Anda di halaman 1dari 2

Rumah Ilmu Indonesia Jln. Ir. H. Djuanda Gg. Abah Iri no.

278 C Dago Bandung 40135 Email : lombamenulis@rezaervani.com Tema : Aku Seorang Guru

Ragu seorang Guru


Oleh : Abdurrahman Misno

Cita-cita menjadi guru tidak pernah terbetik dalam hati. Sewaktu kecil dulu aku lebih menginginkan menjadi seorang dokter, polisi atau profesi yang kesannya lebih wah.... dibanding denganmenjadi guru. Namun cita-cita bagi seorang anak yang tinggal di desa terbelakang memang hanya sebuah cita-cita, tidak akan pernah terwujud. Ketika selesai dari sekolah dasar aku ham[pir tidak bisa melanjutkan sekolah, sehingga segala cita-cita yang aku idamkan tersebut semakin terbang tinggi entah ke mana. Siap bilang menjadi guru itu enak?, sudah hamper sepuluh tahun mengajar di berbagai sekolah ternyata masih tidak menmbangkitkan hasratku untuk menjadi seorang guru. Entahlah sejak kecil dulu saya memang tidak ada keinginan untuk menjadi seorang guru. Walaupun dalam berbagai kesempatan sering sekali terdengar istilah "Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa" atau guru itu adalah seseorang yang "Digugu dan ditiru" tapi kenyataannya itu hanya ada pada beberapa personal saja. Sementara secara umum mereka juga manusia biasa. Pengalaman pahit bersama seorang guru tidak pernah bisa aku lupakan hingga saat ini. Barang kali inilah yang membuat aku segan untuk menjadi seorang guru. Kalau dikatakan saya menjadi guru terpaksa mungkin iya, karena satu-satunya pekerjaan yang ada ketika saya keluar kuliah adalah menjadi guru. Sehingga sejak saat itulah saya menjalani profesi sebagai guru. Sebenarnya sebelum lulus kuliahpun saya sudah mengajar di beberapa sekolah. Tapi saya pikir guru itu hanya sebagi pekerjaan untuk mendapatkan uang. Sehingga guru sebagai sebuah pekerjaan bagi saya adalah semacam ladang untuk mendapatkan uang. Setelah selesai kuliah, mencari pekerjaan yang sesuai dengan jurusan tidak semudah yang dibayangkan, sehingga menjadi guru adalah pekerjaan yang lagi-lagi aku geluti.

Sejatinya pekerjaan guru yang selama ini saya laksanakan menunjukan kesungguhan saya dalam mengajar, paradigma guru adalah pekerjaan untuk mendaptkan uang perlahan terkikis oleh paradigma baru bahwa guru itu adalah sebuah profesi. Benar, profesi yang membutuhkan adanya pengetahuan, keahlian, kesabaran, kejujuran dan ketabahan. Paradigma baru tersebut membawa saya pada sebuah pemahaman bahwa ternyata menjadi seorang guru adalah tuntutan eksternal. Terkadang sebuah profesi diahsilkan dari sebuah kebutuhan dari luar diri seseorang bukan dari dalam dirinya sendiri. Ini barangkali yang terjadi pada diri saya, selama ini tidak pernah terpikirkan untuk menjadi seorang guru. Karena tidak ada pekerjaan lain sehingga menjadi guru adalah satu-satunya pekerjaan. Sepuluh tahun telah berlalu, profesi guru masih menjadi pekerjaan utamaku. Bahkan kini saya mengajar di tiga sekolah swasta. Menghadapi siswa dengan berbagai karakter sangat memerlukan keahlian khusus, sehingga seorang guru harus menguasai berbagai keahlian penguasaan terhadap mereka. Di samping tentunya penguasaan terhadap materi yang diajarkannya. Aku mulai menyukai profesi guru ini, pada asalnya sifat pribadiku yang menyukai berbincang dan menghadapi masyarakat juga berlaku di kelas, terutama ketika menghadapi berbagai karakter siswa yang beraneka ragam. Latar belakang ilmu komunkasi yang aku dapat dari tempat kuliah sangat membantu dalam kesempatan seperti ini. Sementara ilmu hukum Islam yang kudapat dari kampusku juga menjadi nilai plus lain bagi diriku. Syukurlah, walaupun aku tidak pernah sekolah di jurusan keguruan ataupun tarbiyah, berbagai metode pembelajaran dapat aku dapatkan dari berbagai training, seminar atau bahan bacaan buku. Hingga akhirnya walaupun aku tetap merasa bukan seorang guru, namun profesi yang selama ini aku jalankan adalah menjadi guru.

Anda mungkin juga menyukai