Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Jalan Lapangan Banteng Timur 2-4 Jakarta 10710 Telepon 3521857 Faksimili 3521853
: Ibu Deputi Bidang Koordinasi Pertanian dan Kelautan : Asdep Urusan Perikanan dan Peternakan : Pernyataan sikap Petambak Plasma Bumi Dipasena : 1 (satu) berkas : Maret 2011
Menindaklanjuti disposisi Ibu Deputi nomor 38 tanggal 25 Januari 2011 terhadap surat dari Perhimpunan Petambak Plasma Udang Windu P3UW Lampung perihal tersebut diatas, bersama ini kami sampaikan dengan hormat ringkasan permasalahan yang terjadi di wilayah pertambakan Bumi Dipasena Kab. Tulang Bawang, Lampung dan saran untuk diambil tindakan terhadap masalah tersebut. Asisten Deputi Urusan Perikanan dan Peternakan,
Soetijono
A.
Kondisi Pertambakan Bumi Dipasena Wilayah pertambakan Bumi Dipasena Kec. Rawajitu Timur Kab. Tulang Bawang terdiri dari 16 Blok atau 8 Kampung, dengan luas wilayah 16.250 Ha, jumlah plasma 7.512 KK dan 37.560 orang anggota keluarga plasma. Jumlah karyawan tetap 2.500 orang dan karyawan outsourching sebanyak 3.500 orang. Pelaksanaan Revitalisasi di Kampung Bumi Dipasena Utama dimulai pada tanggal 24 Mei 2007 setelah Konsorsium Neptune (PT. Centra Proteina Prima) memenangkan tender pembelian aset eks PT.Dipasena. PT. CPP sebagai pemenang tender harus menyampaikan dan memenuhi hal-hal sebagai berikut: 1. Profil calon investor terdaftar yang menggambarkan pengalaman usaha dalam bidang perikanan. 2. Rencana usaha termasuk proyeksi arus kas yang menggambarkan: a. Rencana merevitalisasi plasma/inti b. Rencana penanganan hutang PT.Dipasena terhadap Recapital dan pihak ketiga. 3. Komitmen terhadap pembiayaan revitalisasi plasma sebesar Rp.880 milyar, termin pencairan pembiayaan kepada plasma dan jaminan komitmen pembiayaan plasma. Pelaksanaan Revitalisasi pada kenyataannya tidak dapat berjalan sesuai dengan rencana yang dijadwalkan. Beberapa permasalahan yang terjadi: 1. Rencana revitalisasi terhadap 16 blok baru terealisasi 5 blok sedangkan blok lainnya hanya mengikuti program semi revitalisasi. 2. Perubahan program revitalisasi menjadi semi revitalisasi disebabkan karena keterbatasan dana 3. Berdasarkan Perjanjian Kerjasama Inti Plasma bahwa siklus budidaya dilaksanakan selama 6 (enam) bulan sementara pada prakteknya selama 3 (tiga) tahun berjalan baru dilakukan 4 siklus budidaya sehingga hal ini menyebabkan kerugian bagi petambak yang berdampak pada pembengkakan bunga kredit, dan biaya listrik.
B.
Pengamanan
Revitalisasi
: Krisis moneter tahun 1998 berdampak pada usaha tambak udang yang dikelola oleh PT. Dipasena Group. Terjadi pemberontakan plasma terhadap inti terkait dengan hutang dan perjanjian kerjasamanya. : PT. Dipasena Group diambil alih oleh BPPN dan kemudian BPPN membentuk Tim Pemulihan untuk menangani masalah sosial kemasyarakatan, dan Plasma mau bekerjasama kembali dengan inti menggunakan PKS 2005 versi pemerintah. : PT. Dipasena diambil alih oleh PT. Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau disebut PT.PPA. Kemudian PT.PPA membuat program kerja Penjualan Aset dan Saham Dipasena Proup dengan Pengamanan Revitalisasi. : - PT.PPA menjual aset kepada Konsorsium Neptune (PT. Centra Proteina Prima/PT.Aruna Wijaya Sakti) dengan harga 668 Milyar. PT.CPP menyanggupi syarat dan menaruh dana sebesar 880 milyar untuk jaminan pembiayaan plasma - PT. CPP melakukan revitalisasi dengan merubah PKS pemerintah namun revitalisasi tidak berjalan sesuai jadwal. - Plasma menyampaikan teguran kepada Inti melalui media yang kemudian direspon oleh PT. CPP dengan membuat jadwal revitalisasi ke-2 yang akan dilaksanakan dalam waktu 18 bulan
2002 - 2003
2004 2006
2007 2008
2009 : - Plasma meminta inti untuk tetap melaksanakan jadwal revitalisasi ke-1 namun inti justru menjalankan jadwal revitalisasi ke-3 (april 2008 sept 2011). Secara sepihak inti merubah jadwal revitaliasasi ke-4 sehingga menyebabkan plasma melakukan demo. - Pemda Kab.Tulang Bawang berusaha mencari solusi dengan mempertemukan Inti dan Plasma. Pemerintah dalam hal ini Kemen.KP mengupayakan untuk mengambil alih revitalisasi. 2010 : - PT. CPP mengalami kondisi gagal bayar obligasi dan revitalisasi tidak berjalan, sehingga plasma dengan fasilitasi WALHI meminta bantuan
kepada Kemen.KP untuk menyelesaikan masalah. Kemen.KP memberikan batas waktu selama 3 bulan kepada PT. CPP untuk menyelesaikan revitalisasi dengan 3 opsi, yaitu: 1. Melanjutkan revitalisasi dengan dana sendiri 2. Mencari sumber pembiayaan lain apabila dana perusahaan tidak mencukupi 3. Menjual aset tambak udang plasma PT.AWS kepada perusahaan lain jika perusahaan tidak mampu melanjutkan revitalisasi tambak. - Pemda Tulang Bawang secara resmi menyampaikan fakta bahwa program revitalisasi tambak gagal dan mendorong Menteri Kelautan dan Perikanan dan pemerintah pusat untuk mengambil alih tambak Dipasena dan Pemda siap mencari investor baru. 2011 : - Sejak Februari 2010 hingga 2011 para petambak terpaksa melaksanakan revitalisasi dengan sistem semi intensif, namun pelaksanaan semi intensif belum sesuai dengan yang disampaikan pihak perusahaan. - Petambak berunjuk rasa ke perusahaan dan pihak kepolisian berusaha mendamaikan dengan mengundang rapat semua pihak terkait, namun hingga saat ini belum ada penyelesaian yang jelas.
C.
Langkah tindakan yang dilakukan oleh Himpunan Petambak Plasma Udang Windu Berdasarkan permasalahan diatas, pada tanggal 11 Januari 2011 Perhimpunan Petambak Plasma Udang Windu (P3UW) beserta anggota/petambak plasma yang berjumlah 7.512 orang menentukan sikap bersama secara aklamasi dan menyatakan bahwa: 1. PT. Aruna Wijaya Sakti/ PT. Centra Proteina Prima tidak mampu membina hubungan kerjasama yang harmonis dengan petambak plasma selaku mitra, karena terbukti tidak dapat menjalankan revitalisasi sesuai yang disepakati. 2. Angota P3UW memutuskan hubungan kerjasama kemitraan dengan PT. AWS/PT.CPP dan membubarkan Tim Plasma yang selama ini bertindak atas nama Plasma/ Angota P3UW. 3. Memohon kepada pemerintah untuk mengambil alih aset eks PT. Dipasena yang dijual ke konsorsium Neptune.
4.
5.
Memohon kepada pemerintah untuk memberikan perlindungan hukum dan pengamanan bagi plasma dalam menjalankan usaha secara mandiri setelah pemutusan hubungan kemitraan sampai dengan pemerintah mengambil langkah-langkah penyelesaian masalah plasma P3UW. Memohon kepada pemerintah untuk memberikan jaminan pasokan listrik bagi plasma dengan perhitungan biaya operasional akan ditangung oleh plasma berdasarkan kesepakatan bersama melalui P3UW dan pihak operator house yang ditunjuk pemerintah. Saran Tindak Lanjut
D.
Dengan mempertimbangkan bahwa permasalahan yang terjadi di Wilayah pertambakan Bumi Dipasena Kec. Rawajitu Timur Kab. Tulang Bawang telah berlangsung sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1998 dan hingga saat ini belum ada penyelesaian yang jelas menyangkut hidup plasma yang menggantungkan hidupnya dari usaha tambak udang di wilayah tersebut, serta dampak dari tidak beroperasinya tambak udang terhadap produksi udang nasional, perlu dilakukan langkah-langkah koordinasi, sebagai berikut: 1. 2. Rapat koordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mengkonfirmasi tindak lanjut penyelesaian yang sudah dilakukan oleh kementerian tersebut. Rapat koordinasi dengan instansi terkait meliputi KKP, Kementerian BUMN, Bapepam, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi dan UKM dan Pemda setempat, untuk membahas secara khusus program pemulihan tambak eks PT. Dipasena.