Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS POLA PENYEBARAN SINYAL PADA ANTENA BTS

Proposal Tugas Akhir

Oleh

Binsar D. Purba L2F307011

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Semarang, Mei 2010

Proposal Tugas Akhir


ANAL LA PENYEBARAN SINYAL ANTENA BTS

Yang diajukan oleh Binsar D. Purba L2F307011

Kepada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Telah disetujui Oleh:

Pembimbing I

Pembimbing II

Imam Santoso, S.T., M.T. NIP: 197012031997021001 Tanggal:__________________

Yuli Christyono, S.T., M.T. NIP: 196807111997021001 Tanggal:__________________

Mengetahui, Koordinator Tugas Akhir

Budi Setiyono, S.T., M.T. NIP: 197005212000121001 Tanggal:_____________________

ABSTRAK

Teknologi telekomunikasi berkembang sangat pesat. Pada awalnya digunakan media kabel. Saat ini dengan berkembangnya teknologi, komunikasi dibangun dengan teknologi nirkabel yang sudah tidak lagi menggunakan kabel sebagai media penghubung, namun menggunakan media udara dengan bantuan antena sebagai pemancar dan penerima. Untuk membangun teknologi nirkabel diperlukan perhitungan yang tepat agar antena dapat diletakkan ditempat yang tepat serta mempunyai persebaran sinyal yang optimal. Parameter yang mempengaruhi persebaran sinyal diantaranya jenis antena BTS yang digunakan, pola radiasi antena, model propagasi serta bentuk kontur permukaan bumi Parameter yang berperan dalam persebaran sinyal terutama bentuk kontur permukaan bumi dapat disimulasikan dengan menggunakan Network Planner Workedplaced. Diharapkan setelah simulasi, data yang diperoleh dapat dianalisa dan dibandingkan dengan analisa menggunakan teori perhitungan agar hasil yang diperoleh lebih akurat. Data yang diperoleh diharapkan dapat membantu mengatasi masalah persebaran sinyal pada dengan penempatan antena BTS pada jaringan sebenarnya.

Kata Kunci : persebaran sinyal, network planner, antena, permukaan bumi

I. II.

JUDUL: Analisis Pola Penyebaran Sinyal Pada Antena BTS . KONSENTRASI Telekomunikasi. DAN KEIL UAN: Teknik Elektronika dan

III.

LATAR BELAKANG Salah satu teknologi yang berkembang pesat dan mempengaruhi jutaan

manusia di dunia adalah telekomunikasi. Kebutuhan manusia untuk komunikasi, kebutuhan untuk informasi, dan kebutuhan untuk perdagangan, pendidikan, dan lain-lain sangat dimudahkan dengan adanya teknologi komunikasi saat ini. Keunggulan suatu sistem telekomunikasi tidak hanya oleh kualitas pemancar dan penerima saja, namun juga dipengaruhi oleh kualitas pemancaran dan penerimaan antena. Persebaran sinyal merupakan salah satu isu dalam sistem komunikasi selular. Aspek-aspek yang mempengaruhi persebaran sinyal ialah : 1. Jenis antena, jenis antena yang digunakan pada BS (Base Station) dan MS (Mobile Station) 2. Tipe lingkungan, bentuk muka bumi akan berpengaruh terhadap propagasi gelombang radio. 3. Model propagasi, pemilihan model propagasi berdasar tipe lingkungan. 4. Jari jari sel, pada sel besar atau sel kecil 5. Anggaran daya, luasan daerah yang dapat menerima sinyal dengan kualitas yang cukup untuk melakukan komunikasi. Persebaran sinyal yang dihasilkan oleh masing-masing antena BTS akan berbeda-beda. Sehingga diperlukan sebuah perencanaan antena BTS dan letak di bumi yang tepat untuk mendapatkan persebaran sinyal yang optimal berdasarkan aspek diatas. Ada beberapa jenis/tipe antena BTS misalnya, Kathrein, Andrew, Cellwave, dan lain lain. Dari jenis-jenis antena tersebut memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda.

IV.

PE BATASAN MASALAH Pembahasan tugas akhir ini berkisar pada macam-macam antena jenis

Kathrein, beserta semua variabel-variabelnya yang mempengaruhi persebaran sinyal, yang di simulasikan ke bentuk muka bumi menggunakan software Network Planner, hasil yang di inginkan adalah mendapatkan letak dan antena yang optimum untuk mencakup wilayah tertentu. V. TUJUAN Penulisan tugas akhir dengan judul Analsis Pola Penyebaran Sinyal Pada Antena BTS ini bertujuan : 1. Memodelkan persebaran sinyal berbagai antena BS. 2. Memodelkan lokasi antena yang memiliki persebaran sinyal terbaik untuk mencakup wilayah yang belum terlayani. Dengan memperhatikan sistem dan infrastruktur yang sudah ada. 3. Melakukan analisa pengaruh muka bumi terhadap persebaran sinyal. VI. 6.1 KAJIAN PUSTAKA Pola Radiasi Antena memiliki daerah pancar yang berbeda-beda sesuai dengan jenis antena. Diagram polar yang menggambarkan daerah yang dapat dijangkau dengan baik oleh sebuah antena disebut pola radiasi. Jarak dari lokasi antena ke daerah paling luar dari lingkaran pola radiasi menunjukkan kekuatan daya pancar antena tersebut. Semakin jauh dari antena maka daya pancar semakin melemah. Sinyal elektromagnetik dari radio dipancarkan melalui udara dalam polarisasi, medan listrik (E-field) atau medan magnet (H-field), saling menyilang sebesar 90 derajat. Polarisasi antena bergantung pada medan listrik yang dihasilkan oleh antena tersebut.

6.2

Antena Base Station Salah satu antena yang digunakan pada Base Station ialah antena sektoral.

Sama halnya dengan antena omnidirectional, yang mempunyai polarisasi vertikal dan dirancang untuk digunakan pada Base Station. Antena jenis ini hanya memberikan servis pada wilayah atau sektoral yang terbatas, biasanya 45 sampai dengan 180 derajat.

Gambar 6.1 Antena Panel 730 684 Kathrein 890 960 Mhz (Kathrein Antena Catalog)

a. Antena Kathrein 730 376 Tabel 6.1 Data Antena Kathrein Tipe 730 376 (Katherin Antena Catalog 2005). Type No Frequency range Polarization Gain Half-power beam width 730 376 870 960 MHz Vertical 18.5 dBi H-plane: 65 E-plane: 6.5 Front-to-back ratio VSWR Intermodulation IM3 (2 x 43 dBm carrier) Max. power 500 W (at 50 C ambient temperature) Input Connector position Weight 7-16 female Rearside 12 kg 25 dB <1.3 < 150 dBc

Gambar 6.2 Pola radiasi antena Katherin 730 376 (Katherin Antena Catalog 2005).

b. Antena Kathrein 735 147 Tabel 6.2 Data Antena Kathrein Tipe 735 147 (Katherin Antena Catalog 2005). Type No Frequency range Polarization Gain Half-power beam width 735 147 1710 1900 MHz Vertical 18 dBi H-plane: 65 E-plane: 7 Front-to-back ratio VSWR Intermodulation IM3 (2 x 43 dBm carrier) Max. power 200 W (at 50 C ambient temperature) Input Connector position Weight 7-16 female Rearside 4.6 kg > 25 dB <1.3 < 150 dBc

Gambar 6.3 Pola radiasi antena Katherin 735 147 (Katherin Antena Catalog 2005).

c. Antena Kathrein 730 370 Tabel 6.3 Data Antena Kathrein Tipe 730 370 (Katherin Antena Catalog 2005). Type No Frequency range Polarization Gain Half-power beam width 730 370 870 960 MHz Vertical 14 dBi H-plane: 90 E-plane: 13 Front-to-back ratio VSWR Intermodulation IM3 (2 x 43 dBm carrier) Max. power 500 W (at 50 C ambient temperature) Input Connector position Weight 7-16 female Bottom 6 kg >23 dB <1.3 < -150 dBc

Pola horisontal

Pola vertikal

Gambar 6.4 Pola radiasi antena Katherin 730 370 (Katherin Antena Catalog 2005).

d. Antena Kathrein 732 691 Gambar 6.4 Pola radiasi antena Katherin 732 691 (Katherin Antena Catalog 2005). Type No Frequency range Polarization Gain Half-power beam width 732 691 806 960 MHz Vertical 15,5 dBi H-plane: 65 E-plane: 13 Front-to-back ratio VSWR Intermodulation IM3 (2 x 43 dBm carrier) Max. power 500 W (at 50 C ambient temperature) Input Connector position Weight 7-16 female Bottom 6 kg >25 dB <1.3 < -150 dBc

Pola horisontal

Pola vertikal

Gambar 6.5 Pola radiasi antena Katherin 732 691 (Katherin Antena Catalog 2005).

e. Antena Kathrein 732 967 Tabel 6.5 Data Antena Kathrein Tipe 732 967 (Katherin Antena Catalog 2005). Type No Frequency range Polarization Gain Half-power beam width 732 967 806 960 MHz Vertical 15,5 dBi H-plane: 90 E-plane: 8,5 Front-to-back ratio VSWR Intermodulation IM3 (2 x 43 dBm carrier) Max. power 500 W (at 50 C ambient temperature) Input Connector position Weight 7-16 female Bottom 9 kg >23 dB <1.3 < -150 dBc

Pola horisontal

Pola vertikal

Gambar 6.6 Pola radiasi antena Katherin 732 967 (Katherin Antena Catalog 2005)

f. Antena Kathrein 739 630 Tabel 6.6 Data Antena Kathrein Tipe 739 630 (Katherin Antena Catalog 2005). Type No Frequency range Polarization Gain Half-power beam width 739 630 870 960 MHz +45, 45 2 x 18 dBi H-plane: 65 E-plane: 7 Front-to-back ratio VSWR Intermodulation IM3 (2 x 43 dBm carrier) Max. power 600 W (at 50 C ambient temperature) Input Connector position Weight 2 x 7-16 female Bottom or top 19 kg >30 dB <1.3 < -150 dBc

Pola horisontal

Pola vertikal

Gambar 6.7 Pola radiasi antena Katherin 739 630 (Katherin Antena Catalog 2005)

g. Antena Kathrein 739 637 Tabel 6.7 Data Antena Kathrein Tipe 739 637 (Katherin Antena Catalog 2005). Type No Frequency range Polarization Gain Half-power beam width 739 637 806-870 I 870-960 MHz +45,-45 I +45,-45 2 x 17.5 I 2 x 18 dBi H-plane: 65 E-plane: 7,5 Front-to-back ratio VSWR Intermodulation IM3 (2 x 43 dBm carrier) Max. power 500 W (at 50 C ambient temperature) Input Connector position Weight 2 x 7-16 female Bottom 19 kg >30 dB <1.5 I <1.3 < -150 dBc

Pola horisontal

Pola vertikal

Gambar 6.8 Pola radiasi antena Katherin 739 637 (Katherin Antena Catalog 2005)

6.3

Mobile Station ( MS ) Sensitivitas MS adalah level sinyal minimum yang dapat diterima MS dan

tetap dapat dimodulasi dengan kualitas yang memadai. Baik MS (Sm) dan BTS (Sb) mempunyai level sensitivitas yang telah di standarkan oleh ETSI. Persebaran level-level sinyal inilah yang nantinya akan disimulasikan. Parameter sensitivitas MS akan di ubah-ubah dari -75dB sampai -105 dB dan jari-jari maksimumnya akan dihitung. Parameter MS yang lain adalah tinggi MS dan penguatan antena. Tinggi antena MS adalah 2 meter, nilai ini adalah nilai rata-rata saat orang menggunakan MS dalam keadaan berdiri, sedangkan penguatan antena yang digunakan MS sebesar 2 dB. 6.4 Model Propagasi Pemilihan model propagasi di dasarkan pada tipe daerah, ketinggian antena, frekuensi yang digunakan dan beberapa parameter lainnya. Beberapa model yang sering digunakan untuk memprediksi propagasi gelombang radio beserta karakteristiknya adalah seperti dibawah ini a. Model Okumura, cocok untuk daerah urban dan sub-urban b. Model Hatta cocok untuk daerah urban,sub-urban dan rurual, frekuensi pembawa antara 150-1500 Mhz. c. Model Okumura-Hatta adalah pengembangan dari model Hatta dan Okumura, cocok dengan frekuensi pembawa antara 1500-2000 Mhz, tinggi antena 30200 meter, tinggi mobile station 1-20 m dan jarak antara antena dan mobile station 1-20 kilometer.

6.5

Jari jari sel Dalam perencanaan sel, penentuan jenis/tipe sel yang akan dirancang

terlebih dulu harus ditentukan dengan memperhatikan tipe daerah lokasi layanan. Berdasarkan jari-jari sel terdapat tiga jenis sel yaitu sel besar, sel kecil, dan mikrosel

6.5.1 Sel Besar Pada sel besar, antena BS dapat dikonfigurasi untuk mencapai ketinggian yang optimal. Jarak sel minimal dalam perencanaan menggunakan perhitungan sel besar ini adalah 1 km dan biasanya digunakan untuk jari-jari sel di atas 3 km. Model perambatan gelombang dan rugi-rugi lintasan yang dipakai dalam sel ini adalah model Hatta untuk GSM 900 dan model COST 231-Hatta untuk DCS 1800. Sel ini biasanya diaplikasikan untuk daerah rural dan sub urban karena akan menghasilkan jari-jari sel yang besar. Namun demikian, implementasi sel ini juga dilakukan untuk daerah Urban dengan tujuan meningkatkan kapasitas trafik dengan menopang sel- sel kecil (cell splitting).

6.5.2 Sel Kecil Daerah cakupan untuk perhitungan jari-jari dengan metode sel kecil ini akurat untuk rentang 0,2 km sampai 5 km, biasanya sekitar 3 km. Karakteristik lain pada sel ini yaitu ketinggian antena yang berkisar 4 m 50 m. Model perambatan dan rugi-rugi lintasan yang dipakai dalam sel kecil adalah model COST 231-Walfish-Ikegami baik untuk GSM 900 maupun DCS 1800. Perencanaan sel kecil biasanya digunakan untuk perencanaan sel dengan trafik seperti dalam kota, oleh sebab itu ada beberapa parameter tentang keadaan daerah seperti lebar jalan, tinggi gedung, sudut orientasi, dan jarak antar gedung yang merupakan ciri-ciri perkotaan atau daerah urban.

6.5.3 Mikrosel Perencanaan menggunakan metode sel kecil juga dapat digunakan untuk perencanaan mikrosel, namun mikrosel yang dimaksud di sini adalah ketika antara MS dan BTS tidak terdapat suatu penghalang apapun. Model perambatan dan rugi-rugi lintasan yang dipakai untuk perencanaan mikrosel ini adalah suatu model yang diambil dari keadaan di jalan Canyon dan biasa digunakan untuk perencanaan mikrosel jangkauan 200 300 m.

6.5.4 Rugi-Rugi Daya dan Penguatan Antena Penentuan penguatan (gain) antena didasarkan data yang di miliki oleh antena BS. Data rugi-rugi dan penguatan antena pada GSM 900 dan GSM 1800 dapat dilihat pada Tabel 6.8

Tabel 6.8 Rugi-rugi dan gain antena BS. Tinggi Antena MS (Hm) Daya Max BTS (Pb) Daya Max MS (Pm) GSM 900 2m 46 dBm 33 dBm

Daya Max MS (Pm) DCS 1800 30 dBm Rugi Kombinasi filter (Ltf) Rugi konektor BTS (Lj) Penguatan Antena BTS (Gb) Penguatan Antena MS(Gm) The feeder loss (Gf) Cadangan Pudaran (sfm) 3,0 dBm 1,0 dBm 18,5 dBi 2 dBi 1.1 dB 4 dB

VII.

METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang akan digunakan dalam menyelesaikan tugas akhir ini

adalah: 7.1. Studi Literatur Mempelajari konsep dasar dari antenna Kathrein dan pola persebaran sinyalnya dengan sumber yang berasal dari buku maupun internet. Sehingga akan mempermudah dalam memahami pola persebaran sinyal pada antenna Kathrein ini.

7.2. Memodelkan persebaran sinyal berbagai antena Base Station pada Network Planner. Memodelkan lokasi antena kathrein dengan berbagai jenis yang paling ideal dan dianggap mempunyai persebaran sinyal terbaik sehingga dapat melayani daerah yang masih belum terrlayani. Parameter yang diperlukan pada network planner untuk keperluan analisa antara lain jari-jari sel, besarnya daya dan pemilihan jenis antenna. 7.3. Analisis Data Setelah parameter-parameter telah ditentukan dimodelkan pada network planner maka akan diperoleh data yang berbeda pada berbagai jenis antena kathrein kemudian data dianalisa dan diperoleh kesimpulan jenis antena yang memiliki persebaran sinyal terbaik, kemudian dipakai sebagai acuan untuk lokasi penempatan antena yang ideal.

VIII. RANCANGAN JADWAL PELAKSANAAN TUGAS AKHIR Waktu Pelaksanaan Mei Juni Juli Agustus September 2010 2010 2010 2010 2010 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

No

Kegiatan Studi Literatur Pengumpulan Data Pengolahan dan analisa Data Penyusunan Laporan Seminar

Oktober 2010 1 2 3 4

1 2 3 4 5

DAFTAR PUSTAKA

[1]

Briceno, Marc, I.Goldberg, and D.Wagner, An Implementation of the GSM A3A8 Algorithm, California, 1998. Collin, Robert E., Antenas and Radiowave Propagation, McGraw-Hill Book Company, 1985. Freeman, R.L., Telecommunication Transmission Handbook, 3th ed., John Wiley & Sons, New York, 1991. Kennedy, George; Electronic Communication Systems, McGraw-Hill Co., Singapore, 1988. Kraus, D. John, Antenas, McGraw-Hill International Edition, 1988

[2]

[3]

[4]

[5]

[6]

Mehrotra, Asha, GSM Sistem Engineering, Boston, 1997

[7]

T. Halonen, J. Romero, J. Melero, GSM, GPRS and EDGE Performance, Wiley, 2002

Anda mungkin juga menyukai