Buat Chika Yang Pele
Buat Chika Yang Pele
MINYAK BUMI
DAN DAMPAK PENGGUNAANNYA
MINYAK BUMI
Di Sumatra
- Mulai mengebor sumur di Cibodas, sebuah desa dekat Majalengka dan
Kadipaten, di kaki gunung Cireme, hasilnya gagal.
1880 Aeilko Jans Zijker, seorang petani tembakau yang pindah dari
Jawa ke Sumatra; di Langkat ia menemukan minyak yang merembes
ke permukaan, kemudian minyak yang sudah menguap tersebut
dibawa ke Jakarta (dulu Batavia) untuk dianalisis, dan dari hasil
penyulingan minyak tersebut menghasilkan 59 % minyak untuk
penerangan.
1882 Zijker mencari dana ke negeri Belanda untuk explorasi minyak di
Sumatra Utara.
1883 Zijker mendapat konsesi Telaga Said dari Sultan Langkat.
Riwayat Stanvac
R i w a y a t C a l t e x
1924 Standard of Callifornia mengirimkan geologistnya ke
Indonesia tahun 1924.
1936 NPPM diberi konsesi di daerah Rimba, dikenal dengan Rokan
Block, Sumatra Tengah, yang sebelumnya ditolak oleh Standard of
New Jersey.
1939 Sumur eksplorasi pertama (Rokan Block) di Sebanga, 65 km utara
Pekanbaru, menunjukkan adanya minyak, kemudian mereka
menemukan juga minyak di Duri.
di Irian Jaya/Papua
Komposisi
Karbon : 83,0-87,0 %
Hidrogen : 10,0-14,0 %
Nitrogen : 0,1-2,0 %
Oksigen : 0,05-1,5 %
Sulfur : 0,05-6,0 %
golongan parafinik
golongan naphthenik
golongan aromatik
siklopentana sikloheksana
3. Aromatik CnH2n -6
1. Senyawaan Sulfur
Crude oil yang densitynya lebih tinggi mempunyai kandungan Sulfur
yang lebih tinggu pula. Keberadaan Sulfur dalam minyak bumi sering
banyak menimbulkan akibat, misalnya dalam gasoline dapat
menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan dingin atau berair),
karena terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksida sulfur
(sebagai hasil pembakaran gasoline) dan air.
2. Senyawaan Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2 %
dan menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa
menaik apabila produk itu lama berhubungan dengan udara. Oksigen
dalam minyak bumi berada dalam bentuk ikatan sebagai asam
karboksilat, keton, ester, eter, anhidrida, senyawa monosiklo dan
disiklo dan phenol. Sebagai asam karboksilat berupa asam
Naphthenat (asam alisiklik) dan asam alifatik.
3. Senyawaan Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah,
yaitu 0,1-0,9 %. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik.
Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap katalis dan dapat
membentuk gum / getah pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak
terdapat pada fraksi titik didih tinggi. Nitrogen klas dasar yang
mempunyai berat molekul yang relatif rendah dapat diekstrak dengan
asam mineral encer, sedangkan yang mempunyai berat molekul yang
tinggi tidak dapat diekstrak dengan asam mineral encer.
4. Konstituen Metalik
Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium
pada proses catalytic cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab
dapat menurunkan produk gasoline, menghasilkan banyak gas dan
pembentukkan coke. Pada power generator temperatur tinggi,
misalnya oil-fired gas turbine, adanya konstituen logam terutama
vanadium dapat membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang
dihasilkan dari pembakaran fuel yang mengandung natrium dan
terutama vanadium dapat bereaksi dengan refactory furnace (bata
0-50°C : Gas
50-85°C : Gasoline
85-105°C : Kerosin
105-1 :Solar> 135°C : Residu (Umpan proses lebih lanjut)
Jadi yang namanya minyak bumi atau sering juga disebut crude oil
adalah merupakan campuran dari ratusan jenis hidrokarbon dari rentang
yang paling kecil, seperti metan, yang memiliki satu atom karbon sampai
dengan jenis hidrokarbon yang paling besar yang mengandung 200 atom
karbon bahkan lebih. Minyak bumi adalah campuran komplek hidrokarbon
plus senyawaan organik dari Sulfur, Oksigen, Nitrogen dan senyawa-
senyawa yang mengandung konstituen logam terutama Nikel, Besi dan
Tembaga.
Teori proses pembentukan minyak yang dikenal hingga saat ini ada
dua teori besar yaitu teori an-organik dan teori organik. Teori an-organik ini
saat ini jarang dipakai dalam eksplorasi migas. Salah satu pengembang
teori an organik ini adalah para penganut creationist – atau penganut azas
penciptaan, itu tuh yang anti teori evolusi . Teori an-organic ini sering
juga dikenal abiotik, atau abiogenic.
“Oooh ini yang kemarin disebutkan tempe itu bisa saja tidak menjadi
tempe yang bagus. Sehingga tetep menjadi kedelai yang tidak bisa
dimasak menjadi mendoan, gitu kan pakdhe ?”
“Ya bisa saja disepadankan bahwa kita ini akan membuat tempe. Maka
source rock ini adalah tempenya, sedangkan karbon ini kedelainya”
reservoir atau batuan sarang. Pada prinsipnya segala jenis batuan dapat
menjadi batuan sarang, yang penting ada ruang pori-pori didalamnya.
Batuan sarang ini dapat berupa batupasir, batugamping bahkan batuan
volkanik.
Proses pemasakan ini tergantung suhunya dan karena suhu ini tergantung
dari besarnya gradien geothermalnya maka setiap daerah tidak sama
tingkat kematangannya.
Dalam gambar diatas ini terlihat bahwa minyak terbentuk pada suhu antara
50-180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan
tercapai bila suhunya mencapai 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus
bertambah karena cekungan itu semakin turun dalam yang juga diikuti
penambahan batuan penimbun, maka suhu tinggi ini akan memasak
karbon yang ada menjadi gas!
1. Parafin
2. Olefin
3. Naften
4. Aromat
disebut juga iso-butana. Keduanya memiliki rumus kimia yang sama, yaitu
C4H10 tetapi memiliki rumus bangun yang berbeda seperti tampak pada
gambar.
Jika atom karon (C) dinotasikan sebagai bola berwarna hitam dan atom
hidrogen (H) dinotasikan sebagai bola berwarna merah maka gambar dari
normal-butan dan iso-butan akan tampak seperti gambar berikut :
Selain itu zat pengotor lainnya yang terdapat dalam minyak bumi
adalah berupa senyawa halogen organik, terutama klorida, dan logam
organik, yaitu natrium (Na), Vanadium (V) dan nikel (Ni).
Titik didih minyak bumi parafin dan aspaltin tidak dapat ditentukan
secara pasti, karena sangat bervariasi, tergantung bagaimana komposisi
jumlah dari rantai hidrokarbonnya. Jika minyak bumi tersebut banyak
mengandung hidrokarbon rantai pendek dimana memiliki jumlah atom
karbon lebih sedikit maka titik didihnya lebih rendah, sedangkan jika
memiliki hidrokarbon rantai panjang dimana memiliki jumlah atom karbon
lebih banyak maka titik didihnya lebih tinggi.
PROSES PENGOLAHAN
1. DESTILASI
Menara destilasi
Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian
atas kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda.
Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan
turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap
dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut sungkup
gelembung. Makin ke atas, suhu yang terdapat dalam kolom fraksionasi
tersebut makin rendah, sehingga setiap kali komponen dengan titik didih
lebih tinggi akan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih
rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya sehingga
komponen yang mencapai puncak adalah komponen yang pada suhu
kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum,
kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas).
Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak
bumi meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai
karbon sejumlah lebih dari 20.
Fraksi minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik didihnya
antara lain sebagai berikut :
1.Gas
Rentang rantai karbon : C1 sampai C5
Trayek didih : 0 sampai 50°C
2.Gasolin (Bensin)
Rentang rantai karbon : C6 sampai C11
Trayek didih : 50 sampai 85°C
4.Solar
Rentang rantai karbon : C21 sampai C30
Trayek didih : 105 sampai 135°C
5.Minyak Berat
Rentang ranai karbon : C31 sampai C40
Trayek didih : 135 sampai 300°C
6.Residu
Rentang rantai karbon : di atas C40
Trayek didih : di atas 300°C
2. CRACKING
Cracking
adalah penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang besar
menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang kecil. Contoh
cracking ini adalah pengolahan minyak solar atau minyak tanah menjadi
bensin.
Proses ini terutama ditujukan untuk memperbaiki kualitas dan perolehan
fraksi gasolin (bensin). Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti
knock (ketukan) yang dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan
100 diberikan pada isooktan (2,2,4-trimetil pentana) yang mempunyai sifat
anti knocking yang istimewa, dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-
heptana yang mempunyai sifat anti knock yang buruk. Gasolin yang diuji
akan dibandingkan dengan campuran isooktana dan n-heptana. Bilangan
oktan dipengaruhi oleh beberapa struktur molekul hidrokarbon.
c. Hidrocracking
3. REFORMING
RH + CH2=CR’R’’ R-CH2-CHR’R”
M CnH2n Cm+nH2(m+n)
5. TREATING
Akan tetapi selain 2 cara di atas, saat ini ada pula teknik desulfurisasi yang
lain yaitu bio-desulfurisasi. Bio-desulfurisasi merupakan penyingkiran sulfur
secara selektif dari minyak bumi dengan memanfaatkan metabolisme
mikroorganisme, yaitu dengan mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur
elementer yang dikatalis oleh enzim hasil metabolisme mikroorganisme
sulfur jenis tertentu, tanpa mengubah senyawa hidrokarbon dalam aliran
proses. Reaksi yang terjadi adalah reaksi aerobik, dan dilakukan dalam
kondisi lingkungan teraerasi. Keunggulan proses ini adalah dapat
menyingkirkan senyawa sulfur yang sulit disingkirkan, misalnya alkylated
dibenzothiophenes. Jenis mikroorganisme yang digunakan untuk proses
bio-desulfurisasi umumnya berasal dari Rhodococcus sp, namun penelitian
BLENDING
Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif
kedalam fraksi minyak bumi dalam rangka untuk meningkatkan
kualitas produk tersebut. Bensin yang memiliki berbagai
persyaratan kualitas merupakan contoh hasil minyak bumi yang
paling banyak digunakan di barbagai negara dengan berbagai variasi
cuaca. Untuk memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat sekitar
22 bahan pencampur yang dapat ditambanhkan pada proses
pengolahannya.
HASIL PENGOLAHAN
Bahan baker gas biasa digunakan untuk keperluan rumah tangga dan
indusri.
Dalam kondisi atmosfer, elpiji akan berbentuk gas. Volume elpiji dalam
bentuk cair lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang
sama. Karena itu elpiji dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung
logam bertekanan. Untuk memungkinkan terjadinya ekspansi panas
(thermal expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung elpiji tidak diisi
Penggunaan elpiji
Penggunaan Elpiji di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat
dapur (terutama kompor gas). Selain sebagai bahan bakar alat dapur, Elpiji
juga cukup banyak digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor
(walaupun mesin kendaraannya harus dimodifikasi terlebih dahulu).
Bahaya elpiji
Salah satu resiko penggunaan elpiji adalah terjadinya kebocoran pada
tabung atau instalasi gas sehingga bila terkena api dapat menyebabkan
kebakaran. Pada awalnya, gas elpiji tidak berbau, tapi bila demikian akan
sulit dideteksi apabila terjadi kebocoran pada tabung gas. Menyadari itu
Pertamina menambahkan gas mercaptan, yang baunya khas dan menusuk
“hujan asam”. Hujan asam menyebabkan tanah dan perairan (danau dan
sungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan hutan, dengan asamnya tanah
akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi. Untuk perairan,
hujan asam akan menyebabkan terganggunya makhluk hidup di dalamnya.
Selain itu hujan asam secara langsung menyebabkan rusaknya bangunan
(karat, lapuk).
Smog merupakan pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya
kadar gas NOx, SO2, O3 di udara yang dilepaskan, antara lain oleh
kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Smog dapat menimbulkan
batuk-batuk dan tentunya dapat menghalangi jangkauan mata dalam
memandang.
Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida (CO2)
ke udara. Emisi CO2 tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di
atmosfer meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan
pemanasan global. CO2 tersebut menyerap sinar matahari (radiasi
inframerah) yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu atmosfer menjadi
naik. Hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan
permukaan air laut.
Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal,
antara lain, dari gas bumi yang tidak dibakar, karena unsur utama dari gas
bumi adalah gas metana. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca
yang menyebabkan pemasanan global.
Batu bara selain menghasilkan pencemaran (SO2) yang paling tinggi, juga
menghasilkan karbon dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1
ton batu bara menghasilkan sekitar 2,5 ton karbon dioksida. Untuk
mendapatkan jumlah energi yang sama, jumlah karbon dioksida yang
dilepas oleh minyak akan mencapai 2 ton sedangkan dari gas bumi hanya
1,5 ton