Anda di halaman 1dari 25

GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah tersebut, pemerintah daerah menjalankan otonomi seluasluasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah maka pemerintah daerah membutuhkan anggaran yang selalu kita kenal dengan nama Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD). APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD , dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Sedangkan yang Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk dididalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Adapun ruang lingkup keuangan daerah meliputi : 1. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman, 2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga; 3. Penerimaan daerah; 4. Pengeluaran daerah; 5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah; dan

6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan atau kepentingan umum. Dalam pelaksanaannya, keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, keparuhan, dan manfaat untuk masyarakat. 1. Secara tertib adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan. 2. Taat pada peraturan perundang-undangan adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan. 3. Efektif merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil. 4. Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu. 5. Ekonomis merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga terendah. 6. Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah. 7. Bertanggung jawab merupakan perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggung jawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. 8. Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dana atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang objektif.

9. Kepatuhan adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proposional. 10. Manfaat untuk masyarakat adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Untuk mencapai tata kelola keuangan daerah yang baik sebagaimana dijelaskan diatas maka perlu diambil suatu langkah yaitu semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukan dalam APBD. Selisih lebih antara pendapatan dan belanja (Surplus) dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran daerah tahun anggran berikutnya. Penggunaan surplus penerimaan daerah untuk membentuk dana cadangan atau penyertaan pada Perusahaan Negara atau Daerah harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari DPRD. Dalam hal pelaksanaan dan penatausahaan keuangan daerah, Kepala Daerah selaku pemegang kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah juga pemegang kekuasaan dalam pengelolaan keuangan daerah. Selanjutnya kekuasan tersebut dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola keuangan daerah dan dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran atau barang daerah di bawah koordinasi Seketaris Daerah. Pemisahan ini akan memberikan kejelasan dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab, terlakasananya mekanisme check and balances serta untuk mendorong upaya peningkatan profesionalisme dalam menyelenggrakan tugas pemerintahan. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Dalam hal pertanggungjawaban keuangan daerah, pengaturan bidang akuntansi dan pelaporan dilakukan dalam rangka untuk mengutakan pilar akuntabilitas dan transparansi. Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan, pemerintah daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa : 1. Laporan Realisasi Anggaran

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih 3. Neraca 4. Laporan Operasional 5. Laporan Arus Kas 6. Laporan Perubahan Ekuitas 7. Catatan Atas Laporan Keuangan Laporan keuangan dimaksud disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui DPRD, laporan keuangan perlu diperiksa terlebih dahulu oleh BPK. PIHAK PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pihak pihak yang terlibat di dalam pengelolaan keuangan daerah, sebagai berikut: 1. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Tanggung jawab pengelolaan keuangan daerah berada pada Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah. Kewenangan Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai berikut : a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD; b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah; c. Menetapkan kuasa pengguna anggaran atau pengguna barang;

d. Menetapkan bendahara penerimaan dan atau bendahara pengeluaran; e. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah; f. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; g. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah; dan h. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukaan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran. Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada : a. Sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah; b. Kepala SKPKD selaku PPKD; dan c. Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran atau pengguna barang. Pelimpahan tersebut ditetapkan dengan keputusan kepala daerah berdasarkan prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan, menguji, dan yang menerima atau mengeluarkan uang. 2. Sekretaris daerah Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah berkaitan dengan peran dan fungsinya dalam membantu kepala daerah menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah. Sekretaris daerah selaku koordinator mempunyai tugas koordinasi di bidang : a. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD; b. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah; pengelolaan keuangan daerah

c. Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD; d. Penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; e. Tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas keuangan daerah; f. Penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Selain mempunyai tugas koordinasi, sekretaris daerah mempunyai tugas : a. Memimpin TAPD; b. Menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD; c. Menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah; d. Memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD / DPPA-SKPD; dan e. Melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah. Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada kepala daerah.

3. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah SKPKD) Kepala SKPKD selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah PPKD) mempunyai tugas ; a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah; b. Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD; c. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah dengan Peraturan Daerah;
6

yang telah ditetapkan

d. Melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah BUD e. Menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; dan f. Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah. PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang; a. Menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanan APBD b. mengesahkan DPA-SKPD / DPPA-SKPD c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD; d. Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah. e. Melaksanakan pemungutan pajak daerah f. Menetapkan SPD g. Menyiapkan pelaksanakaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah h. Melaksanakan system akuntansi dan pelaporan keuangan daerah i. Menyajikan informasi keuangan daerah j. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan penghapusan barang milik daerah PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan kerja pengelola keuangan daerah selaku kuasa BUD. PPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.

4. Kuasa BUD

Penunjukan kuasa dengan keputusan kepala daerah. Kuasa BUD mempunyai tugas: a. Menyiapkan anggaran kas b. Menyiapkan SPD c. Menerbitkan SP2D d. Menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah e. Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/lembaga keuangan lain yang ditunjuk f. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD g. Menyimpan uang daerah h. Melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan investasi daerah i. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas beban rekening umum daerah j. Melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah k. Melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah l. Melakukan penagihan piutang daerah Kuasa BUD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada BUD.

5. Pejabat satu tingkat di bawah PPKD di lingkungan SKPKD PPKD dapat melimpahkan kepada pejabat lainnya di lingkungan SKPKD untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut: a. Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD
8

b. Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD

c. Melaksanakan pemungutan pajak daerah d. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama pemerintah daerah e. Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah f. Menyajikan informasi keuangan daerah
g. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan

barang milik daerah 6. Pejabat Pengguna Anggaran/pengguna Barang Daerah Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang mempunyai tugas: a. Menyusun RKA-SKPD b. Menyusun DPA-SKPD c. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja d. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya e. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran
f. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak

g. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan h. Menandatangani SPM i. Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggugjawab SKPD yang dipimpinannya

j. Mengelola

barang

milik

daerah/kekayaan

daerah

yang

menjadi

tanggungjawab SKPD yang dipimpinnya k. Menyusun dan meyampaikan laporan keuangan yang dipimpinnya l. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD dipimpinnya m. Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran pengguna barang lainnya berdasarkan kuasa dilimpahkan oleh kepala daerah n. Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui secretariat daerah 7. Kuasa Pengguna Anggaran Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat satu tingkat dibawah SKPD. Pengguna anggaran dalam melaksanakan tugas-tugas dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna. Pelimpahan sebagian kewenangan berdasarkan pertimbangan: a. Tingkatan daerah b. Besaran SKPD c. Besaran jumlah uang yang dikelola d. Beban kerja e. Lokasi f. Kompetensi dan/atau rentang kendali g. Pertimbangan objektif lainnya Pelimpahan sebagian kewenangan ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD. Kuasa pengguna anggaran atau kuasa pengguna barang

10

bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna anggaran atau pengguna barang. 8. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Pejabat pengguna anggaran atau pengguna barang dan kuasa pengguna anggaran atau kuasa pengguna barang dalam melaksanakan program dan kegiatan menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku PPTK. Penunjukan pejabat berdasarkan pertimbangan kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya. PPTK yang ditunjuk oleh pejabat pengguna anggaran atau pengguna barang bertanggung jawab atas pelaksanan tugasnya kepada pengguna anggaran atau pengguna barang. PPTK yang ditunjuk oleh kuasa pengguna anggaran atau kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kuasa pengguna anggaran atau kuasa pengguna barang. PPTK mempunyai tuagas mencakup : a. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan b. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan, dan c. Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan. Dokumen anggaran mencakup dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi yang terkait dengan persyaratan pembayaran yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Gambar 3.1 Struktur Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah Kepala Daerah (Pemegang Kekuasaan pengelolaan keuda)

Sekretaris Daerah (Koordinator Pengelolaan keuda)

Pengguna Anggaran (Kepala SKPD)

PPKD selaku BUD (Kepala SKPKD)

Bendahara

Kuasa PA

11

Kuasa BUD PPTK PPK-SKPD

9. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)

Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD sebagai PPK-SKPD. PPK-SKPD mempunyai tugas:
a. Meneliti

kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang

disampaikan oleh bendahara pengeluaran dan diketahui/disetujui oleh PPTK b. Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, SPP-LS gaji dam tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran c. Melakukan verifikasi SPP d. Menyiapkan SPM
e. Melakukan verifikasi harian atas penerimaan

f. Melaksanakan akuntansi SKPD g. Menyiapkan laporan keuangan SKPD PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara atau daerah, bendahara, dan atau PPTK. 10. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran Kepala daerah atas usul PPKD menetapkan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada SKPD. fungsional yang ditunjuk untuk Bendahara Penerimaan adalah pejabat menerima, menyimpan, menyetorkan,

menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD. Bendahara pengeluaran adalah pejabat
12

fungsional yang ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran baik secara langsung atau tidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan atau pekerjaan atau penjualan., serta membuka rekening atau giro pos atau menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi. Bendahara penerimaan dan atau bendahara pengeluaran dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh bendahara penerima pembantu dan atau bendahara pengeluaran pembantu. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD. 3.2 SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Adapun pembahasan ini, siklus pengelolaan keuangan dikelompokkan menjadi 4 siklus yaitu : siklus penyusunan APBD, siklus pelaksanaan APBD (penatausahaan keuangan daerah), siklus perubahan APBD, dan siklus pelaporan dan peranggungjawaban (akuntansi). 3.2.1 Siklus Penyusunan APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah daerah, maka dalam APBD tergambar semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk

13

kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah dalam kurun waktu satu tahun. Selain sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah daerah, APBD merupakan instrument dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.

Lingkup pengelolaan keuangan Daerah LINGKUP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Perencanaan Input Proses output/Input Kebijakan Umum APBD Prioritas & Plafon Anggaran Sementara Kegiatan Anggaran RPJMD/RKPD APBD Penjaringan Aspirasi - Prestasi Kerja Penata Usahaan&Akuntansi Kinerja Masa lalu Asumsi dasar - Perda APBD Laporan Pelaksanaan APBD Kebijakan Pemerintah - Formulir/Dokumen (RPJM/RKP/Prioritas - Catatan/Register Pembangunan) - Semesteran Tahunan Hasil Evaluasi Pelaksanaan Proses Output/Input Pengawasan/ Pengendalian Proses Output

Evaluasi Kinerja

Siklus penyusunan APBD diawali dengan perencanaan daerah. Bagi daerah yang kepala daerahnya terpilih melalui pemilihan langsung diharapkan dalam waktu 3 bulan setelah kepala daerah dilantik segera menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala derah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP Daerah dengan memperhatikan RPJP tahun 2005 s/d 2025 dan RPJM Nasional sertastandar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh pemerintah. SKPD menyusun rencana strategis (Renstra-SKPD) yang memuat visi, misi, tujuan strategi, kebijakan, program dna kegiatan pembangunan yang bersifat indikatif sesuai dengan tugas dan fungsinya masingmasing dan kemudian dijabarkan kedalam perencanaan satu tahun yang disebut rencana kerja SKPD (Renja-SKPD). Penyusunan Renstra-SKPD berpedoman pada RPJMD. Pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran
14

dari RPJMD dengan menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah. RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah, pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Kewajiban daerah mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei sebelum tahun anggaran berkenaan. RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Berdasarkan RKPD maka pemerintah daerah akan menyusun KUA dan PPAS. Pemerintah Daerah bersama dengan DPRD membahas KUA dan PPAS (Prioritas dan plafon anggaran sementara) untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah. Kepala SKPD selanjutnya menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD) yang disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai. Rencana Kerja dan Anggaran ini disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sudah disusun. Rencana Kerja dan Anggaran ini kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD. Hasil pembahasan ini disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD. Proses selanjutnya Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD disertai penjelasan dari dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD untuk dibahas dan disetujui. APBD yang disetujui DPRD ini terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja. Jika DPRD tidak menyetujui Rancangan Perda APBD tersebut, untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah Daerah dapat melaksanakan pengeluaran daerah setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya dengan prioritas untuk belanja yang mengikat dan wajib.

15

3.2.2. SIKLUS PELAKSANAAN APBD (PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH) Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan daerah penjabaran APBD yang telah dievaluasi ditetapkan oleh kepala daerah menjadi peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabatan APBD. Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabatan APBD dilakukan paling lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya. PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah tentang APBD ditetapkan, memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar munyusun rancangan DPA-SKPD. Rancangan DPA-SKPD merinci sasaran yang hendak dicapai, progam, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap SKPD serta pendapatan yang diperkirakan. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling lama 6 (enam) hari kerja setelah pemberitahuan. TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD bersama-sama dengan kepala SKPD paling lama 15 (lima belas ) hari sejak ditetapkannya peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD. Berdasarkan hasil verifikasi, PPKD mengesahkan rancangan DPA-SKPD dengan persetujuan sekretaris daerah. DPA-SKPD yang telah disahkan disampaikan kepada kepala SKPD, satuan kerja pengawasan daerah, dan Badan Pemeriksa Keuangan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal disahkan. DPA-SKPD digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh kepala SKPD selaku pengguna anggaran / pengguna barang. Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun rancangan anggaran kas SKPD. Rancangan anggaran kas SKPD disampaikan kepada PPKD selaku BUD bersamaan dengan rancangan DPA-SKPD. Pembahasan rancangan anggaran kas SKPD dilaksanakan bersamaan dengan pembahasan DPA-SKPD. PPKD selaku BUD menyusun anggaran kas pemerintah daerah guna mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam DPA-SKPD yang telah disahkan. Anggaran kas memuat perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari
16

penerimaan dan perkiraan arus kas keluar yang digunakan guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode. Siklus penatausahaan keuangan daerah terdiri atas dua siklus yaitu siklus penatausahaan penerimaan keuangan daerah dan siklus penatausahaan pengeluaran keuangan daerah. Masing-maasing siklus akan dibahas sebagai berikut : i. Siklus Penatausahaan Penerimaan Keuangan Daerah Penerimaan daerah dianggap sah jika penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit. Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah, dilakukan dengan cara : a. Disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga b. Disetor malalui bank lain, badan, lembaga keuangan dan /atau kantor pos oleh pihak ketiga c. Disetor melalui bendahara penerimaan oleh pihak ketiga Benda berharga seperti karcis retribusi sebagai tanda bukti pembayaran oleh pihak ketiga kepada bendahara diterbitkan dan disahkan oleh PPKD. Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan dan penyetor atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya. Penatausahaan atas menggunakan : a. Buku kas umum b. Buku pembantu perincian objek penerimaan c. Buku rekapitulasi penerimaan harian Bendahara penerimaan dalam melakukan penatausahaan menggunakan : a. Surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah) b. Surat ketetapan retribusi (SKR) c. Surat tanda setoran (STS) d. Surat tanda bukti pembayaran e. Bukti penerimaan lainnya yang sah Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara administrative atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban
17

penerimaan

kepada

pengguna anggaran / kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung berikutnya. ii. Siklus Penatausahaan Pengeluaran Keuangan daerah Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen kas menerbitkan SPD. SPD disiapkan oleh kuasa BUD untuk ditandatangani oleh PPKD. Pengeluaran kas atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD. Berdasarkan SPD atau dokumen lain yang di persamakan dengan SPD, bendahara pengeluaran mengajukan SPP kepada pengguna anggaran / kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD. SPP terdiri dari : a. SPP Uang Persediaan (SPP-UP) b. SPP Ganti Uang (SPP-GU) c. SPP Tambahan Uang (SPP-TU) d. SPP Langsung (SPP-LS) Dalam hal dokumen SPP dinyatakan lengkap dan sah, pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran menerbitkan SPM. Dalam hal dokumen SPP dinyatakan tidak lengkap dan atau tidak sah, pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran menolak menerbitkan SPM. Penerbitan SPM paling lama dua hari kerja terhitung sejak diterimanya dokumen SPP. Penolakan penerbitan SPM paling lama satu hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPP. SPM yang telah diterbitkan diajukan kepada kuasa BUD untuk penerbitan SP2D. setelah tahun anggaran berakhir, pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran dilarang menerbitkan SPM yang membebani tahun anggaran berkenaan. SPM yang telah diterbitkan diajukan kepada kuasa BUD untuk penerbitan SP2D. Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran agar pengeluaran yang jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan

18

diajukan tidak melampaui pagu dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Dalam hal dokumen SPM dinyatakan lengkap, kuasa BUD menerbitkan SP2D. Dalam hal dokumen SPM sebagaimana tidak lengkap dan atau tidak sah dan atau pengeluaran tersebut melampaui pagu anggaran, kuasa BUD menolak menerbitkan SP2D. Penerbitan SP2D paling lama dua ahri kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM. Penolakan penerbitan SP2D paling lama satu hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM. Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan uang persediaan atau ganti uang persediaan atau tambahan uang persediaan kepada pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran. Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan pembayaran langsung kepada pihak ketiga. 3.2.3 SIKLUS PERUBAHAN APBD APBD ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan daerah selama satu tahun anggaran yang meliputi 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Dalam pelaksanaan APBD kemungkinan akan terjadi perubahan anggaran. Dalam pasal 82 Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 menyatakan bahwa perubahan APBD hanya dapat dilakukan satu kali dalam satu tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa. Adapun faktor-faktor penyebab perubahan APBD adalah : a. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA. b. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja. c. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan. d. Keadaan darurat, dan e. Kondisi luar biasa. 3.2.4 SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

19

Entitas pelaporan dan entitas akuntansi menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintahan daerah. Sistem akuntansi pemerintahan daerah ditetapkan dengan peraturan kepala daerah mengacu pada peraturan daerah tentang pokokpokok pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi pemerintahan daerah meliputi serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. Proses tersebut didokumentasikan dalam bentuk buku jurnal dan buku besar, dan apabila diperlukan ditambah dengan buku besar pembantu. Sistem akuntansi pemerintahan daerah sekurang-kurangnya meliputi : prosedur akuntansi penerimaan kas, prosedur akuntansi pengeluaran kas, prosedur akuntansi aset, dan prosedur akuntansi selain kas. Sistem akuntansi pemerintahan daerah disusun dengan berpedoman pada prinsip pengendalian intern sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang pengendalian internal dan peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintahan. Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, entitas pelaporan menyusun laporan keuangan yang meliputi : a. Laporan realisasi anggaran. b. Neraca c. Catatan atas laporan keuangan Sedangkan sesuai dengan SAP PP No.71 Tahun 2010, terdiri dari : 1. Laporan Realisasi Anggaran 2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih 3. Neraca 4. Laporan Operasional 5. Laporan Arus Kas 6. Laporan Perubahan Ekuitas

20

7. Catatan Atas Laporan Keuangan Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, entitas akuntansi menyusun laporan keuangan yang meliputi : d. Laporan realisasi anggaran. e. Neraca f. Catatan atas laporan keuangan Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dalam sistem prosedur akuntansi terdiri dari : buku jurnal, buku besar, dan buku besar pembantu. Pelaksanaan sistem akuntansi di pemerintah daerah akan dilaksanakan oleh : a. Sistem akuntansi SKPD dilaksanakan oleh PPK-SKPD. PPK-SKPD mengkoordinasikan pelaksanaan sistem dan prosedur penatausahaan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran. b. Sistem akuntansi pemerintahan daerah dilaksanakan oleh PPKD. Terdapat empat sistem dan prosedur akuntansi yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah, yaitu : a. Sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan penerimaan kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. b. Sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan pengeluaran kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas mempunyai dua sub sistem dan prosedur, yaitu : i. Sub sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas-langsung. ii. Sub sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas-uang, persediaan/ganti uang persediaan/tambahan uang persediaan. c. Sistem dan prosedur akuntansi aset pada SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yang dikuasai/digunakan pemerintah daerah.

21

d.

Sistem dan prosedur akuntansi selain kas meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan dengan semua transaksi atau kejadian selain kas. Contoh transaksi selain kas adalah : i. Koreksi kesalahan pencatatan. ii. Penerimaan/pengeluaran hibah selain kas. iii. Pembelian secara kredit.
iv. Pemindahtanganan atas aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi

kas, dan v. Penerimaan aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuansi kas. Kepala SKPD menyusun laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD sebagai hasil pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggunjawabnya. Laporan disertai dengan prognosis untuk enam bulan berikutnya. PPKD menyusun laporan realisasi semester pertama APBD dengan cara menggabungkan seluruh laporan realisasi semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran berkenaan dan disampaikan kepada sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah. Laporan realisasi semester pertama PBD dan prognosis untuk enam bulan berikutnya disampaikan kepada kepala daerah paling lambat minggu ketiga bulan Juli tahun anggaran berkenaan untuk ditetapkan sebagai laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk enam bulan berikutnya. Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk enam bulan berikutnya disampaikan kepada DPRD paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berkenaan. PPK-SKPD menyiapkan laporan keuangan SKPD tahun anggaran berkenaan dan disampaikan kepada kepala SKPD untuk ditetapkan sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran SKPD. Laporan keuangan disampaikan kepada PPKD sebagai dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan keuangan SKPD disampaikan kepada kepala daerah melalui PPKD paling lambat dua bulan setelah tahun anggaran berakhir. PPKD menyusun laporan keuangan pemerintah daerah dengan cara menggabungkan

22

laporan-laporan keuangan SKPD paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya tahun anggaran berkenaan. Laporan keuangan pemerintah daerah disampaikan kepada kepala daerah melaui sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang standar akuntansi pemerintahan. Laporan keuangan disampaikan oleh kepala daerah kepada Badan Pemeriksa Keuangan untuk dilakukan pemeriksaan paling lambat tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. Kepala daerah memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap laporan pemerintah daerah berdasarkan hasil pemeriksaan BPK. Penetapan Raperda pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD paling lambat enam bulan setelah tahun anggaran berakhir. Rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD memuat laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, serta dilampiri dengan laporan kinerja yang telah diperiksa BPK dan ikhtisar laporan keuangan badan usaha milik daerah/perusahaan daerah. 3.3 AUDIT LAPORAN KEUANGAN DAERAH Dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara perlu dilakukan pemeriksaan oleh satu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri, seperti telah ditetapkan dalam Pasal 23E UUD 1945. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar. Pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban. Dalam pemeriksaan keuangan negara/daerah, BPK wajib menggunakan standar

23

pemeriksaan. Standar pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan yang wajib dipedomi oleh BPK dan/atau pemeriksa. BPK telah menerbitkan peraturan BPK Nomor 01 tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Pemeriksaan yang menjadi tugas BPK meliputi pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggungjawab mengenai keuangan negara. BPK diberi kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan, yakni : a. Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah. b. Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Pasal 2E UUD 1945 mengamanatkan BPK untuk melaksanakan pemeriksaan kinerja pengelolaan keuangan negara. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi perhatian lembaga perwakilan. Adapun untuk pemerintah, pemeriksaan kinerja dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis dan efisien, serta memenuhi sasarannya secara efektif. c. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas halhal lain yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif. Pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud di atas didasarkan pada suatu standar pemeriksaan. Standar dimaksud disusun oleh BPK dengan mempertimbangkan standar di lingkungan profesi audit secara internasional. Untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, memperhatikan masukan dari pihak lembaga perwakilan, serta informasi dari berbagai pihak. Untuk itu,

24

aparat pengawasan intern pemerintah wajib menyampaikan hasil pemeriksaanya kepada BPK. Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, BPK dapat menggunakan pemeriksa dan atau tenaga ahli dari luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK. Dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan, pemeriksa dapat : a. Meminta dokumen yang wajib disampaikan oleh pejabat atau pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara. b. Mengakses semua data yang disimpan di berbagai media, aset, lokasi, dan segala jenis barang atau dokumen dalam penguasaan atau kendali dari entitas yang menjadi obyek pemeriksaan atau entitas lain yang dipandang perlu dalam pelaksaan tugas pemeriksaannya. c. Melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang, barang, dan dokumen pengelolaan keuangan Negara d. Meminta keterangan kepada seseorang e. Memotret, merekam dan/atau mengambil sampel sebagai alat bantu pemeriksaan Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oelh BPK disusun dan disajikan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan ( LHP ) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai. Kemudian laporan tersebut disampaikan kepada DPR atau DPD atau DPRD sesuai dengan kewenangannya ditindaklanjuti, dan jika ditemukan unsur pidana, Undang- Undang ini mewajibkan BPK melaporkannya ke instansi berwenang.

25

Anda mungkin juga menyukai