Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Elektronika

Elektronika adalah ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) tentang pengendalian partikel bermuatan di dalam ruang hampa, gas, dan bahan semikonduktor. Elektronika yang berhubungan dengan pengendalian partikel bermuatan dalam ruang hampa akan mempelajari piranti-piranti elektronika seperti pentode tabung hampa atau tabung elektron. Contoh: piranti tabung hampa (vacuum tube) adalah piranti yang a pada radio-radio kuno. Contoh piranti elektronika tabung hampa lainnya adalah CRT (cathode-ray tube) atau tabung sinar katode yang banyak dijumpai pada pesawat televisi dan osiloskop (CRO: cathode-ray oscilloscope). Elektronika yang berhubungan dengan pengendalian partikel bermuatan dalam gas akan mempelajari piranti-piranti elektronika seperti tabung-tabung foto jenis gas (gas-type phototubes) yang digunakan dalam industri per-film-an sebagai sound-on-film sensors. Elektronika yang berhubungan dengan pengendalian partikel bermuatan dalam semikonduktor akan mempelajari pirantipiranti elektronika semikonduktor seperti diode (gambar b), transistor (gambar a), dan IC (gambar c).

Perkembangan teknologi elektronika


Perkembangan teknologi elektronika yang sangat pesat dalam dasawarsa belakangan ini telah mengarah kepada suatu bentuk teknologi yang menumpukan kepada teknik men-desain piranti dari satuan atom atau molekul yang dikenal dengan istilah elektronika molekul. Sejak Aviram mengusulkan desain piranti diode berbasis molekul pada tahun 1974 dan Carter menyarankan konsep piranti molekul pada akhir tahun 70-an maka teknologi elektronika molekul mendapat perhatian yang serius di kalangan perancang teknologi masa depan [1-3]. Teknologi elektronika molekul menjanjikan prospek masa depan karena mampu menyederhanakan dimensi serta meningkatkan kemampuan berbagai piranti bagi suatu sistem teknologi. Ada tiga faktor penting yang menjadi dasar bagi realisasi teknologi tersebut yaitu :

1. Perkembangan yang sangat cepat di bidang teknologi mikroelektronika. Hal ini ditunjukkan dengan ukuran piranti elektronika semakin lama menjadi semakin kecil dengan kelajuan eksponensial yang mengarah kepada skala molekul serta peningkatan kemampuan piranti tersebut. 2. Perkembangan elektronika molekul tidak bisa dihindari sejalan dengan perkembangan teknologi komputer. Komputer yang handal memerlukan kecepatan kalkulasi yang sangat tinggi, mempunyai kemampuan dalam menyimpan data dengan cepat dan dalam jumlah yang sangat besar. 3. Perkembangan ilmu pengetahuan modern telah berada pada taraf menangani piranti dalam skala nano (10-9 m), sehingga muncul interdisipliner seperti nanoteknologi, bioteknologi, dan ilmu supramolekul yang memungkinkan untuk memanipulasi

satuan atom atau molekul untuk bersama-sama digabungkan menjadi struktur supramolekul bagi suatu bentuk piranti yang terpadu.

Perkembangan Teknologi Mikroelektronika


Sebagai salah satu contoh kemajuan pesat teknologi di bidang teknologi mikroelektronika adalah piranti microprocessor. Dewasa ini (tahun 1997) dalam satu piranti microprocessor dapat memuat 7.5 juta piranti transistor. Jumlah ini merupakan peningkatan sebesar 2 juta dari dua tahun sebelumnya (1995). Jumlah tersebut akan terus meningkat dari waktu ke waktu sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1, dan diperkirakan pada tahun 2011 piranti microprocessor akan bisa memuat 1 milyar buah transistor yang dapat mengirimkan 100 milyar instruksi per detik [4]. Kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi microprocessor ini akan mengimbas aspek lain di bidang teknologi komputer dan pemrosesan data. Upaya meningkatkan jumlah transistor dalam suatu piranti microprocessor tidak bisa lepas dari kemajuan yang dicapai dalam memperkecil dimensi piranti tersebut yang salah satu faktornya adalah adanya perkembangan teknik litografi. Di dalam teknik litografi, dengan menggunakan sumber cahaya Extreme Ultra-Violet (EUV) dapat dibentuk garis circuit piranti yang lebarnya < 0.1 Q m (10-7 m). Dewasa ini sedang dikaji penggunaan sumber Soft X-ray yang diharapkan akan dapat dibentuk garis circuit lebih kecil lagi yang berarti jumlah circuit piranti yang dapat dibuat semakin banyak.

Teknik Rekayasa Molekul


Beberapa teknik yang telah lama digunakan untuk melakukan riset di bidang elektronika molekul adalah teknik Langmuir-Blodgett, Spin-Coating, dan Self-Assembly [5] seperti yang akan diuraikan di bawah. Teknik - teknik tersebut dipergunakan untuk merekayasa molekul yaitu menyusun molekul dengan orientasi yang teratur dan homogen dalam bentuk lapisan tipis (thin film) dan memendapkannya baik berujud mono-lapis atau multilapis bagi perancangan piranti elektronika seperti dioda, transistor, sensor, dan lain-lain. Sifat-sifat film yang dimendapkan akan sangat bergantung kepada jenis molekul dari bahan yang digunakannya yaitu bersifat insulator, semikonduktor, konduktor atau superkonduktor. Rekayasa molekul memungkinkan untuk menggabungkan berbagai jenis molekul yang berarti menggabungkan berbagai sifat-sifat molekul yang ada. 1. Langmuir-Blodgett Teknik Langmuir-Blodgett (LB) memungkinkan untuk menyusun molekul dalam bentuk thin film monolapis [6]. Nama Langmuir-Blodgett diambil dari dua peneliti yaitu Irving Langmuir dan Katherine Blodgett yang telah berjasa mengembangkan teknik tersebut pada tahun 1930an. Dengan teknik ini dimungkinkan untuk menyusun molekul film dan memendapkannya dalam skala Angstrom (10-10 m) dengan kualitas lapisan yang homogen. 2. Spin-Coating Dengan menggunakan teknik spin-coating lapisan molekul akan bisa dibuat sebagai film yaitu dengan cara menyebarkan larutan film ke atas substrat terlebih dahulu, kemudian substrat diputar dengan kecepatan konstant tertentu agar dapat diperoleh mendapan film di atas substrat. Semakin cepat putaran, akan diperoleh film yang semakin homogen dan tipis. Teknik ini telah dipergunakan untuk memendapkan thin film bagi keperluan piranti non-linear optik. Bahan film yang memungkinkan dimendapkan menggunakan teknik ini adalah dari berbagai bahan organik ataupun organometallic. Dibandingkan dengan teknik LB, maka teknik ini lebih mudah dan lebih banyak jenis bahan yang bisa dimendapkan. Di sisi lain kesempurnaan dalam mengatur molekul film tidak sebaik jika dibandingkan dengan yang diperoleh

menggunakan teknik LB. Namun, dengan berbagai cara, dimungkinkan untuk mendapatkan kualitas film yang makin sempurna. 3. Self-Assembly Teknik ini dipergunakan untuk mengatur molekul agar dapat dimendapkan monolapis film yang diperoleh dengan cara mencelupkan substrat ke dalam suatu larutan tertentu [7] sehingga ikatan antar molekul dengan substrat didasarkan kepada tarikan elektrostatis kation dan anion. Dewasa ini teknik self-assembly telah digunakan untuk menghasilkan monolapis atau multilapis lipid dan protein yang dimendapkan di atas substrat silikon untuk membuat piranti 'bioelectronics molecular'. Dibandingkan dengan teknik LB dan spin coating, maka teknik self-assembly akan dapat menghasilkan ikatan film yang cukup kuat, namun sejauh ini jenis bahan yang bisa direkayasa masih sangat terbatas.

Pengembangannya di Indonesia
Sejauh ini nampaknya belum banyak penelitian yang mengarah kepada bidang elektronika molekul dikarenakan beberapa sebab yang salah satunya adalah pengembangan teknologi yang didasarkan kepada kerjasama inter-disipliner belum begitu maju, juga trend pengembangan teknologi yang ada sebagian besar masih diprioritaskan kepada upaya mengejar ketertinggalan teknologi yang sedang nampak. Meskipun demikian, diharapkan dalam waktu dekat riset di bidang ini telah mulai diberi perhatian sebagaimana yang terjadi di dunia Barat dan Jepang. Sehingga kita tidak terkejut atau terlalu berat untuk mengejarnya jika teknologi elektronika molekul ini akhirnya muncul dan menggantikan trend teknologi yang ada sekarang. Banyak aspek yang mendukung untuk mengawali penelitian di bidang elektronika molekul antara lain yaitu konsep dasar peralatan yang dipergunakan untuk merekayasa molekul adalah relatif murah sehingga budget untuk pengoperasiannya bisa dijangkau oleh banyak institusi riset di Indonesia. Faktor lain adalah sumber alam di Indonesia yang memungkinkan untuk mengeksplorasi berbagai bahan dan membuat sintesis bahan baru bagi keperluan berbagai desain.

Referensi :
1. Y. Wei, Z. Lu, C. Yuan dan Q. Gan., IEEE Engineering in Medicine and Biology, edisi Juli/Agustus 1997, hal. 53 - 61. 2. F.L. Carter (editor), Molecular Electronic Devices, Marcel Dekker, New York, 1982. 3. F.L. Carter, R.E. Siatkowski, dan H. Wohltjen (editor), Molecular Electronic Devices, North-Holland, Amsterdam, 1988. 4. I. Goodwin, Physics Today, edisi Oktober 1997, hal. 85 - 86. 5. A.K. Ray, IEE Proc.-Circuit Devices Sys., 44(2), 1997, hal. 107. 6. M.C. Petty, Langmuir-Blodgett Films, Cambridge Press, 1996, hal. 155 - 156. 7. Hariyadi, "The Switching Diode using a Langmuir-Blodgett Film", Prosiding Seminar Fisika ke XII, HFI cab. Yogyakarta & Jawa Tengah, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1994, hal. 36 - 42. 8. Rudiono dan M. Takeuchi, Japanese Journal of Applied Physics, Vol. 36(1997), hal. L127 - L129. 9. M.T. Fowler, M. Suzuki, A.K. Angel, K. Adano, dan T. Itoh, Journal of Applied Physics, 62(8), 15 Oktober 1987, hal. 3427 - 3431. 10. 10. G.G. Robert (editor), Langmuir-Blodgett Films, Plenum Press, New York, 1990, hal. 27.

11. A. Ulman, An Introduction to Ultrathin Organic Films from Langmuir-Blodgett to Self-Assembly, Academic Press, Inc., 1991, hal. 237. 12. H. Wohltjen, W.R. Barger, A.W. Snow, dan N.L. Jarvis, IEEE Trans. Elec. Dev., ED32, 1985, hal. 1170 - 1174.

Elektronika : dari Mikro ke Nano


Home Halaman Muka

Sajian Utama Komunikasi Komputer Energi Elektronika

Orde mikro (m) dalam satuan menunjukkan nilai sepersejuta (10-6). Satu mikrometer (1mm) misalnya, nilainya sama dengan sepersejuta meter (10-6 m). Sedang nano (n) menunjukkan nilai seper satu milyar (10-9). Satu nano gram (1 ng) nilainya sama dengan seper satu milyar gram (10-9 g). Orde mikro adalah 1000 kali lebih besar dibandingkan orde nano, atau sebaliknya orde nano adalah seperseribu dari orde mikro.

Kalau dalam dunia elektronika kita mengenal komponen yang disebut mikrochip, berarti di dalam chip elektronik itu terdapat ribuan bahkan jutaan komponen renik berorde mikro. Jika teknologi elektronika kini mulai bergeser dari mikroelektronika ke nanoelektronika, hal ini berarti bahwa komponen-komponen elektronik yang digunakan berode nano atau setingkat molekuler, bagian terkecil dari suatu materi. Berarti pula seribu kali lebih kecil dibandingkan ukuran komponen yang ada dalam mikrochip saat ini.

Sekitar tahun 1920-an, lahir konsep baru di beberapa pusat penelitian fisika di Heidelberg, Gottingen, dan Kopenhagen. Konsep baru tersebut adalah kuantum mekanika atau kuantum fisika yang semula dipelopori oleh Max Planck dan Albert Einstein, kemudian dilanjutkan oleh ilmuwan seperti Niels Bohr, Schrodinger, Max Born, Samuel A. Goudsmith, Heisenberg dan lain-lain. Konsep ini secara fundamental mengubah prinsip kontinuitas energi menjadi konsep diskrit yang benar-benar mengubah fikiran yang sudah berjalan lebih dari satu abad. Sisi lain yang tak kalah mengejutkan sebagai akibat lahirnya konsep kuantum in adalah lahirnya fisika zat padat oleh F. Seitz dan fisika semikonduktor oleh J. Bardeen di Amerika Serikat, W.B. Sockley di Inggris dan Love di Rusia pada tahun 1940. Kemajuan riset dalam bidang fisika telah mengantarkan para fisikawan dapat meneliti dan mempelajari berbagai sifat kelistrikan zat padat. Dari penelitian ini telah ditemukan bahan semikonduktor yang mempunyai sifat listrik antara konduktor dan isolator. Penemuan bahan semikonduktor kemudian disusul dengan penemuan komponen elektronik yang disebut transistor. Dalam perjalanan berikutnya, transistor tidak hanya mengubah secara mencolok berbagai aspek kehidupan moderen, tetapi transistor tergolong salah satu dari beberapa penemuan moderen yang memajukan teknologi dengan biaya rendah. Transistor dapat dihubungkan pada rangkaian elektronik sebagai komponen terpisah atau dalam bentuk terpadu pada suatu chip. Pada tahun 1958, insinyur di dua perusahaan elektronik, Kilby (Texas Instrument) dan Robert Noyce (Fairchild) telah memperkenalkan ide rangkaian terpadu monolitik yang dikenal dengan nama IC (integrated circuit). Kemajuan dalam bidang mikroelektronika ini tidak terlepas dari penemuan bahan semikonduktor maupun transistor. Komputer digital berkecepatan tinggi bisa terwujud berkat penggunaan transistor dalam IC yang merupakan kumpulan jutaan transistor renik yang menempati ruangan sangat kecik, yang semula hanya bisa ditempati oleh sebuah transistor saja. Serba Kecil
Berbagai produk monumental dari perkembangan teknologi elektronika hadir di sekeliling kita. Namun teknologi mikroelektronika bukan sekedar menghadirkan produk, tetapi juga menampilkan produk itu dalam bentuk dan ukuran yang makin lama makin kecil dengan kemampuan kerja yang lebih tinggi. Dapat kita sebut disini sebagai contoh adalah munculnya komputer dan telepon selule r (ponsel). Bentuk dini komputer moderen telah menggunakan elektronika pada rangkaian -rangkaian logika, memori dan sistim angka biner. Komputer yang dibuat oleh J. Presper Eckert dan John W. Mauchly itu diberi nama ABC (Atonosoff-Berry Computer) yang diperkenalkan pada tahun 1942. Komputer ini berukuran sangat besar, sebesar salah satu kamar di rumah kita, karena di dalamnya menggunakan 18 ribu tabung hampa.

Komputer elektronik generasi pertama yang diberi nama ENIAC (Electronic Numerical Integrator And Computer) dikembangkan pada zaman Perang Dunia Kedua dan dipakai untuk menghitung tabel lintasan peluru dalam kegiatan militer. Pergeseran penting dalam elektronika telah terjadi pada akhir tahun 1940-an. Fungsi tabung-tabung elektronik saat itu mulai digantikan oleh transistor yang dibuat dari bahan semikonduktor. Penggunaan transistor yang mulai mencuat ke permukaan pada tahun '70-an ternyata memiliki beberapa kelebihan dibandingkan tabung hampa elektronik, antara lain :
y y

Transistor lebih sederhana sehingga dapat diproduksi dengan biaya lebih rendah. Transistor mengkonsumsi daya yang lebih rendah dibandingkan tabung hampa.

y y y y

Transistor dapat dioperasikan dalam keadaan dingin sehingga tidak perlu waktu untuk pemanasan. Ukuran transistor jauh lebih kecil dibandingkan tabung hampa. Daya tahan transistor lebih lama dan dapat mencapai beberapa dasawarsa. Transistor mempunyai daya tahan yang tinggi tehadap goncangan dan getaran.

Komputer generasi kedua yang telah menggunakan transistor adalah IBM 1401 yang diluncurk an oleh IBM pada tahun 1959. Sebelumnya juga telah diluncurkan IBM 701 pada tahun 1953 dan IBM 650 pada tahun 1954. Munculnya rangkaian terpadu atau integrated circuit (IC) ternyata telah menggusur dan mengakhiri riwayat keberadaan transistor. Komputer generasi ketiga adalah sistim 360 yang juga diluncurkan oleh IBM. Dalam komputer ini telah menggunakan IC, yang kemudian disusul dengan penggunaan large scale integration (LSI), dan selanjutnya very large scale integration (VLSI). Pada tahun 1971, MITS Inc. meluncurkan ALTAIR, komputer mikro pertama yang menggunakan mikroprosesor Intel 8080. Komputer elektronik generasi berikutnya dikembangkan dengan menggunakan mikroprosesor yang makin renik sehingga secara fisik tampil dengan ukuran yang lebih kecil, namun dengan kecepatan kerja yang jauh lebih tinggi. Pengaruh kemajuan dalam teknologi elektronika ini demikian pesatnya mengubah wajah teknologi dalam bidang telekomunikasi dan automatisasi. Kemajuan dalam kedua bidang tersebut menyebabkan kontribusi sain ke dalam teknologi yang sangat besar, hampir mencapai 50 % dalam proses, sehingga teknologi semacam ini disebut High-Technology.

Selain pada komputer, kita juga bisa menyaksikan produk elektronik berupa ponsel yang proses miniaturisasinya seakan tak pernah berhenti, baik dalam aspek disain produknya maupun dalam aspek teknologi mikroelektronikanya. Sebagai anak kandung jagad mikroelektronika, kehadiran ponsel selalu mengikuti perkembangan teknologi mikroelektronika sehingga dapat tampil semakin mungil dan lebih multi fungsi dibandingkan generasi sebelumnya. Mengecilnya ponsel juga didukung oleh kemampuan para ahli dalam mengintegrasikan berbagai komponen baru yang ukurannya lebih kecil seperti mikrochip, yang kemampuannya selalu meningkat seiring dengan perjalanan waktu, dan semakin banyak fungsi yang dapat dijalankannya. Kini ponsel dengan berbagai fasilitas di dalamnya bisa masuk ke dalam genggaman tangan. Beralih ke Nanoteknologi
Perkembangan teknologi telah mengantarkan elektronika beralih dari orde mikro ke nano, yang berarti komponen elektronika kelak dapat dibuat dalam ukuran seribu kali lebih kecil dibandingkan generasi mikroelektronika sebelumnya. Pada awal tahun '90-an, Dr. Rohrer, penemu tunneling electron microscope dan pemenang hadiah Nobel bidang fisika tahun 1986, meramalkan bahwa mikroelektronika akan segera digantikan oleh nanoelektronika atau quantum dot. Sedang prof. Petel (president UCLA) meramalkan bahwa teknologi photonik akan menggantikan mikroelektronika di awal abad 21 ini. Feyman pada akhir tahun 1959 juga telah meramalkan akan hadirnya teknologi ini pada abad 21.

Para perintis nanoteknologi, suatu bidang baru teknologi miniatur, telah melihat kemungkinan penggunaan materi seukuran molekul untuk membuat komponen elektronika di masa depan. Dalam teknologi ini, ukuran sirkuit-sirkuit elektronika bisa jadi akan lebih kecil

dibandingkan garis tengah potongan rambut atau bahkan seukuran dengan diameter sel darah manusia. Ukuran transistor di masa mendatang akan menjadi sangat kecil berskala atom yang disebut quantum dot. Suatu ketika di bulam Mei 1988, dalam acara konferensi pengembangan antariksa di Pittsburg, K. Eric Drexler, pakar komputer dari Universitas Stanford, Amerika Serikat, mengemukakan tentang peluang pengembangan nanoteknologi di masa mendatang. Teknologi ini didasarkan pada kemampuan membuat perangkat elektronika dengan ketelitian setingkat ukuran atom. Drexler melihat bahwa makhluk hidup merupakan bukti adanya nanoteknologi. Dexler menguraikan kemungkinan pembuatan alat seukuran molekul yang proses kerjanya menyerupai molekul dari protein yang menjalankan fungsinya di dalam tubuh manusia. Drexler juga meramalkan bahwa zaman nanoteknologi akan dimulai memasuki awal milenium tiga ini. Dengan beralih ke nanoteknologi ini, tentu saja bidang yang paling banyak dipengaruhi adalah dalam disain komputer. Molekul-molekul akan dihimpun sehingga membentuk komponen elektronika yang mampu menjalankan tugas tertentu. Suatu terobosan besar akan terjadi bila para pakar dapat mewujudkan hal tersebut untuk membuat nanokomputer. Dengan komponen seukuran molekul, nanokomputer dapat masuk ke dalam kotak seukuran satu mikrometer. Komputer ini mampu bekerja ratusan ribu kali lebih cepat dibandingkan mikrokomputer elektronik yang ada saat ini. Penelitian yang kini sedang dilakukan oleh para pakar adalah mengembangkan metode penggantian dengan materi protein terhadap molekul, alat memori dan struktur lain yang kini ada di dalam komputer. Jacob Hanker, profesor rekayasa biomedik dari Universitas North Caroline, AS, telah berhasil melakukan percobaan membuat komponen semikonduktor dengan bahan-bahan biologis. Mesin-mesin elektronik yang dinamai juga kuantum elektronik akan memiliki kemampuan mengolah pulsa yang jauh lebih besar. Kuantum teknologi ini akan mampu menerobos keterbatasan dan kejenuhan mikroelektronika yang ada saat ini. Perusahaan komputer IBM saat ini sedang merancang komputer dengan teknologi kuantum yang disebut kuantum komputer. Jika komputer tersebut telah memasuki pasar, maka komputer generasi pendahulu yang masih menggunakan teknologi mikroelektronika bakal tersingkir. Teknologi baru ini bakal segera mengubah sistim jaringan telekomunikasi di awal milenium tiga ini. Teknologi ini juga akan membawa dunia kepada ciri-ciri baru dalam perangkat teknologinya, yaitu : berukuran sangat kecil, berkerapatan tinggi, kecepatan kerjanya tinggi, bermulti fungsi, memiliki kontrol yang serba automatik, hemat dalam konsumsi energi dan ramah lingkungan. Inovasi ... Biokomputer Mikroprosesor dengan material DNA Era biochip dan biokomputer akhirnya mulai mendekati kenyataan. Masa yang lama dimimpikan itu mulai tersibak begitu para peneliti di AS dilaporkan 'berhasil' membuat chip dari material biologi yang terpenting : DNA (Deoxyribosa Nycleic Acid). Ini terungkap menjelang akhir April tahun 1995. Molekul-molekul DNA, seperti dilaporkan Time dan Newsweek, terbukti punya sifat yang sangat mirip dengan silicon. Unit dasar pembawa informasi genetik itu dapat menyimpan informasi serta bereaksi secara biokimia untuk melakukan suatu operasi komputasi. Fakta ini,

tentu saja, menambah harapan baru bagi DNA. Setelah berjaya menghantarkan lompatan bioteknologi, DNA akhirnya dapat menjadi tumpuan baru bagi arah dan warna perkembangan teknologi komputer dan informatika di masa depan. Fungsi komputasi DNA secara eksperimental pertama kali diungkapkan Leonard Adleman, 48, ahli matematika dari Universitas Southern California. Langkahnya bermula dari kegiatan investigasi mencari keterkaitan antara biologi dan komputer. "Saya tertarik untuk melihat keterkaitan antara dua ilmu dasar yang berkembang pesat secara terpisah dalam separuh abad terakhir," jelasnya. DNA, menurut hasil penelitian Adleman, ternyata cocok untuk mengerjakan komputer. "Pada essensinya, fungsi DNA berjalan menurut proses yang identik dengan cara kerja prosesor digital." Hanya bedanya, prosesor digital yang sudah konvensional bersandar pada bilangan biner 0 dan 1. Sementara kerja DNA bekerja berdasarkan konsep kuarterner yang mewakili empat molekul dasar gen : A (Adenosin), T (Tirosin), C (Cytosin), dan G (Guanin). Proses komputasi biochip DNA, jelas Adleman, dapat berlangsung berdasarkan sistem kode yang terwujud dalam susunan deret A, T, C, dan G - yang masing-masing merepresentasikan data dan angka atau informasi lainnya. Kesimpulan itu diperolehnya dari serangkaian uji coba di laboratorium. "Dalam tabung reaksi, DNA bereaksi secara biokimia setiap ada rangsangan aksi. Ia membuat respon dalam bahasa DNA (kombinasi deret A T C G) yang teratur dan konsisten." Secara individual, kemampuan komputasi molekul DNA diakui masih relatif rendah. Ratarata sekitar 30 menit untuk satu pekerjaan. Namun, hadirnya triliunan molekul dalam satu DNA telah memungkinkan 'superkomputer' bio itu dapat melakukan miliaran operasi dalam seketika. Ini berkat kemampuan spektakuler dari DNA 'prosesor alami' yang bekerja secara paralel. Dari perhitungan kasar, satu ons DNA dapat berperan sebagai 'biosuperkomputer' yang punya kemampuan 100000 kali lebih cepat dari mesin Cray - satu jenis superkomputer digital tercanggih yang kini ada. Kehebatan 'komputer DNA' itu pun telah dibuktikan Adleman melalui proses simulasi menyelesaikan masalah Travelling Salesman. Contoh masalahnya demikian : seorang salesman diisyaratkan harus dapat mengunjungi 7 kota masing-masing sekali, dimana setiap kota memiliki satu jalan raya yang terhubungkan hanya kedua kota berlainan. Setiap jalan raya harus terdiri dari 20 terminal transit. Berapa waktu tersingkat yang dapat dilalui salesman? Untuk menjawab soal itu, Adleman merepresentasikan setiap kota dengan satu varian berupa kombinasi acak 20 huruf DNA. Setiap rute mewakili satu dari 20 kode DNA. Sepuluh huruf pertama sepadan dengan kota asal dan 10 kedua sepadan dengan kota tujuan. Adleman kemudian mencampur miliaran copy dari setiap kota dan rute DNA dalam satu tabung percobaan. Dengan mengacu pada kaidah biokimia, dia membuat simulasi pada model komputer DNAnya. Hasilnya, menurut perhitungan biokomputer , pekerjaan panjang dan ruwet itu cukup diselesaikan selama satu minggu. Sementara dengan komputer elektronik pekerjaan itu membutuhkan waktu bertahun-tahun. Ini contoh awal dari kehebatan biokomputer.

Gagasan membuat 'superkomputer biomolekuler' menurut Scientific American (3/1995) muncul sejak 1960-an. Atau hampir bersamaan dengan dimulainya gerak miniaturisasi semikonduktor silikon atau chip mikroprosesor. Namun secara eksperimental, ide ini dicoba mulai 1970-an dengan tokoh utama Walther Stoeckenius dari Universitas California, AS dan Dieter Oesterhelt dari Max Plank Institute di Martinsried, Jerman. Materi yang digunakan kedua perintis biochip ini adalah materi bakteriorhodopsin yang ditemukan dari halobacterium salinarium. Materi itu kemudian diungkapkan karakteristiknya oleh Prof. Robert R. Bridge dari W.M.Keck centre for Molecular Electronics dan Albert F. Lawrence dari Hughes Aircraft Co. Dari hasil pengujiannya di lab, kedua ahli itu fisika - kimia itu menemukan kemampuan proses paralel dan memori tiga dimensi dari bakteriorhodopsin . Kemampuan serupa oleh peneliti lain kemudian juga ditemukan pada beberapa senyawa polipeptida (komponen penyusun protein) - dimana DNA adalah salah satu di antaranya. Kelebihan lain dari sitem komputansi DNA diungkapkan Richard Lipton dari Universitas Princeton, AS. Ia telah mengusulkan model komputansi DNA untuk memecahkan sistem cryptograpik (sandi rahasia). Dengan biokomputer, Lipton menduga bahwa rahasia-rahasia Standar Enkripsi Data (DES) yang tersimpan rapat di National Security Agency (NSA) Amerika dapat diungkapkan dalam waktu beberapa bulan saja. Padahal, misteri DES di NSA lama tidak dapat dipecahkan, meski berbagai upaya dilakukan. Bahkan oleh raja software AS : Bill Gates. Maka tidaklah berlebihan, bila Lipton lantas memandang optimis, material genetik DNA suatu ketika dapat menjadi prosesoralami terhandal dalam sejarah peradaban manusia. Karakteristik unik DNA, bagaimanapun diharapkan mampu mengubah berbagai imajinasi dan mimpi para ahli menjadi kenyataan. Termasuk mimpi membuat komputer yang dapat bersikap pintar dan luwes. "Biochip DNA akan menjadi pilihan terbaik setelah elektron dan silikon dirasakan punya banyak keterbatasan dalam mengembangkan misi kecepatan dan kapasitas memori." Lalu kapan komputer DNA itu tersaji dalam bentuk produk komersial? Beberapa ahli mengajukan angka 8 - 10 tahun. Namun sebagian lagi yang pesimis mengatakan, biokomputer belum akan komersial hingga 2010. Masalah terbesar yang diperkirakan akan menjadi kendala fabrikasi biochip terletak pada kerentanan DNA terhadap pengaruh luar. Seperti diketahui, DNA termasuk materi yang mudah mengalami mutasi. "Satu sorotan sinar kosmik alam, misalnya, berpotensi mematikan fungsi sebuah DNA." Pengaruh luar itu, kata Lipton, dapat saja dihindari bila DNA terisolasi dalam kondisi vakum. Namun, dapatkah para ahli segera membuatnya dalam ruang sekecil molekul? Inilah masalah utamanya. Andai kendala ini dapat teratasi, maka Lipton maupun Adleman optimis, DNA dapat menjadi prosesor utama biokomputer yang tercanggih yang dapat menghitung, berpersepsi, memanipulasi dan memelihara data secara mandiri serta berkemampuan berpikir dan merasakan - layaknya otak manusia.

Anda mungkin juga menyukai