Anda di halaman 1dari 3

SUARA MERDEKA CYBER NEWS 27 Maret 2011 | 21:02 wib

Lereng Bukit Longsor, 55 Jiwa Mengungsi


Wonogiri, CyberNews. Bencana tanah longsor, terjadi di dua lokasi di wilayah Kabupaten Wonogiri. Yakni di Desa Dawungan Kecamatan Jatiroto, dan di Desa Padarangin, Kecamatan Slogohimo. Menyebabkan setidak-tidaknya 11 rumah penduduk rusak dan sekitar 55 jiwa penghuninya mengungsi. Musibah tanah longsor di Desa Dawungan Kecamatan Jatiroto, dipicu karena lereng Gunung Gede di Dusun Paran melorot. Dampaknya, mengakibatkan 10 rumah warga rusak, dan sekitar 50 jiwa penghuninya mengungsi ke rumah famili yang jauh dari bencana longsoran. "Tidak ada korban jiwa, karena penghuninya sempat menyelamatkan diri," ujar Kepala Urusan (Kaur) Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Desa Dawungan, Marjo, Minggu (27/3). Kerusakan rumah yang parah, menimpa rumah milik Bejo, Ny Samiyem, Ny Wilih dan Sadiman. Keempat rumah mereka roboh dan tertimbun material longsoran lereng bukit. "Karena kerusakannya parah, rumah-rumah itu kini dibongkar. Hanya saja, untuk kelanjutannya akan dipindahkan ke mana, mereka mengalami kesulitan tempat," kata Marjo. Pasalnya, mereka tidak memiliki tanah pekarangan atau tegalan yang layak untuk pendirian rumah-rumahnya. Warga mengatakan, proses melorotnya lereng Gunung Gede itu, berlangsung setiap kali turun hujan deras. Awalnya, material longsorannya merusak rumah rumah penduduk yang berposisi di atas. Tapi karena tanah lereng menjadi labil , dan proses melorotnya terus berlangsung, ikut menyebabkan pula kerusakan pada sejumlah rumah yang berada di bawahnya. Anggota DPRD Wonogiri, Wahyudi SH, yang berdomosili di Kecamatan Jatiroto, Minggu (27/3), mendesak Pemkab Wonogiri melalui instansi terkaitnya, dan juga lembaga kemanusiaan PMI, agar segera memberikan kepedulian untuk membantu para korban tanah longsor. "Mereka sangat membutuhkan bantuan bahan pangan dan kebutuhan dasar lainnya," ujar Wahyudi.

Di download pada tanggal 28 Maret 2011

ULASAN BERITA
1. LOKASI KEJADIAN Bencana tanah longsor, terjadi di dua lokasi di wilayah Kabupaten Wonogiri. Yakni di Desa Dawungan Kecamatan Jatiroto, dan di Desa Padarangin, Kecamatan Slogohimo. 2. PENYEBAB KEJADIAN Ketika tanah, batu, dan puing Bumi lainnya tak dapat bertahan bersama, tanah longsor pun terjadi. Gaya ke bawah tanah longsor bisa bergerak lambat (satu milimeter per tahun) atau bergerak cepat dengan efek berbahaya. Tanah longsor bisa dipicu gempa, aktivitas volkanik, perubahan air tanah, dan gangguan atau perubahan landaian. Hujan terus menerus dalam waktu singkat cenderung memicu aliran lumpur dan puing dangkal yang bergerak cepat. Hujan pelan dan konstan dalam waktu lama bisa memicu tanah longsor lebih dalam dan bergerak lambat. Bukti : Warga mengatakan, proses melorotnya lereng Gunung Gede itu, berlangsung setiap kali turun hujan deras. 3. AKIBAT KEJADIAN Menyebabkan setidak-tidaknya 11 rumah penduduk rusak dan sekitar 55 jiwa penghuninya mengungsi. Namun "Tidak ada korban jiwa, karena penghuninya sempat menyelamatkan diri," ujar Kepala Urusan (Kaur) Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Desa Dawungan, Marjo, Minggu (27/3). 4. METODE PENANGGULANGAN Prinsip dasar penanggulangan longsoran meliputi 1. Mengubah geometri lereng Perubahan geometri lereng ini pada prisnsipnya bertujuan untuk mengurangi gaya pendorong dari masa tanah atau gaya-gaya yang menggerakan yang menyebabkan gerakan lereng. Perbaikan dengan perubahan geometri lereng ini meliputi pelandaian kemiringan lereng dan pembuatan trap-trap/bangku/teras (benching) dengan perhitungan yang tepat 2. Mengendalikan air permukaan Air merupakan salah satu faktor penyumbang ketidakmantapan lereng, karena akn meninggikan tekanan air pori. Pengendalian air ini dapat dilakukan dengan cara sistem pengaturan drainase lereng baik dengan drainase permukaan maupun bawah permukaan. Pemilihan metode ini cocok digunakan dalam upaya pencegahan tetapi jika pada sebelumnya telah terjadi gerakantanah maka diperlukan beberapa metode penanggulangan sebagai pendukung. 3. Penanaman Pohon Dilajur Rawan Longsor Tumbuhan dapat digunakan untuk mengontrol erosi pada tanah yang tidak stabil. Metode penanaman ini bertujuan untuk melindungi lereng, karena akar-akar pohon akan menyerap air dan mencegah air berinfiltrasi ke dalam zona tanah tidak stabil. Akar-akaran dalam kelompoknya membentuk rakit yang menahan partikel tanah tetap di tempatnya. Dalam kondisi demikian umunua akar-akar tumbuhan menambah kuat geser tanah. 4. Sementasi grouting merupakan metode untuk memperkuat tanah/batuan atau memperkecil permeabilitas tanah/batuan dengan cara menyuntikkan pasta semen atau bahan kimia ke dalam lapisan tanah/batuan. Grouting merupakan suatu proses pemasukan suatu cairan dengan tekanan kedalam rongga atau pori rekahan dan kekar p batuan yang dalam ada waktu tertentu cairan tersebut akan menjadi padat dan keras secara fisika maupun kimiawi, dengan tujuan untuk menurunkan permeabilitas, meningkatkan kuat geser, mengurangi kompresibilitas, mengurangi potensi erosi internal terutama pada pondasi alluvial. Grouting

adalah penyuntikan bahan semi kental (slurry material) ke dalam material tanah/batuan dengan bertekanan dan melalui lubang bor spesial, dengan tujuan menutup diskontinuitas terbuka rongga-rongga dan lubang- lubang pada lapisan/strata yang dituju. Untuk perhitungan, antara lain, ketebalan lapisan batu, kuat tekan bebas, analisis kemantapan lereng, dan sebagainya menggunakan beberapa rumus salah satu di antaranya adalah, kepadatan relatif (pengujian kepadatan relatif adalah hanya untuk pasir urai), dinyatakan dengan rumus :

emax e Dr = emax - e min


Dimana: e =angka pori asli (awal) emax =angka pori pada keadaan urai. E = angka pori pada keadaan paling padat.

Anda mungkin juga menyukai