Anda di halaman 1dari 2

Si Arif& Si Acuh Di sebuah kampung kecil, terdapat dua orang sahabat karib, Si Arif & Si Acuh.

Mereka berdua dilahirkan pada hari yang sama di awal musim semi. Sejak kecil hingga menginjak remaja mereka tinggal bertetangga, bermain bersama, sekolah bersama dan berbagi suka duka bersama, layaknya saudara kandung. Saatnya tiba mereka harus mengadu nasib ke kota untuk menemukan tujuan & kehidupan yang lebih layak, mereka menuju Negri Kemakmuran untuk mengadu nasib. Acuh sangat beruntung, dengan berpostur tegap, tampan dan kuat langsung dapat bekerja pada seorang saudagar kaya sebagai pengawal pribadi. Sementara Arif memulai karirnya sebagai pembantu perpustakaan kerajaan, pekerjaan rutinnya hanyalah menyampul, menjahit dan merapikan kembali buku-buku yang sudah mulai lapuk dimakan usia. Acuh bergaji tinggi sebagai pengawal pribadi & Arif hanya bergaji kecil dan tidak mendapat po penting, tetapi semuanya dikerjakannya dengan senang hati dan rasa syukur. Di sela melakukan tugasnya Arif menyempatkan diri untuk membaca buku yang dirapikannya, bahkan apabila terdapat buku yang halaman-halamannya mulai pudar, dengan sabar Arif menyalin dengan tulisan tangannya. Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, lima belas tahun telah berlalu, Arif telah melalap habis ribuan buku perpustakaan Negri Kemakmuran dan kini Arif telah menjabat kepala perpustakaan Kerajaan yang sangat di segani masyarakat luas karena pengetahuan dan kemauan belajarnya, serta semangat kerjanya yang tidak kenal pamrih. Sang Rajapun mengagumi Arif dan menganugrahkan jabatan sebagai penasehat kerajaan.Sebagai penasehat kerajaan, Arif benar-benar sepenuh hati menfokuskan diri menerapkan segala pengetahuan dan kerja kerasnya untuk membangun Negri kemamuran. Keputusan demi keputusan dibuat Sang Raja dengan tepat atas nasehatArif, rakyat semakin makmur dan sejahtera. Hari baik kerajaan telah tiba, Sang Raja menikahkan putrinya dengan putra Saudagar kaya sahabatnya. Disinilah awal pertemuannya kembali Arif dan Acuh yang bernasib baik sejak Awal. Ternyata Sang Saudagar kaya tidak mempunyai keturunan, Acuh telah menjadi anak angkatyang sekaligus merupakan menantu Raja. Awal pertemuan tersebut sangatlah menyenangkan, kebersamaan sewaktu kecil merupakan memori yang indah, sayangnya hal ini tidak berlangsung lama. Acuh menginginkan posisi Arif sebagai penasehat raja. Dengan penuh ambisi Acuhberusaha menyingkirkan Arif dengan segala cara. Jebakan dan strategi kotor mulai dilancarkan untuk menjatuhkanArif, hinggapada akhirnyaArif meminta diri kepada sang Raja untuk kembali ke perpustakaan kerajaan dan berkarir di bidang pendidikan saja. Sang Raja dengan berat hati mengijinkan Arif dan mengangkatAcuh sebagai penasehat kerajaan yang baru. Rakyatpun dengan sedih menerima kenyataan ini, tetapi demi menghindari perselisihan paham dan kepentingan masyarakat banyak, keputusan Arif ini merupakan yang terbaik. Sepeninggalannya,Arif berharap semua dapat tetap berjalan maju kedepan menuju kemakmuran dan kesejateraan masyarakat banyak yang lebih cerah. Acuh memang juga piawai dan cerdas, dengan singkat mampu menguasai urusan yang ditinggalkan Arif sebagai penasehat kerajaan. Namun, sayangnya ambisi pribadinya nampak lebih dominan dibanding menempatkan diri untuk kepentingan orang banyak. Sang raja nampak sudah mulai kehilangan kendali, Acuh mengendalikan segala urusan kerajaan dan menempatkan sang Raja hanya sebagai boneka. Pajak dan aturan-aturan dibuat untuk kepentingan Acuh sebagai pribadi tanpa memperdulikan kepentingan masyarakat. Masyarakat mulai resah dan geram, hidup melarat, pelayanan masyarakat sangat buruk, banyak kejahatan, kecurangan hingga penyakit. Namun dibalik istana, tampak semuanya semakin makmur dan berlebihan, ini dibuat untuk mengelabuhi Sang Raja. Semetara itu Acuh sibuk menumpuk kekayaan yang lebih besar, dia mendirikan istana peristirahatan yang megah dengan gemerlap emas permata. Arif sangat sedih melihat sepak terjang sahabatnya. Dia berpikir dan berusaha keras untuk membujuknya, tetapi semua usahanya sia sia belaka, bahkan sempat membuahkan ancaman terhadap jiwanya. Semua sudah terlambat, sahabatnya telah berubah menjadi monster tamak tanpa moral yang haus akan harta. Ditengah kepedihan rakyatnya datanglah kemarau panjang yang memperburuk keadaan, kelaparan dan penyakit merajalela, tetapi Acuh tetap tidak bergeming membangun istana barunya dengan sombongnya.

Aku harus mengembalikan kemakmuran negri ini kepada rakyat?teriak Arif memecah keheningan malam.Pagi harinya Arif memerintah orang untuk menebang 188 batang pohon terbesar terbaik yang memang tumbuh di hutan belakang komplek perpustakaan kerajaan dan memerintahkan untuk mempersembahkan kepadaAcuh sebagai bahan pembuatan istananya. Pucuk dicita ulam tiba, Acuh memang sedang mencari bahan kayu terbaik, dengan mendapat 188 batang kayu terbaik itu Acuh beranggapan Arif telah tunduk kepadanya, dengan kayu yang ada Acuh memerintahkan untuk membangun istana 3 tingkat yang sedianya direncanakan hanya untuk 1 tingkat saja. Proyek besar dengan kerja paksa siang malam dilakukan tanpa menghiraukan lingkungan sekitar dan bencana yang sedang melanda seluruh negri. Di sisi lain, tepat seperti apa yang diperhitungkan Arif, 188 batang pohon kayu terbaik tersebut telah membakar gagasan tamak si Acuh untuk memperbesar skala proyek istana pribadinya dan justru proyek inilah yang menjadi bomerang dan mencetuskan keberanian rakyat untuk menyatakan pendapat. Tepat pada perayaan festival perahu naga yang dihadiri sang raja hadir puluhan ribu rakyat dan pejabat dari seluruh penjuru negri Kemakmuran yang berbondong-bondong berlutut dihadapan sang raja. Rakyat menuntut keadilan dan mengungkapkan apa yang terjadi sebenarnya langsung dengan damai dihadapan sang raja. Akhirnya sang raja dengan dukungan rakyat memecat Acuh dari anggota istana dan mengusirnya keluar dari Negri Kemakmuran. Rakyat pun menuntut kembalinya Arif sebagai penasehat kerajaan untuk mendampingi sang raja untuk mengatasi bencana dan mengembalikan kemakmuran negri itu. Pembaca yang budiman, Pesan moral strategi ini.Tidak selalu harus menghentikan kebakaran dengan air, dengan berpihak pada kebenaran kolektif lingkungan, maka apipun dapat menjadi teman yang tepat untuk menghentikan kerusakan yang ditimbulkan akibat kebakaran. Menjadi seorang pemimpin, selain kompetensi pribadi kita harus peka akan kepentingan dan kebenaran koletif, serta dapat mengharmonisasi internal, ekternal dan alam yang setiap saat bisa menjadi faktor penentu terbesar. Kisah asli terjadi pada 499 BC, ketika Raja Yue tersingkir oleh Raja Wu. Kemudian para penjabat Wu menjadi korup tanpa memperhatikan kepentingan rakyat lagi. Raja Yue mempersembahkan harta terbaik untuk pada pejabat Wu yang semakin merusak moral pejabatnya, pada saat terjadi banjir besar ditengah kesengsaraan rakyat, rakyat berontak dan mendukung raja Yue, Yue pun memenangkan pertempuran.

Anda mungkin juga menyukai