Anda di halaman 1dari 26

TUGAS PARASITOLOGI

WUCHERERIA BANCROFTI

GI IL

TA N
S EK

E DZA I NT I

DISUSUN OLEH : SUCI RAHMINA LISMAN (1002018)


SYAWAL FIRDAMAL (1002019)
YULIA NENGSIH (1002020)
SUJARWO (1002021)
PRODI : KEPERAWATAN
DOSEN PEMBIMBING : SURIANI

YAYASAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


JURUSAN KEPERAWATAN
STIKES SYEDZA SAINTIKA
PADANG
2011
KATAPENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha EsA, karena berkat
limpahan rahmat
AssalamualaikumWr. Wb
Puji syukur telah penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena
berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Parasitologi ini.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Parasitologi dan dengan harapan pembaca dapat lebih mengerti,
memahami tentang Penyakit Filariasis.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masing dalam ketidaksempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan senantiasa penulis harapkan dalam
upaya penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca
dalam kegiatan belajar mengajar.
Wassalamualaikum Wr. Wb

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia merupakan daerah yang termasuk wilayah tropis. Di daerah tropis seperti
Indonesia ini banyak terjadi penyakit-penyakit menular seperti Filariasis. Filariasis atau
biasa dikenal dengan penyakit kaki gajah merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh cacing nematoda parasit yaitu Wuchereria Bancrofti. Wuchereria bancrofti atau
disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang
termasuk dalam filum Nemathelminthes. Nematoda Filaria termasuk ke dalam
spirurorida superfamilia filaricae. Mereka mirip spirurorida lainnya dalam beberapa hal,
tetapi sangat berbeda. Cacing ini merupakan cacing yang panjang, tipis dan hidup diluar
alat pencernaan.
Secara umum filarida pada mamalia lebih penting didaerah tropis dibanding daerah
dingin, meskipun demikian terdapat perkecualian yang penting. Di pihak lain, filarida
banyak terdapat pada burung-burung liar didaerah dingin, tapi hanya sedikit yang
diketahui tentang hal ini.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui mengenai cacing Wuchereria Bancrofty
2. Untuk mengetahui hospes Wuchereria Bancrofty sebagai vektor penyakit Filariasis
3. Untuk mengetahui penyakit Filariasis

C. Rumusan masalah
Dari masalah yang ada dapat dirumuskan:
1. Bagaimana daur hidup dan morfologi cacing Wuchereria Bancrofty ?
2. Bagaimana hospes Wuchereria Bancrofty menularkan penyakit Filariasis?
3. Bagaimana penjelasan mengenai penyakit Filariasis secara menyeluruh?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Cacing Wuchereria Bancrofty


1. Pengertian
W.bancrofti merupakan parasit manusia dan menyebabkan filariasis bankrofti atau
wukereriaisis bankrofti. Penyakit ini tergolong dalam filariasislimfatik, bersamaan
dengan penyakit yang disebabkan oleh Brugia malayi dan Brugia timori W.bancrofti tidak
terdapat secara alami pada hewan.

2. Daur Hidup
Cacing dewasa jantan dan betina hidup disaluran dan kelenjar limfe, bentuknya halus
seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina berukuran 65-100 mm x 0,25
mm dan yang jantan 40 mm x 0,1 mm. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang
bersarung dengan ukuran 250 – 300 mikron x 7 – 8 mikron. Mikrofilaria hidup didalam
darah dan terdapat dialiran darah tepi pada waktu-waktu tertentu saja, jadi mempunyai
periodisitas. Pada umumnya mikrofilaria Wuchereria Bancrofty bersifat periodisitas
nokturna, artinya mikrifilaria hanya terdapat didalam darah tepi pada waktu malam.
Pada siang hari, mikrofilaria terdapat dikapiler alat dalam (paru, jantung, ginjal, dsb).
Didaerah pasifik, mikrofilaria Wuchereria Bancrofty mempunyai periodisitas sub periodik
diurna. Mikrofilaria terdapat didalam darah siang dan malam, tetapi jumlahnya lebih
banyak pada waktu siang. Di MuangThai terdapat suatu daerah yang mikrofilarianya
bersifat sub periodik nokturna. Faktor-faktor ynag dapat mempengaruhi periodisitas
mikrofilaria adalah kadar zat asam dan zat lemas didalam darah, aktivitas hospes, “irama
sirkadian”, jenis hospes dan jenis parasit, tetapi secara pasti mekanisme periodisitas
mikrofilaria tersebut belum diketahui.
Didaerah perkotaan, parasit ini ditularkan oleh nyamuk Culex Quinque-fasciatus.
Dipedesaan, vektornya adalah nyamuk Anopheles atau nyamuk Aedes. Parasit ini tidak
ditularkan oleh nyamuk mansonia. Daur hisup parasit ini memerlukan waktu sangat
panjang. Masa pertumbuhan parasit didalam nyamuk kurang lebih 2 minggu.

3. Morfologi Wuchereria Bancrofty


• Larva stadium 1 panjangnya kurang lebih 147 mikron, bentuknya seperti sosis, ekornya
panjang dan lancip.
• Larva stadium 2 panjangnya kurang lebih 450 mikron, bentuknya lebih gemuk dan
lebih panjang daripada bentuk stadium 1, ekornya pendek seperti kerucut.
• Larva stadium 3 panjangnya kurang lebih 1200 mikron, bentuknya langsing, pada
ekornya terdapat 3 buah papil.
• Mikrofilaria panjangnya kurang lebih 250 mikron, besarung pucat (pewarnaan
hematoxilin), lekuk badan halus, panjang ruang kepala sama dengan lebarnya, inti halus
dan teratur, tidak ada inti tambahan.
• Cacing dewasa (mikrofilaria) halus seperti benang, warna putih kekuningan.
• Cacing jantan panjangnya kurang lebih 40 mm ekornya melingkar, mempunyai 2
spikula.
• Cacing betina panjangnya 65 - 100 mm, ekor lurus berujung tumpul.

B. Hospes Wuchereria Bancrofty menularkan penyakit Filariasis


Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut
digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III ( L3 ).
Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu menghisap darah
penderita mengandung microfilaria atau binatang reservoir yang mengandung
microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaiki gajah ini melalui dua tahap, yaitu
perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahap kedua perkembangan dalam
tubuh manusia (hospes) dan reservoair.

C. Penyakit Filariasis
1. Pengertian
Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika
seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok cacing nematoda
parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea. Filariasis biasanya dikelompokkan
menjadi tiga macam, berdasarkan bagian tubuh atau jaringan yang menjadi tempat
bersarangnya: filariasis limfatik, filariasis subkutan (bawah jaringan kulit), dan filariasis
rongga serosa (serous cavity). Filariasis limfatik disebabkan Wuchereria bancrofti, Brugia
malayi, dan Brugia timori[1]. bagian kelamin, tetapi W. bancrofti dapat menyerang
tungkai dada, serta alat kelamin. Filariasis subkutan disebabkan oleh Loa loa (cacing
mata Afrika), Mansonella streptocerca, Onchocerca volvulus, dan Dracunculus
medinensis Gejala elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya)
sebenarnya hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini. B. timori diketahui jarang
menyerang (cacing guinea). Mereka menghuni lapisan lemak yang ada di bawah lapisan
kulit. Jenis filariasis yang terakhir disebabkan oleh Mansonella perstans dan Mansonella
ozzardi, yang menghuni rongga perut. Semua parasit ini disebarkan melalui nyamuk atau
lalat pengisap darah, atau, untuk Dracunculus, oleh kopepoda (Crustacea).

2. Gejala Penyakit Filariasis


Gejala Filariais Akut dapat berupa:
• Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul
lagi setelah bekerja berat
• Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak
(lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
• Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari
pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
• Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat
pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
• Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan
terasa panas (early lymphodema)

3. Diagnosa penyakit filariasis


Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah,
Sampai saat ini hal tersebut masih dirasakan sulit dilakukan karena microfilaria hanya
muncul dan menampilkan diri dalam darah pada waktu malam hari selama beberapa
jam saja (nocturnal periodicity).
Selain itu, berbagai methode pemeriksaan juga dilakukan untuk mendiagnosa penyakit
kaki gajah. Diantaranya ialah dengan system yang dikenal sebagai Penjaringan
membran, Metode konsentrasi Knott dan Teknik pengendapan.
Metode pemeriksaan yang lebih mendekati kearah diagnosa dan diakui oleh pihak WHO
adalah dengan jalan pemeriksaan sistem "Tes kartu", Hal ini sangatlah sederhana dan
peka untuk mendeteksi penyebaran parasit (larva). Yaitu dengan cara mengambil
sample darah sistem tusukan jari droplets diwaktu kapanpun, tidak harus malam hari.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis antara lain sebagai
berikut:
1. Diagnosis Immunologi dengan ELISA dan Immunochromatographic Test ( ICT ). Kedua
teknik ini pada dasarnya menggunakan antibodi monoklonal yang spesifik untuk
mendeteksi anti gen filarial dalam sirkulasi. Hasil tes yang positif menunjukan adanya
infeksi aktif walaupun mikrofilaria tidak ditemukan dalam darah dan juga digunakan
untuk monitor keefektifan terapi. Pada stadium opstruktif mikrofilaria sering tidak
dijumpai dalam darah, tetapi ada didalam cairan hidrokel atau cairan chyluria.
2. Pemeriksaan urin dan mikroskopis: jika diduga filariasis limfatik, pemeriksaan urin
secara makroskopis untuk chyluria kemudian dipusatkan untuk mikrofilaria.
3. CBC (Complete Blood Count): eosinofilia terjadi pada semua bentuk infeksi filariasis
yang jelas.
4. Penilaian serum imunoglobulin: peningkatan serum Ige dan IgG4 dapat terlihat pada
filariasis aktif.

4. Pengobatan, pencegahan dan rehabilitasi penyakit filariasis


A. Pengobatan
Penggunaan obat-obat anti filaria harus disesuaikan per individu. Penderita-penderita
yang lebih tua dengan obstruksi limfatik kronis dan mereka yang tinggal pada daerah
endemis tidak menunjukkan adanya manfaat dari pengobatan spesifik. Pengobatan
filariasis harus spesifik dan sesuai dengan mikrofilaria yang terisolasi atau anti gen dalam
darah yang terdeteksi.
Diethylcarbamazine (DEC) merupakan obat pilihan baik untuk pengobatan perorangan
atau masal. DEC bersifat membunuh mikrofilaria dan juga cacing dewasa pada
pengobatan jangka panjang. Pengobatan perorangan ditujukan untuk menghancurkan
parasit dan mengeliminasi, mengurangi, atau mencagah kesakitan.
DEC merupakan derivat piperazine. Immobilisasi mikrofilaria terjadi dengan menurunkan
aktivitas otot akibat efek hiperpolarisasi, namun mekanisme yang tepat belum
diketahui. Perubahan permukaan membran dan peningkatan destruksi oleh didtem
imun hospes juga terjadi. Bisa juga meningkatkan adhesi granulosit via mekanisme
antibodi-dependent dan antibodi-independent. Diduga pula, DEC juga mengganggu
proses intrasel mikrifilaria dan transpor makromolekul spesifik.
Dosis dewasa: 6 mg / kg / hari dalam dosis terbagi, setelah makan, selama > 12 hari,
sering dalam 3 minggu. Dosis rendah ( kurang lebih 2-3 mg / kg / hari ) biasanya
dianjurkan untuk 3 hari pertama pengobatan untuk menurunkan resiko efek samping.
Pada anak usia < 2 tahun tidak diberikan, tapi untuk usia lebih dari 2 tahun, dosis sama
dengan orang dewasa. Kontra indikasi bila terjadi reaksi hipersensitivitas. Individu yang
lebih muda dengan limfangitis akut harus diberikan DEC 50 mg pada hari I, 2 x 50 mg
pada hari II, 3 x 50 mg pada hari 3 dan 10 mg / kg BB pada hari ke 4-21. Pada
pengobatan masal, pemberian DEC dosis standar tidak dianjurkan mengingat efek
samping yang dapat ditimbulkan. Untuk itu DEC diberikan dengan dosis rendah dengan
jangka waktu pemberian lebih lama untuk mencapai dosis total yang sama. Jika terjadi
demam, nyeri kepala atau pembengkakan sendi maka pengobatan harus dihentikan dan
diberikan kortikosteroid. Ivermectin (Mectizan, 22, 23- dihidroavermectin) merupakan
derivat macrocyclic lactone dari Avermectin yang mempunyai aktivitas luas terhadap
nematoda dan ektoparasit. Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Dosis dewasa adalah
150-200 µg / kg p.o.,dosis tunggal, diberikan kurang lebih 2-3 bulan sekali. Pada anak
dengan usia < 5 tahun atau berat badan < 15 kg tidak dianjurkan sedangkan anak usia 5
tahun atau berat badan > 15 kg, dosis pemberian seperti dosis dewasa. Kontraindikasi
untuk penderita dengan hipersensitivitas dan penyakit berat lain yang terjadi
bersamaan, ibu hamil dan menyusui. Efek samping yang ditimbulkan lebih ringan
daripada DEC.

B. Pencegahan
Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk (mengurangi
kontak dengan vektor) misalnya menggunakan kelambu sewaktu tidur, menutup
ventilasi dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk, mengoleskan kulit dengan
obat anti nyamuk, menggunakan pakaian panjang yang menutupi kulit, tidak memakai
pakaian berwarna gelap karena dapat menarik nyamuk, dan memberikan obat anti-
filariasis (DEC dan Albendazol) secara berkala pada kelompok beresiko tinggi terutama di
daerah endemis. Dari semua cara diatas, pencegahan yang paling efektif tentu saja
dengan memberantas nyamuk itu sendiri dengan cara 3M.
Filariasis hanya dapat tersebar melalui vektor yang terinfeksi larva infektif. Pencegahan
untuk mengurangi kontak antara manusia dan vektor serta menurunkan jumlah infeksi
dengan mengadakan pencegahan pada hospes (manusia).

C. Rehabilitasi

Penderita filariasis yang telah menjalani pengobatan dapat sembuh total. Namun,
kondisi mereka tidak bisa pulih seperti sebelumnya. Artinya, beberapa bagian tubuh
yang membesar tidak bisa kembali normal seperti sedia kala. Rehabilitasi tubuh yang
membesar tersebut dapat dilakukan dengan jalan operasi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. W.bancrofti merupakan parasit manusia dan menyebabkan filariasis bankrofti atau
wukereriaisis bankrofti. Penyakit ini tergolong dalam filariasislimfatik, bersamaan
dengan penyakit yang disebabkan oleh Brugia malayi dan Brugia timori W.bancrofti tidak
terdapat secara alami pada hewan.
2. Cacing Wuchereria Bancrofty menyebabkan penyakit filariasis dengan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
3. Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika
seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok cacing nematoda
parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea.

B. SARAN
Sebaiknya untuk masyarakat yang berada didaerah endemis Filariasis lebih menjaga dan
memelihara lingkungannya agar meminimalisir terjadinya KLB Filariasis. Tindakan
pencegahan sangat penting dilakukan seperti menggunakan kelambu sewaktu tidur,
menutup ventilasi dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk, mengoleskan kulit
dengan obat anti nyamuk, menggunakan pakaian panjang yang menutupi kulit, tidak
memakai pakaian berwarna gelap karena dapat menarik nyamuk, dan memberikan obat
anti-filariasis (DEC dan Albendazol) secara berkala.

DAFTAR PUSTAKA

• Soegijanto,Soegeng.2005.Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi Di Indonesia


Jilid 4.Surabaya:Airlangga University Press.
• Sutanto,Ingei.2008.Parasitologi Kedokteran.Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
• Prianti L.A,Juni.dkk.2003.Atlas Parasitologi Kedokteran.Jakarta:Gramedia
• http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=32
• http://orisinil.com/lifestyle/penyakit-kaki-gajah-filariasis/65
• http://www.infopenyakit.com/2009/01/penyakit-kaki-gajah-filariasis-atau.html
Diposkan oleh chayyooooooo....!! di Rabu, Maret 23, 2011 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
Label: tugas quw

makalah parasitology

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia merupakan wilayah yang mempunyai iklim tropis. Di daerah iklim
tropis, kemungkinan terjadinya penyakit filariasis atau kaki gajah lebih besar
daripada didaerah yang beriklim sedang maupun dingin. Filariasis merupakan
jenis penyakit reemerging desease, yaitu penyakit yang dulunya sempat ada,
kemudian tidak ada dan sekarang muncul kembali. Filariasis (penyakit kaki gajah)
atau juga dikenal dengan elephantiasi yaitu penyakit menular dan menahun yang
disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan berbagai
spesies nyamuk. Di Indonesia, vektor penular filariasis hingga saat ini telah
diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes
dan Armigeres. Filariasis dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran
kaki, tangan, dan organ kelamin
Filariasis merupakan kelompok penyakit pada manusia maupun hewan yang
disebabkan oleh infeksi parasit Nematoda, ordo filaridae yang biasa disebut
filariae. Penyakit ini baru menimbulkan gejala setelah terpapar selama beberapa
tahun, oleh sebab itu pada anak-anak jarang mengalami filariasis klinis yang
bermakna.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit filariasis
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit filariasis
3. Untuk mengetahui morfologi penyakit filariasis
4. Untuk mengetahui gejala dari penyakit filariasis
5. Untuk mengetahui diagnosa penyakit filariasis
6. Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan penyakit filariasis


BAB II
ISI

A. Pengertian Penyakit Filariasis


Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah
tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok
cacing nematoda parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea. Filariasis
biasanya dikelompokkan menjadi tiga macam, berdasarkan bagian tubuh atau
jaringan yang menjadi tempat bersarangnya: filariasis limfatik, filariasis subkutan
(bawah jaringan kulit), dan filariasis rongga serosa (serous cavity). Filariasis
limfatik disebabkan Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori[1].
bagian kelamin, tetapi W. bancrofti dapat menyerang tungkai dada, serta alat
kelamin. Filariasis subkutan disebabkan oleh Loa loa (cacing mata Afrika),
Mansonella streptocerca, Onchocerca volvulus, dan Dracunculus medinensis
Gejala elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya)
sebenarnya hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini. B. timori diketahui
jarang menyerang (cacing guinea). Mereka menghuni lapisan lemak yang ada di
bawah lapisan kulit. Jenis filariasis yang terakhir disebabkan oleh Mansonella
perstans dan Mansonella ozzardi, yang menghuni rongga perut. Semua parasit ini
disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah, atau, untuk Dracunculus,
oleh kopepoda (Crustacea).
B. Morfologi Penyakit Filariasis

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan letak bagian luar tubuh suatu
organisme hidup. Berikut ini adalah morfologi penyakit filariasis.
• Larva stadium 1 panjangnya kurang lebih 147 mikron, bentuknya seperti sosis,
ekornya panjang dan lancip.
• Larva stadium 2 panjangnya kurang lebih 450 mikron, bentuknya lebih gemuk
dan lebih panjang daripada bentuk stadium 1, ekornya pendek seperti kerucut.
• Larva stadium 3 panjangnya kurang lebih 1200 mikron, bentuknya langsing,
pada ekornya terdapat 3 buah papil.
• Mikrofilaria panjangnya kurang lebih 250 mikron, besarung pucat (pewarnaan
hematoxilin), lekuk badan halus, panjang ruang kepala sama dengan lebarnya, inti
halus dan teratur, tidak ada inti tambahan.
• Cacing dewasa (mikrofilaria) halus seperti benang, warna putih kekuningan.
• Cacing jantan panjangnya kurang lebih 40 mm ekornya melingkar, mempunyai 2
spikula.
• Cacing betina panjangnya 65 - 100 mm, ekor lurus berujung tumpul.

C. Gejala Penyakit Filariasis


Gejala Filariais Akut dapat berupa:
• Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan
muncul lagi setelah bekerja berat
• Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha,
ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
• Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar
dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
• Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening,
dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
• Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)

D. Diagnosa penyakit filariasis


Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis
darah, Sampai saat ini hal tersebut masih dirasakan sulit dilakukan karena
microfilaria hanya muncul dan menampilkan diri dalam darah pada waktu malam
hari selama beberapa jam saja (nocturnal periodicity).
Selain itu, berbagai methode pemeriksaan juga dilakukan untuk mendiagnosa
penyakit kaki gajah. Diantaranya ialah dengan system yang dikenal sebagai
Penjaringan membran, Metode konsentrasi Knott dan Teknik pengendapan.
Metode pemeriksaan yang lebih mendekati kearah diagnosa dan diakui oleh pihak
WHO adalah dengan jalan pemeriksaan sistem "Tes kartu", Hal ini sangatlah
sederhana dan peka untuk mendeteksi penyebaran parasit (larva). Yaitu dengan
cara mengambil sample darah sistem tusukan jari droplets diwaktu kapanpun,
tidak harus malam hari.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis antara lain
sebagai berikut:
1. Diagnosis Immunologi dengan ELISA dan Immunochromatographic Test ( ICT
). Kedua teknik ini pada dasarnya menggunakan antibodi monoklonal yang
spesifik untuk mendeteksi anti gen filarial dalam sirkulasi. Hasil tes yang positif
menunjukan adanya infeksi aktif walaupun mikrofilaria tidak ditemukan dalam
darah dan juga digunakan untuk monitor keefektifan terapi. Pada stadium
opstruktif mikrofilaria sering tidak dijumpai dalam darah, tetapi ada didalam
cairan hidrokel atau cairan chyluria.
2. Pemeriksaan urin dan mikroskopis: jika diduga filariasis limfatik, pemeriksaan
urin secara makroskopis untuk chyluria kemudian dipusatkan untuk mikrofilaria.
3. CBC (Complete Blood Count): eosinofilia terjadi pada semua bentuk infeksi
filariasis yang jelas.
4. Penilaian serum imunoglobulin: peningkatan serum Ige dan IgG4 dapat terlihat
pada filariasis aktif.

E. Pengobatan, pencegahan dan rehabilitasi penyakit filariasis


1. Pengobatan
Penggunaan obat-obat anti filaria harus disesuaikan per individu. Penderita-
penderita yang lebih tua dengan obstruksi limfatik kronis dan mereka yang tinggal
pada daerah endemis tidak menunjukkan adanya manfaat dari pengobatan
spesifik. Pengobatan filariasis harus spesifik dan sesuai dengan mikrofilaria yang
terisolasi atau anti gen dalam darah yang terdeteksi.
Diethylcarbamazine (DEC) merupakan obat pilihan baik untuk pengobatan
perorangan atau masal. DEC bersifat membunuh mikrofilaria dan juga cacing
dewasa pada pengobatan jangka panjang. Pengobatan perorangan ditujukan untuk
menghancurkan parasit dan mengeliminasi, mengurangi, atau mencagah
kesakitan.
DEC merupakan derivat piperazine. Immobilisasi mikrofilaria terjadi dengan
menurunkan aktivitas otot akibat efek hiperpolarisasi, namun mekanisme yang
tepat belum diketahui. Perubahan permukaan membran dan peningkatan destruksi
oleh didtem imun hospes juga terjadi. Bisa juga meningkatkan adhesi granulosit
via mekanisme antibodi-dependent dan antibodi-independent. Diduga pula, DEC
juga mengganggu proses intrasel mikrifilaria dan transpor makromolekul spesifik.

Dosis dewasa: 6 mg / kg / hari dalam dosis terbagi, setelah makan, selama > 12
hari, sering dalam 3 minggu. Dosis rendah ( kurang lebih 2-3 mg / kg / hari )
biasanya dianjurkan untuk 3 hari pertama pengobatan untuk menurunkan resiko
efek samping. Pada anak usia < 2 tahun tidak diberikan, tapi untuk usia lebih dari
2 tahun, dosis sama dengan orang dewasa. Kontra indikasi bila terjadi reaksi
hipersensitivitas. Individu yang lebih muda dengan limfangitis akut harus
diberikan DEC 50 mg pada hari I, 2 x 50 mg pada hari II, 3 x 50 mg pada hari 3
dan 10 mg / kg BB pada hari ke 4-21. Pada pengobatan masal, pemberian DEC
dosis standar tidak dianjurkan mengingat efek samping yang dapat ditimbulkan.
Untuk itu DEC diberikan dengan dosis rendah dengan jangka waktu pemberian
lebih lama untuk mencapai dosis total yang sama. Jika terjadi demam, nyeri
kepala atau pembengkakan sendi maka pengobatan harus dihentikan dan diberikan
kortikosteroid. Ivermectin (Mectizan, 22, 23- dihidroavermectin) merupakan
derivat macrocyclic lactone dari Avermectin yang mempunyai aktivitas luas
terhadap nematoda dan ektoparasit. Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Dosis
dewasa adalah 150-200 µg / kg p.o.,dosis tunggal, diberikan kurang lebih 2-3
bulan sekali. Pada anak dengan usia < 5 tahun atau berat badan < 15 kg tidak
dianjurkan sedangkan anak usia 5 tahun atau berat badan > 15 kg, dosis
pemberian seperti dosis dewasa. Kontraindikasi untuk penderita dengan
hipersensitivitas dan penyakit berat lain yang terjadi bersamaan, ibu hamil dan
menyusui. Efek samping yang ditimbulkan lebih ringan daripada DEC.

2. Pencegahan
Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk
(mengurangi kontak dengan vektor) misalnya menggunakan kelambu sewaktu
tidur, menutup ventilasi dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk,
mengoleskan kulit dengan obat anti nyamuk, menggunakan pakaian panjang yang
menutupi kulit, tidak memakai pakaian berwarna gelap karena dapat menarik
nyamuk, dan memberikan obat anti-filariasis (DEC dan Albendazol) secara
berkala pada kelompok beresiko tinggi terutama di daerah endemis. Dari semua
cara diatas, pencegahan yang paling efektif tentu saja dengan memberantas
nyamuk itu sendiri dengan cara 3M.
Filariasis hanya dapat tersebar melalui vektor yang terinfeksi larva infektif.
Pencegahan untuk mengurangi kontak antara manusia dan vektor serta
menurunkan jumlah infeksi dengan mengadakan pencegahan pada hospes
(manusia).

3. Rehabilitasi

Penderita filariasis yang telah menjalani pengobatan dapat sembuh total. Namun,
kondisi mereka tidak bisa pulih seperti sebelumnya. Artinya, beberapa bagian
tubuh yang membesar tidak bisa kembali normal seperti sedia kala. Rehabilitasi
tubuh yang membesar tersebut dapat dilakukan dengan jalan operasi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami buat dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya
yaitu:
1. Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah
tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok
cacing nematoda parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea.
2. Penyakit kaki gajah (filariasis) ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan
mikroskopis darah.
3. lariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk (mengurangi
kontak dengan vektor)
4. Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah endemis
dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC). DEC dapat
membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang.

B. Saran
Diharapkan pemerintah dan masyarakat lebih serius menangani kasus filariasis
karena penyakit ini dapat membuat penderitanya mengalami cacat fisik sehingga
akan menjadi beban keluarga, masyarakat dan Negara. Dengan penanganan kasus
filariasis ini pula, diharapkan Indonesia mampu mewujudkan program Indonesia
Sehat Tahun 2010.
Diposkan oleh chayyooooooo....!! di Rabu, Maret 23, 2011 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
Label: tugas quw

Rabu, 02 Maret 2011


makalah parasitologi ( penyakit filariasis)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia merupakan wilayah yang mempunyai iklim tropis. Di daerah iklim
tropis, kemungkinan terjadinya penyakit filariasis atau kaki gajah lebih besar
daripada didaerah yang beriklim sedang maupun dingin. Filariasis merupakan
jenis penyakit reemerging desease, yaitu penyakit yang dulunya sempat ada,
kemudian tidak ada dan sekarang muncul kembali. Filariasis (penyakit kaki gajah)
atau juga dikenal dengan elephantiasi yaitu penyakit menular dan menahun yang
disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan berbagai
spesies nyamuk. Di Indonesia, vektor penular filariasis hingga saat ini telah
diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes
dan Armigeres. Filariasis dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran
kaki, tangan, dan organ kelamin.
Untuk menangani kasus filariasis, WHO telah membuat Kesepakatan Global (The
Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health problem by
The Year 2020) yaitu program pengeliminasian filariasis secara masal. Upaya
pemberantasan filariasis tidak bisa dilakukan oleh pemerintah semata. Masyarakat
juga harus ikut memberantas penyakit ini secara aktif. Dengan mengetahui
mekanisme penyebaran filariasis dan upaya pencegahan, pengobatan serta
rehabilitasinya, diharapkan program Indonesia Sehat Tahun 2010 dapat terwujud
salah satunya adalah terbebas dari endemi filariasis.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit filariasis
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit filariasis
3. Untuk mengetahui morfologi penyakit filariasis
4. Untuk mengetahui gejala dari penyakit filariasis
5. Untuk mengetahui diagnosa penyakit filariasis
6. Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan penyakit filariasis

BAB II
ISI

A. Pengertian Penyakit Filariasis


Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah
tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok
cacing nematoda parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea. Filariasis
biasanya dikelompokkan menjadi tiga macam, berdasarkan bagian tubuh atau
jaringan yang menjadi tempat bersarangnya: filariasis limfatik, filariasis subkutan
(bawah jaringan kulit), dan filariasis rongga serosa (serous cavity). Filariasis
limfatik disebabkan Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori[1].
bagian kelamin, tetapi W. bancrofti dapat menyerang tungkai dada, serta alat
kelamin. Filariasis subkutan disebabkan oleh Loa loa (cacing mata Afrika),
Mansonella streptocerca, Onchocerca volvulus, dan Dracunculus medinensis
Gejala elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya)
sebenarnya hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini. B. timori diketahui
jarang menyerang (cacing guinea). Mereka menghuni lapisan lemak yang ada di
bawah lapisan kulit. Jenis filariasis yang terakhir disebabkan oleh Mansonella
perstans dan Mansonella ozzardi, yang menghuni rongga perut. Semua parasit ini
disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah, atau, untuk Dracunculus,
oleh kopepoda (Crustacea).
B. Morfologi Penyakit Filariasis
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan letak bagian luar tubuh suatu
organisme hidup. Morfologi cacing Wuchereria bancrofti dewasa adalah
berbentuk silindris, halus seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing filaria
dewasa (makrofilaria), baik yang jantan maupun betina, hidup pada saluran dan
kelenjar limfe. Cacing betina ukurannya kurang lebih 65-100mm x 0,25 mm
sedangkan cacing jantan berukuran 40 mm x 0,1 mm. Cacing betina akan
mengeluarkan larva filaria yang disebut mikrofilaria yang bersarung dengan
ukuran berkisar antara 250-300 mikrometer x 7-8 mikrometer
Berbeda dengan induknya, mikrofilaria hidup pada aliran darah dan terdapat pada
aliran darah tepi pada waktu-waktu tertentu saja. Jadi, mikrofilaria ini memiliki
periodisitas tertentu. Umumnya mikrofilaria Wuchereria bancrofti periodisitasnya
adalah nokturna atau malam hari, artinya mikrofilaria hanya terdapat dalam
peredaran darah tepi hanya pada malam hari. Pada siang hari mikrofilaria terdapat
pada kapiler-kapiler organ dalam seperti paru-paru, jantung, ginjal dan lain-lain.
Vektor atau perantara yang berperan dalam penularan penyakit filariasis ini adalah
nyamuk. Untuk Wuchereria bancrofti vektor yang berperan pada daerah perkotaan
adalah nyamuk Culex quinquefasciatus, sedang di daerah pedesaan vektornya bisa
berupa nyamuk Anopheles, Aedes, dan Mansonia. Daur hidup cacing ini, baik
dalam tubuh nyamuk maupun dalam tubuh manusia, memerlukan waktu yang
panjang. Dalam tubuh nyamuk vektor masa inkubasi cacing ini mencapai 2
minggu untuk dapat menjadi larva yang infektif.
Pada saat nyamuk vektor mengisap darah penderita filariasis beberapa
mikrofilaria akan ikut terhisap bersama darah dan masuk ke dalam lambung
nyamuk. Beberapa saat setelah berada dalam lambung nyamuk, mikrofilaria yang
bersarung akan melepaskan sarungnya, kemudian dalam waktu satu jam akan
menembus dinding lambung nyamuk dan bermigrasi ke dalam otot dada atau
thorax nyamuk.
Dalam thorax, mikrofilaria menjadi lebih pendek dan gemuk dibandingkan
dengan larva yang ada di lambung. Dalam keadaan ini, mikrofilaria disebut larva
stadium 1 (L1). Ukurannya berkisar antara 125-250 mikrometer x 10-
17mikrometer. Larva stadium 1 ini akan berganti kulit dan berkembang menjadi
larva stadium 2 (L2) yang ukurannya 200-300 mikrometer x 15-30mikrometer.
Larva stadium 2 ini pun akan berganti kulit lagi dan berkembang menjadi larva
stadium 3 (L3). Larva stadium 3 inilah yang merupakan larva infektif yang aktif
dan akan bermigrasi ke dalam probrosis nyamuk. Proses perkembangan dari larva
stadium 1 sampai larva stadium 3 membutuhkan waktu 10-14 hari.
Saat nyamuk menggigit manusia, ia akan menusukkan probosisnya pada kulit
manusia. Pada saat inilah larva L3 akan keluar dari probosis nyamuk dan
menempel di kulit. Pada saat nyamuk menarik probosisnya, larva L3 akan
bergerak masuk ke dalam kulit melalui bekas gigitan nyamuk. Selanjutnya larva
ini akan menuju ke sistem limfe. Larva stadium 3 yang ada dalam kelenjar limfe
dalam waktu 9-10 hari akan berganti kulit dan berkembang menjadi larva stadium
4 (L4). Larva stadium 4 ini merupakan stadium larva paling akhir yang akan
berkembang menjadi cacing dewasa atau makrofilaria.
Perkembangan dari larva stadium 3 sampai ke dewasa membutuhkan waktu sekira
9 bulan. Apabila dalam saluran limfe terdapat cacing betina dan jantan maka
cacing jantan dan betina yang ada dalam saluran atau kelenjar limfe akan
mengadakan perkawinan. Setelah kopulasi cacing betina secara periodik
menghasilkan mikrofilaria. Satu cacing betina dewasa akan menghasilkan kurang
lebih 30.000 mikrofilaria tiap harinya. Mikrofilaria tidak hidup dalam saluran atau
kelenjar limfe,tapi akan bermigrasi ke dalam saluran darah dan saluran darah tepi.
Mikrofilaria yang beredar di saluran darah tepi akan terhisap kembali oleh
nyamuk vektor dan siap ditularkan ke orang lain di sekitarnya

C. Gejala Penyakit Filariasis


Gejala Filariais Akut dapat berupa:
• Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan
muncul lagi setelah bekerja berat
• Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha,
ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
• Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar
dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
• Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening,
dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
• Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)

D. Diagnosa penyakit filariasis


Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis
darah, Sampai saat ini hal tersebut masih dirasakan sulit dilakukan karena
microfilaria hanya muncul dan menampilkan diri dalam darah pada waktu malam
hari selama beberapa jam saja (nocturnal periodicity).
Selain itu, berbagai methode pemeriksaan juga dilakukan untuk mendiagnosa
penyakit kaki gajah. Diantaranya ialah dengan system yang dikenal sebagai
Penjaringan membran, Metode konsentrasi Knott dan Teknik pengendapan.
Metode pemeriksaan yang lebih mendekati kearah diagnosa dan diakui oleh pihak
WHO adalah dengan jalan pemeriksaan sistem "Tes kartu", Hal ini sangatlah
sederhana dan peka untuk mendeteksi penyebaran parasit (larva). Yaitu dengan
cara mengambil sample darah sistem tusukan jari droplets diwaktu kapanpun,
tidak harus dimalam hari.

E. Pengobatan, pencegahan dan rehabilitasi penyakit filariasis


1. Pengobatan
Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah endemis
dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC). DEC dapat
membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang.
Hingga saat ini, DEC adalah satu-satunya obat yang efektif, aman, dan relatif
murah. Untuk filariasis akibat Wuchereria bankrofti, dosis yang dianjurkan 6
mg/kg berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan untuk filariasis akibat Brugia
malayi dan Brugia timori, dosis yang dianjurkan 5 mg/kg berat badan/hari selama
10 hari. Efek samping dari DEC ini adalah demam, menggigil, sakit kepala, mual
hingga muntah. Pada pengobatan filariasis yang disebabkan oleh Brugia malayi
dan Brugia timori, efek samping yang ditimbulkan lebih berat. Sehingga, untuk
pengobatannya dianjurkan dalam dosis rendah, tetapi pengobatan dilakukan dalam
waktu yang lebih lama. Pengobatan kombinasi dapat juga dilakukan dengan dosis
tunggal DEC dan Albendazol 400mg, diberikan setiap tahun selama 5 tahun.
Pengobatan kombinasi meningkatkan efek filarisida DEC.
Obat lain yang juga dipakai adalah ivermektin. Ivermektin adalah antibiotik
semisintetik dari golongan makrolid yang mempunyai aktivitas luas terhadap
nematoda dan ektoparasit. Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Efek samping
yang ditimbulkan lebih ringan dibanding DEC. Terapi suportif berupa pemijatan
juga dapat dilakukan di samping pemberian DEC dan antibiotika, khususnya pada
kasus yang kronis. Pada kasus-kasus tertentu dapat juga dilakukan pembedahan.

2. Pencegahan

Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk


(mengurangi kontak dengan vektor) misalnya menggunakan kelambu sewaktu
tidur, menutup ventilasi dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk,
mengoleskan kulit dengan obat anti nyamuk, menggunakan pakaian panjang yang
menutupi kulit, tidak memakai pakaian berwarna gelap karena dapat menarik
nyamuk, dan memberikan obat anti-filariasis (DEC dan Albendazol) secara
berkala pada kelompok beresiko tinggi terutama di daerah endemis. Dari semua
cara diatas, pencegahan yang paling efektif tentu saja dengan memberantas
nyamuk itu sendiri dengan cara 3M.

3. Rehabilitasi

Penderita filariasis yang telah menjalani pengobatan dapat sembuh total. Namun,
kondisi mereka tidak bisa pulih seperti sebelumnya. Artinya, beberapa bagian
tubuh yang membesar tidak bisa kembali normal seperti sedia kala. Rehabilitasi
tubuh yang membesar tersebut dapat dilakukan dengan jalan operasi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami buat dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya
yaitu:
1. Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah
tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok
cacing nematoda parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea.
2. Penyakit kaki gajah (filariasis) ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan
mikroskopis darah.
3. lariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk (mengurangi
kontak dengan vektor)
4. Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah endemis
dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC). DEC dapat
membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang.

B. Saran
Diharapkan pemerintah dan masyarakat lebih serius menangani kasus filariasis
karena penyakit ini dapat membuat penderitanya mengalami cacat fisik sehingga
akan menjadi beban keluarga, masyarakat dan Negara. Dengan penanganan kasus
filariasis ini pula, diharapkan Indonesia mampu mewujudkan program Indonesia
Sehat Tahun 2010.
Diposkan oleh chayyooooooo....!! di Rabu, Maret 02, 2011 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Berbagi ke Google Buzz
Label: tugas quw

makalah parasitologi

FBS III Filariasis part 2

PARASIT
Parasit adalah organisme yang hidup permanen atau sementara dalam tubuh host
dengan tujuan mengambil sumber makanan dan mendapatkan perlindungan dari
host.Host adalah organisme yang menampung parasit tersebut.Hubungan parasit
dan host yang berguna untuk kelangsungan hidup parasit tersebut disebut
parasitisme.
Klasifikasi Parasit:
1. Parasit Obligat
Parasit obligat tidak dapat hidup tanpa host atau sangat bergantung pada kehadiran
host.Parasit jenis ini hidup permanen dalam tubuh host.
2. Parasit Fakultatif (Parasit Opportunis)
Organisme yang dibawah kondisi menguntungkan dapat hidup bebas atau sebagai
parasit ,misalnya amoeba yang hidup bebas (naegleria dan acanthamoeba)
3. Parasit temporer atau intermitten
Parasit yang sebagian masa hidupnya,hidup bebas,sewaktu-waktu akan menjadi
parasit contohnya strongyloides stercoralis
4. Coprozoic (Parasit Palsu)
Merupakan spesies asing yang telah melewati saluran makanan tanpa menginfeksi
host atau tidak menyebabkan efek tertentu.
5. Parasit insidentil
Apabila parasit kebetulan bersarang pada hospes yang biasanya tidak
dihinggapinya.
6. Pseudoparasit
Merupakan artefak yang mirip parasit,seringkali disangka sebagai parasit.
Menurut tempat hidupnya :
1. Ectoparasit
Parasit yang hidup di luar tubuh host,yakni dengan menempel pada kulit atau
untuk sementara menyerang bagian superfisial jaringan dari tubuh host.Cara
menginvansinya disebut infestasi.contoh parasitnya adalah scabies,kutu yang ada
pada kulit.
2. Endoparasit
Hidup dalam tubuh host dan cara menginvansinya disebut infeksi.contohnya
adalah tripanosoma vaginalis.

Menurut jumlah hostnya:


1. Satu Host (monoxenous): Parasit yang hidup disatu host ,contohnya enterobius
vermicularis.
2. Lebih dari satu host (Heteroxenous):Parasit yang hidup dibanyak host dan perlu
hewan perantara,contohnya clonorchis sinensis,schistosoma japonicum,trichinella
spiralis.

HOST
Klasifikasi Host:
1. Definitive Host
Host dimana parasit mencapai kematangan seksual dan bentuk dewasa dari parasit
hidup atau dimana tahap reproduksi seksual terjadi.
2. Intermediate Host
Host dimana bentuk belum dewasa atau larva dari parasit bertempat tinggal atau
host dimana parasit mengalami tahap reproduksi aseksual.
3. Paratenic Host
Host tempat berlindung parasit saat berada dalam tahap istirahat dari
perkembangannya tapi parasit masih memiliki kemampuan untuk melanjutkan
siklusnya pada host berikutnya yang sesuai.
4. Vector
Host yang mampu menyebarkan penyakit ke manusia.Ada dua jenis vektor ,yaitu
vektor mekanis(phoretik) dan vektor biologis.Vektor biologis adalah vektor
dimana sebagian siklus hidup parasit tersebut terjadi pada tubuh vektor tersebut.

Seseorang yang sudah mengandung parasit kemudian terjadi reinfeksi dengan


parasit spesies yang sama disebut superinfeksi,sedangkan bila infeksi tersebut
terjadi oleh parasit yang sudah ada dalam tubuh orang tersebut disebut
autoinfeksi.

Pengandung Parasit (Sumber Infeksi)


1. Tanah atau air yang terkontaminasi
2. Makanan yang mengandung stadium infektif yaitu stadium parasit yang dapat
menginfeksi manusia
3. Arthropoda penghisap darah
4. Binatang,baik binatang peliharaan maupun binatang buas.
5. Tumbuhan air
6. Dari manusia lain ( dari seseorang ke orang lain)
7. Dari diri sendiri

Metode atau cara masuk parasit:


1. Mulut
2. Penetrasi melalui kulit
3. Gigitan Serangga
4. Inhalasi
5. Transplasenta (congenital)
6. Transmammary
7. Seksual
8. Transfusi darah
9. Transplantasi Jaringan

Siklus Hidup Parasit


Untuk mempelajari siklus hidup parasit ,perlu diketahui:
- Sumber Infeksi (reservoir)
- Sisi atau tempat masuk parasit ke dalam host
- Perubahan Fisik parasit selama berada didalam host.
Hal-hal tersebut dapat membantu dalam pengobatan,pencegahan dan
pemberantasan parasit.
Reproduksi dapat terjadi dalam dua cara:
- Seksual : Pembiakan melalui dua jenis kelamin jantan dan betina
- Aseksual : Tidak melaui alat kelamin misalnya dengan cara pembelahan.
Organ seksual parasit dapat digolongkan menjadi:
- Hermaphrodite : Dalam satu tubuh terdapat organ seksual jantan dan betina
- Organ seksual terpisah

Banyak parasit yang memiliki daur hidup yang sederhana dan langsung,yaitu
stadium infektif (kista spora atau larva motil) yang dilepaskan oleh hospes dan
diambil hospes lain,kemudian parasit tumbuh dan berkembang.Spesies parasit lain
dapat memiliki siklus hidup yang rumit dan tidak langsung,seringkali
membutuhkan satu atau lebih host sementara.

Morfologi Parasit
Parasit dapat terdiri dari satu sel disebut protozoa atau banyak sel disebut
metazoa yaitu helminth dan arthropoda.
Morfologi protozoa mirip morfologi sel secara umum,yaitu terdapat dinding
sel,protoplasma ,inti serta bagian lainnya.
padaTidak terdapat organ yang memiliki fungsi-fungsi tertentu seperti binatang
yang lebih tinggi tingkatannya,misalnya sistem pencernaan makanan dan aliran
darah.
Morfologi parasit akan sesuai dengan lingkungannya.misalnya stadium kista dari
protozoa yang memiliki dinding kuat,sehingga dapat bertahan dalam waktu yang
lama.
Epidemiology dan Distribusi Geografik
Epidemiology adalah ilmu yang mempelajari faktor-faktor frekuensi serta
distribusi dari suatu penyakit.
Distribusi Geografi dari parasit:
1. Cosmopolitan : Parasit ada di hampir seluruh dunia
2. Regional :Parasit tersebar di beberapa daerah saja
3. Local : Parasit tersebar hanya pada satu daerah
Epidemiology Parasit bergantung pada:
1. Sumber Infeksi (penderita ataupun host)
2. Kondisi lingkungan(iklim,curah hujan,suhu,sinar matahari,kelembapan)
3. Ketersediaan vektor penyebar (untuk infeksi yang membutuhkan vektor)
4. Kondisi Populasi ( kepadatan,Cultural habit dan tingkat pendidikan)

Karakteristik Penyakit yang disebabkan oleh parasit


pathogenInfeksi oleh parasit dapat menimbulkan penyakit atau bersifat
bergantung dari sistem imun dan nutrisi host.Jika host mengalami penurunan
sistem imun dan dalam kondisi malnutrisi infeksi dapat menghasilkan penyakit
,tapi jika host memiliki sistem imun yang baik dan cukup nutrisi maka tidak akan
menyebabkan kerusakan jaringan dan tidak menghasilkan gejala klinis.
Parasit yang hidup dalam sirkulasi darah atau jaringan pada host yang sensitif
atau hipersensitif dapat menginduksi terjadinya reaksi alergi atau bahkan
anaphylatic reaksi.misalnya nephritis oleh plasmodium malariae.
Perjalanan penyakit yang disebabkan oleh parasit biasanya kronik bergabung
dengan diselingi periode laten tanpa gejala klinik yang nyata dan terkadang terjadi
eksaserbasi akut (parah dan cepat).
Penyakit yang disebabkan oleh parasit dapat menyebabkan kerusakan jaringan
yang terjadi karena:
- Efek mekanik ,misalnya penekanan jatingan oleh pembesaran kista,penyumbatan
lumen usus.
- Invansi dan perusakan oleh parasit
- Reaksi inflamasi terhadap parasit atau produknya
- Kompetisi mendapatkan sari makanan tuan rumah.
Kerusakan jaringan ini dapat menyebabkan gejala lokal atau sistemik.Gejala yang
dihasilkan tidak spesifik sehingga perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Diagnosa
Gejala pada penyakit parasit umumnya tidak spesifik,sehingga untuk
mendiagnosa perlu pemeriksaan laboratorium,untuk mencari salah satu stadium
parasit.Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan tinja secara
langsung,pemeriksaan anus ,biopsi,autopsi,pemeriksaan darah urin dan sputum
serta reaksi immunologis.

Pengobatan
Pengobatannya dapat berupa pengobatan masal atau perorangan.Pada pengobatan
penyakit harus diperhatikan:
- Obat-obat berupa obat kemoterapi dengan efek letal terhadap parasit dan efek
minimal pada host.
- Kadang-kadang diperlukan tindakan bedah
- Memperbaiki keadaan umum daya tahan penderita
- Disertai dengan perbaikan sanitasi limgkungan.

Pencegahan dan Pemberantasan


Pada dasarnya pemberantasan penyakit parasit ditujukan untuk menuntaskan mata
rantai dari siklus hidup parasit tersebut.Pencegahan dan pemberantasan penyakit
parasit dapat dilakukan,antara lain:
- Mengurangi sumber infeksi dengan mengobati penderita
- Pendidikan kesehatan dengan tujuan untuk mencegah penyebaran penyakit
parasit
- Pengobatan host reservoir

ZOOPARASITE
1. Protozoa
- Merupakan organisme uniseluler eukariot,berukuran kecil dan tidak terlihat
tanpa mikroskop.Termasuk dalam parasit saluran pencernaan,parasit darah dan
parasit jaringan
- Semua siklus hidupnya ada diluar tubuh manusia dan hampir semuanya dapat
bermultiplikasi pada manusia.
- Infeksinya dapat melalui proses menelan makanan,penghirupan udara atau
melalui gigitan serangga
- Tidak ditemukan eosinophilia pada infeksi protozoa.
- Semuanya memiliki fase trophozoite yang rentan atau rapuh dan bentuk kista
yang lebih resistan.
- Pengambilan makanan melaui cara difusi dan terdapat tiga cara makan lain
yaitu :fagositosis,pinositosis dan cara makan lewat sitostoma
- Respirasi dilakukan baik secara aerobik (misalnya :plasmodium) maupun secara
anaerobik (misalnya entamoeba histolytica).Parasit lebih banyak melakukan
fermentasi aerobik dan anaerobik daripada oksidasi sempurna.
- Reproduksi protozoa terdiri dari Pembelahan biner sederhana,Pembelahan
multipel berganda (skizogoni) atau reproduksi integrasi seksual dan aseksual yang
rumit.

KLASIFIKASI
Protozoa dibagi kedalam 7 phyla,4 yang penting yaitu:
a. Sarcomastigophora
Protozoa dengan inti tipe tunggal ,reproduksi seksual,organel untuk gerak berupa
flagella pseudopodia atau keduanya.
b. Apicomplexa
Apikal kompleks (tampak dengan mikroskop elektron )umumnya memiliki cincin
polar ,roptris ,mikroneme,konoid dan memiliki subpelikular mikrotube pada
beberapa stadium,reproduksi seksual dengan singami.
c. Microspora
Parasit intraselular dengan ukuran kecil dengan spora berasal dari sel
tunggal,dalam suatu kapsul yang tidak terbagi berisi sebuah ameboid.
d. Ciliophora
Silia sederhana atau suatu organel silier yang khas dan kompleks,biasanya dengan
dua tipe inti,pembelahan biner transversal dan ditemukan vakuola kontraktil yang
khas.
Menurut Habitat
• Protozoa usus dan rongga tubuh: entamoeba,balantidium coli,giardia
lamblia,trichomonas sp.
• Protozoa darah dan jaringan:Leishmania,trypanosoma,toxoplasma,plasmodium.
• Ameba jaringan otak primer : Naeglaria dan Acanthamoeba.

Morfologi dan Siklus Hidup


Bentuknya ada yang sperik atau ovoidal,lainnya tidak teratur.Protozoa ada yang
memiliki bentuk tetap dan ada pula yang berubah-ubah.Bentuknya akan berubah
sesuia dengan stadium dalam siklusnya.
Protozoa usus memiliki dua stadium pokok,yaitu:
1. Stadium trophozoit
Bentuk vegetatif atau proliferatif,dapat bergerak aktif,tidak resisten terhadap
perubahan lingkungan sehingga untuk masuk kepada hospes baru perlu berubah
menjadi bentuk kista yang lebih resisten.Perubahan dari bentuk trophozoit
menjadi kista disebut enkistasi
2. Stadium Kista
Resisten,merupakan bentuk infektif.Dinding kista merupakan hasil sekresi dari
ektoplasma sehingga menjadi resisten daripada bentuk tropozoit.Berfungsi juga
untuk mempertahankan diri.
Bagian-bagian sel protozoa
1. Inti ,untuk mempertahankan hidup serta untuk reproduksi.Bagian inti terdiri
atas membran inti,nukleoplasma,kariosom,serabut inti dan kromatin.
2. Sitoplasma yang terdiri atas Endoplasma yang keruh ,bergranula ,terdapat
inti,vakuola,apparatus golgi,mitokondria serta organel lain dan ektoplasma yang
jernih,homogen yang berfungsi sebagai alat gerak,alat menangkap dan membuang
sisa makanan,respirasi serta alat mempertahankan diri.
3. Kinetoplas yang terdapat pada flagelata yang merupakan tempat munculnya
flagel.
4. Alat Gerak protozoa,dapat berupa Pseudopodium atau kaki semu yang
merupakan penonjolan tiba-tiba dari ektoplasma,flagelum atau bulu cambuk dan
cilium atau bulu getar.

2. Metazoa
- Merupakan parasit multiseluler dengan struktur sel eukariot,berukuran besar dan
terlihat walaupun tanpa mikroskop.Termasuk dalam Nematoda (round
worms),Trematoda (flukes),cestoda (tepeworm) dan arthropoda.
- Semua siklus hidupnya diluar tubuh manusia dan kebanyakan tidak bisa
bermultiplikasi dalam tubuh manusia.
- Infeksinya dapat melalui proses menelan makanan ,penetrasi melalui kulit atau
gigitan serangga.
- Ditemukan eosinophilia pada infeksi oleh semua helminth.
- Helminth adalah salah satu kelas yang penting pada metazoa

2.1 Helmintologi Umum


Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari cacing yang hidup sebagai parasit
pada manusia.
KLASIFIKASI
Helminth dibagi atas tiga phyla ,yaitu:
- Phylum Annelida
Antara lain lintah,merupakan ektoparasit penghisap darah di air atau di
darat.Lintah yang hidup di air biasanya dari spesies limnatis dan lintah yang hidup
di darat terutama dari spesies haemadipsa misalnya pacet.
- Phylum Nemathelminthes
Termasuk phylum ini yaitu cacing bulat memanjang seperti benang.Kulit luar
tidak bersegmen,kutikula licin kadang-kadang bergaris,memiliki rongga
badan,jenis kelamin terpisah.Parasit bagi hewan dan manusia yaitu kelas
nematoda.
- Phylum Platyhelminthes
Terbagi menjadi dua kelas ,yaitu:
a. Trematoda
Bentuk seperti daun,memiliki rongga badan ,bersifat hermafrodit,alat pencernaan
buntu dan telurnya memiliki operkulum.
b. Cestoda
Bentuk seperti pita,parasit pada hewan dan manusia.Kelas ini umumnya tidak
memiliki rongga badan dan alat pencernaan makanan serta bersifat hermaphrodit.

MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP


Nematoda usus umumnya tidak membutuhkan tidak membutuhkan tuan rumah
perantara,siklus hidupnya sementara dan tersebar diseluruh dunia.
Menurut medium penularannya ,penyakit cacing digolongkan dalam lima
kelompok,yaitu:
- Penularan melaui tinja atau Feses.Telur atau larva menjadi infektif bila melalui
atau berada di anus.
- Penularan melalui tanah (soil transmittes).Telur atau larva menjadi infektif
sesudah menjalani proses pematangan didalam tanah.
- Penularan melaui arthropoda.Stadium infektif berkembang didalam tubuh
arthropoda
- Penularan melalui siput.
- Penularan terjadi melalui daging hewan.

NEMATODA
• Merupakan spesies dengan jumlah terbanyak,hidup bebas di air tawar,laut serta
lumpur dan perkebunan
• Cara memperoleh makanan ,diantaranya :(1) menggigit mukosa usus serta
mencerna darah (2) menusuk dan mencerna jaringan lisis hospes (3) Memakan
sari makanan lumen usus (4) Memakan sari makanan dari cairan tubuh hospes.

Morfologi dan siklus hidup


Ukuran mulai dari 2 cm sampai lebih dari satu meter
Bentuk bulat panjang seperti benang,tidak bersegmen,kulit diliputi kutikula
Cacing jantan lebih kecil dari cacing betina,ujung posteriornya melengkung.
Mempunyai kepala ,ekor,dinding dan rongga badan yang disebut
pseudoselom,saluran pencernaan makanan ,sistem syaraf ,sistem eksresi ,sistem
reproduksi tapi tidak memiliki sistem sirkulasi darah.
Dalam siklus hidupnya terjadi tiga stadium yaitu telur,larva dan dewasa.
Telur ataupun larva dikeluarkan dari badan hospes bersama tinja ,urine tau
bersama darah
Larva mengalamai pertumbuhan dengan pergantian kulit sampai membentuk
stadium infektif yang dapat masuk dalam tubuh manusia secara aktif.
Seekor cacing betina bertelur antara 20-200 ribu butir perhari.

Klasifikasi menurut habitatnya


1. Nematoda usus (intestinal),berdasarkan cara transmisinya:
a. Soil Transmitted Helminth
- Ascaris lumbricoides
- Trichuris trichiura
- Hookworm
- Strongyloides stercoralis
- Trichostrongylus
b. Non-soil transmitted Helminth
- Enterobius vermicularis
- Trichinella spiralis
- Capillaria philippinensis
2. Nematoda darah dan jaringan
- Wuchereria bancrofti
- Brugia malayi
- Brugia timori
- Onchorera valvulus
- Loa loa
- Mansonella ozzardi

TREMATODA
Nama lain cacing daun
Karakteristik :
a. metazoa ( multiseluler)
b. berbentuk seperti daun
c. terdiri dari 3 lapisan
d. tidak memiliki rongga badan (acelomate) dan tidak memiliki sirkulasi darah
e. memiliki sisstem eksresi dan berakhir pada flame cell
f. umumnya bersifat hermaprodit

Ada 4 kelompok trematoda berdasarkan habitat


1. trematoda usus
membutuhkan 2 tuan rumah perantara,
Fasciola busci, Echinostoma ilocanum, Heterophyes heterophyes, Metagonimus
yokogawai, Gastrodiscoides hominis, Watsonius watsoni
2. trematoda hati
umumnya diteukan d saluran empedu menginfiltrasi jaringan hati, hospes definitif
manusia
Clonorsis sinensis, Dicrocoelium dendriticum, Opisthorcis felineus, Opisthorchis
viverini, Fasciola hepatica,
3. trematoda paru-paru
Paragonimus westermani
4. trematoda darah
Schistosoma japonicum, Schistosoma mekongi, Schistosoma mansoni,
Schistosoma intercalatum

CESTOIDEA
Cestoda merupakan subklas dari klas Cestoidea. Disebut juga tapeworm (cacing
pita) masuk ke dalam phylum Plathyhelminthes (cacing pipih)
Karakteristik umum:
a. pipih dorsovebtral, seperti pita sehingga terdiri dari 3 bagian yaitu:
1. kepala(scolex) delengkapi alat melekat/sucker pada ujung anterior kadang-
kadang dilengkapi dengan rostellum yang berkait ataupun tidak berkait
2. leher (neck) merupakan bagian sempit diantara kepala dan badan yg terus-
menerus berploriferasi untuk membentuk proglotid baru
3. badan disebut stobila. Bagian yang terdiri dari segmen-segmen (proglotid) ada
3 macam: * immature yg langsung melekat pada leher
* matur ( matang) memiliki alat kelamin lengkap
* gravid (hamil) berisi telur
b. bersifat hermaprodit
c. memiliki saluran saraf dan alat ekresi walaupun sederhana
d. acelomata, tidak memiliki sistem aliran darah dan saluran pencernaan makanan.
Makanan diarsorbsi melalui body wall tampak seperti vili pada usus manusia
diberi nama mocrothrix

Klasifikasi
Dibagi dala 2 ordo :
a. Ordo Pseudophyllidea
Kepala memilikii lekuk atau cealh yang disebut Bothrium
Contoh : Diphyllobothrium latum
b. Ordo Cyclophillidea
Kepala seperti mangkok dan memili batil isap
Contoh :
Taenia saginata
tidak punya cisticeroris, hospes definitif manusia, hospes perantara sapi, tahap
infectif cisticerus bovis, tahap diagnostik elur d tinja
Taenia solium
Punya cisticerosis hospes defenitif manusia, hospes perantara babi, tahap infectif
cisticerus cellulise,tahap diagnostok pada tinja

Anda mungkin juga menyukai