan pikirannya. Takut terlacak oleh The Division, Nick kemudian
memutuskan untuk tinggal di Hong Kong dengan harapan bisa
menghilangkan jejak.
Sementara Nick berada di Hong Kong, The Division melakukan sebuah eksperimen berbahaya
pada para anggotanya yang memiliki kekuatan supranatural ini. Tak seorang pun berhasil lolos
eksperimen dengan selamat kecuali Kira (Camilla Belle) yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
pikiran orang lain. Kira kemudian berhasil lolos dari markas The Division dan menjadi buron agency ini.
Nick yang berada di Hong Kong kemudian didatangi Cassie Holmes (Dakota Fanning) yang mampu
melihat masa depan. Cassie berusaha meyakinkan Nick bahwa mereka berdua harus menyelamatkan
Kira yang memegang kunci keselamatan bagi orang-orang yang memiliki 'bakat unik' seperti mereka
berdua. Sayangnya itu tak akan semudah apa yang dikatakan Cassie. Agent Henry Carver (Djimon
Hounsou) dari The Division tak akan begitu saja membiarkan mereka melakukan itu.
Isu pemerintah AS membangun pasukan super untuk diterjunkan dalam medan peperangan
memang sudah jadi conspiracy theory yang berumur lama. Berbagai film Hollywood dibuat berdasar ide
cerita yang sama termasuk HELLBOY dan X-MEN yang keduanya diadaptasi dari komik lawas. Jadi,
sebenarnya tak ada yang benar-benar baru dalam film arahan sutradara Paul McGuigan berjudul PUSH
ini.
Yang agak membedakan adalah bahwa setting film yang diambil di Hong Kong memberikan 'warna'
tersendiri pada film ini. Warna-warni kota pusat perbelanjaan ini menjadikan film ini terasa 'kaya' dari
sisi sinematografi. Lampu kota, lorong-lorong sempit dan kerumunan orang membawa kesan
claustrophobia yang memang cukup efektif mengingat dua pemeran utamanya harus berusaha
menghindar dari para pemburunya.
Banyaknya tokoh dan tempo yang cukup cepat menghalangi penonton untuk memahami karakter
masing-masing tokoh tapi setidaknya Dakota Fanning dan Chris Evans bermain cukup bagus dalam
film yang sebenarnya kualitas akting tak terlalu dipentingkan. Yang jelas, untuk bisa menikmati film ini,
Anda harus siap meninggalkan logika sebelum memasuki pintu teater dan membiarkan film ini
membawa Anda ke dunia yang lain.

NIGHT AT THE MUSEUM: BATTLE OF THE SMITHSONIAN


Pertempuran di Dalam Museum

Mei 2009
KapanLagi.com - Pemain: Ben Stiller, Amy Adams, Owen Wilson, Hank Azaria, Christopher Guest,
Alain Chabat, Robin Williams

Sejak hasil temuannya dipatenkan, Larry Daley (Ben Stiller)


berhasil mendapat banyak uang dan memutuskan untuk pensiun dari
pekerjaannya sebagai penjaga museum. Namun ketika American
Museum of Natural History direnovasi dan seluruh isi museum ini
dipindahkan ke Smithsonian Institution di Washington Larry tak punya
pilihan lain selain menyusul ke Washington.
Larry khawatir kalau 'kejadian buruk' yang sempat menimpanya
sebelum berhenti menjadi petugas keamanan akan terulang lagi dan
sepertinya kekhawatiran Larry ini beralasan. Seperti kasus yang terjadi
sebelumnya, Larry kembali harus berurusan dengan benda-benda
museum yang tiba-tiba bangkit dan mengacaukan seluruh isi museum.
Kali ini yang jadi penyebab masalah adalah Ahkmenrah (Rami Malek),
firaun jahat yang bermaksud membangkitkan seluruh isi museum.
Terpaksa Larry harus berhadapan dengan seluruh tokoh sejarah yang peninggalannya tersimpan
di dalam Smithsonian. Ini bukanlah pekerjaan mudah karena Smithsonian memiliki koleksi 136 juta
barang dari masa lalu. Bayangkan betapa kacaunya ketika Amelia Earhart, Al Capone, Theodore
Roosevelt, Napoleon Bonaparte, Albert Einstein, Charles Darwin hingga Attila the Hun semuanya
bangkit dari kubur.
Menonton film ini tak ubahnya seperti mengenang kembali kisah yang sudah lewat. Tak banyak
yang berubah pada film ini jika dibandingkan dengan NIGHT AT THE MUSEUM yang dilepas sekitar
dua tahun lalu. Malahan film ini lebih tepat dibilang reboot ketimbang sebuah sekuel. Yang ada cuma
kejadian yang sama dan tokoh yang sama dengan lokasi yang baru.
Ada kesan seolah sutradara dan penulis naskah tak puas dengan film yang pertama dan ingin
membuatnya lebih 'kolosal'. Dan kalau memang ini yang dimaksud, pemilihan Smithsonian sebagai
lokasi jelas tak salah. Museum Smithsonian hampir dua puluh kali lebih besar dari Natural History
Museum (lokasi film pertama) dan ini memberikan ruang untuk lebih kreatif.
Selain Ben Stiller, sebagian besar karakter dari film pertama juga ikut kembali bermain dalam film
ini dan itu makin menguatkan asumsi bahwa film ini adalah reboot. Beberapa karakter baru pun
dimunculkan untuk mengisi 'ruang' yang lebih besar ini dan hasilnya adalah 'kekacauan' yang lebih
besar dari film pertama.
Perbedaan lain yang tak terlalu menyolok mungkin adalah nada komedi yang mulai bergeser ke
arah 'lebih dewasa'. Sayang, karena film ini sebenarnya lebih punya potensi sebagai film komedi untuk
keluarga seperti film yang pertama. Tapi secara keseluruhan, film ini terasa lebih bagus dari film
pertamanya. Ide 'mengajak orang kembali menengok sejarah' memang patut diacungi jempol (satu lagi
alasan untuk menyebut film ini sebagai reboot).(kpl/roc)

CRANK: HIGH VOLTAGE


Bertahan Hidup Dengan Tenaga Baterai
KapanLagi.com - Pemain: Jason Statham, Amy Smart

Bila sebelumnya Chev Chelios (Jason Statham) harus memacu adrenalinnya untuk bisa tetap
hidup, kali ini ia menghadapi kasus yang serupa meski kali ini ia akan membutuhkan banyak sumber
daya listrik untuk membuatnya tetap hidup. Chev harus bertahan hidup dan mencari jantungnya yang
telah ditukar oleh mafia Hong Kong.
Saat terjatuh dari helikopter dan tak sadarkan diri, para mafia kemudian mengangkut tubuh Chev
dan membawanya ke meja operasi. Mereka bermaksud mengambil jantung Chev yang kini telah
menjadi sangat kuat akibat adrenalin yang terus berpacu. Para mafia ini bermaksud menggunakan
jantung Chev untuk menggantikan jantung bos mereka yang mengalami gagal jantung. Selanjutnya
seluruh organ tubuh Chev akan diambil untuk diperdagangkan di pasar gelap.
Saat terbangun, Chev mendapati jantungnya telah diganti dengan jantung buatan yang hidup dari
sebuah baterai yang diletakkan di luar tubuhnya. Baterai ini tidak dirancang untuk bertahan cukup lama
karena peralatan ini biasanya hanya untuk menjaga denyut jantung pasien selama transplantasi
jantung. Kini Chev hanya punya satu pilihan saja. Ia harus tetap bertahan hidup dengan jantung buatan
yang ada dalam dirinya selama ia memburu para mafia yang telah mencuri jantungnya ini dan selama
perjalanan Chev tak boleh lupa mengisi ulang baterai yang ada di pinggangnya, atau jantungnya akan
berhenti berfungsi saat itu juga.
Ada satu fakta menarik dari film berjudul CRANK: HIGH VOLTAGE ini. Sang sutradara tahu
benar bahwa film ini adalah junk dan karenanya ia tak berusaha membuat film ini seolah-olah film
berkualitas Oscar. Fakta itu membuat film ini jadi menarik buat ditonton, tentu saja selama Anda tak
merasa terganggu dengan absurdity yang memenuhi film ini dari detik awal hingga jajaran nama dalam
cast & credit bergulir.
Film ini tak punya plot atau alur cerita. Yang ada hanyalah serangkaian tindakan kekerasan yang
dirangkai untuk memenuhi kuota durasi film berdasarkan ide dasar yang mungkin tak lebih dari satu
kalimat. Satu-satunya cara menikmati film ini hanyalah dengan melupakan logika dan menonton film ini
apa adanya, selama Anda tak keberatan dengan sederet tindakan kekerasan yang sama sekali tak
berdasar.
Soal akting, Jason Statham memang terlihat 'pas' memerankan seorang pembunuh bayaran yang
punya masalah dengan emosi. Yang sedikit bermasalah mungkin adalah trik pengambilan gambar yang
bergerak cepat dan selalu 'ingin' menangkap objek secara close up malah membuat adegan dalam film
ini jadi sedikit susah diikuti. Di akhir film, kesimpulannya hanya satu: film ini benar-benar junk. Jadi bila
Anda bermaksud menonton film ini, jangan lupa meninggalkan segala akal sehat sebelum anda masuk
gedung bioskop.
'DRAG ME TO HELL',
Melepaskan Diri Dari Kutukan

Rabu, 03 Juni 2009 09:13


KapanLagi.com - Pemain: Alison Lohman, Justin Long, Lorna Raver, David Paymer

Sebagai seorang petugas bagian peminjaman di sebuah bank,


Christine (Alison Lohman) jelas tak punya banyak pilihan saat seorang
wanita tua bernama Mrs. Ganush (Lorna Raver) datang meminta
perpanjangan pinjaman. Christine harus segera membuat keputusan
meski ia tak tahu konsekuensi dari keputusannya itu.
Bermaksud ingin menyenangkan Mr. Jacks (David Paymer),
atasannya, Christine pun lantas menolak permintaan Mrs. Ganush dan
memutuskan wanita tua ini harus segera keluar dari rumah yang
ditinggalinya saat ini. Christine sebenarnya tak tega tapi ia harus segera
membuat keputusan. Sialnya, keputusan yang ia buat justru tak
menguntungkan buat dirinya sendiri.
Mrs. Ganush yang merasa putus asa kemudian mengutuk Christine menjadi penghuni neraka
selamanya. Christine tak terlalu mengkhawatirkan kutukan wanita tua itu, setidaknya sampai ia mulai
dihantui makhluk-makhluk menakutkan yang ternyata memang bermaksud menyeret Christine masuk
ke dalam neraka abadi.
Jarang ada sebuah film horor yang mampu memikat para kritikus film yang biasanya sangat
cerewet soal akting, logika dan lain sebagainya. Anehnya DRAG ME TO HELL ini justru mendapat
banyak pujian saat diputar dalam acara Cannes Film Festival. Metacritic juga memberikan nilai 83 pada
film ini sementara para user memberikan nilai 7,2 dari 10 poin. Sebuah pencapaian yang jarang terjadi
pada film horor.
Buat para penggemar film horor, DRAG ME TO HELL (judul yang sangat sederhana dan mewakili
cerita film ini) ini jelas disambut dengan tangan terbuka. Di awal karirnya, sutradara Sam Raimi
memang terkenal sebagai sutradara film horor. Kalau Anda masih ingat dua film klasik THE EVIL DEAD
dan ARMY OF DARKNESS, dua film itu adalah hasil karya Sam Raimi. Setelah itu Raimi mulai beralih
ke genre mainstream dan sukses menggarap tetralogi SPIDER-MAN.
Seperti juga pada ARMY OF DARKNESS dan THE EVIL DEAD Raimi masih tetap menggunakan
formula legenda sihir, gore, kejutan dan tentu saja humor yang diramu dengan pas untuk menghadirkan
sebuah tontonan yang benar-benar menghibur. Memang kalau dibandingkan dengan dua film tersebut
DRAG ME TO HELL terasa lebih mild meski masih cukup 'menakutkan'.
Berharap mendapat suguhan cerita yang rumit atau akting yang memukau seperti pada film-film
drama adalah hal yang mustahil. Film ini tidak dibuat untuk itu. Akting para pemeran film ini sebenarnya
tak terlalu buruk selama Anda tak membandingkannya dengan film yang lebih berat seperti THE
OTHERS misalnya.
STAR TREK
Menjelajah Luasnya Angkasa Luar

Release Date : May 8, 2009


Pemain: Chris Pine, Zachary Quinto, Karl Urban, Zoe Saldana, Anton Yelchin, Eric Bana, Tyler Perry,
Jennifer Morrison.

James Tiberius Kirk (Chris Pine) dan Spock (Zachary


Quinto) adalah dua karakter yang berseberangan. Kirk adalah
pemuda dengan jiwa pemberontak sementara Spock tak
pernah melakukan hal yang tak logis namun takdir
mempertemukan mereka berdua dan bahkan keduanya
menjadi sahabat sekaligus tim yang sangat solid.
Kirk yang sejak lahir telah ditinggal mati oleh ayahnya
tumbuh menjadi pemuda liar sampai akhirnya ia bertemu
Kapten Christopher Pike (Bruce Greenwood) yang
menyarankan Kirk untuk bergabung dalam akademi Starfleet
dan melanjutkan jejak ayahnya sebagai seorang kapten
pesawat angkasa luar. Merasa tertantang, Kirk pun
memutuskan untuk bergabung dengan Starfleet. Di akademi
inilah ia kemudian bertemu dengan Leonard McCoy (Karl
Urban) yang lantas menjadi sahabat baik Kirk.
Suatu ketika, Starfleet menerima pesan darurat dari
planet Vulcan dan segera saja beberapa armada pesawat ruang angkasa dikirim untuk memberikan
bantuan. Kirk yang diskors tak boleh bergabung namun dengan bantuan McCoy, Kirk berhasil masuk ke
dalam pesawat USS Enterprise. Saat mendekat Vulcan, Kirk baru sadar bahwa semua itu jebakan dan
ia berusaha meyakinkan kapten Pike bahwa yang terjadi adalah serangan terhadap planet Vulcan.
Dalam serangan itu Kapten Pike disandera oleh Kapten Nero (Eric Bana) sementara seluruh
planet Vulcan musnah termasuk ibu Spock yang gagal diselamatkan. Kirk pun lantas terlibat
perseteruan dengan Spock yang menjabat sebagai kapten kapal menggantikan Pike. Perseteruan ini
membuat Spock terpaksa membuang Kirk dari USS Enterprise. Terdampar di Delta Vega, Kirk akhirnya
malah menemukan satu pencerahan yang akan menjadi kunci penyelamatan bumi dari dendam Kapten
Nero.
Bermain-main dengan sebuah franchise yang sudah lama berakar seperti STAR TREK atau
STAR WARS memang selalu beresiko tinggi. Bila tak berhasil 'menangkap' jiwa dari kisah aslinya,
maka fans setia akan berpaling sementara bila tak mampu menampilkan sesuatu yang fresh maka
penonton yang asing dengan franchise pun gagal dirangkul. Untungnya dua hal tersebut tak terjadi
pada kasus STAR TREK ini.
Keputusan J. J. Abrams, sang sutradara, untuk mengambil masa-masa awal dari tim yang identik
dengan persahabatan Kirk dan Spock ini memang strategi yang jitu lantaran tak akan terlalu terikat
pada image yang dibawa oleh William Shatner dan Leonard Nimoy yang memerankan karakter Kirk dan
Spock. Di sisi lain ide ini juga memberi 'ruang' buat menangkap para calon fans baru.
Chris Pine dan Zachary Quinto yang memegang peran kunci dalam film ini berhasil mereplika
karakter Kirk dan Spock dengan baik tanpa harus mengekor Shatner dan Nimoy. Begitu juga dengan
para pemain lain yang bermain cukup natural dan mampu mewakili jiwa dari franchise STAR TREK,
dunia yang diperkenalkan oleh Gene Roddenberry di tahun 1966 lalu.
Semua bagian termasuk seragam awak kapal hingga USS Enterprise sendiri disuguhkan oleh
J.J. Abrams dengan baik, tetap menangkap 'roh' dari STAR TREK tanpa kelihatan kuno. Tapi yang jadi
masalah adalah ide itu sudah lewat 43 tahun dan sedikit terasa aneh melihat 'penjabaran' alam semesta
dan teknologi dari sisi yang dilihat orang hampir setengah abad yang lalu. Jangan berharap ada logika
karena film ini memang fiksi ilmiah, sama seperti 43 tahun yang lalu.
TRANSFORMERS: REVENGE OF THE FALLEN
Pembalasan Megatron

24 Juni 2009
KapanLagi.com - Pemain: Shia LaBeouf, Megan Fox, Josh Duhamel, Tyrese Gibson, John Turturro

Sam Witwicky (Shia LaBeouf) mungkin tak mengira bakal


terjebak dalam peperangan antara Autobots dan Decepticon.
Namun ia tak bisa mengelak karena takdir membawanya menjadi
sahabat para Autobots yang kehilangan planet mereka akibat
keserakahan para Decepticon. Setelah kematian Megatron, Sam
tak mengira bahwa peperangan masih akan berlanjut.
Starscream (Charlie Adler) yang berhasil mencapai
Cybertron kemudian mengambil alih tampuk kepemimpinan dan
memutuskan untuk kembali ke bumi untuk menyelesaikan
masalah yang belum tuntas. Tubuh Megatron (Hugo Weaving)
yang semula dikira sudah mati ternyata dapat dibangkitkan lagi
dan kini Autobots yang memutuskan tinggal di bumi menghadapi
masalah baru.
Megatron dan Starscream menginginkan para Autobots dan
seluruh penghuni musnah dan mereka tak main-main soal yang
satu ini. Sepasukan Decepticon dikirim ke bumi untuk tugas penghancuran ini. Mampukah Autobots
membela diri sekaligus melindungi Sam dan seluruh penghuni bumi yang kini bergantung pada
mereka?
Tak seperti pada bagian pertama yang dirilis tahun 2007, Hasbro sebagai pemilik nama
Transformers memutuskan untuk lebih ikut campur dalam soal desain robot Transformers. Dana
sebesar US$200 juta pun dikucurkan untuk memastikan bahwa film ini akan lebih bagus dari bagian
pertamanya. Hasilnya, Michael Bay sanggup menggunakan pesawat F-16 dan tank sungguhan dalam
proses syuting film ini.
Tim lama pun kembali direkrut agar sekuel ini lebih bisa membawa roh dari film pertama. Steve
Jablonsky tetap memegang posisi komposer sementara Linkin Park juga ikut menyumbangkan satu
lagu untuk film ini. Para pemeran lama pun tetap dipertahankan, mengingat film ini benar-benar adalah
kelanjutan dari film pertama.
Secara keseluruhan, sajian visual film ini memang memuaskan. Tak heran juga jika mengingat
dana yang telah dikeluarkan untuk memproduksi film ini. Jumlah robot jelas jauh lebih banyak dengan
tampilan yang benar-benar terlihat hidup. Itu semua jelas tak lepas dari campur tangan Scott Farrar,
sang visual effects supervisor, yang juga menggarap film pertamanya.
Meski para robot itu adalah hasil permainan animasi komputer, namun di tangan Ben Seresin,
hasil syuting dan animasi itu berhasil disatukan tanpa ada cacat yang terlihat. Fokus Michael Bay, sang
sutradara, kali ini sepertinya adalah membuat tontonan yang benar-benar memanjakan mata dan itu
terlihat dari semakin banyaknya aksi laga yang di sisi lain juga mengurangi kuantitas pamer akting para
pendukungnya.
Secara umum, Shia LaBeouf dan Megan Fox cukup mampu membawakan peran mereka
walaupun hasilnya tak akan membuahkan piala Oscar buat mereka. Kebanyakan kritikus film pun
membantai habis-habisan film ini karena dianggap tak sebanding dengan film pertamanya dulu. Namun
terlepas dari semua kritik itu, pihak studio sepertinya masih optimis dapat mengeruk banyak
keuntungan, terbukti dengan rencana sekuel yang sudah mereka umumkan bahkan sebelum
pembuatan film ini selesai.
G-FORCE
Tim Tangguh Pembela Kebenaran

September 2009 09:13


KapanLagi.com - Pemain: Nicolas Cage, Steve Buscemi, Tracy Morgan, Will Arnett, Bill Nighy, Zach
Galifianakis

Selama bertahun-tahun, pemerintah Amerika Serikat berusaha untuk menggali kemungkinan


memanfaatkan binatang untuk tugas intelejen sehingga sama sekali tak mencurigakan pihak lawan.
Dengan bantuan Dr. Ben Kendall (Zach Galifianakis) eksperimen itu pun jadi kenyataan dan kini,
setelah sampai pada tahap hampir sempurna, tim mata-mata binatang ini harus siap turun ke lapangan
karena tugas sudah menanti mereka.
Tim mata-mata super yang diberi nama G-Force ini terdiri dari Speckles (Nicolas Cage), Bucky
(Steve Buscemi), Blaster (Tracy Morgan), Juarez (Penelope Cruz) dan Darwin (Sam Rockwell). Kelima
binatang super yang mampu berkomunikasi layaknya manusia ini masing-masing memiliki spesialisasi
sendiri yang sama sekali tak bisa diremehkan.
Suatu ketika, seorang pengusaha kaya bernama Leonard Saber (Bill Nighy) berusaha menguasai
dunia dengan cara memproduksi robot-robot yang disamarkan menjadi peranti elektronik dan siap
menyerbu kapan pun diperintahkan. Dengan berbekal latihan yang telah mereka dapatkan, G-Force
pun bersiap turun ke lapangan untuk menggagalkan misi jahat pengusaha kaya ini.
Tapi misi ini tidak mudah karena selain harus berhadapan dengan robot buatan Leonard Saber,
G-Force juga harus menghadapi ancaman seorang agen FBI bernama Kip (Will Arnett) yang tak suka
tugasnya digantikan binatang. Kip akan melakukan apa pun agar proyek G-Force ini dihentikan dan
tugas menyelamatkan bumi tetap berada di tangan manusia.
Memang tidak ada yang baru dari film animasi berjudul G-FORCE ini. Idenya sangat sederhana
dan mirip ide dasar film MISSION: IMPOSSIBLE, tanpa Tom Cruise tentunya. Di akhir cerita ada juga
sedikit pengaruh dari film TRANSFORMERS meski tak sepenuhnya sama. Tapi yang jelas ada
beberapa hal yang membuat film ini jadi menyenangkan.
Yang pertama adalah ide cerita yang cukup sederhana sehingga tak terlalu sulit dicerna oleh
anak-anak, mengingat pasar terbesar film animasi seperti ini memang adalah anak-anak. Di sisi lain,
orang dewasa juga masih bisa menikmati film ini asalkan mereka tidak keberatan dengan alur kisah
yang sederhana ini. Tapi lebih dari itu, dua penulis naskah, Cormac dan Marianne Wibberley mampu
menuangkan ide dasar yang sederhana ini ke dalam bentuk cerita yang penuh aksi laga tapi juga
disisipi humor yang lumayan menyegarkan.
Hal lain yang tak bisa dikesampingkan adalah suguhan visual yang pas. Memang tak ada yang
benar-benar baru dalam animasi film ini tapi untuk standar saat ini, animasi G-FORCE sudah tergolong
bagus. Dan keterlibatan para aktor pengisi suara seperti Nicolas Cage, Steve Buscemi, Will Arnett, dan
Bill Nighy juga seolah menghembuskan 'roh' buat karakter-karakter animasi ini dan membuat mereka
terasa lebih hidup.
AVATAR
Dilema di Planet Pandora

KapanLagi.com - Pemain: Sam Worthington, Zoe Saldana, Sigourney Weaver, Michelle Rodriguez,
Stephen Lang, Joel David Moore, Giovanni Ribisi, CCH Pounder, Dileep Rao, Matt Gerald, Laz Alonso,
Peter Mensah, Wes Studi

Terjebak di antara dua kubu yang bertikai memang tak pernah


menyenangkan dan itulah yang dialami Jake Sully (Sam Worthington) saat
ia setuju untuk dikirim ke Pandora. Di planet asing yang dihuni berbagai
makhluk ini Jake yang semula berharap bisa memulai hidup baru malah
terlibat masalah pelik yang mengharuskannya memilih pihak.
Jake adalah mantan marinir yang mengalami luka parah dalam
sebuah pertempuran di bumi. Akibatnya kaki Jake mengalami kelumpuhan
total. Ada satu harapan buat Jake. Jika ia mengikuti program Avatar dan
dikirim ke planet Pandora maka ia akan kembali bisa berjalan seperti sedia
kala meski konsekuensinya Jake akan menggunakan 'tubuh baru'.
Agar memungkinkan buat manusia untuk hidup di Pandora maka
mereka dibuatkan satu tubuh buatan dan pikiran para manusia ini akan
ditanamkan ke dalam tubuh yang disebut Avatar ini sehingga Avatar ini seolah-olah adalah tubuh
mereka sendiri. Tugas Jake adalah menjadi pemandu bagi beberapa manusia yang menggunakan
tubuh Avatar untuk mencari sumber mineral baru untuk kepentingan industri di bumi.
Di tengah perjalanan, Jake bertemu Neytiri (Zoe Saldana), bangsa Na'vi penghuni planet
Pandora. Seiring berjalannya waktu Jake pun jatuh cinta pada Neytiri. Berawal dari cinta inilah Jake
lantas menghadapi dilema antara melanjutkan misinya mengeksplorasi Pandora atau membela kaum
Na'vi melindungi Pandora.

ASTRO BOY
Kembalinya Anak Yang Hilang
Pemain: Freddie Highmore, Nicolas Cage, Donald Sutherland, Nathan Lane

Sejak kehilangan putranya, Tobio, yang meninggal dalam kecelakaan,


Dr. Tenma (Nicolas Cage) merasa kesepian. Ia kemudian memanfaatkan
keahliannya membuat robot untuk menciptakan pengganti Tobio.
Berdasarkan gambaran Tobio inilah Dr. Tenma kemudian membangun robot
yang kemudian ia beri nama Astro Boy (Freddie Highmore).
Sayangnya, Astro Boy ini ternyata tak bisa menggantikan Tobio yang
sangat ia cintai. Astro Boy tak bisa tumbuh menjadi dewasa dan tak memiliki
emosi layaknya manusia. Kecewa dengan hasil ciptaannya, Dr. Tenma
kemudian memutuskan untuk 'membuang' Astro Boy yang mulai merasakan
bahwa Dr. Tenma adalah ayahnya.
Astro Boy yang merasa kecewa kemudian terlibat serangkaian
petualangan yang malah membuatnya semakin 'dewasa'. Namun
petualangan Astro Boy harus segera diakhiri karena Metro City, tempat 'ayahnya' tinggal kini berada
dalam bahaya. Berbekal rasa 'cinta' pada ayahnya dan kemampuan yang ia dapat selama dalam
petualangan, Astro Boy siap kembali untuk melindungi Metro City dari segala ancaman.
Popularitas Astro Boy memang tak perlu lagi diragukan. Sejak muncul dalam versi manga di
tahun 1950-an kisah ini sudah banyak diadaptasi ke dalam banyak versi termasuk dalam versi kartun
buatan Amerika. Dengan semakin populernya adaptasi komik dan film kartun televisi ke dalam format
layar lebar maka tidak ada alasan untuk tidak membangkitkan lagi legenda Astro Boy.
HALLOWEEN II
Dendam Kesumat Michael Myers

Pemain: Malcolm McDowell, Scout Taylor-Compton, Tyler Mane

Mimpi buruk kota Haddonfield ternyata tak berhenti saat


munculnya Michael Myers (Tyler Mane) dan menghabisi banyak nyawa
yang ia anggap bertanggung jawab pada apa yang ia alami saat itu.
Beberapa tahun kemudian pembantaian di malam Halloween itu kembali
harus berulang karena Michael masih punya urusan yang belum
terselesaikan.
Michael Myers memang tumbuh dalam keluarga yang berantakan.
Sejak kecil ia sudah menunjukkan gejala kelainan jiwa. Michael punya
hobi menyiksa dan membunuh binatang. Suatu hari di malam
Halloween, Michael menghabisi nyawa kakak dan ayah tirinya dan
karena itu ia harus menghabiskan hampir seumur hidupnya di rumah
sakit jiwa dalam pengawasan dokter Sam Loomis (Malcolm McDowell).

Suatu ketika Michael berhasil lolos dari rumah sakit dan 'pulang' ke Haddonfield untuk menebar
teror pembantaian di sana. Ketika semuanya berakhir, semua orang mengira bahwa Michael Myers
telah tewas. Tak ada yang tahu bahwa Michael masih menyimpan dendam lama dan bermaksud
menuntaskan masalah di malam yang paling ia sukai, malam Halloween.
Sepertinya Rob Zombie tak berusaha menutup-nutupi bahwa ia sedikit terobsesi dengan karakter
Michael Myers yang ada dalam franchise HALLOWEEN. Kalau dalam proyek pertama Rob belum
terlalu berani bereksperimen, kali ini Rob sudah mulai menunjukkan sisi 'kreatif'. Ada beberapa hal yang
bisa dibilang menyimpang dari pakem HALLOWEEN yang digagas John Carpenter di tahun 1978.
Rob mulai memasukkan latar belakang psikologis Michael Myers yang tidak terlalu diperhatikan
oleh John Carpenter. Michael Myers yang semula digambarkan sebagai sosok yang murni kejam dan
jahat kini diolah lagi oleh Rob Zombbie, sang sutradara, dan terkesan bahwa masa lalu dan
lingkunganlah yang membentuknya menjadi begitu. Rob juga memasukkan unsur sureal dalam bentuk
penglihatan yang dialami Michael hampir sepanjang film.
Secara visual pun karakter ini mengalami transformasi. Topeng tak lagi jadi trademark dan
hampir setengah jalan cerita tokoh utama ini tak mengenakan topeng lagi. Saat membunuh pun Michael
mengeluarkan suara dan tidak lagi jadi pembunuh yang 'pendiam' seperti pada versi awal. Penafsiran
yang berbeda ini mau tak mau sedikit berdampak pada mereka yang sudah kenal Michael Myers sejak
dulu.
Selebihnya, film yang sempat diberi title H2 ini masih tidak jauh dari karya Rob Zombie HOUSE
OF 1000 CORPSES dan THE DEVIL'S REJECTS. Kalau Anda suka darah, mayat dan adegan
pembunuhan, Anda pasti sudah kenal Rob Zombie.
THE GHOSTS OF GIRLFRIENDS PAST
Hantu Dari Masa Lalu

Pemain: Matthew McConaughey, Jennifer Garner, Emma Stone, Noureen DeWulf, Breckin Meyer,
Lacey Chabert

Connor Mead (Matthew McConaughey) adalah tipe pria yang tak


punya perasaan. Connor yang bekerja sebagai fotografer selebriti tak bisa
menjalin sebuah hubungan asmara cukup lama untuk berakhir dalam
sebuah pernikahan. Semuanya berjalan normal bagi Connor hingga suatu
saat ia mendapat sebuah kunjungan yang tak akan dilupakannya seumur
hidup.
Reputasi Connor sebagai playboy sempat membuat seluruh keluarga
khawatir apalagi ketika Paul (Breckin Meyer), adik Connor, berencana untuk
menikah. Paul berharap Connor sudah berubah dan akan memberinya
dukungan atas keputusannya menikah. Sayang ternyata ide ini malah
membuat rencana pesta pernikahan Paul jadi berantakan hanya karena
ulah Connor yang sama sekali tak menghargai kata cinta.
Dalam keadaan genting ini, tiba-tiba saja Connor didatangi 'hantu' dari masa lalu Connor. 'Hantu
mantan pacar Connor' (Emma Stone) dan 'hantu pacar Connor' (Noureen DeWulf) datang dan
membawa Connor melalui sebuah 'perjalanan' menelusuri awal dari masalah yang membuat Connor tak
lagi percaya pada kata cinta. 'Para hantu' ini berharap bisa menyadarkan Connor akan arti sebuah
hubungan asmara meski, tentu saja, itu semua bergantung pada Connor sendiri.
Kalau Anda adalah salah satu penggemar kisah-kisah klasik, Anda pasti teringat kisah karya
Charles Dickens yang berjudul A Christmas Carol yang kebetulan sekarang juga dibuatkan versi layar
lebarnya dengan Jim Carrey sebagai bintangnya. Ya, memang film ini terinspirasi kisah klasik itu
walaupun ide itu kini disajikan dalam format modern.
Pesan moral yang ingin disampaikan adalah bahwa kejadian buruk di masa lalu seharusnya bisa
jadi pelajaran berharga agar di masa depan kesalahan itu tidak berulang lagi. Tidak ada yang implisit
dalam penyampaian pesan moral ini. Semuanya dikisahkan dengan gamblang dengan bumbu humor di
sana-sini. Sayangnya tak terlalu banyak humor yang cukup efektif dan lebih terasa sebagai tempelan
saja.
Soal akting, Matthew McConaughey terlihat sangat meyakinkan sebagai seorang pria yang
menjengkelkan namun sayangnya predikat playboy yang disandang karakter yang ia perankan tak bisa
ia definisikan dengan baik melalui tutur kata dan gerak tubuh. Yang lebih parah lagi, tidak ada chemistry
antara karakter yang ia perankan dengan karakter yang diperankan Jennifer Garner padahal
seharusnya dua orang ini adalah pasangan yang saling mencintai namun terpisah oleh pandangan
hidup yang berbeda. (kpl/roc)
SERIGALA TERAKHIR
Konflik Mafia Ala Indonesia

KapanLagi.com - Pemain: Vino G Bastian, Fathir, Dion Wiyoko, Ali Syakieb, Dallas Pratama, Fanny
Fabriana

Berawal dari persahabatan 5 pemuda, Ale (Fathir), Jarot (Vino G


Bastian), Lukman (Dion Wiyoko), Sadat (Ali Syakieb), dan Jago (Dallas
Pratama). Umur yang masih muda, membuat mereka sangat berambisi dan
cenderung menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Ale
yang terlihat memiliki jiwa kepemimpinan, dianggap sebagai leader
kelompok ini.
Suatu hari dalam pertandingan sepak bola, mereka terlibat
perseteruan dengan kelompok lain. Ale saat itu sedang terdesak, namun
Jarot datang menyelamatkannya. Sayang, secara tak sengaja Jarot
menusuk lawan dengan pisau. Ale dkk yang panik melihat korban jatuh
bersimbah darah, langsung meninggalkan Jarot sendirian.
Akibat perbuatannya, Jarot harus mendekam di dalam penjara
seorang diri. Tak ada satu pun sahabat-sahabatnya yang mau peduli. Ia pun merasa telah dikhianati
teman-temannya sendiri. Perasaan kecewa dan sakit hati membuat Jarot ingin membalas dendam.
Selepas dari penjara, ia langsung bergabung dengan kelompok Naga Hitam yang notabene
musuh dari kelompok Ale dkk. Permasalahan pun semakin rumit. Mulai dari Jarot yang tidak sengaja
bertemu adik Ale, Aisya (Fanny Fabriana), perempuan yang dulu pernah ia cintai, hingga perdagangan
narkoba antar dua kelompok ini.
Film dengan tema gangster mungkin baru SERIGALA TERAKHIR yang cukup menonjol. Upi
Avianto sebagai sutradara cukup berani membuat film seperti ini, mengingat negara kita tidak terlalu
terkenal dengan kelompok-kelompok mafia semacam ini.
Dengan durasi film selama 135 menit, film menjadi sedikit membosankan. Beberapa adegan
drama dibuat lambat, sehingga cenderung membuat penonton sedikit bosan. Namun hal itu tertutupi
dengan adegan action yang apik dan akting Vino sebagai Jarot yang cukup menawan. Ia mampu
mengekspresikan rasa kecewa dan sakit hatinya akibat dikhianati dengan baik. (kpl/riz)
2012
Bencana Yang Memusnahkan Ras Manusia

Pemain: John Cusack, Amanda Peet, Danny Glover, Thandie Newton, Oliver Platt, Chiwetel
Ejiofor, Woody Harrelson

Dalam kalender bangsa Maya secara tidak langsung tersirat


bahwa kehidupan di dunia ini akan musnah di akhir tahun 2012.
Pada saat itu, dunia akan dilanda bencana besar dan kekacauan
terjadi di mana-mana yang mengakibatkan musnahnya ras
manusia. Jackson Curtis (John Cusack) hanyalah satu dari
penghuni bumi yang awalnya tidak terlalu meyakini ramalan ini.
Suatu ketika terjadi peristiwa mengerikan di Guatemala.
Ratusan orang memutuskan bunuh diri karena meyakini ramalan
kuno bangsa Maya ini memang benar. IHC (Institute for Human
Continuity), sebuah organisasi rahasia yang telah lama
menyelidiki ramalan ini akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa
apa yang diprediksikan ratusan tahun yang lalu itu benar. Yakin
bahwa pasti ada 'jalan keluar' dari malapetaka ini, IHC lantas
membangun sebuah kapal besar tepat di bawah gunung
Himalaya.
Rencananya, mereka akan mengulang peristiwa zaman nabi Nuh dan berusaha
menyelamatkan sebanyak mungkin orang agar ras manusia tidak punah setelah bencana besar
ini. Di luar perkiraan, pergeseran lempeng bumi ternyata terjadi lebih cepat dari yang
diperkirakan para ilmuwan di IHC. Dalam sekejap Los Angeles musnah sementara Afrika
Utara dan Italia juga tak luput dari bencana besar ini.
Kini, nasib umat manusia berada di tangan IHC. Jackson Curtis bersama Kate (Amanda
Peet), mantan istrinya, dan dua anak mereka, Noah (Liam James) dan Lilly (Morgan Lily)
harus berlomba dengan waktu untuk bisa sampai ke kaki Himalaya atau mereka akan jadi
korban bencana besar ini.
Secara garis besar, untuk menyebut sebuah film bagus atau tidak bisa dilihat dari dua
kategori. Yang pertama adalah film yang murni sebagai tontonan secara visual sementara
yang kedua adalah film yang memadukan banyak unsur seperti naskah, penyutradaraan,
akting, pesan moral, logika ke dalam satu ramuan yang menarik bukan hanya dari sisi visual.
Untuk film berjudul ringkas, 2012, ini kategori pertama mungkin lebih cocok.
Soal membuat 'replika kehancuran', Roland Emmerich, sang sutradara memang bukan
orang baru. Berbekal pengalaman menangani INDEPENDENCE DAY dan THE DAY
AFTER TOMORROW, janji bahwa 2012 akan menjadi film 'bencana' terbesar hingga saat ini
bisa dipastikan bakal terpenuhi. Apalagi dengan biaya produksi sekitar US$260 juta dari Sony
Pictures Entertainment, jelas film ini akan mampu melebihi karya Roland sebelumnya.
Secara visual, tak ada yang salah dengan film ini. Visual effect yang digunakan untuk
menampilkan adegan kehancuran bumi memang first class dan mencengangkan. Bisa dibilang
dari awal hingga akhir film penonton pasti akan terpaku di tempat duduk menyaksikan
'megahnya' efek visual yang disajikan. Tak tanggung-tanggung, dua jam lebih Anda akan
dimanjakan dengan suguhan visual ini. Murni suguhan visual.
Selebihnya, tak banyak yang diberikan film ini. Ide cerita bukan sesuatu yang baru
karena rumor tentang akhir dunia ini memang sudah beredar cukup lama. Dan itu juga yang
jadi salah satu kunci kesuksesan film ini. Cerita film ini sebenarnya sangat sederhana dan tak
akan menghabiskan waktu lebih dari satu jam untuk menuturkannya namun karena bukan itu
tujuan utamanya maka durasi sepanjang 158 bisa dicapai
THE TWILIGHT SAGA: NEW MOON
Terjebak Perseteruan Abadi

Pemain: Kristen Stewart, Robert Pattinson, Taylor Lautner

Ulang tahun kedelapan belas Bella Swan (Kristen Stewart)


seharusnya jadi hari yang paling membahagiakan buat gadis cantik
ini. Sayangnya karena satu kejadian tak disengaja pada hari itu,
Edward Cullen (Robert Pattinson), kekasih Bella, justru malah
memutuskan untuk pergi jauh dari kota Forks tempat Bella tinggal.
Edward dan keluarganya adalah vampire yang berusaha untuk
mengingkari takdir mereka dengan tidak memangsa manusia. Tapi
saat tanpa sengaja bela terluka dan mengucurkan darah, ayah
Edward merasa bahwa tak lagi aman buat mereka terus berada di
sana. Akhirnya keluarga Edward memutuskan untuk pergi dari kota
Fork agar tak terjadi sesuatu yang tak diinginkan semua pihak.
Meski berat, Edward terpaksa mengikuti kemauan orang tuanya.
Bella yang merasa patah hati kemudian melampiaskan kemarahannya dengan menjalani
hidupnya tanpa memikirkan keselamatannya sendiri. Tak lama berselang, Bella mulai akrab
dengan Jacob Black (Taylor Lautner) yang ternyata adalah bangsa werewolf atau serigala
jadi-jadian. Dan dalam waktu singkat Bella pun terjebak di tengah permusuhan antara bangsa
vampire dan werewolf yang sudah berumur ribuan tahun.
Barangkali hanya orang bodoh saja yang akan menyia-nyiakan peluang emas untuk
meraup keuntungan besar. Itulah konsep dasar yang dianut Summit Entertainment saat
mengangkat novel sukses Stephenie Meyer ke dalam format layar lebar di tahun 2008 lalu.
Tidak ada alasan untuk tidak mengulang sukses yang diraih novel ini dalam format film dan
nyatanya TWILIGHT yang menjadi bagian pembuka memang terbilang sangat sukses bahkan
sampai mengangkat dua nama, Kristen Stewart dan Robert Pattinson, menjadi idola remaja di
seluruh dunia.
Walaupun bagian kedua ini dipercayakan pada sutradara yang berbeda namun konsep
yang dianut tetap sama, mengeksploitasi kisah asmara dua orang 'berbeda' dan kembali
mengumpulkan dolar dalam jumlah banyak. Untuk menjamin alur kisah tetap seragam dengan
bagian pertama, Melissa Rosenberg tetap dipertahankan sebagai penulis naskah dan bagian
kedua ini bisa dibilang sama sekali tidak menyimpang dari versi novelnya.
Kalau mau jujur, sebenarnya tidak banyak yang dijanjikan film berjudul NEW MOON
ini selain memajang dua idola anak muda tadi di layar perak. Dialog tak terlalu meyakinkan
sementara alur cerita juga mudah ditebak meski Anda belum membaca novelnya. Soal akting
pun tidak ada yang benar-benar bisa disebut brilian dan layak mendapat penghargaan piala
Oscar, tapi memang bukan itu tujuan film ini dibuat. Film ini dibuat untuk berlaga di box
office.
Secara keseluruhan, ada peningkatan yang cukup signifikan pada sisi visual. Chris
Weitz sebagai sutradara sepertinya paham benar kekuatan dari film ini dan karenanya tak mau
sektor yang satu ini kedodoran. Walaupun tak akan mendapat piala Oscar untuk akting namun
Kristen Stewart tampil lebih bagus ketimbang saat ia bermain dalam TWILIGHT tahun lalu.
Dan yang terpenting mungkin adalah chemistry antara karakter Bella dan Jake yang
diperankan oleh Taylor Lautner terasa lebih kuat dan sangat membantu film ini secara
keseluruhan.
A CHRISTMAS CAROL
Perjalanan Ebenezer Bersama Ghost of Christmas

Pemain: Jim Carrey, Gary Oldman, Cary Elwes, Colin Firth, Bob Hoskins, Robin Wright
Penn

Ebenezer Scrooge (Jim Carrey) memang adalah seorang pria


yang pandai berhitung. Tak ada hal yang ia lakukan sebelum melalui
pertimbangan untung dan rugi. Buatnya, persahabatan, cinta dan
bahkan hari Natal adalah pemborosan dan tak perlu dilakukan.
Semuanya berjalan sesuai keinginan Ebenezer, setidaknya sampai ia
mengalami perjalanan fantastis yang mengubah sisi pandangnya.
Suatu ketika Ebenezer Scrooge yang super pelit ini didatangi
sosok gaib bernama Jacob Marley (Gary Oldman). Jacob memberi
tahu bahwa Ebenezer akan didatangi tiga sosok gaib yang akan
mengungkap kisah perjalanan hidup Ebenezer. Tiga sosok gaib ini
akan mengantar Ebenezer melewati perjalanan panjang melampaui
batas ruang dan waktu untuk membuka mata hati Ebenezer.
Yang muncul pertama adalah Ghost of Christmas Past (Jim Carrey). Ghost of Christmas
Past ini membawa Ebenezer ke masa lalu untuk mengungkap apa sebenarnya yang membuat
Ebenezer sangat membenci hari Natal. Setelah itu muncul Ghost of Christmas Present (Jim
Carrey) yang mengantar Ebenezer melihat kebahagiaan dan penderitaan orang-orang yang ada
di sekitar Ebenezer. Setelah tugas Ghost of Christmas Present selesai, muncullah Ghost of
Christmas Yet to Come (Jim Carrey). Sosok ketiga ini memperlihatkan apa yang akan terjadi
pada Ebenezer jika ia tidak segera mengubah jalan hidupnya.
A Christmas Carol boleh jadi adalah kisah klasik yang tetap bisa relevan hingga saat ini.
Charles Dickens menulis kisah yang penuh dengan pesan moral ini di tahun 1843 dan sejak
saat itu telah diadaptasi ke berbagai bentuk termasuk drama panggung, film televisi, film layar
lebar, dan drama radio. Untuk versi layar lebar saja terhitung ada sekitar dua puluh versi dari
cerita yang sama meski dengan berbagai bumbu untuk menarik konsumen.
Soal ketaatan pada sumber asal, A CHRISTMAS CAROL yang disutradarai oleh Robert
Zemeckis ini terbilang cukup setia. Zemeckis sepertinya masih menganggap kisah moralitas
ini cukup relevan dan tak memerlukan penafsiran ulang. Dan keputusan itu benar karena kisah
karya Dickens ini memang bisa dibilang tak lekang ditempa musim. Konsep dasarnya tetap
menarik sampai-sampai film THE GHOSTS OF GIRLFRIENDS PAST yang sekarang masih
ditayangkan di beberapa gedung bioskop pun 'meminjam' konsep yang sama.
Soal akting, nama Jim Carrey bisa jadi adalah jaminan bahwa kualitas akting yang
disuguhkan tak akan mengecewakan. Tapi bukan hanya itu, karena dalam film ini Jim
memerankan empat karakter sekaligus maka beban yang ditanggung Jim juga cukup berat.
Keuntungannya, penonton justru lebih bisa mengaitkan ketiga sosok gaib (Ghost of Christmas
Past, Ghost of Christmas Present, dan Ghost of Christmas Yet to Come) ini dengan karakter
Ebenezer Scrooge karena pada dasarnya keempat karakter ini memang adalah perwujudan
dari orang yang sama.
Semua itu bakal tidak ada artinya jika tidak disajikan dalam bentuk suguhan visual yang
memukau dan lagi-lagi Zemeckis pantas diacungi jempol karena ia mampu memberikan
pengalaman yang 'wah' sekaligus efektif. Bisa dibilang karya Zemeckis kali ini lebih bagus
dari suguhan visual yang ia berikan pada POLAR EXPRESS dan BEOWULF.
NINJA ASSASSIN
Balas Dendam Sang Pembunuh
Pemain: Rain, Naomie Harris

Semua orang mengira bahwa Ozunu Clan, sebuah klan


pembunuh yang tak akan ragu-ragu menghabisi nyawa orang,
hanyalah sebuah mitos yang hidup dalam masyarakat selama ratusan
tahun. Tapi mitos itu adalah sesuatu yang nyata buat Raizo (Rain)
karena Raizo adalah bagian dari Ozunu Clan. Raizo adalah salah
satu mesin pembunuh klan ini.
Raizo telah menjadi bagian dari klan ini sejak ia masih kecil.
Raizo diculik kelompok ini dan selama bertahun-tahun dilatih
menjadi mesin pembunuh yang efektif. Satu kesalahan Ozunu adalah
membunuh sahabat baik Raizo dan peristiwa tragis ini membuat
Raizo menjadi musuh besar kelompok yang tak pernah diketahui
keberadaannya ini. Raizo bersumpah akan membalaskan dendam sahabatnya dan melarikan
diri dari Ozunu Clan.
Di saat yang bersamaan, seorang agen Europol bernama Mika Coretti (Naomie Harris)
yakin bahwa ada sebuah sindikat pembunuh dari Timur Jauh yang terkait serangkaian
peristiwa pembunuhan para petinggi politik di banyak negara. Tak mengindahkan perintah
Ryan Maslow (Ben Miles), atasannya, Mika pun melanjutkan penyelidikannya.
Ozunu Clan yang mengetahui bahwa Mika mencurigai keberadaan mereka kemudian
memerintahkan Takeshi (Rick Yune) untuk menghabisi agen Europol ini. Kalau tanpa
bantuan Raizo, Mika bisa jadi sudah mati di tangan Takeshi. Tak punya pilihan lain, kini
Mika hanya bisa mengandalkan bantuan Raizo untuk menggulung komplotan pembunuh yang
berbahaya ini.
Cukup lama juga tidak ada film laga yang berkisah tentang ninja. Film ninja sendiri
populer di tahun 1980-an dan saat itu banyak sudah film yang berusaha menguak misteri sekte
yang pernah ada di Jepang ini. Buat yang sempat mengidolakan ninja barangkali film ini bisa
jadi penyegar rasa dahaga meski untuk menyebut NINJA ASSASSIN ini sebagai film yang
spektakuler sepertinya masih kurang tepat.
Ada beberapa kelemahan film ini dan sepertinya itu jadi trademark kebanyakan film
sebangsanya. Yang pertama alur cerita kurang tertata rapi sehingga masih ada kebocoran
logika di sana-sini. Terlalu banyaknya unsur kebetulan yang mengganggu logika ini cukup
terasa menjengkelkan karena akhirnya film ini tak ubahnya sinetron yang menganut konsep
kebetulan adalah kunci dari segalanya.
Keputusan menggunakan Rain sebagai pemeran utama sepertinya juga didasarkan
munculnya tren menggunakan bintang-bintang Asia yang belakangan makin marak.
Sejujurnya itu tidak banyak membantu karena selain tak punya latar belakang akting yang
memadai, Rain nampaknya juga mengalami kesulitan dalam hal bahasa.
Alhasil satu-satunya senjata rahasia yang masih bisa digunakan James McTeigue
sebagai sutradara adalah aksi laga dan suguhan visual. Meski sebenarnya hanya menggunakan
teknik CGI namun adegan pertarungan berdarah-darah ini memang terlihat cukup bagus.
Yang jelas para fans film martial arts pasti akan terpuaskan.
Untuk sebuah film yang konon hanya menelan biaya sekitar US$50 juta, NINJA
ASSASSIN jelas bisa dibilang suguhan visual yang bagus. Karl Walter Lindenlaub sebagai
juru kamera sepertinya paham benar cara menyajikan suguhan visual yang bagus dengan
biaya yang tak terlalu tinggi.
CLASH OF THE TITANS
Pertempuran Para Dewa

Pemain: Sam Worthington, Gemma Arterton, Liam Neeson, Ralph Fiennes

Meskipun keturunan dewa Zeus (Liam Neeson), Perseus (Sam


Worthington) harus dibesarkan di antara para manusia. Perseus bahkan
tak bisa berbuat banyak ketika keluarganya menjadi korban keganasan
Hades (Ralph Fiennes), Dewa Kegelapan, yang berusaha menguasai
seluruh alam semesta.
Hades berusaha menguasai alam semesta dengan cara
menggulingkan Zeus sang raja para dewa. Bila itu tercapai maka Hades
dengan leluasa bisa membuka pintu alam kegelapan dan seluruh alam
semesta akan hancur lebur bila makhluk-makhluk gaib ini bisa
menembus masuk ke seluruh alam semesta.
Kini harapan berada di tangan Perseus. Bersama sekelompok
prajurit tangguh, Perseus harus menempuh perjalanan panjang dan berbahaya melewati alam
gaib dan bertarung melawan iblis dan seluruh penghuni kegelapan sebelum ia bisa
menemukan Hades.
Perseus hanya bisa bertahan bila ia mampu menerima takdirnya sebagai keturunan dewa
dan menempuh takdirnya sebagai manusia setengah dewa. Bila Perseus gagal maka tidak ada
harapan buat seluruh penghuni bumi.

PRINCE OF PERSIA: THE SANDS OF TIME


Terjebak Kutukan Pasir Waktu

Pemain: Jake Gyllenhaal, Gemma Arterton, Gisli Orn Gardarsson, Ben Kingsley, Alfred
Molina

Konon, menurut legenda Persia, barang siapa memiliki sebuah


jam pasir yang berisi Sands of Time (pasir waktu) akan mampu
membalikkan waktu. Jam pasir ini adalah pemberian para dewa yang
tak bisa dipergunakan sembarangan. Di tangan orang yang baik, jam
pasir ini bisa mendatangkan kebaikan dan sebaliknya di tangan
orang yang jahat maka kehancuran yang ditimbulkannya juga tidak
terbayangkan.
Satu-satunya orang yang bisa mengeluarkan 'pasir waktu' ini
dari dalam jam pasir adalah Dastan (Jake Gyllenhaal) yang memiliki
Dagger of Time (belati waktu). Dastan, sang pangeran, bukanlah
pria yang jahat namun dengan tipu daya sang wazir (Gisli Orn
Gardarsson), Dastan akhirnya melepaskan 'pasir waktu' ini dan mengakibatkan kekacauan di
mana-mana.
Seluruh kerajaan seketika musnah dan penghuninya berubah menjadi monster yang
menakutkan. Kini keselamatan seluruh dunia berada di tangan Dastan. Ia harus berhasil
mengembalikan 'pasir waktu' ini ke dalam jam pasir dan menghentikan kehancuran di muka
bumi. Untungnya, Dastan sang pangeran tidak sendiri. Ada Putri Tamina (Gemma Arterton)
yang bersedia membantunya dalam misi mulia ini.
ZOMBIELAND
Bertahan Hidup Dari Serbuan Mayat Hidup

Pemain: Woody Harrelson, Jesse Eisenberg, Emma Stone, Abigail Breslin

Saat dunia dilanda wabah yang mengubah manusia menjadi


mayat hidup atau zombie hanya ada beberapa orang saja yang
berhasil selamat meski dengan cara yang tak mudah. Columbus
(Jesse Eisenberg) dan Tallahassee (Woody Harrelson) adalah dua di
antara para survivor itu.
Columbus sebenarnya adalah seorang penakut tapi kalau
sudah menyangkut masalah hidup dan mati, tak ada pilihan lain
selain bertahan dari gigitan para zombie ini. Tallahassee, di sisi lain,
adalah seorang maniak yang sangat menikmati setiap detik dari
pertempurannya melawan para zombie ini. Meski berbeda karakter
namun kedua pembantai zombie ini kompak layaknya sepasukan
tentara.
Saat menjelajah setiap wilayah dalam usaha mencari lokasi yang aman untuk mereka
tinggali ini, kedua pejuang ini bertemu Wichita (Emma Stone) dan Little Rock (Abigail
Breslin) yang ternyata punya cara unik untuk bertahan hidup dari serbuan para mayat hidup.
Walaupun awalnya keempat manusia ini memiliki pandangan yang berbeda dan sama-sama
tak mau mengalah namun akhirnya mereka tetap harus memilih antara bersatu melawan para
zombie atau jadi sasaran empuk para pemakan manusia ini.
Jangan salah sangka. Meski judul film ini ZOMBIELAND, film ini tidak bisa dibilang
sepenuhnya sebagai film horor atau thriller. Malahan kalau mau jujur, sisi komedi dari film
ini justru adalah titik tumpu sebenarnya dari film karya Ruben Fleischer ini. Tapi jangan
terlalu kecewa karena unsur thriller masih tetap ada dan jelas lebih banyak karakter zombie
daripada manusia dalam film ini.
Paul Wernick dan Rhett Reese sebagai penulis naskah tampaknya telah menimbang
benar-benar antara sisi horor dan sisi humor dari film ini. Memang tak semua lelucon
terdengar segar di telinga tapi setidaknya tidak terlalu basi juga. Sepertinya justru formula ini
yang membuat film ZOMBIELAND ini jadi menarik. Suasana tegang terbangun dengan
cukup baik sementara Woody Harrelson dan Jesse Eisenberg juga punya cukup ruang untuk
menampilkan sisi konyol dari film ini.
Kalau unsur humor dan horor sudah cukup berimbang, justru penokohan yang terasa
kurang terbagi rata. Paling tidak dua karakter pria dalam film ini mendapat porsi yang lebih
besar dari para wanita. Sayang memang karena sebenarnya Emma Stone dan Abigail Breslin
punya cukup kemampuan untuk tampil lebih. (kpl/roc)
20 FILM TERLARIS TAHUN 2009
No. Judul Studio ....................Pendapatan
1. Avatar Fox .........................$430,000,000
2 Transformers: Revenge of the Fallen P/DW.......................$402,111,870
3 Harry Potter and the Half-Blood Prince WB..........................$301,950,875
4 Up BV...........................$293,004,164
5 The Hangover WB..........................$277,291,709
6 The Twilight Saga: New Moon Sum.........................$258,374,906
7 Star Trek Par...........................$257,730,019
8 Monsters Vs. Aliens P/DW.......................$198,351,526
9 Ice Age: Dawn of the Dinosaurs Fox..........................$196,573,705
10 X-Men Origins: Wolverine Fox..........................$179,883,157
11 Night at the Museum: 2 Fox..........................$177,243,721
12 The Proposal BV...........................$163,958,031
13 Fast and Furious Uni...........................$155,064,265
14 2012 Sony........................$150,457,168
15 G.I. Joe: The Rise of Cobra Par...........................$150,201,498
16 Paul Blart: Mall Cop Sony........................$146,336,178
17 Taken Fox..........................$145,000,989
18 Angels & Demons Sony........................$133,375,846
19 The Blind Side WB..........................$133,293,080
20 Terminator Salvation WB..........................$125,322,469
ABOUT SAW
Saw termasuk salah satu film paling menegangkan, sarap (gila), unpredictable, psikopat
sadis yang pernah saya tonton. Saw 1-3 sangat-sangat seru, penuh adegan “menjijikan” yang
dikemas dengan jalan cerita yang apik nan membingungkan. Teka-teki mengapa mereka
berada di situasi antara hidup dan mati serta pilihan hidup atau mati dari Jigsaw yang hanya
bisa dijawab / dilakukan oleh keberanian mereka (korban) sendiri, membuat adegan demi
adegan sangat mencekam.
Sebenarnya Saw bisa saja selesai di jilid ke-3, tapi rupanya mereka meneruskan lagi
dengan Saw 4. Saw 4 menceritakan kejadian lain yang terjadi berbarengan / berhubungan
dengan kejadian di Saw 3. Di Saw 4 dimunculkan tokoh penjahat baru pengganti Jigsaw yang
sebenarnya sudah dimatikan dalam keadaan "tidak syahid / mati super psycho" saat Saw 3.
Ada 2 suksesor Jigsaw di Saw 4. Di Saw 4 juga dimunculkan pesan kengerian teror Jigsaw
yang akan terus berlanjut, pesan tersebut "ditanam" dalam rekaman kaset di perutnya yang
terkuak saat dia diotopsi.
Sekarang sudah muncul Saw 5… mmm patut ditonton nih.. Nonton nya dimana ?
Berhubung film Saw ini film penuh kekerasan, psikopat, sakit, full penyiksaan yang sukar
ditolerir, tampaknya film ini tidak akan di tayangkan di bioskop sama seperti Saw 1-4. saya
harus berburu VCD/DVD nya dengan tulisan “uncensored” melengkapi koleksi Saw 1-4 di
rumah.
PS : HANYA UNTUK PECINTA FILM PSIKOPAT SEJATI. DISARANKAN
MENONTON BERURUTAN KARENA CERITANYA MEMANG SALING TERKAIT

Jakarta - Setelah kematian Jigsaw (Tobin Bell), ternyata teror dan rentetan pembunuhan
belum juga berakhir. Agen Peter Strahm (Scott Patterson) yang melakukan penyelidikan pun
hampir terbunuh oleh jebakan Jigsaw yang dibantu oleh kaki tangannya. Beruntung agen
Strahm berhasil lolos berkat kecerdikannya walaupun Ia harus menusuk tenggorokannya
sendiri.
Semakin banyak korban yang berjatuhan, agen Strahm diperintahkan oleh bosnya Dan
Erickson (Mark Rolston) untuk menghentikan penyelidikan. Diam-diam, Strahm tetap
melanjutkan penyelidikan. Hingga akhirnya agen itu berhasil menemukan petunjuk bahwa
yang membantu Jigsaw selama ini adalah Letnan Mark Hoffman (Costas Mandylor).
Strahm pun segera memburu Mark Hoffman untuk memecahkan misteri warisan Jigsaw.
Sementara itu, lima orang yang memiliki keterkaitan satu sama lain terjaga didalam sebuah
ruangan penuh dengan jebakan mematikan Jigsaw dan Hoffman.
Ketika Strahm hampir memecahkan misteri warisan Jigsaw, Hoffman berusaha
menjebak Strahm dengan mencuri handphonenya. Hal itu membuat Erickson menyangka
bahwa Strahm adalah kaki tangan Jigsaw.
Di akhir film, Agen Strahm dihadapkan pada pilihan yang menentukan hidupnya. Ia
harus memilih percaya dengan saran Jigsaw yang disampaikan melalui tape recorder,untuk
masuk kedalam sebuah kotak yang bisa menyelamatkan hidupnya, atau mengacuhkannya
seperti yang selama ini dilakukannya.
Kali ini 'Saw V' diarahkan oleh sutradara David Hackl. Sebelumnya 'Saw II' hingga
'Saw IV' digarap Darren Lynn Bousman. Meskipun digarap oleh sutradara yang berbeda, 'Saw
V' masih mencekam seperti film-film sebelumnya. 'Saw V' masih dipenuhi dengan adegan-
adegan penyiksaan dan pembunuhan yang sadis.
Film yang sudah rilis di Amerika Serikat pada 2008 lalu itu sangat tidak cocok ditonton
bagi Anda yang tidak suka melihat darah berceceran dan bagian tubuh yang terkoyak.
(hkm/hkm)
Saw V, Aksi Jigsaw Berlanjut
Aksi generasi Jigsaw ternyata belum berhenti, walau sang jagal sudah mati berkalang
tanah. Seorang pemuda penuh tato di tubuhnya, menjadi korban pertama kekejamannya. Ia
mati dengan cara teramat tragis, setelah tubuhnya terpotong dua di atas pinggang.
Kegagalannya membuka kunci, membuat perutnya digores panah runcing sampai isi perutnya
terburai keluar.
Sementara Mark (Costas Mandylor) yang sedang dalam usaha mencari putrinya,
terjebak dalam sebuah kotak berisi air. Jika ia tidak nekad melubangi tenggorokkannya, maka
ia dipastikan mati setelah paru-parunya kemasukan banyak air. Tindakan nekadnya, membuat
ia dan putrinya selamat.
Di tempat lain, setelah kematian Jigsaw, jandanya dipanggil pengacara untuk
mendengarkan rekaman John (Tobin Bell), nama panggilan Jigsaw. Ia kemudian diberi
sebuah kotak yang isinya tidak diketahui.
Pada bagian lain di tempat penyiksaan Jigsaw, beberapa remaja sedang terikat lehernya.
Mereka harus mengambil kunci dalam waktu sangat mepet. Beberapa remaja berhasil
mendapatkan kunci borgol leher dan segera dapat membebaskan diri. Namun rekannya
bernasib malang, karena harus merelakan kepalanya lepas dari badan, setelah waktu yang
disediakan habis. Gambar-gambar keganasan Jigsaw, kemudian beredar di internet.
Empat orang yang selamat dari perangkap leher, kemudian terjebak di ruang gas.
Mereka disediakan terowongan penyelamatan. Sayangnya kunci yang disediakan tidak cukup,
sehingga salah satunya harus mati.
Dalam penyelidikan tempat penyiksaan Jigsaw, Mark dibokong dari belakang oleh
seseorang yang tak dikenal. Begitu sadar, ia mendapati dirinya sudah terikat di sebuah kursi.
Di depannya, tiba-tiba berdiri seseorang yang mirip sekali dengan Jigsaw.
Antara Jigsaw dan Mark terjalin kesepakatan. Mereka berdua kemudian membunuh
seorang pengendara mobil. Setelah itu, keduanya kembali ke tempat penyiksaan.
Adapun tiga orang yang selamat, dihadapkan pada pilihan pembunuhan untuk
meningkatkan daya listrik. Satu orang lagi terpaksa dibunuh dan kemudian disentrum,
akhirnya pintu terbuka dan mereka yang tersisa lolos.
Namun jebakan baru untuk mereka sudah menunggu. Untuk membuka pintu berikutnya,
mereka harus mengeluarkan darah sampai botol penuh. Pintu akhirnya terbuka, namun
keduanya sudah kehabisan darah.
Film garapan Sutradara David Hackl ini jadi membingungkan, karena Jigsaw
digambarkan hidup kembali. Padahal di sekuel keempat ia telah mati, bahkan mayatnya sudah
diotopsi sedemikian rupa. Lalu siapa sebenarnya yang berwajah mirip Jigsaw? Jika dikatakan
sebuah flash back, jelas tambah membingungkan. Dalam film ini, agen Mark sudah berubah
menjadi seorang pembunuh. Satu orang detektif berhasil dibunuhnya dengan kejam.
Memang agak sulit memahami jalan cerita film SAW ini. Entah karena dibuat demikian
panjang, ceritanya menjadi tidak terarah. Jualannya masih sama, yakni penyiksaan manusia
dengan berbagai cara yang tidak berperikemanusian.
Maka bagi anda yang jijik dengan perbuatan ini, film ini jelas tidak laik tonton. Adegan
tidak berperasaan sepertinya menjadi andalan di setiap sekuelnya. Maka jadilah seri kelima
Saw, satu jualan basi tentang nafsu untuk menyiksa tawanan yang sudah lemah.
PLANET 51
Pendatang Dari Planet Bumi

Release : 20 Novemver 2009


Pemain: Dwayne Johnson, Jessica Biel, Justin Long, Seann William Scott, Gary Oldman,
John Cleese

Planet 51 adalah sebuah planet yang keadaannya mirip


dengan bumi di tahun 50-an. Yang membedakan adalah
bahwa penghuni planet ini berwarna hijau dan memiliki
antena di atas kepala mereka. Penghuni planet ini hidup wajar
layaknya manusia di bumi, kecuali kenyataan bahwa mereka
sangat paranoid tentang masalah makhluk dari planet lain.
Suatu ketika, Kapten Charles Baker (Dwayne Johnson),
seorang astronot dari bumi, terpaksa mendaratkan pesawat
ruang angkasanya di planet 51 ini. Kedatangannya jelas
memicu panik para penghuni planet ini yang mengira Kapten
Charles adalah bagian pasukan dari planet asing yang akan
menyerbu planet 51.
Suasana yang tak menguntungkan ini memaksa Kapten
Charles untuk berusaha meninggalkan planet unik ini sebelum
ia berakhir sebagai bagian dari museum yang berisi para pendatang dari planet lain. Hanya
dengan bantuan Rover, robot yang dibawanya dari bumi, dan Lem (Justin Long), penghuni
planet 51 yang bersahabat, Kapten Charles berusaha melarikan diri sebelum ia berakhir
seperti para pendatang sebelumnya.
Walaupun mungkin PLANET 51 ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan film
DISTRICT 9 namun ada kesamaan yang mencolok di antara kedua film bertema fiksi ilmiah
ini. Keduanya sama-sama berusaha membalikkan pakem yang ada dalam film fiksi ilmiah
selama ini. Bila dalam DISTRICT 9 digambarkan kalau alien yang datang ke bumi justru
adalah pengungsi yang mencari perlindungan, dalam PLANET 51 ini digambarkan manusia
sebagai pendatang asing di planet lain.
Ide ini cukup menarik lantaran kebanyakan dari kita sudah terlalu sering dijejali dengan
cerita soal datangnya makhluk asing dari planet lain yang datang untuk menguasai bumi.
Bahkan dalam penuangannya pun tiga sutradara, Jorge Blanco, Javier Adad, Marcos Martinez
mengambil pendekatan parodi dari kondisi Amerika di tahun 1950-an. Saat itu kebanyakan
warga Amerika memang sedang dilanda paranoid akan datangnya alien dari planet lain dan
itulah yang ditampilkan dalam film animasi produksi Spanyol ini.
Para konseptor sekaligus animator film ini juga cukup jeli dalam menggabungkan
arsitektur rumah ala Amerika di tahun 1950-an dengan sentuhan teknologi modern yang
membuatnya jadi menarik. Sayangnya sisi menarik dari PLANET 51 ini harus berakhir di
sini. Selebihnya memang tak banyak yang bisa membuat lidah berdecak kagum.
Para pengisi suara sepertinya tak punya cukup ruang untuk mengeksplorasi kekuatan
mereka karena naskah yang memang terlalu sempit. Karakter Charles Baker yang diperankan
oleh Dwayne Johnson yang seharusnya jadi tokoh utama juga terasa kurang menonjol di
antara karakter yang lain sementara Jessica Biel dan Gary Oldman sepertinya juga tak bisa
berbuat banyak. Satu-satunya karakter yang paling menarik dalam PLANET 51 ini justru
adalah Rover yang disuarakan oleh Justin Long. (kpl/roc)
THE STORM WARRIORS
Para Pendekar Badai

Pemain: Aaron Kwok, Ekin Cheng, Simon Yam, Kenny Ho

Untuk memastikan misinya menguasai negeri China


berhasil, Juet Mou San (Simon Yam) menangkap semua pendekar
di negeri ini agar tak ada orang yang bisa menghalangi niatnya
lagi. Di antara para pendekar yang berhasil ditangkap Juet Mou
San ini adalah Bou Keng Wan (Aaron Kwok) dan Mou Ming
(Kenny Ho).
Untungnya, di tengah ketidakberdayaan ini, Nip Fung (Ekin
Cheng) datang memberikan pertolongan. Ketiga pendekar ini pun
lantas bertarung melawan Juet Mou San namun ternyata
ketiganya bukanlah tandingan sang kaisar yang bengis. Terpaksa
ketiganya lari menyelamatkan diri meski Chu Chu (Tang Yan),
kekasih Bou Keng Wan harus terluka parah.
Meski sudah kalah namun Bou Keng Wan yang berjuluk Pendekar Awan dan Nip Fung
yang bergelar Pendekar Angin tetap menyimpan dendam. Sadar bahwa ia tak akan bisa
mengimbangi kesaktian sang kaisar, Nip Fung pun lantas memilih mempelajari ilmu hitam
dengan harapan bisa mendapat kekuatan dengan cara instan.
Tak berapa lama kemudian , Nip Fung dan Bou Keng Wan kembali harus bertemu Juet
Mou San dan terlibat pertempuran sengit. Belakangan baru diketahui bahwa sebenarnya ada
satu barang yang diincar Juet Mou San dan barang itu tersimpan di bawah istana kekaisaran
China. Bila Juet Mou San bisa mendapatkan barang itu maka tak bisa dihindarkan lagi, China
akan jatuh ke tangan Juet Mou San.
Tidak biasanya dua sutradara kembar, Danny Pang dan Oxide Pang membuat film
bertema martial arts seperti THE STORM WARRIORS ini. Sutradara kembar kelahiran Hong
Kong yang mulai dikenal publik film barat lewat film THE MESSENGERS di tahun 2007 ini
memang identik dengan film-film bertema horor dan thriller. Tapi usaha untuk menjajal lahan
lain ini sepertinya tidak sia-sia karena THE STORM WARRIORS memang satu film yang
menarik.
Secara garis besar, THE STORM WARRIORS ini terdiri dari dua alur cerita. Yang
pertama jelas adalah kisah perseteruan antara dua pendekar, Bou Keng Wan dan Nip Fung
dengan Juet Mou San sementara alur kedua berkisah tentang usaha Nip Fung mengalahkan
Juet Mou San dengan cara mempelajari ilmu hitam. Sayangnya secara keseluruhan sang
sutradara sepertinya lebih 'berpihak' pada alur pertama padahal sebenarnya alur kedua ini
lebih punya potensi menjadi 'besar'.
Cerita film ini sebenarnya sangat sederhana dan tidak menjanjikan banyak hal tapi
sepertinya memang bukan itu tujuan dari sang sutradara. Pembentukan karakter lebih bersifat
visual dan ini sangat menguntungkan karena secara dialog, naskah yang ditulis oleh Ma Wing
Shing sepertinya kurang kokoh terutama pada penyusunan dialog. Untungnya, sisi CGI benar-
benar mendapat perhatian penuh. Bukan cuma bagus dan terlihat realistik tapi efek spesial
yang mewarnai adegan tarung film ini memang terlihat sangat efektif.
AVATAR
Dilema di Planet Pandora

18 Desember
Pemain: Sam Worthington, Zoe Saldana, Sigourney Weaver, Michelle Rodriguez, Stephen
Lang, Joel David Moore, Giovanni Ribisi, Dileep Rao, Matt Gerald, Wes Studi

Terjebak di antara dua kubu yang bertikai memang tak pernah


menyenangkan dan itulah yang dialami Jake Sully (Sam
Worthington) saat ia setuju untuk dikirim ke Pandora. Di planet asing
yang dihuni berbagai makhluk ini Jake yang semula berharap bisa
memulai hidup baru malah terlibat masalah pelik yang
mengharuskannya memilih pihak.
Jake adalah mantan marinir yang mengalami luka parah dalam
sebuah pertempuran di bumi. Akibatnya kaki Jake mengalami
kelumpuhan total. Ada satu harapan buat Jake. Jika ia mengikuti
program Avatar dan dikirim ke planet Pandora maka ia akan kembali
bisa berjalan seperti sedia kala meski konsekuensinya Jake akan
menggunakan 'tubuh baru'.
Agar memungkinkan buat manusia untuk hidup di Pandora maka mereka dibuatkan satu
tubuh buatan dan pikiran para manusia ini akan ditanamkan ke dalam tubuh yang disebut
Avatar ini sehingga Avatar ini seolah-olah adalah tubuh mereka sendiri. Tugas Jake adalah
menjadi pemandu bagi beberapa manusia yang menggunakan tubuh Avatar untuk mencari
sumber mineral baru untuk kepentingan industri di bumi.
Di tengah perjalanan, Jake bertemu Neytiri (Zoe Saldana), bangsa Na'vi penghuni planet
Pandora. Seiring berjalannya waktu Jake pun jatuh cinta pada Neytiri. Berawal dari cinta
inilah Jake lantas menghadapi dilema antara melanjutkan misinya mengeksplorasi Pandora
atau membela kaum Na'vi melindungi Pandora.
Setelah sukses menggarap TITANIC di tahun 1997, nama James Cameron memang
jarang terdengar. Di antara film TITANIC dan AVATAR ini praktis hanya ada dua film saja
yang ia sutradarai, GHOSTS OF THE ABYSS dan ALIENS OF THE DEEP. Konon James
lebih banyak menghabiskan waktu mempelajari kehidupan di dasar samudera dan berbekal
pengetahuan ini pula James lantas menggagas film AVATAR ini.
Sejak diperkenalkan, film ini memang mengundang pertanyaan, "Apa yang akan
ditawarkan sang maestro ini?" Dan sekarang pertanyaan itu terjawab tuntas, James Cameron
kembali mengulang kesuksesan film TITANIC dengan menawarkan sebuah tontonan yang
layak mendapat acungan jempol.
Dalam durasi sekitar 160 menit, James mampu menata grafik cerita dengan baik
sehingga bagian akhir pun masih menyisakan 'kekuatan cerita' dan bukan hanya sekedar solusi
akhir yang murni berisi adegan laga. James memanfaatkan waktu 160 menit itu dengan baik
sehingga seluruh aspek dari film ini dapat diekspos dengan baik.
Soal visual, ada yang menyebut CGI adalah pedang bermata dua. Terlalu banyak CGI
maka film jadi buruk sementara bila sektor ini tak diperhatikan yang terjadi adalah sajian
visual yang tak memuaskan. James sepertinya paham benar dan menempatkan teknologi pada
tempat yang seharusnya. Visual efek terlihat sangat realistis terlebih pada ekspresi wajah
bangsa Na'vi yang benar-benar mencerminkan emosi yang mereka rasakan saat itu. James
mampu membangun sebuah dunia yang penuh imajinasi tanpa harus terjebak dengan
eksploitasi CGI yang berlebihan.
Kalaupun ada kekurangan yang terasa sebenarnya adalah ide cerita yang terasa generik.
Kalau mau jujur, ide dasar cerita ini tak jauh beda dengan beberapa film yang mencoba
mengungkap masalah yang sama seperti DANCES WITH WOLVES atau THE LAST
SAMURAI.
THE DEVIL WEARS PRADA
Susahnya Punya Bos Kejam

Lulus kuliah dengan nilai tinggi dan diterima bekerja di sebuah majalah terkenal adalah
impian Andrea "Andy" Sachs (Anne Hathaway). Nasib baik dan keberuntungan membawa
Andy diterima bekerja di 'Runway', sebuah majalah mode terkenal, sebagai asisten junior
seorang editor yang bengis dan kejam, Miranda Priestly (Meryl Streep), membantu asisten
senior Miranda, Emily (Emily Blunt).
Bekerja di 'Runway' adalah impian jutaan gadis, betapa tidak semua karyawannya selalu
tampil bak model, tubuh tinggi, kurus, dan selalu tampil chic dalam balutan busana merk
Prada, Armani, Versace, Dolce&Gabanna dan sederet merk busana papan atas.
Sayang kenyataan berbicara lain, apa yang selama ini ada dalam pikiran Andy sangat
jauh dari kenyataan. Andy harus berhadapan dengan Miranda, editor yang super bengis, yang
selalu memberinya pekerjaan di luar batas kemampuannya, dan bahkan terbilang pekerjaan di
luar kapasitasnya. Cacian, hinaan dan pandangan sinis menjadi makanan Andy setiap hari.
Selain harus berkutat mengerjakan pekerjaan sehari-hari, Andy juga harus melakukan
permintaan nyleneh Miranda, seperti membeli kopi di Starbucks tall latte dalam kondisi
panas, atau selalu menuntut makan siang yang fresh yang disajikan tidak dalam keadaan
dingin.
Melakukan tugas yang mustahil juga harus dilakoni Andy, seperti menemukan naskah
buku Harry Potter yang belum diterbitkan dan mengirimkannya untuk anak kembar Miranda
hanya dalam waktu empat jam. Tugas yang membuat Andy harus menghubungi berpuluh-
puluh editor dan penerbit untuk mencari copyan buku terbaru karya JK.Rowling.
Belum cukup dibuat pusing dengan misi mustahilnya, Miranda meminta Andy mencari
lemari laci di toko antik di rimba New York, dan mencari artikel koran yang tak disebutkan
namanya. Atau saat Miranda terjebak dalam badai di Florida dan meminta Andy untuk
memesankan pesawat pulang sesegera mungkin, agar Miranda tak terlambat menghadiri debut
pertunjukan piano si kembar.
Tugas berat pun harus diemban Andy saat menggantikan Emily yang tengah sakit flu
berat dan membuat Andy harus menemani Miranda ke sebuah fashion show di Paris.
Semuanya harus dihadapi Andy dengan tegar, demi bisa bertahan di "Runway".
Sebenarnya, tak hanya Andy yang merasa tertekan dengan kondisi ini, namun karyawan
'Runway' juga merasakan hal yang sama, meskipun tak setragis nasib Andy. Karyawan
'Runway' lebih memilih mengantri dan menunggu barang beberapa menit daripada harus
dalam satu lift atau berjalan dalam satu elevator dengan Miranda, bahkan menabukan
bergosip tentang Miranda meski dengan sobat mereka sendiri. Karyawan 'Runway' menyebut
Miranda sebagai "a classic boss from hell".
Film yang diambil berdasarkan novel Chicklit karya Lauren Weisberger pada 2003 lalu
ini juga dibumbui kisah romantis antara Andy dengan seorang penulis muda bernama Nate
(Adrian Grenier), yang terpaksa harus tersisih, karena Andy lebih banyak menghabiskan
waktu bersama Miranda. Bahkan saat Nate ulang tahun, Andy lebih memilih menghadiri
acara fashion show bersama Miranda
Urusan menjadi runyam dengan kehadiran Christian Thompson (Simon Baker), seorang
journalist dan editor frelance, yang menaruh hati pada Andy. Disinilah masalah dan segala
problema harus dihadapi Andy, antara pekerjaan, cinta dan pergaulan.
Mampukah Andy bertahan menghadapi bos sekejam Miranda? Apakah pengabdiannya
pada Miranda sepadan dengan harga yang harus dibayarnya? Bagaimana perjalanan kisah
cinta Andy dan Nate atau justru Andy lebih memilih Christian? Yang pasti bagi Anda
penyuka film-film komedi romantis atau meyukai novel chicklit, film besutan sutradara David
Frankel bisa jadi pilihan berakhir pekan yang menghibur usai menjalani rutinitas seabreg, atau
bisa jadi Anda justru menemukan trik menghadapi bos kejam dan berhati batu di balik film
produksi Wendy Finerman ( FORREST GUMP ) ini. So, just relax and enjoy the movie.
THE SPY NEXT DOOR
Pensiunan Agen CIA

17 Januari 2010 08:13


Pemain: Jackie Chan, Magnus Scheving, Billy Ray Cyrus, George Lopez, Amber Valletta,
Madeline Carroll, Will Shadley

Selama bertugas sebagai mata-mata CIA, Bob Ho (Jackie Chan) sering harus
menghadapi tugas yang bisa dibilang mustahil diselesaikan. Berbekal semua pelajaran yang ia
dapat selama pendidikan dan kecerdikannya, Bob selalu bisa menuntaskan misinya dengan
baik. Namun Bob tak tahu kalau sebenarnya misi yang paling sulit justru akan ia hadapi
setelah ia mundur dari CIA.
Karena sudah jenuh dengan tugasnya, Bob pun memutuskan untuk mengundurkan diri
dan memulai hidup yang tenang. Bob ingin membina rumah tangga dengan Gillian (Amber
Valletta), kekasihnya yang sangat ia cintai. Gillian pun sebenarnya sangat mencintai Bob tapi
karena ia sudah memiliki tiga orang anak maka hal pertama yang harus dilakukan Bob adalah
membuktikan kalau ia layak menjadi ayah tiri dari ketiga anak Gillian ini.
Suatu ketika Gillian harus pergi ke luar kota dan kesempatan ini dimanfaatkan Bob
untuk mengambil hati ketiga anak Gillian. Bob menawarkan diri untuk menjaga ketiga anak
Gillian selama Gillian pergi. Awalnya tugas ini saja sudah cukup berat apalagi ketika salah
satu dari anak Gillian secara tidak sengaja men-download file rahasia mata-mata Rusia.
Dalam waktu singkat para mata-mata Rusia pun berdatangan untuk mengambil file milik
mereka.
Kini tugas Bob tidak hanya mengawasi ketiga anak Gillian namun juga harus
melindungi ketiga anak ini dari ancaman para mata-mata Rusia yang tak kenal ampun. Tak
ada pilihan. Bob hanya bisa melewati semua itu dengan selamat bila ia melibatkan anak-anak
Gillian yang artinya ia harus membongkar identitas rahasianya sebagai mata-mata CIA.
Dari sisi tema, THE SPY NEXT DOOR punya kemiripan dengan film Vin Diesel yang
berjudul THE PACIFIER. Kesamaan tema memang bukan sesuatu yang layak
dipermasalahkan selama dalam penuangannya tak jadi terjebak pada alur kisah film yang
lebih dulu muncul. Dalam kasus ini THE SPY NEXT DOOR masih bisa lolos karena tema itu
dituangkan dengan cara lain.
Yang jadi masalah di sini sebenarnya adalah soal penyutradaraan. Sepertinya Brian
Levant tak mampu mengarahkan para aktor dan aktris sehingga yang terjadi adalah akting
yang tak memenuhi standar. Dalam kasus Jackie Chan dan Amber Valleta, chemistry di antara
dua orang ini tak bisa muncul. Sepanjang kariernya, Jackie memang tak pernah tampil
romantis dan sang sutradara sepertinya juga tak bisa mengarahkan aktor gaek ini untuk bisa
romantis.
Dari sisi laga, tak ada yang baru di sini. Film-film Jackie Chan sebelumnya sudah bisa
mewakili adegan laga dalam film ini walaupun di titik tertentu sepertinya Jackie sudah mulai
terlalu tua untuk beraksi seperti dulu lagi. Untungnya masih ada beberapa momen yang cukup
mampu memancing tawa meski di akhir kisah tak terbersit keinginan untuk menonton film ini
lagi.
LEGION
Harapan Terakhir Kehidupan di Muka Bumi

Pemain: Paul Bettany, Dennis Quaid, Tyrese Gibson, Charles S. Dutton, Lucas Black

Semakin hari perkembangan peradaban di bumi makin


mengenaskan. Teknologi berkembang pesat sementara nilai-nilai
luhur agama mulai terlupakan. Orang tak lagi melihat nilai agama itu
sebagai sebuah nilai yang relevan. Teknologi modern telah
menggantikannya. Tuhan pun memutuskan sudah saatnya bumi
dibersihkan seperti jaman Nabi Nuh.
Tuhan lantas memerintahkan para malaikatnya untuk turun ke
bumi dan memusnahkan seluruh umat manusia agar bumi bisa
diselamatkan. Kehidupan baru akan menggantikan kehidupan lama
yang sudah mengalami dekadensi dan tak lagi bisa diselamatkan.
Dipimpin Gabriel (Kevin Durand) para malaikat pun turun untuk
melaksanakan tugasnya, kecuali satu malaikat yang tak sependapat dengan Tuhan. Michael
(Paul Bettany) menganggap umat manusia masih punya harapan.
Michael pun turun ke bumi, bukan untuk mengemban tugas dari Tuhan namun untuk
menyelamatkan umat manusia. Satu-satunya harapan Michael adalah jika ia bisa
menyelamatkan Charlie (Adrianne Palicki). Konon, Charlie sedang mengandung seorang bayi
yang nantinya akan menjadi juru selamat bagi seluruh umat manusia.
Sia-sia. Ada banyak nama besar yang dipasang sebagai pemeran dalam film ini dan
semuanya jadi sia-sia. Paul Bettany, Tyrese Gibson, dan Dennis Quaid seolah tidak punya
ruang untuk memamerkan kemampuan mereka dalam seni peran. Tidak bisa disalahkan
memang karena proyek ini sendiri memang tak terlalu menjanjikan.
Sebenarnya ide dasarnya tak terlalu beda dengan TERMINATOR walaupun di sini yang
dijadikan latar belakang bukanlah kemajuan teknologi namun lebih bersifat religi. Memang
tidak ada yang salah dengan mendaur ulang ide yang sudah ada. Selama naskah dikerjakan
dengan baik, sutradara mampu mengarahkan sekaligus memberi ruang cukup buat para aktor
dan aktris untuk mengeksploitasi kemampuan mereka, ide yang sederhana pun bisa jadi film
yang bagus.
Masalahnya di sini adalah naskah yang kurang tergarap. Banyak celah dalam naskah
yang membuat orang bertanya-tanya soal logis tidaknya cerita ini. Tidak semua film
berlandaskan pada logika namun bila sang penulis naskah bisa membangun 'logika kecil' di
dalam cerita itu sendiri dan mempertahankan keutuhannya maka logika itupun bisa diterima
penonton. Selain itu, dialog yang harus diucapkan para pemerannya pun terasa janggal dan
aneh. Dan itu sama sekali tidak membantu naskah yang memang sudah lemah.
Sepertinya Scott Stewart yang menjabat sebagai sutradara juga tak bisa berbuat banyak.
Selain ia sendiri belum punya banyak pengalaman sebagai sutradara, naskah yang harus ia
wujudkan ke dalam bentuk visual memang sudah tidak mendukung. Kalau sudah begini,
rasanya benar juga yang dikatakan Harrison Ford saat berkomentar bahwa film-film sekarang
banyak yang lemah di sisi naskah.
CASE 39
Misteri Kasus Nomor 39

Pemain: Renee Zellweger, Jodelle Ferland, Bradley Cooper, Ian McShane

Sebagai petugas yang menangani masalah adopsi, Emily


Jenkins (Renee Zellweger) memang sudah terbiasa menyaksikan
hal-hal yang tak diketahui banyak orang. Kekerasan dalam rumah
tangga yang menimpa banyak anak yang akhirnya tinggal di panti
asuhan sudah biasa ia hadapi. Tapi kasus nomor 39 ini adalah kasus
yang spesial. Emily tak pernah tahu bagaimana akhir dari kasus ini.
Kasus nomor 39 ini menyangkut seorang gadis berusia 10
tahun bernama Lilith Sullivan (Jodelle Ferland). Keluarga Lilith
memang sangat tertutup dan misterius tapi bukan itu yang jadi
menghantui pikiran Emily. Ia takut terjadi sesuatu yang buruk pada
gadis kecil yang lugu ini. Dugaan Emily sepertinya terbukti ketika
suatu malam Lilith hampir saja mati di tangan kedua orang tuanya. Emily mengira Lilith akan
dikorbankan dalam sebuah ritual penyembah setan.
Tak tega, Emily akhirnya melanggar aturan main yang ia tetapkan sendiri, "Jangan
pernah terlibat secara emosional." Emily lantas memilih merawat Lilith sendiri sampai ada
orang tua angkat yang bersedia mengadopsi Lilith. Ternyata keputusan ini menjadi titik awal
teror yang akan segera dihadapi Emily. Lilith tidaklah sepolos yang dikira Emily. Ada sesuatu
yang jahat dalam diri Lilith dan sudah terlambat buat Emily untuk melepaskan diri dari Lilith.
Genre horor memang selalu identik dengan istilah B Movie alias film berbujet rendah.
Tidak banyak film dari genre ini yang berhasil memikat hati kritikus film yang kadang
memang kelewat cerewet. Jadi, melihat nama-nama besar seperti Renee Zellweger, Jodelle
Ferland, Bradley Cooper, dan Ian McShane bermain dalam film horor seperti ini memang
agak mengejutkan.
Renee memang sempat mengakrabi genre horor namun belakangan ia mulai masuk ke
film-film drama yang memang lebih 'ramah' piala Oscar. Hasilnya, ia sempat menyabet gelar
aktris pendukung terbaik lewat film COLD MOUNTAIN. Bradley Cooper pun bukan aktor
yang buruk. Walaupun permainannya dalam THE HANGOVER tak sampai mendapatkan
piala Oscar namun film ini bisa dibilang cukup bagus.
Kembali ke film CASE 39. Formula yang ditawarkan Christian Alvart sebagai sutradara
sebenarnya masih 'mematuhi' formula pakem film horor. Ide dasarnya membuat tokoh gadis
kecil yang seharusnya memiliki karakteristik 'tidak berbahaya' menjadi sosok monster yang
sanggup merenggut nyawa orang lain. Sederhana. Pola yang sama juga ditawarkan banyak
film termasuk ORPHAN dan berbagai film horor adaptasi Jepang.
Tidak salah memang selama ramuannya tepat. Celakanya, Christian Alvart sepertinya
lebih memilih menggunakan trik 'kejutan-kejutan singkat' ketimbang membangun tensi
perlahan-lahan hingga sampai pada puncaknya. Alhasil yang ada memang cuma kejutan-
kejutan pendek yang segera hilang setelah adegan berakhir. Untungnya film ini masih
terselamatkan oleh 'usaha' keempat pemain intinya. Renee cukup meyakinkan sebagai sosok
yang sangat peduli pada nasib Lilith sementara Jodelle juga tak kalah bagusnya bermain
sebagai seorang gadis kecil yang penuh misteri.
EDGE OF DARKNESS
Mengungkap Sisi Gelap Sebuah Kasus Kejahatan

Pemain: Mel Gibson, Ray Winstone, Danny Huston, Bojana Novakovic

Kematian Emma (Bojana Novakovic) adalah pukulan berat


buat Thomas Craven (Mel Gibson). Semua orang mengira bahwa
Thomas adalah target sebenarnya karena sebagai polisi, Thomas
jelas punya banyak musuh. Namun saat Thomas menyelidiki
kematian putri satu-satunya ini, detektif ini mulai menyadari bahwa
selama ini tak banyak yang ia tahu tentang putrinya.
Thomas yakin kalau sebenarnya kematian putrinya yang baru
berusia 24 tahun ini tak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan
Thomas sebagai polisi. Dalam penyelidikan ini Thomas mendapati
bahwa kematian Emma sebenarnya malah terkait dengan kegiatan
Emma sebagai aktivis. Ada pihak-pihak yang tak ingin rahasia
mereka terungkap dan satu-satunya cara membungkam Emma
adalah dengan menghabisi nyawanya.
Maka mulailah Thomas menelusuri jejak-jejak yang mungkin tertinggal dan saat
petunjuk mulai terlihat, Thomas sadar kalau yang ia hadapi bukanlah orang biasa. Ada
konspirasi yang terjadi dan Emma hanyalah korban agar seluruh skenario bisa dijalankan
seperti rencana dan Thomas harus menghadapi orang-orang di posisi tinggi seorang diri
karena ia tak lagi bisa mengandalkan institusi tempat ia mengabdi.
Tujuh tahun sudah Mel Gibson meninggalkan profesinya sebagai aktor. Terakhir ia
bermain dalam film THE SINGING DETECTIVE di tahun 2003. Sejak itu Mel memang
praktis lebih menekuni dunia penyutradaraan. Dua film berhasil ia selesaikan dalam masa
vakum sebagai aktor ini. Saat mendengar kabar bahwa Mel akan kembali bermain dalam film
muncul pertanyaan, 'Apa yang kira-kira akan ditawarkan aktor ini setelah menyelami dunia
penyutradaraan?'
Hasilnya ternyata tak banyak. Artinya, tidak ada yang istimewa dari akting Mel Gibson
kali ini. Malahan bisa dibilang kita seolah melihat Mel saat bermain sebagai Porter dalam film
PAYBACK tahun 1999 lalu. Memang karakter dua orang yang diperankan Mel ini memiliki
kemiripan tapi itu bukan alasan untuk menyamakan dua karakter itu.
Meski nama Mel Gibson dipasang sebagai pemeran utama namun sepertinya permainan
Ray Winstone yang lebih cemerlang. Bukan berarti bahwa akting Mel dalam film ini benar-
benar payah hanya tidak ada yang baru dari Mel setelah cukup lama vakum.
EDGE OF DARKNESS sendiri sebenarnya adalah hasil adaptasi dari sebuah mini seri
yang tayang di BBC tahun 1985 lalu. Dari enam episode Martin Campbell yang juga menjadi
sutradara dari mini seri itu menugaskan William Monahan, Andrew Bovell, Troy Kennedy
Martin untuk mengemasnya sebagai naskah untuk durasi tak lebih dari dua jam dan hasilnya
memang agak sedikit kedodoran. Pengalaman yang sama bakal Anda rasakan bila Anda
menonton film ANGELS & DEMONS setelah Anda membaca novelnya.
MY NAME IS KHAN
Terjebak Dampak Peristiwa 911

Tidak bisa disangkal jika peristiwa 11 September 2001


memang berdampak besar buat kehidupan orang Amerika.
Peristiwa tragis ini membuat jurang yang sudah ada antara warga
Amerika dengan imigran asal Asia dan Timur Tengah yang
beragama Islam jadi semakin lebar. Rizwan Khan (Shahrukh
Khan) adalah salah satu imigran yang menjadi korban dampak
peristiwa 911 ini.
Rizwan adalah seorang pemuda muslim asal India yang
menderita Asperger's syndrome, kelainan yang membuatnya jadi
sulit berinteraksi dengan kebanyakan orang. Rizwan kemudian
memutuskan untuk pindah ke San Fransisco, Amerika Serikat,
untuk mengadu nasib di negeri yang kata orang adalah tanah
impian ini. Di San Fransisco ini pula Rizwan bertemu Mandira (Kajol), wanita Hindu asal
India, yang juga tinggal di sana.
Meski mendapat tentangan dari kedua belah pihak keluarga, kedua anak muda ini
memutuskan untuk menikah dan memulai bisnis mereka sendiri. Di saat impian mulai
terwujud, peristiwa tragis 11 September menghancurkan mimpi-mimpi indah mereka berdua.
Mandira yang tak sanggup menanggung beban disebut teroris dan ini membuat pernikahan
Rizwan dan Mandira akhirnya berantakan.
Dengan tujuan merebut kembali hati wanita yang sangat dicintainya ini, Rizwan
kemudian mengambil keputusan besar untuk melakukan perjalanan keliling Amerika Serikat.
Setibanya di bandara LAX, Los Angeles, Rizwan ditangkap petugas karena tingkah lakunya
yang sedikit aneh dianggap sebagai tindakan mencurigakan oleh para petugas.
Melihat Hollywood dari mata Bollywood. Pengalaman itulah yang akan dirasakan
penonton saat menyaksikan Shahrukh Khan memamerkan kemampuan aktingnya. Jarang
memang ada film yang bisa berbuat seperti ini. Bisa jadi Karan Johar, sang sutradara,
mencoba meminjam trik yang digunakan Danny Boyle saat menggarap SLUMDOG
MILLIONAIRE tapi itu tak mengapa karena Karan menyajikannya dengan cara yang cukup
segar.
Karan Johar mampu menampilkan Amerika dari sisi pandang imigran asal India dan
sepertinya itulah kunci sukses Karan saat membuat film ini. Isu yang disampaikan memang
bukan isu baru. Diskriminasi, ketakutan, cinta, kebaikan semuanya diramu dengan baik oleh
Karan dalam sebuah film berdurasi 161 menit ini. Campur tangan Shahrukh Khan dan Kajol
pun tak boleh disepelekan karena dua orang ini mampu bermain cemerlang tanpa harus
terlihat berlebihan. Layak mendapat acungan jempol.
THE WOLFMAN
Si Manusia Serigala

Pemain: Benicio del Toro, Anthony Hopkins, Emily Blunt, Hugo Weaving, Geraldine
Chaplin

Sejak kematian ibunya, Lawrence Talbot (Benicio Del Toro)


memutuskan untuk pergi dari rumah dan menghindar dari seluruh
keluarganya. Bertahun-tahun kemudian, sesuatu mengubah
pendirian Lawrence. Sebuah misteri yang menghantui tempat
kelahirannya membuat Lawrence terpaksa harus kembali ke tempat
yang tak pernah ingin ia kunjungi lagi itu.
Gwen Conliffe (Emily Blunt), tunangan kakak Lawrence,
berhasil menemukan Lawrence dan memohon agar ia kembali ke
kampung halamannya. Gwen ingin Larence membantunya mencari
tunangannya yang menghilang tanpa jejak. Meski awalnya berat,
Lawrence pun akhirnya mengabulkan permintaan Gwen dan
kembali ke kampung halamannya.
Setibanya di sana, Lawrence kembali bertemu Sir John Talbot (Anthony Hopkins),
ayahnya, dan mendengar kabar bahwa desa mereka saat ini dilanda pembunuhan misterius.
Korban berjatuhan di tangan pembunuh sadis ini dan warga mengira bahwa kutukan kuno
telah kembali untuk menghantui desa mereka. Konon, ada sekelompok manusia yang mampu
berubah wujud menjadi serigala di saat bulan purnama dan mencari mangsa di sekitar hutan
yang mereka huni.
Walaupun bisa dibilang bahwa semua film horor masuk kategori B movie alias film
'murahan', namun ada beberapa sineas yang mencoba berbagai macam cara untuk membawa
genre yang satu ini ke tingkat yang lebih tinggi. Lalu muncul beberapa sub genre yang
sebenarnya adalah perpaduan horor sendiri dengan berbagai genre (mungkin) dengan tujuan
menghapus image B movie itu sendiri.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan genre horor. SAW sukses dengan
mengeksploitasi penyiksaan sementara FRIDAY THE 13TH berhasil merebut hati para
remaja dengan teen horor yang disajikannya. Kalau mau sedikit serius, THE EXCORSIST
mungkin adalah pilihan yang tepat. Selama tepat membidik sasaran, tak ada masalah.
Mungkin berangkat dari pemikiran yang sama juga Joe Johnston mencoba
membangkitkan lagi legenda lama tentang werewolf alias serigala jadi-jadian dalam film
remake ini. Sayangnya juga Joe sepertinya terjebak dalam usaha membuat film ini lepas dari
gelar B movie. Joe berusaha untuk tidak mengikuti sub genre yang sudah ada dan berbagai
senjata rahasia pun sudah ia siapkan namun pada akhirnya tetap saja tidak jelas apa yang ingin
dicapai Joe lewat film ini.
Alur kisah tak terlalu rumit walaupun ada beberapa sub-plot yang coba dimasukkan.
Permainan para pemeran utamanya juga cukup bagus, walaupun tidak bisa dibilang sangat
cemerlang. Hasilnya, secara umum bisa dibilang ini bukan film horor dan lebih sebagai film
drama keluarga yang disisipi unsur horor. Tidak buruk memang. Hanya saja tidak jelas apa
yang ingin dicapai Joe dengan THE WOLFMAN ini.
UP IN THE AIR
Ryan Sang Pembantai

Pemain: George Clooney, Vera Farmiga, Anna Kendrick

Memberhentikan karyawan memang bukanlah pekerjaan


mudah. Ada unsur emosional yang kadang membuat proses ini jadi
lebih rumit dari yang seharusnya. Di saat seperti ini, diperlukan
seorang pakar yang benar-benar tahu bagaimana mengatasi emosi
dan orang itu adalah Ryan Bingham (George Clooney).
Seumur hidupnya, Ryan tak pernah punya siapa-siapa. Ia
sengaja melepaskan diri dari hubungan secara emosional dengan
siapa pun dan itulah yang membuat Ryan sukses sebagai seorang
pakar pengurangan karyawan. Tanpa ikatan emosi pada siapa pun
atau apapun, target dalam hidup Ryan hanya satu, mencapai 10 juta
mil dengan penerbangan yang sama agar ia mendapatkan kartu
eksklusif dari maskapai penerbangan yang biasa ia gunakan.
Hidup Ryan praktis adalah dari satu hotel ke hotel lain. Berbagai tempat sudah ia
datangi dan pesawat terbang, buatnya, tak beda dengan mobil buat kebanyakan orang. Buat
kebanyakan orang, Ryan adalah orang yang tak punya emosi namun sebenarnya pendapat itu
tak sepenuhnya benar. Ryan punya emosi hanya saja ia orang yang sangat handal
mengendalikan emosinya.
Semuanya berjalan lancar sampai Ryan harus 'mengawal' Natalie Keener (Anna
Kendrick), karyawan baru di tempat Ryan bekerja. Berlatar belakang sangat berbeda membuat
hubungan ini awalnya terasa sangat kikuk namun seiring waktu, Ryan belajar untuk melihat
hidup dari sisi pandang orang awam dan ini membuat keseimbangan yang selama ini ia
pertahankan jadi goyah. Munculnya karakter Alex Goran (Vera Farmiga) makin menambah
kompleks hidup Ryan yang semula sangat simple.
Ada beberapa hal yang menarik dari film ini. Yang pertama, film ini berani lepas dari
pakem film Hollywood yang selama ini selalu berakhir bahagia. Jason Reitman berani lepas
dari formula itu dengan risiko penonton bakal kecewa. Nyatanya hasil olahan Jason ini tak
mengecewakan karena sebagian besar penonton ternyata sama sekali tidak kecewa dengan
akhir yang sedikit menyedihkan ini.
Yang kedua adalah alur cerita yang sederhana nyaris tanpa subplot. Satu-satunya subplot
yang ada hanyalah kisah keluarga Ryan yang memang tak bisa dilepas dari alur kisah utama.
Bagusnya, dengan alur cerita yang sederhana ini Jason mampu membuat ending yang
mengejutkan dan tak terduga sama sekali.
Yang ketiga tentu saja adalah kemampuan akting tiga pemain utama dan chemistry di
antara mereka bertiga. Vera Farmiga tampil mantap sebagai wanita pebisnis yang nyaris tanpa
emosi, persis seperti peran yang dibawakan oleh George Clooney. Anna Kendrick juga tampil
memuaskan sebagai seorang wanita muda yang naif sementara Clooney sendiri sepertinya tak
perlu dipertanyakan lagi. Seperti biasa aktor ini tampil mantap dengan gaya cool, senyuman,
dan timing yang pas saat mengucapkan dialog. Hasilnya, sebuah film yang enak ditonton
sebagai hiburan meski ending-nya tak bisa dibilang happy.
CONFUCIUS
Pengembaraan Sang Filsuf Agung

Pemain: Chow Yun-fat, Zhou Xun

Confucius terlahir dengan nama Kong Zi (Chow Yun Fat) di


kerajaan yang dipimpin dinasti Lu. Kong bukan hanya seorang
guru namun juga menjadi penasihat Jenderal Ji (Chen Jian Bin)
meski akhirnya politik juga yang membuat filsuf agung ini
meninggalkan kerajaan dan memilih berkelana dari kota ke kota.
Kong sempat menikahi Qi Quan (Zhang Kai Li) dan
keduanya dianugerahi dua orang anak: Kong Rao (Chen Rui) dan
Kong Li (Qiao Zhen Yu). Awalnya kehidupan Kong terlihat
mapan namun saat Jenderal Ji melihat visi Kong sebagai sebuah
ancaman buat kelangsungan kerajaan Lu, Kong lantas
memutuskan untuk meninggalkan kerajaan dan berkelana untuk
menekuni ilmu yang ia pelajari.
Dalam perjalanannya, Kong banyak menghadapi tantangan. Banyak orang yang tak bisa
menerima pandangan hidup Kong dan penolakan selalu menjadi bagian dari perjalanan
panjang Kong. Dalam perjalanan ini pula Kong bertemu Lao Zi (Jiao Huang) dan belajar
banyak dari filsuf ini. Kong lantas mengabdikan sembilan tahun terakhirnya untuk
mengembangkan paham Confusianism dan sempat menulis buku berjudul Five Classic.
Konon sutradara Hu Mei memang bukan orang baru soal film drama berdasar fakta
sejarah. Sebelumnya sutradara ini sudah sering membuat film televisi serupa, jadi menggarap
kisah hidup Confucius bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Di saat yang sama, langkah ini
juga sedikit menjebak Hu Mei karena fakta juga menyebutkan kalah kisah hidup Confucius
sebenarnya tak banyak berisi kisah dramatis yang artinya akan sulit membawa kisah ini ke
layar lebar.
Tak banyak sisi dramatis berisiko membuat film ini jadi sesuatu yang membosankan dan
nyatanya memang itulah yang terjadi. Tak bisa disangkal jika ajaran Confucius memang
menarik namun itu saja tidak cukup untuk membuat sebuah film yang menarik. Mungkin itu
juga alasan kenapa Hu Mei memilih Chow Yun Fat sebagai pemeran utama. Untuk
mendongkrak popularitas film ini.
Tidak banyak memang yang tersisa dari film ini. Akting para pendukungnya tak bisa
dibilang memukau sementara adegan peran yang seharusnya jadi sesuatu yang mengagumkan
juga gagal meraih kesan itu. Jelas saja karena di benak penonton masih melekat kuat ingatan
tentang film 2012 dan AVATAR yang jelas lebih hebat dari adegan peran dalam film ini.
Parahnya lagi, dialog yang disusun pun terasa tidak menggigit dan segera setelah film
berakhir tak ada satu pun dialog yang bisa jadi sesuatu yang layak diingat.
GREEN ZONE
Mengungkap Pemicu Perang Irak

Pemain: Matt Damon, Greg Kinnear, Brendan Gleeson, Amy Ryan, Khalid Abdalla, Jason
Isaacs

Pemicu meledaknya perang Irak adalah keyakinan bahwa di


negeri yang dipimpin oleh Saddam Hussein ini tersimpan sejumlah
senjata pemusnah masal yang disembunyikan di suatu tempat di
negeri ini. Berbekal keyakinan itu, pemerintah Amerika
memerintahkan Chief Warrant Officer Roy Miller (Matt Damon)
untuk mencari tahu lokasi senjata berbahaya ini.
Informasi lokasi senjata pemusnah masal ini jelas tak bisa
didapat dari pihak Irak yang bersikukuh bahwa mereka tak memiliki
senjata seperti yang dituduhkan pemerintah Amerika ini. Terpaksa
Roy harus melacak lokasi senjata ini hanya dengan berbekal
berbagai informasi yang didapatnya dari pihak intelejen. Meski
sudah mendapat bantuan peralatan canggih, tetap saja pekerjaan ini bukan pekerjaan tanpa
resiko.
Roy dan timnya harus menyisir padang pasir yang dipenuhi ranjau darat. Di tengah
penyelidikan ini Roy mulai curiga bahwa ada sebuah konspirasi besar yang berusaha
menutupi apa yang sebenarnya terjadi di Zona Hijau ini. Roy tahu bahwa pihak intelejen dari
kedua belah pihak sedang berusaha membuat cerita yang menguntungkan pihak mereka
masing-masing. Di saat genting seperti ini, kebenaran adalah senjata yang paling ditakuti.
Berbekal pengalamannya sebagai jurnalis televisi Paul Greengrass membuat film
berjudul GREEN ZONE ini. Dan hasilnya memang cukup bagus. Paul mampu membawa
kesan penonton sedang berada di Irak di saat Amerika sedang melancarkan invasi ke negeri
1001 malam itu. Sayangnya di titik tertentu gerakan kamera yang tidak stabil malah membuat
film ini terasa sebagai sebuah chaos.
Sebenarnya langkah Paul Greengrass sudah tepat. Ia mengambil buku karya Rajiv
Chandrasekaran sebagai dasar dibuatnya cerita film ini dan pemilihan materi dasar yang
sudah kokoh ini membuat Brian Helgeland jadi lebih mudah menyusun naskah film ini.
Memang film ini tak sepenuhnya didasarkan pada buku berjudul IMPERIAL LIFE IN THE
EMERALD CITY itu dan kisah maupun tokoh dalam film ini hanyalah fiksi semata namun
kepiawaian Paul dan Brian membuat cerita yang sebenarnya fiksi itu jadi terlihat logis meski
di sana-sini masih ada celah dalam logika.
Perang memang tak harus jadi tema yang berat karena Paul sepertinya memilih
menyajikan GREEN ZONE ini sebagai hiburan ala BOURNE dan sepertinya itu bukan
sekedar dugaan karena Paul juga sempat menggarap dua film BOURNE dan Matt Damon
juga muncul di sini. Mungkin karena sudah terbiasa berkolaborasi, Matt sepertinya tak
mengalami kesulitan menerjemahkan kemauan sang sutradara.
Matt Damon memang jadi titik pusat film ini dan pada titik tertentu pula ini malah jadi
kelemahan film ini. Kesan sedang menyaksikan film RAMBO tak bisa dihindari. Akhirnya
suspense dan alur kisah yang sebenarnya bisa jadi credible itu malah sedikit berantakan. Tapi
terlepas dari itu, GREEN ZONE tetaplah sebuah film yang layak ditonton.
HOW TO TRAIN YOUR DRAGON
Cara Terbaik Melatih Naga

Pemain: Jay Baruchel, America Ferrera, Jonah Hill, Gerard Butler, Christopher Mintz-Plasse,
Craig Ferguson

Menjadi seorang Viking artinya harus mampu memburu dan


membantai naga yang selalu membuat kerusakan. Itulah adat yang
berlaku di desa Hiccup (Jay Baruchel). Sayangnya, Hiccup
bukanlah tipe anak yang 'beringas' seperti kebanyakan anak-anak
Viking. Hiccup adalah anak yang cerdas dan punya selera humor
yang tinggi.
Ini jadi sedikit masalah buat Hiccup karena kepandaian dan
selera humor bukanlah yang diharapkan sang kepala suku. Apalagi
jika sang kepala suku adalah ayah Hiccup sendiri. Stoick (Gerard
Butler) berharap Hiccup bisa menjadi seorang pejuang Viking yang
tangguh dan suatu hari nanti menggantikannya menjadi kepala
suku yang disegani.
Tak ada pilihan lain selain mengikutkan Hiccup ke dalam acara pelatihan naga agar
Hiccup belajar menjadi seorang pria dalam definisi Viking. Sayangnya, ketika bertemu naga,
Hiccup justru malah mengadakan pendekatan baru dan meninggalkan cara-cara tradisional
Viking. Hiccup memilih berteman dengan sang naga dan berusaha meyakinkan seluruh suku
bahwa mereka tak perlu menjadi bangsa pembantai naga dan naga bisa menjadi teman baik
manusia jika manusia berusaha mengadakan pendekatan.
Selain Pixar, Hanya ada satu studio film animasi yang bisa jadi jaminan produk animasi
berkualitas. DreamWorks. Coba saja lihat hasil karya studio animasi yang digagas oleh
Steven Spielberg ini. SHREK, MADAGASCAR, BEE MOVIE, KUNG FU PANDA, dan
yang terakhir, HOW TO TRAIN YOUR DRAGON ini, semuanya adalah film berkualitas
baik secara visual maupun dari sisi cerita.
HOW TO TRAIN YOUR DRAGON yang didasarkan dari sebuah buku yang diterbitkan
tahun 2003 lalu ini sebenarnya hanya ingin menyampaikan satu pesan saja, jangan takut untuk
menerima hal baru. Tapi tentu saja pesan itu tak disampaikan dengan cara yang vulgar. Dalam
film ini 'hal baru' itu dilambangkan dengan naga yang buat bangsa viking di masa itu adalah
sesuatu yang belum dipahami dan karena itu jadi sesuatu yang menakutkan. Hiccup adalah
lambang generasi muda yang lebih berani mencoba sesuatu yang baru meski risikonya belum
mereka ketahui benar.
Dengan ide cerita sederhana ini tum penulis naskah lantas mengubahnya menjadi sebuah
alur cerita yang 'bisa diterima' baik oleh anak-anak maupun orang dewasa sehingga pangsa
pasar HOW TO TRAIN YOUR DRAGON ini jadi lebih luas. Dengan sentuhan dua sutradara,
Chris Sanders dan Dean DeBois, tim animator lantas menerjemahkan naskah ini menjadi
suguhan visual yang menarik lengkap dengan teknologi 3D yang sekarang memang sedang
populer.
Dengan paduan alur cerita yang menarik dengan animasi yang tak kalah bagusnya, layak
rasanya menyebut HOW TO TRAIN YOUR DRAGON ini sebagai sebuah film yang
menghibur tanpa harus meninggalkan kualitas sebagai sebuah bentuk karya seni
CLASH OF THE TITANS
Pertempuran Para Dewa

Meskipun ia adalah keturunan dewa Zeus (Liam


Neeson), Perseus (Sam Worthington) dibesarkan di antara para
manusia dan tak pernah tahu kalau ia memiliki kekuatan dewa.
Perseus bahkan tak bisa berbuat banyak ketika keluarganya
menjadi korban keganasan Hades (Ralph Fiennes), Dewa
Kegelapan, yang berusaha menguasai seluruh alam semesta.
Penduduk pulau Argus mulai membangkang pada para
dewa. Mereka membakar kuil, merobohkan patung-patung dan
ini membuat para dewa di Olympia gusar. Hades pun turun
untuk memberi pelajaran pada orang-orang yang tak tahu
berterima kasih ini. Hades meminta korban. Ia mengambil
Andromeda (Alexa Davalos) dan mengancam akan melepas
monster Kraken jika warga Argus tetap membangkang.
Sayang Hades salah memilih musuh. Perseus yang
sudah tak tahan lagi melihat ulah Hades yang telah membunuh orang tua angkatnya
memutuskan untuk melawan. Bersama beberapa prajurit, Perseus pun berangkat mencari cara
untuk mengalahkan Kraken dan menyelamatkan Andromeda. Misi ini bukan misi yang
mudah. Perseus harus menghadapi banyak penghuni alam kegelapan sebelum bisa
menemukan Andromeda.
CLASH OF THE TITANS yang diedarkan Warner Bros. ini sebenarnya adalah remake
dari film berjudul sama yang muncul di tahun 1981. Ide dasarnya adalah menghidupkan lagi
kisah lama ini dalam bentuk visual yang lebih bisa diterima konsumen saat ini. Artinya, tak
akan banyak perubahan yang dilakukan kecuali memperbaiki sisi visual dan itu tidak akan
terlalu sulit karena teknologi film saat ini jelas jauh lebih maju dari tahun 1981.
Dalam soal visual, CLASH OF THE TITANS ini memang tak mengalami banyak
masalah. Disajikan dalam dua format, 2D dan 3D, teknologi CGI yang digunakan dalam film
ini memang jauh lebih realistis dari versi aslinya. Sayangnya hanya itu yang bisa diharapkan
dari film ini. Selebihnya tak banyak yang bisa dilihat.
Memang ada banyak nama besar yang dipasang sebagai pendukung dalam film ini.
Sam Worthington yang memang sedang naik daun dipilih sebagai pemeran utama sementara
di belakang Worthington masih ada sederet nama seperti Gemma Arterton, Ralph Fiennes,
dan Liam Neeson yang sepertinya sengaja dipasang untuk menjadi 'jaminan' agar film ini laris
saat diedarkan nanti.
THE BOOK OF ELI'
Buku Misterius Penentu Nasib Manusia

Oleh: Fatchur Rochim

Pasca perang besar yang berkecamuk, dunia dilanda kehancuran


total. Di mana-mana yang ada hanyalah puing-puing bekas gedung-
gedung dan manusia terpaksa harus kembali ke awal peradaban untuk
kembali membangun peradaban yang telah mereka hancurkan sendiri
ini. Salah satu dari beberapa orang yang berhasil selamat dari perang
adalah Eli (Denzel Washington).

Selama tiga puluh tahun Eli berjalan mengarungi padang pasir


yang dulunya adalah kota-kota megah yang hancur lebur. Tujuan Eli
hanya satu, ia harus berjalan ke arah Barat untuk menemukan sebuah
tempat yang akan menjadi awal baru bagi peradaban manusia.
Perjalanan ini pula yang mempertemukan Eli dengan seorang pria bernama Carnegie (Gary
Oldman), penguasa sebuah kota yang ada di tengah gurun pasir.

Carnegie tahu kalau Eli membawa sebuah buku yang sangat berharga. Barang siapa
menjadi pemilik buku ini maka ia akan bisa menguasai dunia. Pada saat kehancuran dunia tiga
puluh tahun sebelumnya, seluruh Alkitab yang ada di dunia telah dimusnahkan dan Eli adalah
satu-satunya orang yang masih memiliki Alkitab. Tuhan memerintahkan Eli untuk membawa
Alkitab ini ke tempat peradaban akan dibangkitkan lagi.

Eli telah bersumpah untuk melindungi Alkitab terakhir ini sementara Carnegie bertekad
untuk merebutnya dari tangan Eli. Keadaan jadi semakin buruk saat putri Carnegie yang
bernama Solara (Mila Kunis) malah terpikat pada Eli.

Ide yang ditawarkan dua sutradara, Albert Hughes dan Allen Hughes, ini memang bukan
ide baru. Di awal tahun 1980-an lalu ada film berjudul MAD MAX 2 yang kurang lebih juga
mengusung latar belakang yang sama walaupun tak sama persis. THE POSTMAN yang
beredar di tahun 1997 juga menawarkan nuansa yang kurang lebih sama. Dengan
menggabungkan MAD MAX 2 dan THE POSTMAN ditambah dengan sentuhan religius
maka jadilah THE BOOK OF ELI ini.

Untungnya, duo sutradara Hughes ini mampu menyajikan ramuan baru itu dalam sebuah
sajian yang tak membosankan. Hampir sepanjang film penonton diberi suguhan pemandangan
Amerika Serikat yang telah hancur lebur (tentunya dengan bantuan permainan CGI). Untuk
membuatnya lebih realistis, Hughes menuangkannya dalam gambar-gambar berwarna sepia
cenderung ke arah hitam-putih. Hanya pada beberapa bagian saja warna-warna kembali
dimunculkan, mungkin sekedar mengingatkan kalau ini bukan film hitam-putih.

Tanpa harus meremehkan peran Jennifer Beals dan Mila Kunis, film ini notabene adalah
filmnya duo Denzel Washington dan Gary Oldman. Dua-duanya bermain meyakinkan sebagai
karakter mereka meski kalau mau jujur tak ada yang terlalu 'wah' dari akting kedua bintang
kawakan ini
IRON MAN 2
Baju Besi Yang Jadi Rebutan

Pemain: Robert Downey Jr, Gwyneth Paltrow, Don Cheadle, Scarlett Johansson, Sam
Rockwell, Mickey Rourke, Samuel L Jackson

Pasca pertarungannya dengan Iron Monger, identitas Iron


Man yang semula dirahasiakan oleh Tony Stark (Robert Downey
Jr) akhirnya terbongkar. Pihak militer merasa bahwa teknologi
yang digunakan Tony untuk membangun baju besi yang ia
gunakan saat menjadi Iron Man bisa dimanfaatkan oleh pihak
militer dan mendesak Tony untuk membeberkan rahasia baju zirah
ini.
Tony yang sudah merasa pesimis dengan bisnis senjata
berusaha untuk menolak tawaran pihak militer ini. Celakanya,
bukan hanya pihak militer saja yang tahu identitas rahasia Iron
Man. Pers dan masyarakat terlanjur tahu dan ini menjadi beban
tambahan buat Tony yang tak mengira bahwa risiko membuka
identitasnya akan seperti ini. Tony Stark sebenarnya punya alasan kuat kenapa ia tak bersedia
membagikan rahasia baju besi Iron Man. Tony tak ingin rahasia ini jatuh ke tangan orang
yang berniat jahat dan memanfaatkan teknologi ini untuk kepentingan pribadi.
Tak tahu pada siapa harus percaya, Tony kini hanya bergantung pada bantuan Pepper
Potts (Gwyneth Paltrow) dan James Rhodes (Don Cheadle) saja karena ada beberapa orang
yang ternyata juga mengincar rahasia baju zirah ini termasuk Whiplash (Mickey Rourke)
yang punya dendam pribadi pada keluarga Stark, Black Widow (Scarlett Johansson) yang
ditugaskan memata-matai Stark Industries, dan Justin Hammer (Sam Rockwell) yang ingin
menguasai bisnis senjata.
Saat film IRON MAN muncul dua tahun yang lalu, film ini tak terlalu diunggulkan.
Nama Jon Favreau bukanlah nama sutradara unggulan sementara Robert Downey Jr juga
bukan aktor kelas satu. Bisa jadi ini juga yang membuat kesuksesan film IRON MAN jadi
'sangat terasa'. Mungkin pada saat film itu dibuat, tak seorang pun terlalu terbebani hasil dari
film yang mereka buat. Kondisi inilah yang tak bisa diulang pada sekuelnya ini.
Kesuksesan IRON MAN membuat tuntutan jadi semakin tinggi. Sekuel ini harus jadi
lebih besar dari bagian pertama dan yang lebih penting buat studio adalah keuntungan yang
berlipat ganda. Itu juga yang akhirnya membuat IRON MAN 2 jadi terasa 'terkonsep'. Marvel
jelas punya planning memboyong semua superhero mereka ke layar lebar dan ada tuntutan
untuk 'mengenalkan' karakter-karakter baru ini lewat IRON MAN 2.
Untungnya, sutradara sutradara Jon Favreau dan Justin Theroux yang bertugas membuat
naskah tak terjebak pada 'tuntutan-tuntutan' ini. Film ini mungkin bukan sebuah masterpiece
tapi untuk menyebutnya sebuah film yang 'biasa-biasa saja' sepertinya juga kurang tepat.
Yang jelas, ramuan yang diracik Favreau dan Theroux sudah cukup bagus sementara para
aktor pendukungnya juga bermain prima.
Terbukti dari TROPIC THUNDER, THE SOLOIST, dan SHERLOCK HOLMES akting
Robert Downey Jr memang tak bisa dipandang sebelah mata sementara Mickey Rourke juga
tak mau kalah memamerkan kemampuannya berakting sambil menggunakan aksen Rusia
yang kental tapi sepertinya yang paling bersinar di antara 'musuh-musuh' Iron Man kali ini
adalah Sam Rockwell yang bermain sebagai Justin Hammer.(kpl/roc)
A NIGHTMARE ON ELM STREET
Freddy Membunuh Lewat Mimpi

Pemain: Jackie Earle Haley, Rooney Mara

Legenda tentang Freddy Krueger (Jackie Earle Haley)


memang tak pernah ada habisnya. Arwah gentayangan pria yang
semula adalah pembunuh anak-anak ini terus menghantui. Hampir
tak ada yang bisa lepas dari kekejaman Freddy karena ia mampu
membunuh siapa pun hanya melalui mimpi.
Semasa hidupnya, Freddy Krueger adalah pembunuh yang
telah membantai berpuluh-puluh anak. Nasib pria yang suka
mengenakan topi ini akhirnya harus berakhir di tangan masa yang
membakarnya hidup-hidup. Semula orang-orang mengira bahwa
kekejaman Freddy sudah berakhir. Namun ketika beberapa remaja
mulai dihantui mimpi buruk tentang pria bertopi dengan cakar
yang terbuat dari pisau, barulah mereka sadar bahwa ancaman
Freddy belum berakhir.
Serangkaian peristiwa brutal ini berawal ketika Nancy Thompson (Rooney Mara) mulai
mengalami mimpi buruk dikejar-kejar pria bertopi. Penasaran dengan mimpi buruknya ini,
Nancy pun mulai mencari tahu masa lalu kota tempat tinggalnya. Dari sana Nancy mulai
menyadari bahwa orang yang ada di dalam mimpinya adalah Freddy Krueger yang telah
meninggal beberapa tahun silam. Celakanya, Freddy kini memiliki kemampuan untuk
membunuh lewat mimpi yang artinya Nancy dan teman-temannya tak lagi bisa tidur sampai
mereka menemukan cara untuk mengalahkan Freddy.
Selain FRIDAY THE 13TH, urban legend lain yang juga sama populernya adalah A
NIGHTMARE ON ELM STREET. Saking populernya legenda ini sampai difilmkan
sebanyak 9 kali dan masih dianggap cukup prospektif mendatangkan uang. Kali ini bukan
kelanjutan dari FREDDY VS. JASON yang dibuat namun remake dari bagian pertama yang
muncul di tahun 1984 lalu. Kenapa remake? Alasan satu-satunya yang cukup masuk akal
adalah tidak adanya lagi ide baru dan dengan perkembangan teknologi dunia film saat ini
maka kemungkinan membuat 'versi perbaikan' dari bagian pertama memang terbuka lebar.
Relevan? Tidak juga. Selain kemungkinan membuat film ini lebih bagus dari sisi visual
memang tidak ada alasan untuk membangkitkan lagi legenda Freddy Krueger. Dari sisi cerita
kita semua jelas sudah tak asing lagi, apalagi remake ini juta tak berusaha membuat
penafsiran baru selain menambahkan status paedofil pada Freddy yang semula hanya suka
membunuh anak-anak.
Dari sisi akting, tak banyak yang bisa diharapkan dari film seperti ini. Tapi kalau mau
berharap, bisa jadi film ini pun akan mengantar salah satu pendukungnya ke jajaran
aktor/aktris papan atas seperti yang terjadi pada versi tahun 1984. Kalau versi pertama
kemudian mengantarkan nama Johnny Depp, siapa yang kira-kira bakal naik pamornya kali
ini?
ROBIN HOOD
Pahlawan Pembela Kebenaran

Pemain: Russell Crowe, Cate Blanchett, Mark Strong, William Hurt, Matthew MacFadyen,
Danny Huston

Perang Salib ketiga telah berakhir dan tiba saatnya buat


Sir Robin Hood of Locksley (Russell Crowe) untuk pulang ke
kampung halamannya di Nottingham. Karena terlalu lama
meninggalkan Nottingham, Robin tak tahu kalau tanah
kelahirannya sekarang berada di bawah tirani sang
Sheriff.Robin HoodSheriff of Nottingham (Matthew
Macfadyen) memanfaatkan kekuasaannya untuk menekan
rakyat. Ia memberlakukan pajak dalam jumlah yang cukup
besar sehingga sebagian besar rakyat hidup dalam
kemiskinan. Tidak ada yang berani melawan sang Sheriff
karena mereka harus berhadapan dengan tentara sang Sheriff
yang terkenal kejam.
Tak tega melihat rakyat menderita, Robin kemudian
membentuk pasukan kecil dan berbekal kemahirannya
memanah Robin mulai menebar teror buat tentara sang Sheriff. Setiap kereta yang berisi pajak
buat sang Sheriff dirampok oleh Robin dan pasukannya dan harta yang mereka peroleh
kemudian mereka bagian kembali pada rakyat.Robin HoodAnda pasti sudah tak asing lagi
dengan cerita di atas. Ya, meski sudah diulang berkali-kali tetap saja legenda itu menawarkan
cerita yang sama, bahkan sampai pada saat Kevin Costner memerankan karakter ini dalam
ROBIN HOOD: PRINCE OF THIEVES di tahun 1991 lalu. Nyatanya, ini tak membuat
Ridley Scott puas. Maka diubahlah cerita standar itu menjadi bentuk penafsiran baru terhadap
tokoh legenda ini.
Robin bukan lagi seorang bangsawan namun seorang prajurit bernama Robin Longstride
yang kemudian mengambil alih identitas Robert Loxley dan bermaksud mengembalikan
pedang milik kesatria yang tewas ini pada keluarganya. Saat bertemu keluarga mendiang
inilah petualangan Robin dimulai. Senang rasanya melihat ada penafsiran baru dari legenda
lama, sama persis dengan yang dilakukan Christopher Nolan pada Batman atau Tim Burton
pada Alice in Wonderland.Robin HoodBagusnya lagi, Ridley Scott juga tak gegabah dalam
membuat penafsiran baru ini. Paling tidak naskah yang dikerjakan Brian Helgeland, Ethan
Reiff, dan Cyrus Voris terlihat cukup rapi. Masing-masing tokoh dibiarkan berkembang
menjadi karakter tiga dimensi sehingga lebih bisa diterima penonton. Pemilihan aktor dan
aktris yang tepat pun makin membuat film ini jadi sebuah tontonan yang memuaskan. Dipoles
dengan penyajian kolosal ala GLADIATOR lengkap sudah nilai plus yang diberikan Ridley
Scott pada para penonton.
SHREK FOREVER AFTER
Shrek dan Post Power Syndrome

Pemain: Mike Myers, Eddie Murphy, Cameron Diaz, Antonio Banderas, Walt Dohrn, Julie
Andrews, Eric Idle, Justin Timberlake

Post Power Syndrome memang bukan masalah yang ringan.


Sindrom hilangnya kekuasaan ini sering kali mengacaukan hidup
seseorang dan itulah yang terjadi pada Shrek (Mike Myers) setelah ia
memutuskan hidup tenang dan menikahi Putri Fiona (Cameron
Diaz). Setelah berkeluarga, Shrek bukan lagi ogre yang ditakuti
orang seperti dulu. Ia hanyalah pria biasa yang berusaha menjadi
kepala rumah tangga yang baik.
Suatu ketika masalah yang dihadapi Shrek ini tercium oleh
Rumpelstiltskin (Walt Dohrn) yang segera saja memanfaatkan posisi
lemah Shrek. Rumpelstiltskin mengatakan kalau ia bisa
mengembalikan Shrek seperti dulu kala bila Shrek mau
menandatangani perjanjian yang dibuat oleh Rumpelstiltskin.
Dalam sekejap mata Shrek berada di dunia lain yang sama sekali bertolak belakang
dengan dunia yang ditinggali Shrek. Di dunia asing ini Rumpelstiltskin adalah seorang raja
sementara Donkey (Eddie Murphy) adalah seekor keledai ilmuwan. Di dunia aneh ini Lord
Farquaad (John Lithgow) ternyata masih hidup dan yang lebih parah lagi adalah kenyataan
bahwa Fiona ternyata sama sekali tidak mengenal Shrek.
Waktu Shrek tak banyak. Ia hanya akan ada sampai esok hari karena ternyata sebagai
imbalan dari apa yang diberikannya, Rumpelstiltskin telah mengambil satu hari terpenting
dalam hidup Shrek, hari kelahirannya. Kalau sampai matahari terbit esok hari Shrek tak
berhasil mendapatkan ciuman Fiona maka dunia tak akan pernah mengenal Shrek lagi.
Celakanya, jangankan bisa mencium Fiona, mendekatinya saja sudah susahnya bukan main.
Setelah mendulang cukup banyak dolar dari tiga film SHREK, DreamWorks
memutuskan bagian keempat ini adalah bagian terakhir dari SHREK. Jarang ada studio yang
berani 'membunuh' sebuah serial yang sangat menguntungkan. Tapi keputusan itu tak salah
karena memperpanjang serial ini belum tentu bisa mendatangkan uang lebih banyak lagi.
Nyatanya, sebagai sebuah bagian 'perpisahan', SHREK FOREVER AFTER ini memang
layak diacungi jempol. Selain dari sisi visual yang jelas jadi lebih baik, kisah yang ditawarkan
pun cukup menghibur. Ditambah lagi dengan para pengisi suara yang sepertinya sudah paham
benar karakter masing-masing tokoh yang mereka bawakan, pas sudah SHREK FOREVER
AFTER ini sebagai sebuah tontonan yang menghibur.
PRINCE OF PERSIA: THE SANDS OF TIME
Terjebak Kutukan Pasir Waktu

Pemain: Jake Gyllenhaal, Gemma Arterton, Gisli Orn Gardarsson, Ben Kingsley, Alfred
Molina

Konon, menurut legenda Persia, barang siapa memiliki


sebuah jam pasir yang berisi Sands of Time (pasir waktu) akan
mampu membalikkan waktu. Jam pasir ini adalah pemberian
para dewa yang tak bisa dipergunakan sembarangan. Di tangan
orang yang baik, jam pasir ini bisa mendatangkan kebaikan dan
sebaliknya di tangan orang yang jahat maka kehancuran yang
ditimbulkannya juga tidak terbayangkan.
Dastan (Jake Gyllenhaal) sebenarnya tak memiliki darah
bangsawan namun kebaikan hati King Sharaman (Ronald
Pickup) membuat anak jalanan ini menjadi seorang pangeran.
Suatu ketika, Dastan ingin membuktikan pengabdiannya pada
sang ayah dengan memimpin pasukan menyerbu Alamut, kota
yang konon menyimpan sebuah senjata dahsyat. Sayangnya, ini
ternyata hanyalah sebuah tipu daya saja.
Tanpa disadari Dastan malah akhirnya melepaskan 'pasir waktu' dan membalikkan
waktu yang berjalan. Di saat Dastan berusaha memperbaiki kesalahan yang telah ia lakukan,
pangeran muda ini dituduh membunuh ayah angkatnya dan menjadi buronan paling dicari di
seluruh negeri. Dalam pelarian, sambil mencari cara untuk menyelamatkan negerinya dari
pengkhianat, Dastan bertemu Putri Tamina (Gemma Arterton) yang bersedia membantunya
dalam misi mulia ini.
Anda yang suka game pasti sudah tak asing lagi dengan judul film ini. Film berjudul
PRINCE OF PERSIA: THE SANDS OF TIME ini memang diangkat dari serial game yang
sudah ada sejak tahun 1989 lalu. Game ini memang cukup populer dan tak terlalu
mengherankan jika Hollywood ingin mengangkat game ini menjadi film layar lebar. Hasilnya
tak terlalu mengecewakan. Artinya, film yang dibintangi oleh nama-nama besar ini memang
menghibur.
Pada dasarnya, ide cerita yang ditawarkan memang sangat sederhana dan itu bisa
dimaklumi karena film ini diangkat dari sebuah game yang memang lebih fokus pada
pengalaman memainkan game itu sendiri ketimbang alur ceritanya. Alur cerita ditata dengan
tempo cepat dan mudah dicerna meski sayangnya, begitu film berakhir, tak banyak yang
tersisa di benak penonton.
Sebenarnya kekuatan dari film ini terletak pada para pendukungnya yang memang
bukan orang baru di dunia film. Ada nama Jake Gyllenhaal, Gemma Arterton, Ben Kingsley,
dan Alfred Molina yang tercatat jadi pendukung film ini dan soal akting, rasanya mereka
semua tak perlu lagi diragukan. Meski bukan orang Inggris namun aksen British Jake
Gyllenhaal termasuk cukup meyakinkan.
THE KARATE KID

Dre Parker (Jaden Smith) tak pernah ingin meninggalkan


teman-temannya namun karena ibunya harus pindah ke Beijing
maka tak ada pilihan buat Dre selain pasrah. Sebagai
pendatang baru jelas masalah yang dihadapi Dre tidaklah
mudah. Selain harus beradaptasi dengan lingkungan baru Dre
juga masih harus berhadapan dengan para berandal di kota
yang baru ini.
Saat berusaha untuk beradaptasi, Dre sudah dihajar
habis-habisan oleh para berandal sebaya Dre yang rata-rata
punya kemampuan bela diri tinggi. Dre hampir putus asa dan
ingin kembali ke Amerika namun itu semua berubah ketika
Dre bertemu Han (Jackie Chan) yang berusaha mengubah cara
pandang Dre.

Han meyakinkan Dre bahwa satu-satunya cara untuk menghindar dari teror ini bukanlah
dengan cara melarikan diri tetapi dengan menghadapinya. Dengan bantuan Han, Dre mulai
mempelajari ilmu bela diri untuk melindungi dirinya dari ancaman para berandal yang tak
pernah membiarkan Dre hidup tenang.
Mungkin seharusnya film ini mengambil judul THE KUNG FU KID. Judul itu akan
terasa lebih relevan karena ilmu bela diri kung fu memang yang jadi 'masalah' dalam film ini.
Sayangnya judul tak akan 'menarik' karena film ini memang dibuat sebagai remake dari film
berjudul sama yang sempat populer di tahun 1980-an. Sepertinya itulah dilema yang dihadapi
film ini. Terlepas dari dilema judul ini, THE KARATE KID sebenarnya adalah tontonan yang
cukup menarik.
Tiga pemeran inti dalam film ini memang sudah punya cukup reputasi. Jackie Chan,
semua orang jelas sudah tahu siapa dia, sementara Taraji P Henson sempat mendapat
nominasi Oscar tahun 2008 lalu. Lalu ada nama Jaden Smith yang mungkin masih belum
punya track record terlalu panjang, tapi jangan keburu underestimate karena Jaden adalah
putra pasangan Will Smith dan Jada Pinket Smith yang sepertinya mewarisi bakat kedua
orang tuanya.
Keputusan mengusung seluruh kru dan pemeran ke negeri China pun layak diacungi
jempol karena pemandangan di luar Hollywood jelas membuat suasana jadi 'lebih segar'
setelah kita dijejali lokasi yang melulu di daratan Amerika. Ditambah dengan kepiawaian
sang juru kamera, lengkap sudah keindahan alam negeri China tersaji di depan mata.
Sebagai sebuah film yang 'berdiri sendiri', THE KARATE KID sudah pantas disebut
film yang bagus namun bila membandingkannya dengan versi pertamanya, maka ada
beberapa hal yang terasa sedikit mengganjal. Jaden Smith memang berakting dengan baik
namun tak ada kesan 'rentan' seperti yang ditunjukkan Ralph Macchio di versi pertamanya.
Masalah kedua adalah Jackie Chan, secara fisik, memang terlihat menguasai bela diri kung fu.
Berbeda dengan Pat Morita yang awalnya terlihat seperti orang lemah meski sebenarnya
menguasai bela diri karate. Jadi, lebih baik lupakan saja versi pertamanya dan nikmati film ini
sebagai film yang berdiri sendiri.(kpl/roc)
THE TWILIGHT SAGA: ECLIPSE
Ketika Pilihan Harus Dibuat

Pemain: Kristen Stewart, Robert Pattinson, Taylor Lautner

Walaupun untuk sementara permusuhan antara


Edward Cullen (Robert Pattinson) dan Jacob Black
(Taylor Lautner) dapat diredam namun masalah yang
dihadapi Bella Swan (Kristen Stewart) sepertinya belum
selesai. Masa sekolah hampir usai dan Bella harus segera
membuat pilihan.
Permusuhan antara vampire dan wolfpack memang
sudah berumur ratusan tahun dan tak bisa begitu saja
diakhiri namun Bella juga tak mungkin memilih antara
Edward dan Jacob. Bella sangat mencintai Edward namun
ia juga tak ingin kehilangan Jacob sebagai seorang
sahabat sementara dua pria dalam hidup Bella ini seolah
tak bisa akur. Kalaupun ada yang membuat suasana jadi
sedikit tenang hanyalah perjanjian wilayah antara kaum
vampire dan wolfpack yang tetap dipegang sampai saat
ini.
Di saat suasana sudah tak mengenakkan seperti ini, muncul masalah baru. Teror vampire
kembali merebak. Victoria (Bryce Dallas Howard)0 membunuh beberapa penghuni kota
Seattle dengan maksud membangun pasukan Newborns untuk memerangi keluarga Cullen
dan wolfpack yang melindungi Bella. Perang dalam diri Bella sendiri juga semakin hari
semakin berkecamuk. Ia harus segera membuat keputusan antara tetap menjadi manusia atau
mengikuti Edward dan berubah menjadi vampire.
Ini bukan pertama kalinya sutradara David Slade berurusan dengan vampir. Sutradara
ini sebelumnya juga mengerjakan film tentang makhluk penghisap darah ini meski dengan
nuansa yang jauh berbeda. Kali ini David tak hanya membuat film vampir tapi
menerjemahkan novel populer karya Stephenie Meyer ke dalam bentuk visual dan itu
bukanlah pekerjaan mudah.
Dua film sebelumnya bukanlah karya David Slade dan sutradara ini harus membuat
banyak kompromi. Di satu sisi ia harus bisa mengusung versi novelnya secara utuh agar para
fans dari novel populer ini tak kecewa sementara di sisi lain ia juga punya kreativitas sebagai
seorang sutradara. Masalah lain adalah bahwa ia tak bisa terlalu banyak mengubah tone dari
dua bagian sebelumnya.
Untungnya David Slade cukup piawai meramu berbagai persyaratan tadi dalam bagian
keempat yang berjudul THE TWILIGHT SAGA: ECLIPSE. Beberapa style dari bagian kedua
seperti pengambilan gambar dari udara dan penggunaan handheld camera yang membuat
gambar jadi terasa lebih dinamis tetap dipertahankan sementara penggambaran kota Seattle
yang sedang dilanda wabah vampir seolah penafsiran David Slade sendiri yang ia dapat dari
pengalaman mengerjakan 30 DAYS OF NIGHT.
Timing pun terasa lebih baik dari bagian kedua yang terasa berjalan lambat meskipun
tak bisa dipungkiri jika dialog antara para pemainnya masih tak jauh beda dengan dua film
yang mendahuluinya. Tak bisa disalahkan memang karena film ini memang dibuat untuk
dikonsumsi para teenager yang jelas tak menginginkan dialog yang terlalu berat. Dan karena
bagian ketiga ini notabene adalah bagian yang paling banyak menelan biaya produksi, maka
bisa dipastikan sajian visualnya pun jadi lebih bagus dari dua bagian sebelumnya

KNIGHT & DAY


Bagaikan Siang dan Malam

Pemain: Tom Cruise, Cameron Diaz, Maggie Grace, Paul Dano, Marc Blucas, Viola Davis,
Olivier Martinez

Hati-hatilah kalau ingin berkencan dengan seseorang,


apalagi jika orang itu tidak Anda kenal. Tak ada yang tahu apa
yang akan Anda hadapi dalam kencan buta seperti ini. June
Havens (Cameron Diaz) juga tidak pernah tahu kalau
kencannya kali ini membawanya ke sebuah petualangan yang
tak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya.
Secara tak sengaja, June bertemu Roy Miller (Tom
Cruise) saat ia sedang berada di bandara. Pertemuan ini
berlanjut saat June dan Roy berada dalam pesawat yang sama.
Tanpa sepengetahuan June, Roy ternyata adalah seorang agen
rahasia. June tak yakin Roy jujur tapi daya tarik Roy membuat
June seolah tak berdaya.
Sebelum June menyadari apa yang terjadi, tiba-tiba saja
ia sudah terlibat petualangan Roy melindungi hasil temuan
seorang ilmuwan yang konon akan menjadi sumber energi alternatif yang mampu mengubah
dunia. Kalau sumber energi alternatif ini jatuh ke tangan orang yang salah maka bisa
dipastikan seluruh dunia akan dibuat kacau oleh orang ini.
Jarang ada yang bisa memadukan genre action dan comedy dalam satu film dan berhasil
membuat sebuah tontonan yang pas tanpa harus terlalu 'memihak' pada salah satu genre dan
KNIGHT AND DAY ini adalah salah satunya. Film ini mungkin bukan sebuah tontonan yang
'sempurna' tapi dari formula yang ditawarkan, paling tidak durasi sepanjang 105 menit ini tak
terasa jadi membosankan.
Alur kisahnya memang sederhana. Seperti kebanyakan film bergenre spionase,
KNIGHT AND DAY ini juga menawarkan tokoh protagonis yang nyaris sempurna, misi
menyelamatkan dunia, dan tentu saja sedikit kisah asmara sebagai bumbu pemanis.
Sebenarnya banyak celah pada alur kisah yang ditawarkan oleh naskah Patrick O'Neill ini tapi
sepertinya James Mangold, sang sutradara, cukup cerdik untuk mengakalinya dengan
membuat tokoh June tak sadarkan diri agar adegan bisa beralih tanpa ada kesulitan.
Memang kalau dipikir film ini hanyalah serangkaian adegan yang dirangkai oleh sebuah
plot yang tipis dan penonton di ajak berjalan-jalan dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Tapi
tentu saja jalan-jalan ini tak akan menarik kalau pemandunya tak piawai merangkai kata dan
dalam urusan ini, chemistry antara Tom Cruise dan Cameron Diazlah yang jadi kuncinya.
PREDATORS
Saat Pemburu Jadi Yang Diburu

Pemain: Adrien Brody, Topher Grace, Alice Braga, Laurence Fishburne, Danny Trejo,
Walton Goggins, Oleg Taktarov, Mahershalalhashbaz Ali, Louis Ozawa Changchien

Royce (Adrien Brody) adalah seorang pemburu.


Sebagai seorang serdadu bayaran, belas kasihan adalah kata
yang tak pernah ada dalam kamus Royce. Semakin tinggi
kemampuan untuk bertahan hidup maka semakin tinggi pula
kemungkinan untuk selamat. Tapi dalam kasus kali ini,
Royce terpaksa harus mengubah pola pikirnya atau ia tak
akan pernah selamat dari tempat asing yang kini jadi medan
pertempurannya ini.
Royce adalah salah satu dari delapan orang yang
diculik oleh Predator dan ditempatkan di sebuah planet
dengan tujuan menjadi permainan buat bangsa alien yang
dikenal sebagai Predator ini. Tujuh dari delapan orang ini
adalah prajurit tangguh, mulai dari bandar narkoba, anggota
Yakuza sampai pembunuh bayaran sementara salah satu dari
mereka adalah seorang dokter yang jadi buronan FBI karena
diduga telah membunuh beberapa orang.
Royce harus bisa menyatukan ketujuh orang ini untuk bisa selamat dari buruan para
Predator. Di dalam perjalanan, Royce bertemu Noland (Laurence Fishburne) yang ternyata
adalah salah satu orang yang diculik Predator bertahun-tahun yang lalu. Dari Noland Royce
tahu kalau sebenarnya mereka hanyalah permainan buat para Predator ini dan tak banyak
orang yang berhasil selamat dari buruan Predator ini.
Waktu PREDATOR muncul di tahun 1987 lalu, film ini seketika jadi pembicaraan di
mana-mana. Sejak itu berbagai adaptasi dibuat termasuk dalam bentuk komik dan spin-off
dari versi aslinya yang dibintangi oleh Arnold Schwarzenegger. Hampir semua adaptasi ini
bisa dibilang 'gagal' meski untuk kalangan tertentu, Predator tetaplah legenda yang tak akan
mati. Kini, 23 tahun dari bagian pertamanya, muncul PREDATORS yang disutradarai oleh
Nimród Antal.
Buat yang sempat jadi penikmat bagian pertama, film laga yang satu ini bisa dijadikan
sarana untuk sekedar bernostalgia sementara buat yang tak tahu menahu soal bagian pertama
juga tak akan terlalu jadi masalah karena seolah tak ada kaitan sama sekali antara film ini
dengan bagian pertamanya. Kabarnya naskah film ini sendiri sebenarnya sudah berumur
cukup tua. Ide film ini sebenarnya sudah muncul di benak Robert Rodriguez di tahun 1994
lalu atau kurang lebih empat tahun setelah dilepasnya PREDATOR 2.
Kini ide lama itu dibangkitkan lagi lewat naskah yang dikerjakan oleh Michael Finch
dan Alex Litvak sementara Robert Rodriguez yang menyutradarai film pertama malah
memilih menjabat sebagai produser saja. Hasilnya cukup memuaskan, terutama karena
casting yang lumayan membantu. Meski tak semua pemeran bermain memuaskan, paling
tidak Adrien Brody dan Alice Braga terlihat paling bersinar di antara pemeran lain.
Didukung dengan visualisasi yang realistis, pas sudah film ini dijadikan hiburan akhir
pekan yang tak terlalu menuntut pemikiran terlalu berat. Jangan menuntut penokohan yang
sempurna karena para karakter yang dimunculkan di sini seolah memang hanya karakter dua
dimensi saja. Jangan juga menuntut alur cerita yang memukau karena bukan itu tujuan
dibuatnya film ini.

SPLICE
Ambisi Imuwan yang Kelewatan

Pemain : Adrien Brody, Sarah Polley, Delphine Chanéac

FILM ini mengisahkan tentang dua ilmuwan


kritis, Clive (Adrien) dan Elsa (Sarah). Keduanya
bereksperimen menggabungkan DNA manusia
dengan beberapa DNA binatang. Tapi Clive tidak
menyadari, Elsa mencampur DNA-nya sendiri
dengan beberapa DNA binatang. Maka tercipta
makhluk sangat aneh. Clive tak tahan dengan
kelakuan Elsa.
akhluk ciptaan itu mulai bertumbuh. Awalnya,
hanya punya dua kaki. Perlahan tangan mulai
muncul. Disusul mulut dan hidung, berikutnya alis.
Elsa menamainya Dern (Delphine).
Tak disangka, saudara Clive, Gavin (Brandon) memergoki keberadaan Dern. Dalam
keadaan terpojok, Clive berupaya membunuh Dern dengan membenamkannya ke dalam air.
Sialnya, Dern juga bisa hidup di dalam air. Dern manusia sekaligus amphibi! Sebagai
manusia, Dern punya perasaan. Ketika Clive mengajaknya berdansa, hati Dern tergetar.
Punggungnya robek dan mengeluarkan sayap.
Splice mengedepankan karakter Elsa yang keras, obsesif, dan cenderung menyebalkan.
Anda mungkin kesal menyaksikan Elsa mulai berlebihan, bersikeras memelihara si makhluk
jejadian yang tidak jelas jenis spesiesnya.
Ketika Dern bikin ulah sekaligus memperlihatkan kecerdasannnya, tone film melembut.
Ada masa-masa, sineas Vincenzo mempermainkan perasaan penonton dan merangsang
empati kepada Dern. Di sinilah kelebihan Splice, meski memperlihatkan beberapa bentuk
menjijikkan, Anda yang mengklaim diri berperasaan lembut pun kemungkinan masih bisa
bertahan di kursi bioskop.
Ilmuwan juga manusia, bisa khilaf. Splice merangkum kenekatan Elsa memulai
eksperimen. Juga beban berat Elsa mengakhiri apa yang telah dimulai dengan segala
konsekuensi.
Splice tidak menjanjikan hal baru. Tapi, kelihaian Vincenzo menarik ulur tone membuat
film keluaran 2009 ini enak dinikmati. Perubahan kontur thriller menjadi horor di pengujung
film tak membuat grand design cerita buram.
INCEPTION
Kejahatan di Alam Mimpi

KapanLagi.com - Pemain: Leonardo DiCaprio, Ken Watanabe, Joseph Gordon-Levitt, Marion


Cotillard, Ellen Page, Tom Hardy, Cillian Murphy, Tom Berenger, Michael Caine

Dom Cobb (Leonardo DiCaprio) adalah seorang


extractor, dan ia adalah yang terbaik yang pernah ada. Tugas
Cobb adalah mengambil ide orang lain dengan cara masuk
ke dalam alam mimpi mereka. Karena pekerjaan ini pula
Cobb tak bisa kembali ke Amerika Serikat. Cobb selalu
merindukan anak-anaknya namun ia tetap tak bisa berbuat
apa-apa.
Saat sebuah tawaran datang, Cobb tak punya alasan
untuk menolaknya. Seorang pria bernama Saito (Ken
Watanabe) menawarkan sebuah kesepakatan yang sangat
menggiurkan. Saito bisa membawa Cobb kembali ke
Amerika Serikat bila Cobb bisa menuntaskan tugas yang
diberikan Saito. Bila biasanya Cobb mencuri ide dari pikiran
orang, kini Saito ingin Cobb melakukan yang sebaliknya.
Saito ingin Cobb masuk ke mimpi seorang pria
bernama Robert Fischer Jr (Cillian Murphy), bukan untuk mengambil ide namun justru
menanamkan ide baru di sana. Saito ingin Robert menghancurkan kerjaan bisnis yang
dibangun ayahnya dari dalam agar kerajaan ini tak lagi jadi ancaman buat bisnis Saito.
Dalam menjalankan misinya, Cobb punya satu tim yang terdiri dari Ariadne (Ellen
Page), Arthur (Joseph Gordon-Levitt), Nash (Lukas Haas), Yusuf (Dileep Rao), dan Eames
(Tom Hardy). Mereka menggunakan teknologi yang memungkinkan mereka memasuki
mimpi orang lain dan mengaturnya seperti yang mereka kehendaki.
Cerita di atas mungkin terdengar sederhana namun bukan itu yang terjadi dalam film
INCEPTION ini. Alur cerita film ini begitu rumit dan mengharuskan kita berkonsentrasi
tinggi untuk bisa benar-benar memahaminya. Meski rumit namun bukan berarti film ini sama
sekali tak bisa dipahami. Bukan Christopher Nolan kalau tak memberikan sesuatu yang
mengejutkan buat penonton.
Bagian awal dari film ini sebenarnya lebih mirip sebuah tutorial yang memperkenalkan
konsep mimpi dan cara mengendalikannya. Siapa lagi yang jadi pemandu kalau bukan
Leonardo DiCaprio yang bermain dengan baik seperti pada film sebelumnya (SHUTTER
ISLAND). Saat karakter Cobb menjelaskan konsep memasuki dunia mimpi ini pada Ariadne,
maka di saat yang sama pula Christopher Nolan membimbing kita untuk memahami alur
cerita yang bakal datang kemudian.
Konon, ide cerita film ini sudah ada di benak Nolan sejak delapan tahun yang lalu dan
bisa jadi selama itu pula Nolan merancang sebuah alur kisah sempurna seperti yang
disodorkan lewat INCEPTION ini. Aksi laga tetap ada namun itu semua dikemas Nolan
dalam sebuah jalinan cerita, yang rumit sehingga adegan yang sebenarnya sudah jadi pakem
setiap film action itu jadi terlihat berbeda.
Didukung oleh akting para aktor dan aktris yang meyakinkan, lengkap sudah
INCEPTION ini menjadi sebuah tontonan yang benar-benar fresh.(kpl/roc)
THE SORCERER’S APPRENTICE
Sang Penyihir dan Muridnya
Pemain: Nicolas Cage, Jay Baruchel, Alfred Molina

Siapa bilang di zaman modern seperti sekarang ini sihir


sudah tidak ada lagi. Para penyihir masih tetap ada meski
mereka selalu berusaha menutupi identitas mereka yang
sesungguhnya. Balthazar Blake (Nicolas Cage) adalah salah
satu dari para penyihir yang masih tersisa.
Meski Balthazar memiliki ilmu yang tinggi, ia tetap
tidak mampu melindungi Manhattan, kota tempat tinggalnya
dari Maxim Horvath (Alfred Molina), musuh besar Balthazar.
Tak seperti Balthazar yang cenderung menggunakan
kemampuannya untuk tujuan baik, Maxim lebih memilih
menggunakan kekuatannya untuk memenuhi hasrat
pribadinya.
Sadar bahwa ia pasti kalah bila bertempur langsung
dengan Maxim, Balthazar lantas mencari murid yang bisa
membantunya mengalahkan Maxim dan kawan-kawannya. Pilihan kemudian jatuh pada Dave
Stutler (Jay Baruchel), seorang pemuda biasa yang ternyata memiliki potensi. Dave awalnya
merasa tak sanggup memenuhi harapan Balthazar namun saat ia sadar kalau ia tak punya
pilihan maka Dave pun berusaha sekuat tenaga mempelajari ilmu sihir yang diajarkan
Balthazar.
Mengusung tema lama dalam balutan teknologi baru memang salah satu usaha yang
sering ditempuh para pembuat film. Buktinya, berapa banyak film dengan tema yang nyaris
sama dan buktinya masih juga produser mau membiayai film-film tersebut. THE
SORCERER'S APPRENTICE ini juga menawarkan tema lama yang dibungkus dengan
visualisasi modern yang realistis. Sayangnya, usaha itu tak diimbangi oleh komponen lain
yang juga jadi tulang punggung sebuah film.
Dibuat berdasarkan puisi karya Goethe yang ditulis di tahun 1797, naskah film berdurasi
110 menit ini digarap oleh banyak penulis naskah. Paling tidak ada tujuh nama yang
disebutkan dalam deretan penulis naskah dan bisa jadi ini juga yang membuat film ini jadi
terasa kehilangan arah. Alur cerita film ini memang tak lagi mengikuti alur yang diceritakan
Goethe namun nyatanya modifikasi cerita itu tak membuat film ini jadi terasa layak dikenang.
Masalah lain adalah tidak munculnya suasana 'tegang' meskipun dikisahkan bahwa nasib
dunia dan seluruh isinya akan bergantung pada keberhasilan duo Balthazar dan Dave. Dave
yang diperankan oleh Jay Baruchel sepertinya malah lebih tertarik pada Becky Barnes yang
diperankan oleh Teresa Palmer padahal kalau mau jujur justru di situ kunci keberhasilan film
ini.
Dalam tradisi film Disney, magic selalu jadi inti permasalahan dan tak mungkin ada
remaja seusia Dave yang tak tertarik belajar melakukan sesuatu yang ajaib seperti yang
diajarkan Balthazar. Hasilnya, chemistry antara karakter yang diperankan Nicolas Cage dan
Jay Baruchel justru malah tak terbentuk. Kalaupun ada yang menarik justru adalah akting
Alfred Molina yang berperan sebagai Maxim Horvath. Sepertinya, lagi-lagi, Cage terjebak
pada peran yang salah meskipun sebenarnya kemampuan aktor ini lebih dari sekedar cukup
SALT
Terjebak Konspirasi Antar Negara

Sebelum resmi menjadi anggota CIA, Evelyn Salt


(Angelina Jolie) telah bersumpah untuk selalu setia pada tugas,
kehormatan dan negara dan sumpah inilah yang kemudian
menjadi pernyataan ketika tiba-tiba saja ada orang yang
mengklaim bahwa Evelyn sebenarnya adalah agen Rusia yang
punya misi menghancurkan Amerika. Terjebak sebuah
konspirasi, tak ada pilihan buat Evelyn selain berjuang sendiri
untuk membersihkan nama baiknya.
Orlov (Daniel Olbrychski) yang sedang diinterogasi
menyebutkan bahwa memang ada misi yang disebut Day X.
Misi ini bertujuan membunuh Presiden Rusia yang sedang
mengunjungi Amerika Serikat dan yang akan bertugas sebagai
pembunuh adalah Evelyn Salt. Hasil analisa gelombang otak
menyatakan bahwa Orlov jujur yang artinya Salt memang agen
ganda. Sadar kalau dalam bahaya, Salt lantas melarikan diri. Di saat yang sama, Orlov juga
berhasil lolos dari CIA dan makin memperkuat dugaan bahwa Salt memang terlibat.
Keesokan harinya, Salt berhasil memasuki gereja yang digunakan untuk
penghormatan terakhir pada mendiang wakil presiden AS. Di saat yang sama Presiden Rusia
juga hadir dalam acara itu. Tanpa diduga, Salt kemudian membunuh sang Presiden. Bukannya
melarikan diri, Salt malah menyerahkan diri namun kemudian meloloskan diri lagi. Dalam
sekejap, Salt yang semula adalah agen CIA menjadi buronan nomor satu di Amerika Serikat.
Siapa sebenarnya Evelyn Salt? Apakah masa lalunya saat tinggal di Uni Soviet adalah bagian
dari semua ini?
Semua orang tahu kalau Angelina Jolie cantik dan mau tak mau itu adalah salah satu
daya tarik dari film ini. Tapi jangan salah, bukan hanya itu yang bakal dieksploitasi Phillip
Noyce lewat film ini. SALT adalah film action namun punya sentuhan yang berbeda dengan
kebanyakan film action yang renyah namun tak pernah membuat kenyang. Dari naskah yang
ditulis Kurt Wimmer dan Brian Helgeland, Phillip mampu mengubahnya menjadi sebuah
tontonan yang membuat penasaran tapi sekaligus tegang karena aksi laga yang disajikannya.
Bisa dibilang, dari awal hingga akhir, Angelina Jolie nyaris tak pernah berhenti untuk
menarik nafas. Adegan demi adegan dirangkai sangat rapat seolah tak mau menurunkan tensi
sedikitpun. Tapi di saat mata dimanjakan dengan serangkaian adegan tadi, masih ada
pertanyaan yang tak terjawab, "Who is Salt?" Karena itu pula film ini jadi menarik.
Soal akting, ini bukan film drama dan memang tak kita tak bisa menuntut lebih. Tapi
secara global, baik Angelina, Liev Schreiber, maupun Chiwetel Ejiofor, bermain cukup
cantik. Kalaupun ada yang terasa kurang relevan mungkin adalah usaha untuk mengangkat
kembali isu cold war yang memang sudah basi. Karena itu pula 'sentuhan' Middle East lantas
disisipka
The Last Airbender
Tugas Mulia Mengembalikan Keseimbangan Bumi

Pemain: Noah Ringer, Nicola Peltz, Jackson Rathbone, Dev Patel

1,5 star
Keserakahan membuat Bangsa Api tak ingin hidup
berdampingan dalam damai bersama bangsa-bangsa lain.
Satu-satunya cara untuk memastikan Bangsa Api bisa
berkuasa adalah dengan membunuh Avatar yang menjadi
penyeimbang dari semua kekuatan yang ada di bumi.
Karena itu pula Bangsa Api lantas berusaha mencari
reinkarnasi Avatar yang konon akan terlahir dari Bangsa
Udara.
Aang (Noah Ringer) adalah seorang bocah kecil
yang terlahir dari bangsa Udara. Tanpa disadari Aang
adalah reinkarnasi Avatar dan karena itu ia bakal memikul
tanggung jawab menjadi penyeimbang alam semesta.
Untuk itu, Aang tak boleh hidup seperti layaknya manusia
lain. Aang tak boleh memiliki ikatan duniawi seperti orang-
orang lain dan karena itu pula Aang melarikan diri dari
kuil.
Karena kecelakaan Aang terjebak dalam es dan tak sadar kalau waktu telah bergulir
sementara ia membeku. Seratus tahun kemudian seorang Waterbender bernama Katara
(Nicola Peltz) secara tak sengaja membangkitkan Aang dari tidur panjangnya. Di saat yang
sama, kebangkitan Aang ternyata diketahui Prince Zuko (Dev Patel) yang diusir dari kerajaan
sampai ia berhasil pulang membawa sang Avatar untuk Bangsa Api.
Sadar bahwa dirinya adalah Avatar, Aang tak punya pilihan lain selain memerangi
Bangsa Api yang telah menindas bangsa-bangsa lain. Sayangnya, Aang hanyalah seorang
Airbender. Ia tak mampu memanipulasi unsur alam yang lain seperti Api, Tanah, dan Air,
padahal itulah yang dibutuhkan seorang Avatar untuk menjalankan tugas sucinya.
Agaknya, THE LAST AIRBENDER ini dimaksudkan sebagai langkah yang bakal
menyelamatkan reputasi M Night Shyamalan yang belakangan makin merosot saja. Di atas
kertas, THE LAST AIRBENDER ini memang menjanjikan. Bagaimana tidak, film ini
diangkat dari film animasi Nickelodeon yang sudah sangat populer. Selain itu, sang sutradara
juga memasang nama-nama besar seperti Jackson Rathbone dan Dev Patel dalam daftar
pemerannya. Sayangnya itu semua sepertinya masih belum cukup untuk mengembalikan
pamor M Night Shyamalan.
Kesalahan pertama barangkali adalah soal casting. Semua karakter utama dalam film
ini diperankan oleh aktor dan aktris kulit putih padahal dalam versi animasinya, karakter ini
jelas-jelas orang Asia. Kedua, naskah yang dibuat oleh M Night Shyamalan sepertinya tidak
memberi cukup ruang untuk para aktor/ aktris ini untuk mengembangkan karakter mereka,
atau bisa jadi malah sang sutradara yang gagal mengarahkan mereka untuk mencapai standar
tertentu.
Dialog antar karakter terasa kaku dan dibuat-buat sementara proses pembentukan
karakter juga seolah dipaksakan dan tak berjalan mulus seperti pada kasus INCEPTION
misalnya. Selain itu, CGI yang digunakan juga terasa kurang menggigit. Tak heran jika
sampai saat ini film ini baru menghasilkan sekitar US$167 juta saja padahal modal yang
sudah dikucurkan tak kurang dari US$150 juta. Seandainya film ini tidak dibuat dalam versi
live-action dan tetap dipertahankan dalam format animasi, mungkin film ini lebih punya
peluang.(kpl/roc)
 Resident Evil : Afterlife(September 10)
 Alfa and Omega (September 17)
 Buried (September 24)
 Legend of the Guardians (Sept. 24)
 Let Me In (October 1)
 The Social Network (October 1)
 Jackass 3D (Oktober 15)
 Paranormal Activity 2 (October 22)
 Saw VII (October 22)
 My Soul to Take (October 29)
 Megamind (November 5)
 Tangled (November 12)
 Harry Potter and the Deathly Hallows
(November 19)
 Red Dawn (November 26)
 Bruce Lee (November 27)
 The Chronicles of Narnia : The
Voyage of the Dawn Treader (December
10)
 Tron Legacy (December 17)
 Gulliver’s Travel (December 22)

COMING SOON :
 Harry Potter 7 Part 2 (July 2011)
 Thor (2011)
 Transformers 3 (July 2011)
 Spiderman : Reboot : 2012

Anda mungkin juga menyukai