Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NOBP: 0101152610303
KLS: SI-5
1
Perkembangan e-Commerce di Indonesia: Perlu adanya
regulasi yang secara khusus menangani masalah e-
Commerce di Indonesia
PENDAHULUAN
Dunia internet memang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan manusia. Jumlah
pengguna internet di dunia terutama di Indonesia semakin besar dan berkembang pesat. Tak
heran jika perkembangan internet juga telah merasuki kehidupan ekonomi dan perdagangan.
Transaksi jual beli yang biasanya dilakukan dengan tatap muka, kini lebih sering digunakan
melalui internet. Inilah yang dinamakan e-commerce, yaitu sistem perdagangan melalui
internet.
Berdasarkan tulisan ini, kita dapat melihat bahwa sangat dibutuhkannya suatu regulasi
yang dapat merangkul sistem e-commerce secara khusus. Regulasi yang telah ada hanya
menyinggung tentang transaksi elektronik secara umum, artinya belum ada landasan kuat
yang bisa merangkul masyarakat dalam melakukan transaksi e-commerce ini. Tulisan ini juga
akan menyinggung seberapa pentingnya regulasi dan juga seberapa kritisnya masalah ketika
belum ada regulasi.Konsep yang bisa digunakan dalam tulisan ini ialah Electronic Commerce
(EC) yang merupakan konsep baru yang dapat digambarkan sebagai proses jual beli barang
atau jasa pada World Wide Web Internet (Shim, Qureshi, Siegel, Siegel, 2000) . Konsep lain
yang mendukung yaitu proses jual beli atau pertukaran produk, jasa dan informasi melalui
jaringan informasi termasuk internet (Turban, Lee, King, Chung, 2000). Kalakota dan
Whinston (1997) mendefinisikan Electronic Commerce berdasarkan beberapa prespektif
yaitu komunikasi, proses bisnis, layanan, dan online.
Metodolologi yang digunakan mengacu pada studi literatur dan studi kasus dalam
melihat kondisi dan masalah yang terjadi sepanjang keterlambatan pengadaan regulasi
tersebut. Hasil analisis dan diskusi dari tulisan ini nantinya akan melihat bahwa regulasi
sesungguhnya dibutuhkan agar menjaga keberadaan suatu sistem e-commerce di dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Segala perlindungan dan tindak kejahatan yang dilakukan
perlu dirumuskan menjadi sebuah regulasi yang sah dan resmi dan dapat diterima khalayak
sesuai dengan kondisi lingkungan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini memang memperlihatkan seberapa
urgensi-nya regulasi diterapkan dalam menemani keberadaan sistem e-commerce di
2
Indonesia. Regulasi ini nantinya bisa menjadi pegangan dari khalayak dalam melakukan
transaksi perdagangan dan diharapkan dengan adanya regulasi ini, sistem e-commerce dapat
berjalan dengan baik, terstruktur, dan terjamin dalam pelaksanaannya.
Latar Belakang
Pernahkah kita merasa bahwa kehidupan yang sedang kita jalani saat ini semakin
lama semakin instan? Dalam hal komunikasi misalnya, puluhan tahun yang lalu mungkin
sebagian dari kita masih ingat dengan metode pengiriman surat melalui pos jika ingin
bertanya mengenai kabar dan saling bertukar informasi, dan lain sebagainya. Namun, seiring
dengan berkembangnya zaman dan didukung oleh kreatifitas manusia yang tak henti-hentinya
hingga terciptalah yang namanya telegram, telepon, radio, komputer dan yang paling
digandrungi saat ini adalah Internet. Internet saat ini adalah media yang paling jago dan
paling digandrungi oleh manusia.
Berdasarkan hasil penelitian dari Net Index Study yang diselenggarakan oleh
Perusahaan Yahoo, perkembangan pengguna internet di Indonesia mencapai 48% (pengguna
aktif). Jumlah ini diperkirakan naik sebesar 26 % dibandingkan jumlah pengguna internet
pada tahun 2009. Kenaikan ini disebabkan semakin banyaknya jalur akses menuju internet
yang bisa digunakan oleh pengguna internet, contohnya, ponsel atau internet mobile. Selain
itu, online media saat ini semakin digandrungi dan semakin sering digunakan, bahkan sudah
menjadi pilihan utama bagi khalayak dalam memilih media.
Bagi sebagian orang, internet sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Sebagiannya lagi, hanya menganggap internet sebagai alat teknologi komunikasi semata.
Padahal Banyak bidang-bidang yang kini sudah memanfaatkan kelebihan dari teknologi
internet. Salah satunya ialah bidang ekonomi, terutama dalam hal perdagangan. Perdagangan
yang kita ketahui adalah berupa transaksi jual beli yang dilakukan oleh beberapa individu dan
dengan cara bertatap muka (langsung). Namun, belakangan ini banyak orang memanfaatkan
internet sebagai media untuk melakukan perdagangan atau jual beli. Istilah perdagangan atau
jual beli melalui internet ini dinamakan e-Commerce.
3
Perkembangan teknologi yang tak ada henti-hentinya telah membuat perubahan pada budaya
dan kebiasaan kita dalam kehidupan sehari-hari. Media elektronik telah menjadi andalan bagi
sebagian orang untuk melakukan komunikasi dan perdagangan. E-Commerce yang kita kenal
saat ini memang belum terlalu dipahami dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Namun,
dengan semakin berkembangnya kehidupan bisnis membuat para pelaku bisnis mau tidak
mau harus menggunakan media elektronik sebagai media dalam berbisnis saat ini.
Sebenarnya banyak hal yang perlu dipikirkan sebelum terjun ke e-Commerce sebagai
pilihan bisnisnya. Tidak semudah yang dibayangkan, ada bagian-bagian yang harus sangat
jelas dipikirkan dan diteliti lebih dahulu sebelum terjun langsung. Beberapa tahapan-tahapan
yang dapat dilakukan ialah: Proses Conducting dalam penyelidikan: (1) mendefenisikan
target pasar, (2) mengidentifikasikan kelompok untuk dijadikan pembelajaran, (3) indentity
topik untuk didiskusikan. Dalam tahap selanjutnya yaitu tahap penunjangnya maka dapat
diselidiki: (1) Mengidentifikasi letak demografi website di tempat tertentu, (2) Memutuskan
fokus editorialnya, (3) Memutuskan isi dari kontennya, (4) Memutuskan pelayanan yang
dibuat untuk berbagai tipe pengunjung (Turban M, 2001). Inilah yang menyebabkan tidak
mudahnya mengimplementasikan e-Commerce dikarenakan banyaknya faktor yang terkait
dan teknologi yang harus dikuasai.
Di dalam e-Commerce, juga terdapat beberapa jenis yang bisa dijadikan pilihan, yaitu
Business to Business (B2B), Business to Consumer (B2C), Consumer to Business (C2B),
Consumer to Consumer (C2C), dan Nonbusiness e-commerce. Kelima jenis ini masing-
masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik pada Business to Business
(B2B) adalah e-Commerce tipe ini meliputi transaksi IOS, serta transaksi antar organisasi
yang dilakukan di pasar secara elektronik. Contohnya adalah Wal-Mart dengan Warner-
Lambert. Pada Business-to-Consumer (B2C) merupakan transaksi dengan cara eceran dengan
4
pembelian perorangan. Seperti Pembeli khas di Amazon.com, dia adalah seorang konsumen,
atau seorang pelanggan. Contoh yang lain, misalnya Barnes & Nobles, Cisco, Dell, Compaq
dan sebagainya.
PERMASALAHAN
Praktisi teknologi informasi (TI) Roy Suryo pernah menyebutkan sejumlah warnet (warung
internet) di Yogyakarta menyediakan sejumlah nomor kartu kredit yang dapat dipergunakan
para pelanggannya untuk berbelanja di toko maya tersebut. Sementara itu, Wakil Ketua
5
Kompartemen Telematika Kadin, Romzy Alkateri, pernah mengungkapkan pengalamannya.
Ia pernah ditagih beberapa kali atas suatu transaksi jasa hosting yang dilakukannya dengan
sebuah penyedia web hosting di luar negeri. Padahal, ia mengaku sudah membayar jasa
hosting tersebut dengan menggunakan kartu kredit. Lebih jauh lagi, ia pun beberapa kali
meminta pihak issuer untuk tidak melakukan pembayaran tersebut karena merasa tidak
melakukan transaksi jasa hosting lebih dari satu kali.
Dengan berbagai masalah yang ada dan ditambah lagi dengan e-Commerce yang
berkembang lumayan pesat di Indonesia, tidak didukung oleh sarana hukum yang jelas yang
dapat mengatur segala seluk-beluk perdagangan yang terjadi dalam e-Commerce. Pemerintah
cenderung lamban dalam melaksanakan tugasnya. Pemerintah justru bergerak ketika ada
terjadi suatu masalah dan kemudian dicoba untuk dibuatkan jalan keluar dari masalah
tersebut. Pemerintah seharusnya bertindak cepat dan tepat dalam mengurusi masalah yang
terjadi pada transaksi elektronik ini sebelum terjadi masalah yang serius yang dapat
menggangu kehidupan perekonomian negara.
Oleh karena itu, sudah saatnya pemerintah mulai menata ulang regulasi dan peraturan
yang khusus membahas tentang transaksi elektronik secara lebih merinci dan mendetail juga.
Regulasi serta peraturan yang jelas dan terstruktur dengan baik, maka akan memebrikan rasa
aman dan nyaman ketika apra pelaku bisnis bisa bergerak dibawah payung hukum yang jelas.
Sehingga ketika terjadi masalah, ada tempat yang bisa dijadikan pijakan dalam menilai
masalah tersebut. Inilah pentingnya regulasi dan peraturan dalam sebuah tatanan kehidupan
masyarakat.
Kita dapat melihat bahwa sebegitu dibutuhkannya suatu regulasi yang dapat
merangkul para pelaku bisnis yang bertransaksi secara e-Commerce. Memang sudah ada
regulasi yang membahas tentang transaksi elektronik secara umum. Namun, ini belum
menjadi landasan kuat bagi kita dalam menjalankan sistem perdagangan ini. Belum ada yang
bisa merangkul masyarakat dalam melakukan transaksi secara e-Commerce.
Pemerintah dan para pelaku bisnis seharusnya bisa duduk bersama membahas tentang
regulasi dan peraturan yang tepat dan jelas mengenai e-Commerce. Karena ketika pemerintah
bertindak dengan sendiri tanpa mengajak para pelaku bisnis, akan ada kesimpang-siuran yang
akan terjadi jika masing-masing pihak memiliki argumen yang berbeda dalam melihat dan
memandang e-Commerce di Indonesia. Oleh karena itu, sudilah kiranya pemerintah dapat
membuat regulasi dan peraturan yang sesuai dengan lingkungan dan keadaaan yang terjadi
6
saat ini di Indonesia. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesimpang-siuran seperti yang sudah
dijelaskan tadi. Ketika ada kesalahan, maka buatlah kebijakannya. Begitu pula ketika hal ini
dianggap baik dan telah sesuai makan lanjutkanlah untuk dibuat regulasinya, agar semakin
cepat dalam pembuatannya.
Kerangka Konsep
Menurut Donna Perry, e-Commerce sangat sederhana yaitu kemmapuan untuk melakukan
bisnis secara elektronik melalui komputer, fax, telepon, dan sebagainya. Menurutnya untuk
menjual produk dan jasa di internet, sebuah perusahaan membutuhkan:
• Komputer – Bukan hanya beberapa komputer, tetapi dibutuhkan sebuah server dengan
kapasitas besar dan kecepatan tinggi yang memungkinkan Secure Socket Layer (SSL)
mempunyai enskripsi yang aman. Server ini harus benar-benar stabil.
• Merchant account – yang diperoleh melalui sebuah bank atau institusi keuangan dan
mengizinkan perusahaan menerima kartu kredit sebagai bentuk pembayarannya.
Rekening ini sebaliknya menggunakan sebuah institusi yang mengetahui tentang
perdagangan di internet dan yang menawarkan pemrosesan transaksi online secara
real-time.
Konsep Electronic Commerce (EC) yang merupakan konsep baru yang dapat
digambarkan sebagai proses jual beli suatu barang atau jasa, yang dilakukan pada World
Wide Web Internet (Shim, Qureshi, Siegel, Siegel, 2000). Konsep lain yang mendukung
proses jual beli atau pertukaran produk, jasa, dan informasi melalui jaringan informasi
termasuk internet (Turban, Lee, King, Chung, 2000).
• Dari perspektif layanan, Electronic Commerce merupakan satu alat yang memenuhi
keinginan perusahaan, konsumen, dan manajemen dalam memangkas service cost
ketika meningkatkan mutu barang dan kecepatan pelayanan.
• Dari perspektif online, Electronic Commerce merupakan kapasitas jual beli produk
dan informasi di Internet dan jasa online lainnya.
7
Aplikasi dalam e-Commerce | Sumber: Turban (2000)
• Pilar orang terdiri dari pembeli, penjual, perantara, jasa, orang sistem informasi dan
manajemen.
• Pilar kebijakan publik meliputi pajak, hukum dan isu privasi, bebas bicara dan nama
domain.
• Pilar standar teknis mencakup dokumen, keamanan dan protikol jaringan dan sistem
pembayaran.
• Infrastruktur jasa bisnis umum terdiri dari keamanan kartu cerdas (otentikasi),
pembayaran elektronik, direktori / katalog.
• Infrastruktur Jaringan terdiri dari telekom, TV kabel, wireless, internet (VAN, WAN,
LAN, Intranet, ekstranet).
8
dari sisi penjual kepada pembeli. Agar dapat terintegrasinya sistem rantai suplai dari supplier,
ke pabrik, ke gudang, distribusi, jasa transportasi, hingga ke customer maka diperlukan
integrasi enterprise system untuk menciptakan supply chain visibility. Ada tiga faktor yang
patur dicermati oleh kita jika ingin membangun e-Commerce yaitu : Variability, Visibility,
dan Velocity (Majalah Teknologi, 2001).
Jelas terlihat perbedaan mendasar antara proses manual dengan e-Commerce. Pada
proses dengan e-Commerce terjadi efisiensi pada penggunaan fax, pencetakan dokumen, entri
ulang dokumen, serta jasa kurir. Efisiensi tersebut akan menunjukkan pengurangan biaya dan
waktu/kecepatan proses. Kualitas transfer data pun lebih baik, karena tidak dilakukan entry
ulang yang memungkinkan terjadinya human error.
9
• OTOMATISASI, proses otomatisasi yang menggantikan proses manual. (enterprise
resource planning concept).
• PUBLIKASI, memberikan jasa promosi dan komunikasi atas produk dan jasa yang
dipasarkan (electronic cataloging concept).
• INTERAKSI, pertukaran data atau informasi antar berbagai pihak yang akan
meminimalkan human error (electronic data interchange/EDI concept).
Metodologi
Berdasarkan paparan di atas, terlihat jelas bahwa e-Commerce memang telah menjadi
pilihan baru bagi para pelaku bisnis di Indonesia yang semakin hari semakin sering
digunakan. Hal ini dikarenakan penggunaannya yang lebih efisien dan efektif jika diterapkan
dalam konteks perdagangan atau bisnis di Indonesia saat ini. Namun, setelah secara jelas
dipaparkan bagaimana e-Commerce bekerja, dan apa-apa saja yang berhubungan dengan e-
Commerce, satu hal yang masih mengganjal ialah bagaimana regulasi dan peraturan yang
bisa diterapkan dalam pelaksanaan e-Commerce ini.
Regulasi yang telah ada saat ini ialah hanya membahas mengenai transaksi elektronik
secara umum. Terdapat pada Undang-Undang ITE pasal 1 ayat 1 (Ketentuan Umum) yang
berisi “Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi
tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange
(EDI), surat elektronik (electronic mail) telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf,
tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau
dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya”. Memang jelas dikatakan bahwa
transaksi elektronik secara umum mencakup banyak hal seperti yang disebutkan diatas.
Namun, pada pasal lain belum ada juga bagian yang mnegkhususkan untuk bisa
mengatur tentang e-Commerce itu. Seperti Pasal 17 sampai dengan Pasal 22 yang membahas
10
tentang Transaksi Elektronik. Sedangkan pada Pasal 28 ayat 1 membahas tentang perbuatan
yang dilarang yang berhubungan dengan transaksi elektronik.
Hal inilah yang menimbulkan nilai positif dan negatif ketika adanya sebuah regulasi
dan peraturan dalam hal e-Commerce itu sendiri. Rasa aman, kepercayaan, dan lain-lain
merupakan faktor yang paling dibutuhkan dalam hal pelaksanaan e-Commerce. Adanya
Penyelesaian Sengketa yang terdapat pada regulasi secara khusus mengenai e-Commerce,
walaupun secara umum mengenai transaksi elektronik sudah ternanug dalam pasal 38-39.
Yang terpenting adalah adanya Peran Pemerintah dan Masyarakat, agar proses
pelaksanaannya juga dapat berjalan dengan baik (UU ITE pada pasal 40-41). Sehingga
nantinya pengelolaan transaksi elektronik dalam hal e-Commerce lebih terorganisir dan
terstruktur dengan baik dengan adanya regulasi dan peraturan tadi.
Ketika regulasi itu belum secara jelas dan kuat memegang suatu hal, maka ada
kemungkinan orang untuk mencoba menemukan jalur yang pas yang sesuai dengan dirinya,
bisnisnya, lingkungannya, dan lain-lain. Sedangkan pada jalurnya tersebut belum tentu benar
dan sesuai dengan yang seharusnya. Dan bagaimana dengan pegangan dari orang-orang
lainnya? Ditakutkan akan terjadi tabrakan nilai yang dianut oleh masing-masing individu
yang bisa menimbulkan masalah yang serius dan perlu penanganan dari pemerintah
dikarenakan belum ada regulasi dan peraturan yang sah untuk menanganinya. Segala
perlindungan dan tindak kejahatan yang dilakukan perlu dirumuskan menjadi sebuah regulasi
yang sah dan resmi dan dapat diterima khalayak sesuai dengan kondisi lingkungan
masyarakat Indonesia.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini memperlihatkan seberapa urgensi-nya
regulasi diterapkan dalam menemani keberadaan sistem e-Commerce di Indonesia. Regulasi
ini nantinya bisa menjadi pegangan dari khalayak dalam melakukan transaksi perdagangan
secara elektronik dan diharapkan dengan adanya regulasi ini, sistem e-Commerce dapat
berjalan dengan baik, terstruktur, dan terjamin dalam pelaksanaannya.
11
Daftar Pustaka
• Chaffey, D., Mayer, R., Johnston, K., & Ellis-Chadwick, F. (2000). Internet
Marketing: Strategy, Implementation, and Practice. London: Pearson Education.
• Straubhaar, Joseph & LaRose, Robert (2004). Media Now: Communications Media in
the Information Age, Belmont, CA: Wadsworth.
• http://www.apjii.or.id/dokumentasi/statistik.php.
• http://tekno.kompas.com/read/2009/12/08/13553071/pengguna.internet.melonjak.
17.persen
• http://www.sentralweb.com/jbptgunadarma-gdl-course-2004-suryariniw-55-sim1-
eco-e.pdf
• http://www.sejarah-internet.com/
12