Anda di halaman 1dari 2

LANDASAN: Q.S. AL-AHZAB : 21, Artinya: SungguhpadadiriRasulullahterdapatsuritauladan (uswahhasanah) bagikamusekalian Ciri-ciriakhlakpemimpin: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Mencitaikebenaran Dapatmenjagaamanahdankepercayaa n orang lain.

Ikhlasdanmemilikisemangatpengabdia n. Baikdalampergaulanmasyarakat. Bijaksana. (1-5 dari Al Qur an) Memimpinuntukmelayanidandilayani. Zuhudterhadapkekuasaan. Jujurdantidakmunafiq Memilikivisikeumatan (terbebasdarifanatisme) Memilikitanggungjawab moral. (6-10 dari al-hadis).

Pemimpin yang dicintai. Pemimpin yang dipercaya. Pemimpinsebagaipembimbing. Pemimpinberkepribadian. Pemimpinabadi. Pemimpinsejatiadalahseseorang yang memimpindengansuarahati (god spot) yang ikhlas. Ciri masy.madani:  pertama, diakui dan dilindunginya hak-hak individu dan kemerdekaan berserikat yang mandiri di negara.  Kedua, adanya ruang publik yang memberi kebebasan bagi siapa saja untuk mengartikulasikan isu-isu politik.  Ketiga, terdapatnya gerakan kemasyarakatan yang secara bersamasama menganut norma-norma dan nilai-nilai budaya tertentu sebagai dasar, baik dalam mengambil identitas maupun dalam membentuk kebersamaan.  Keempat, terdapatnya kelompok inti di antara kelompok pertengahan yang mengakar dalam masyarakat yang menggerakkan masyarakat dan melakukan modernisasi sosial ekonomi KARAKTER KEPEMIMPINAN MASYARAKAT MADANI  Keempat ciri masyarakat madani di atas secara integratif harus menjadi karakterisik (dapat disebut sebagai kriteria) kepemimpinan negara.  Visi, misi, dan tugas seorang kepala pemerintahan harus berbasis pada empat ciri tersebut di atas.  Artinya, untuk mewujudkan masyarakat madani dibutuhkan sebuah pemerintah yang mampu melindungi hak-hak individu masyarakat, memberi kebebasan berpendapat, maupun menjamin kesejahteraan rakyat.  Masyarakat juga memiliki peran yang besar untuk mewujudkan harapan ini.  Kerjasama yang sinergis dan harmonis antara pemerintah dan masyarakat sangat menentukan terwujudnya masyarakat madani.       KARAKTER KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD DI MADINAH  Karakteristik kepemimpinan dalam masyarakat madani dapat dilihat dari praktik Nabi di Madinah.  Nabi menghadapi realitas yang bernama pluralisme. Di Madinah terdapat beragam agama, yaitu: Islam, Yahudi, Kristen, Sabi in dan Majusi.  Terdapat beragam suku yang sebelum Nabi datang ke Madinah selalu bertentangan, yaitu Bani Nadir, Qoynuqa , dan Quraydzah.  Dalam kalangan Islam juga terdapat dua golongan yaitu golongan Anshar

dan Muhajirin. Dalam menghadapi dampak negatif yang muncul akibat pluralisme ini, Nabi dipercaya oleh masyarakat Madinah untuk mengelola pluralisme itu agar tidak terjadi lagi gejolak perebutan pengaruh dan kekuasaan antar kelompok seperti yang pernah terjadi.  Oleh karenanya, di tengah kemajemukan itulah, kemudian Nabi mengeluarkan konstitusi yang kemudian disebut Piagam Madinah (The Constitution of Medina), setelah berupaya mempersaudara kan antara para muslim pendatang dan muslim Madinah  Dalam membangun Negara Madinah,Nabi berpegang pada dua prinsip yang tertuang dalam Piagam Madinah, yaitu:  pertama, prinsip kesederajatan dan keadilan (equal and justice).  Kedua, prinsip inklusivisme (keterbukaan).  Prinsip kesederajatan dan keadilan ini mencakup semua aspek, baik politik (dengan mengakomodasikan seluruh kepentingan masyarakat), ekonomi (dengan menerapkan prinsip egalitarianisme) maupun hukum (dengan memandang semua manusia sama di depan hukum).  Dalam hal prinsip kesederajatan dan keadilan ini, Nabi secara tegas menyatakan prinsip ini harus ditegakkan pada siapapun dan kapanpun, walaupun itu terhadap keluarga sendiri.  Dengan kata lain, prinsip ini harus ditegakkan tanpa pandang bulu, sehingga kepastian hukum akan benar-benar dirasakan oleh semua anggota masyarakat.  Inklusivisme adalah kerendahan hati untuk tidak merasa selalu benar, kemudian kesediaan mendengar pendapat orang lain untuk diambil dan diikuti mana yang terbaik.  Tidak jarang beliau mendengar dan menerima kritik dari para sahabat, terlebih Sahabat Umar bin Khattab yang terkenal sangat kritis.  Umar tidak dianggap sebagai rival, makar atau sebutan negatif lainnya, kendatipun kritikan itu ditujukan pada Nabi selaku pemimpinnya.  Dalam sejarah, tercatat bahwa Nabi telah berhasil secara gemilang membangun masyarakat berperadaban, sehingga dikagumi di Timur dan Barat.  Hal itu tidak lain karena beliau menerapkan secara konsisten dan benar prinsip kesederajatan dan keadilan (equal and justice) dan inklusivisme yang merupakan basis tegaknya peradaban dengan landasan ilahiah yang mengakar kuat Kepemimpinan dalam Masyarakat Madani Menurut al-Qur an Masyarakat madani sebagaimana dicita-citakan umat Islam dapat dipahami sebagai masyarakat demokratis yang bersendikan pada prinsip-prinsip Al-Qur n. Al-Qur n menyebut masyarakat yang baik dan berperadaban (masyarakat madani) dengan tiga ungkapan. Dalam konteks kepemimpinan, baik skala makro (negara) maupun mikro (institusi keluarga), ketiga ungkapan itu harus terefleksi dalam diri seorang pemimpin. Lebih lagi dalam konteks kepemimpinan negara seperti Indonesia yang nota bene memiliki sistem kebudayaan dan kepercayaan yang sangat plural

Khairu ummah (masyarakat terbaik) ) (110 : Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan di lingkungan manusia, memerintah kepada yang baik, dan mencegah dari yang mungkar, serta beriman kepada Allah... (Ali Imran: 110). Imbauan pada Ali Imran: 110 di atas, akan menimbulkan respon berupa upaya pembentukan suatu masyarakat, di mana pemerintah dan negara menjadi bagiannya. Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat dengan ciri-ciri tertentu, yaitu penduduknya beriman dan di dalamnya terdapat mekanisme kelembagaan maupun non kelembagaan yang bisa berfungsi melaksanakan al-amru bi al-ma ruf wa al-nahyu an al-munkar. Dengan pemberian kualitas itu, masyarakat yang digambarkan AlQur n merupakan masyarakat yang berproses menuju dan memiliki kecenderungan pada nilai-nilai keutamaan yang landasannya adalah iman tauhid Ummah wasath (masyarakat pertengahan dan masyarakat seimbang). Ummah wasath (masyarakat pertengahan dan masyarakat seimbang). Allah berfirman: (143 : ) Karena itu kami jadikan kamu umat yang meniti jalan tengah, agar kamu menjadi saksi bagi orang banyak dan rasul menjadi saksi bagimu.. (AlBaqarah: 143). Menurut al-Baqarah: 143, letak keutamaan masyarakat yang baik dan berperadaban adalah pada cirinya yang wasath, moderat dan berada di tengah-tengah serta berimbang secara adil. Bahkan lebih dari itu, bahwa masyarakat Islam tidak saja berimbang secara adil, tetapi juga secara ideal diilhami oleh misi moral dan sikap aktif (QS Al-Ra du: 11) Posisi tengah itu bisa ditempuh dengan berdiri persis di tengah atau dengan menggabungkan yang terbaik dari dua gejala yang bertentangan Posisi tengah ini akan menciptakan iklim kondusif bagi terciptanya sistem check and balance yang menjadi pilar utama penegakan demokrasi. Ini dapat terjadi antar sesama anggota masyarakat sebagai kontrol sosial atau antar masyarakat dengan pemerintah sebagai sebuah fungsi dan aktivitas politik yang dapat dijalanan di dalam maupun di luar partai politik Ummah muqtashidah (masyarakat pertengahan / moderat) (66 : ) Sekiranya mereka menegakkan Taurat dan Injil dan kitab-kitab yang diturunkan dari Tuhan mereka, pasti mereka akan diberi rizki yang melimpah ruah baik dari atas maupun dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada yang menempuh jalan yang benar, tapi kebanyakan mereka amat buruk kelakuannya . (AlMaidah: 66). Kata muqtashid dalam Al-Maidah: 66 berarti hemat, tidak pelit dan tidak boros.

Ia juga berarti lurus, sedang, pertengahan atau sederhana. Menurut Rasyid Ridha, ummah muqtashidah adalah kelompok kecil dalam masyarakat yang tetap setia menebarkan kebaikan dan perbaikan serta meminimalisir kerusakan. Dari sini tampak bahwa kandungan makna kata ini relatif sama dengan ummah wasath yaitu bermakna moderat dan berfungsi memelihara konsistensi penerapan nilai-nilai utama di lingkungan komunitas yang telah menyimpang Mendasar pada tiga prinsip Qur ani di atas, karakteristik kepemimpinan dalam masyarakat madani adalah sebagai berikut: Menjadi yang terbaik (khair, the best), yaitu memiliki semangat amar ma ruf yang dapat diartikan sebagai humanisasi dan emansipasi, serta semangat nahi munkar yang dapat diterjemahkan sebagai liberasi, yang pada akhirnya melahirkan semangat transformasi dengan dibingkai oleh nilai-inilai transendental. Moderat, yaitu berada di tengah-tengah, proporsional, berimbang secara adil. Karakater ini akan melahirkan terciptanya keadilan sosial, baik di bidang hukum, ekonomi, maupun politik. Mempunyai kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi dengan cara menebarkan kebaikan (konstruktif) serta seoptimal mungkin mencegah kerusakan. Masyarakat itu mampu mengatur dirinya (self regulating) tanpa paksaan eksternal dan berorientasi pada perubahan. Ini dilandasi oleh ayat yang artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang terdapat pada (keadaan) satu kaum (masyarakat), sehingga mengubah apa yang terdapat dalam diri (sikap mental) mereka (QS.Al-Ra du: 11). POLA KEPEMIMPINAN YG DINAMIS Masyarakat manusia dengan berbagai bentuknya adalah bersifat dinamis, karenanya pola kepemimpinan yang baik harus selalu memperhatikan dinamika masyarakatnya. Tak ada masyarakat atau pemerintahan yang bertahan selama-lamanya (QS. AlA raf: 34) ANUGERAH MEMIMPIN Menurut Al-Qur n anugerah untuk memimpin berupa kekuasaan politik adalah karunia Allah bagi manusia (QS.Al Hud: 61; Al Baqarah: 30). Penganugerahan ini dilakukan melalui suatu ikatan perjanjian, baik antara penguasa dengan Allah (al- ahd) (QS Al Baqarah:124) maupun dengan masyarakat (bai at) (QS Al Mumtahanah:12). Perjanjian itu merupakan amanat yang harus ditunaikan. Atas dasar ini, tidak

heran jika perintah taat pada penguasa (ulil amri) didahului dengan perintah menunaikan amanah (QS An Nisa :58-59).

Anda mungkin juga menyukai