Anda di halaman 1dari 2

Belajar dari Pak Jokowi Siapa yang tak kenal dengan Pak Joko Widodo, atau yang lebih

ngetop dipanggil Pak Jokowi? Yup, beliau adalah Walikota Solo yang telah banyak melakukan terobosan untuk membuat Kota Solo menjadi lebih baik. Beliau membenahi sistem administrasi Pemda Solo sehingga menjadi lebih modern, efektif dan efisien. Beliau juga membenahi Kota Solo sehingga menjadi lebih tertata, tertib dan bersih. Karena prestasinya itulah beliau yang terpilih pertamakali pada tahun 2005 itu dipercaya kembali oleh masyarakat Solo untuk masa jabatan kedua pada tahun 2010 dengan dukungan 91% suara tanpa perlu kampanye besar-besaran. Dalam sebuah diskusi hari ini, saya belajar banyak hal menarik dari Pak Jokowi tentang gayanya memimpin Kota Solo tersebut, yaitu sebagai berikut: 1. Berani bertindak tegas demi kepentingan rakyat Saat masa-masa awal jabatannya, beliau melihat banyak hal yang tidak efisien dalam sistem administrasi di Pemda Solo, khususnya pengurusan perizinan. Untuk itu, beliau mencoba menyampaikan maksudnya kepada aparat dibawahnya untuk menciptakan sistem yang lebih efektif dan efisien sehingga memudahkan bagi masyarakat. Ada beberapa aparat dibawahnya yang pesimis dengan maksudnya tersebut, entah karena tidak percaya Pak Jokowi mampu membuat sistem itu atau karena sudah nyaman dengan sistem yang ada. Pak Jokowi pun mencopot beberapa aparat yang pesimis tersebut, dan menggantinya dengan aparat yang mendukung upayanya tersebut. Nyatanya, Pak Jokowi berhasil memperbaiki sistem administrasi perizinan sehingga menjadi lebih modern, efektif dan efisien. Pak Jokowi juga menciptakan program jaminan kesehatan untuk rakyat Solo yang tidak mampu. Beliau mengundang seluruh rumah sakit di Solo untuk bekerjasama dengan Pemda Solo dalam rangka mensukseskan program tersebut. Awalnya, banyak rumah sakit yang enggan bekerjasama karena mungkin mengurusi orang yang tidak mampu tidak menjanjikan keuntungan yang besar buat mereka. Pak Jokowi pun mengirimkan pesan tegas bahwa jika memang rumah sakit tidak mau bekerjasama dengan Pemda Solo, maka jangan salahkan Pemda Solo jika nanti tidak mau bekerjasama dengan pihak rumah sakit, khususnya saat pihak rumah sakit bermaksud mengurus perizinan-perizinan baru. Dari awalnya hanya tiga rumah sakit yang bersedia, saat ini hampir semua rumah sakit di Kota Solo bekerjasama dengan Pemda Solo untuk mensukseskan program tersebut. 2. Mengutamakan pendekatan sosial daripada pendekatan kekuasaan Di awal masa jabatan Pak Jokowi, kepala satuan polisi pamong praja (Satpol PP) Pemda Solo meminta tambahan pentungan dan tameng kepada beliau. Menanggapi hal itu, Pak Jokowi malah memerintahkan seluruh pentungan dan tameng Satpol PP digudangkan. Sebagai gantinya, Satpol PP diberi kostum yang mencirikan Kota Solo dengan pendekatan yang lebih ramah kepada masyarakat Solo.

Saat Pak Jokowi bermaksud memindahkan pedagang kaki lima (PKL) dari lokasi pasar yang semrawut dan kumuh ke pasar yang lebih tertata dan bersih, beliau tidak mengirim Satpol PP untuk menggusur PKL tersebut. Beliau malah beberapakali mengundang makan siang dan makan malam pimpinan-pimpinan PKL tersebut. Tidak ada negosiasi atau diskusi tentang rencana pemindahan saat makan siang dan makan malam tersebut. Saat itu beliau hanya mencoba mendengar dan memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh PKL. Sampai suatu ketika saat Pak Jokowi mengumumkan rencana pemindahan PKL ke lokasi pasar yang baru, hampir tidak ada penolakan yang berarti dari PKL karena Pak Jokowi menyampaikan juga sejumlah rencana yang sebenarnya berasal dari keinginan dan harapan PKL itu sendiri. PKL pun membongkar sendiri kios-kios mereka, dan Pak Jokowi memfasilitasi suatu kirab perpindahan PKL ke lokasi pasar yang baru seolah sebagai suatu perayaan acara yang resmi dan sakral. Semua orang senang. Tanpa pertumpahan darah. 3. Membangun sistem sebagai warisan kepemimpinan Saat ditanya bagaimana dengan Kota Solo apabila beliau sudah tidak menjabat lagi, Pak Jokowi menjawab tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena sudah ada sistemnya. Beliau sudah berupaya membangun sistem yang baik untuk Kota Solo sehingga siapapun yang akan menggantikannya tinggal meneruskan atau mengembangkan sistem tersebut agar menjadi lebih baik. Sebagai contoh, salah satu sistem yang dibuat Pak Jokowi adalah program jaminan kesehatan untuk warga Solo yang tidak mampu. Walikota penggantinya tinggal mempertahankan program tersebut dengan standar yang telah dibuat atau meningkatkan standarnya menjadi lebih baik. Jika Walikota penggantinya tidak meneruskan program tersebut atau menjalankan program dengan standar yang buruk, pasti akan ada komplain dari warga. Kontrol sosial itulah yang akan menjaga keberlangsungan sistem yang telah dibangun. Setidaknya tiga hal itulah yang melekat dibenak saya dan membuat saya semakin kagum dengan Pak Jokowi, disamping sikap egaliter dan rendah hati beliau. Tulisan ini tidak dimaksudkan sebagai bentuk dukungan politik bagi Pak Jokowi untuk jabatan apapun. Tulisan ini hanya bentuk apresiasi terhadap gaya kepemimpinan beliau. Semoga juga bisa menginspirasi siapapun yang membacanya, agar lahir pemimpinpemimpin yang inspiratif seperti Pak Jokowi untuk Indonesia yang lebih keren.

Anda mungkin juga menyukai