Anda di halaman 1dari 1

PERNYATAAN TERHADAP LAPORAN GREENPEACE

Laporan Greenpeace mengenai perusahaan mainan global dan bahan kemasan dari Indonesia menunjukkan bahwa mereka tidak memahami hukum dan regulasi perlindungan hutan Indonesia yang ketat serta komitmen industri kami untuk melestarikan sumberdaya alam yang berharga ini. Hukum dan regulasi Indonesia mengenai legalitas kayu dituangkan secara jelas dan ditegakkan dengan tegas. Perusahaan yang mengabaikannya berisiko penuntutan hukum dan kehilangan konsesi hutan tanaman industri (HTI) mereka. Dalam mengatasi kebutuhan lingkungan, sosial dan perkembangan ekonomi Indonesia, pemerintah telah membuat rencana pengunaan lahan dimana area untuk konservasi maupun produksi telah ditentukan. Kebutuhan industri berbasis kayu, termasuk pulp dan kertas, di Indonesia tidak mungkin dipenuhi secara berkelanjutan oleh hutan alam saja. Oleh sebab itu pemerintah mengalokasi sekitar 5% dari lahan di Indonesia untuk membangun HTI diatas hutan yang terdegradasi atau lahan kosong. Ketika membangun HTI, sisa-sisa pohon dari hutan terdegradasi harus dibersihkan. Sisa-sisa tersebut secara legal diperbolehkan, bahkan dianjurkan, oleh pemerintah untuk digunakan industri daripada dibuang menjadi sampah maupun dibakar. Tuduhan Greenpeace bahwa produk kertas yang mengandung kayu tropis campur secara automatis adalah produk yang ilegal atau tidak berkelanjutan adalah tuduhan yang tidak bertanggung jawab dan tidak benar. Juga tidak benar bahwa produk pulp dan kertas yang mengandung serat kayu tropis campuran atau acacia hanya berasal dari Indonesia. Negara berkembang lain di Asia, Amerika Selatan dan Afrika yang sedang dalam proses pengembangan HTInya juga memproduksi produk dengan komposisi serat yang sama. Kami menyesalkan taktik Greenpeace mengeksploitasi gambaran stereotip tentang penebang kayu primitif di negara berkembang yang memotong hutan tanpa memperhatikan dampak lingkungan. Praktekpraktek industri kehutanan Indonesia jauh lebih canggih dari gambaran tersebut. Industri kami berkomitmen untuk menciptakan HTI yang ditetapkan secara jelas dan dikelola secara berkelanjutan, dimana serat terbarukan dapat ditanam dan dipanen dengan cepat. Bahwa pohon di HTI Indonesia dapat dipanen hanya dalam waktu enam tahun sedangkan di negara-negara lain harus menunggu sampai seumur hidup manusia merupakan suatu keunggulan yang patut dibanggakan. Kami berkomitmen untuk melindungi dan mengelola hutan kami secara berkelanjutan. Tuduhan yang menyatakan sebaliknya adalah suatu pelecehan terhadap industri kami di Indonesia dan jutaan bangsa Indonesia yang bergantung padanya untuk mata pencaharian mereka.

Jakarta, 8 Juni 2011

H.M. Mansur Chairman Indonesian Pulp & Paper Association

Anda mungkin juga menyukai