Anda di halaman 1dari 17

PERANCANGAN STRATEGI INVESTASI SCADA MENGGUNAKAN OBRIM DI PT.

PLN (PERSERO) AP2B SKSKT Indra Utama Ichsan dan Fifi Swandari Universitas Lambung Mangkurat Abstrak

This research discusses the design of investment strategies in technology-based nonprofit company on the element of risk and uncertainty. Design strategies using Options Base Risc Management (OBRiM), which consists of seven (7) analysis Stages. The stages are: Domain business analysis; NPV base case analysis; Risk analysis; Options analysis; Scenario configuration analysis; Real Options valuation; Sensitivity analysis. The results of this research is the scenario defer investment and then make a gradual development investment and continued with the development of investment which is the best strategy for the company. The implications of this research is that companies can use these strategies in order to optimize the benefits of investment. This research also found that investment cost (K) is the most significant influence parameter to real options value, in compare to the investment time (t) and the investment success probability (q). Keywords : OBRiM, Options, Real Options Valuations, Investment, Strategy, SCADA
PENDAHULUAN

PT. PLN (Persero) Area Penyaluran dan Pengaturan Beban Sistem Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (AP2B) Sistem Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (SKSKT) berencana melakukan investasi di bidang teknologi Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) untuk mengoptimalkan pengaturan sistem tenaga listrik di wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. SCADA merupakan sistem yang paling banyak digunakan dalam proses industri. Sistem ini digunakan untuk mengendalikan beberapa area yang letaknya saling berjauhan. SCADA tidak hanya digunakan pada proses industri saja melainkan pada pembangkit maupun transmisi dan distribusi tenaga listrik. SCADA juga merupakan bagian dari sistem Teknologi Informasi (TI) korporat (Julianto, 2003) sehingga SCADA dengan TI tidak dapat dipisah kan karena keduanya saling mendukung untuk meningkatkan kinerja operasional perusahaan. Investasi di bidang teknologi memiliki faktor risiko dan ketidakpastian dimana manfaat-nya belum tentu optimal bagi perusahaan (Thorp, 2003). Faktor risiko dan ketidakpastian dari investasi tidak selalu dianggap sebagai isu negatif. Faktor tersebut dapat dijadikan masukan positif terhadap penentuan strategi investasi yang paling optimal dan sekaligus memberikan manfaat secara finansial. Faktor risiko dan ketidak pastian tidak hanya diukur pada saat awal investasi saja melainkan diukur selama siklus investasi karena strategi investasi seyogyanya didasari oleh keputusan yang bersifat fleksibel. Keputusan yang bersifat fleksible yaitu

keputusan yang memperhatikan risiko yang terjadi dan dapat dikaji ulang sepanjang siklus investasi. Perancangan strategi berdasarkan risiko atau unsur ketidakpastian perlu dilakukan untuk mengoptimalkan manfaat investasi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan metode Options Base Risc Management (OBRiM). OBRiM ini muncul untuk menjawab isu bahwa tidak diketemukan hubungan yang jelas antara nilai uang dengan nilai ekonomis yang diinvestasikan kedalam Teknologi Informasi (TI). OBRiM dapat dijadikan panduan untuk memaksimalkan nilai dan mengurangi risiko kegagalan akibat unsur ketidakpastian dari investasi TI (Benaroch, 2001). Penilaian investasi didalam OBRiM menggunakan metode Real Options Valuations (ROV). Menurut Vintila (2002) ROV merupakan pendekatan yang lebih baik dibandingkan pendekatan tradisional untuk capital budgeting, seperti Discounted Cash Flow (DCF), karena tidak dapat menangkap sepenuhnya nilai proyek. Keputusan Investasi yang diambil dengan menggunakan pendekatan tersebut bersifat irreversible, yaitu interaksi antara keputusan sekarang dan masa depan keputusan tidak dipertimbangkan, dan investasi dalam aktiva pasif (selama siklus, manajemen tidak melakukan keputusan apapun terhadap proyek). Penelitian ini melanjutkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kendrasti (2009). Salah satu saran pada penelitian tersebut adalah agar dilakukan analisis sensitivitas pada parameter penentu nilai real options untuk mengetahui faktor apa yang menentukan keberhasilan jalur skenario yang dipilih. Saran tersebut akan dijadikan nilai tambah pada penelitian ini selain obyek penelitian yang berbeda yaitu di PT. PLN (Persero) AP2B

SKSKT. Kelebihan pada penelitian ini dibandingkan penelitian yang dilakukan Kendrasti (2009) adalah perancangan investasi di perusahaan yang berorientasi melayani masyarakat. Hal tersebut memberikan pandangan yang berbeda mengenai perancangan investasi jika dibandingkan perancangan investasi pada perusahaan yang berorientasi mencari keuntungan. Hasil akhir yang diharapkan dari penelitian ini adalah berupa rekomendasi strategi investasi yang terbaik bagi perusahaan dalam upaya meng-optimalkan manfaat dari investasi dan memberikan informasi parameter mana yang mempengaruhi nilai keluaran ROV. Perancangan strategi investasi menggunakan OBRiM saat ini belum dilakukan oleh

perusahaan dan diharapkan akan memberikan pandangan baru bagi perusahaan dalam mengambil sebuah keputusan investasi.

TINJAUAN PUSTAKA OBRiM merupakan kerangka atau panduan untuk memilih keputusan investasi (options) berdasarkan risiko. Proses kajian investasi secara umum adalah melakukan kajian manfaat investasi terhadap bisnis perusahaan kemudian dilakukan perhitungan Net Present Value (NPV) untuk mengetahui investasi ini layak atau tidak untuk dijalankan. OBRiM melengkapi kajian tersebut dengan tahapan sebagai berikut1: 1. Analisis risiko : Identifikasi, pengukuran dan pemetaan risiko 2. Analisis Options : Memilih options berdasarkan risiko yang ditemui 3. Konfigurasi Desain Investasi : Melakukan konfigurasi skenario 4. Real options valuation : Melakukan perhitungan real options dan menentukan konfigurasi skenario yang paling optimal manfaatnya.
1. Analisis Ranah Bisnis OBRIM 4. Analisis Risiko 5. Analisis Options 6. Konfigurasi Skenario Investasi 3. Analisis Sensitivitas 7. Real Options Valuation

2. Analisis NPV Dasar Kajian Investasi tradisional

Gambar 1 Kerangka Kerja OBRiM


Sumber : Benaroch, Jeffery, Kauffman, Sandeep S, 2007 (diolah)

Persamaan options (Brach, 2003): a. Options Defer (Menangguhkan investasi):


C = p . x % . Vmax + ( 1- p) . x % . Vmin - K . (1 + Rc)t (1 + rf) t

b. Options Abandon (Menghentikan investasi) :


P = p . ( - Vmax . x% + S) + (1 - p) . ( - Vmin . x% + S) K . (1 + Rc)t (1 + rf) t

c. Options Growth/Expands/Stage/Explore
C = p. Vmax + (1 p) . Vmin - K (1 + rf) t

d. Options Merubah lingkup investasi (Alter Scale)


C = p.((x%.Vmax) - K2 )+ (1 p) .((x%.Vmin) - K2 ) (1 + rf) 2

Jenis Options pada OBRiM menurut Benaroch (2002):

LihatGambar1

1. Menangguhkan Investasi (Defer). Investasi TI ditangguhkan sampai T periode waktu (tahun) yang tepat. Selama penangguhan, dipelajari potensi investasi tersebut sampai kondisi yang memungkinkan untuk melaksanakan investasi. 2. Investasi Bertahap (Stage). Investasi TI dilaksanakan dengan rangkaian tahapan pembangunan dan dilakukan peninjauan pelaksanaannya. Apabila terjadi kondisi tertentu yang bersifat merugikan, investasi bisa saja ditunda bahkan dibatalkan berdasarkan pertimbangan yang diambil. 3. Menjelajahi Investasi (Explore). Investasi TI dapat dilakukan dengan cara proyek percontohan. Apabila proyek tersebut berhasil maka dapat dilakukan proyek pengembangan. 4. Merubah ruang lingkup investasi (Alter Scale). Ruang lingkup investasi dapat saja diperluas atau pun dipersempit, dengan melihat situasi yang terjadi. Options memperluas ruang lingkup investasi dilakukan dengan pertimbangan hal tersebut memberikan fleksibilitas dalam meningkatkan jumlah transaksi per-satuan waktu. Options mempersempit ruang lingkup investasi dilakukan jika perusahaan dihadapkan pada options pemilihan teknologi dengan biaya perawatan yang tinggi bila dibandingkan dengan biaya awal pengembangan. Options mempersempit ruang lingkup investasi akan memberikan fleksibilitas pada perusahaan untuk memperpendek waktu hidup investasi, sehingga biaya perawatan dapat ditekan. 5. Menghentikan Investasi (Abandon). Penghentian investasi dilakukan jika kondisi operasional memburuk dan hal ini tidak dapat diperbaiki. Sumber daya yang tidak dipakai lagi dapat dialokasikan ke tempat lain yang lebih membutuhkan. 6. Sub-kontrak Investasi ke pihak ketiga (Outsourcing). Hal ini dilakukan dengan maksud memindahkan risiko biaya dan jadwal yang tidak sesuai dengan perkiraan awal. Options ini mirip dengan options investasi bertahap, yakni jika hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, investasi dapat saja dibatalkan. Perbedaannya dampak kerugian dialami oleh pihak ketiga yaitu penalti yang diberikan akibat penundaan jadwal dan hal lainnya. 7. Menyewa Investasi (Lease). Perusahaan dapat saja menyewa Investasi TI. Apabila nilai manfaatnya selama sewa tidak sebanding dengan yang diharapkan maka perusahaan dapat saja memutuskan kontrak

sewa. Berbeda dengan options menghentikan investasi, pembatalan kontrak penyewaan akan berdampak penalti kepada perusahaan. 8. Menggabungkan pilihan Investasi (Compound Options) Investasi TI dapat terdiri dari dua options atau lebih. Options sebelumnya dapat mempengaruhi nilai dari options selanjutnya, dan sebaliknya. 9. Pertumbuhan yang bernilai strategis (Expand). Options ini dilakukan apabila investasi TI ini membuka peluang investasi lain di masa depan. Perusahaan diharuskan merespon dengan melakukan ekspansi investasi yang bernilai strategis dari segi nilai kompetitif dan pasar. Menurut Benaroch (2002) siklus investasi memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut (Kendrasti, 2009 :21-22): 1. Tahap Permulaan (Inception) : Investasi muncul sebagai suatu keputusan mutlak yang biasanya didasari oleh investasi sebelumnya 2. Tahap Pengakuan (Recognition) : Tahap dimana investasi TI mulai dilihat sebagai suatu kesempatan yang menjanjikan. Namun dalam tahap ini ada beberapa risiko yang mungkin muncul, diantaranya risiko pada pendanaan proyek, risiko lingkungan, teknologi dan risiko dari kompetitor. Options yang biasa digunakan untuk mengatasi risiko pada tahap ini adalah defer (menunda investasi). 3. Tahap Pembangunan (Building) : Tahap dimana kesempatan investasi mulai

direalisasikan. Pada tahap ini risiko yang mungkin muncul adalah risiko pada manajemen proyek, fungsional investasi, risiko organisasi, lingkungan dan teknologi. Options yang dapat digunakan untuk mengatasi risiko pada tahap ini adalah options menyewa, melakukan alih daya investasi ke pihak ketiga, melakukan investasi bertahap, atau pembuatan proyek percontohan sambil mempelajari kemunculan dari risiko tersebut. 4. Tahap Operasional (Operation) : Tahap dimana investasi sudah beroperasi dan mulai menghasilkan keuntungan/nilai balik. Risiko yang mungkin muncul pada tahap ini adalah risiko pada sistem yang berjalan, risiko kompetitor, organisasi, lingkungan dan teknologi. Options yang dapat digunakan untuk mengatasi risiko pada tahap ini adalah options menyewa dan melakukan alih daya investasi ke pihak ketiga, options menghentikan investasi, atau options melakukan pengembangan dari investasi tersebut. 5. Tahap Pemunduran (Retirement) : Pada tahap ini investasi terus menghasilkan keuntungan/nilai balik, walaupun secara tidak langsung dalam bentuk nilai aset teknologi dan kemampuan operasional yang semakin berkembang. Bila investasi sampai ke tahap

ini, maka options melakukan ekspansi atau pertumbuhan investasi yang bernilai strategis dapat dilakukan. 6. Tahap Tidak Terpakai (Obsolescence) : Pada tahap ini nilai aset dan kemampuan dari investasi sudah tidak dapat dikembangkan lagi, dan investasi menjadi usang. Prinsip dasar dalam membuat konfigurasi skenario menurut Benaroch (2002): 1. Urutan options pada konfigurasi harus berhubungan dengan urutan kemunculan options pada siklus investasi (misalnya options menghentikan investasi yang dieksekusi pada tahap operasional, tidak boleh mendahului options penangguhan investasi yang biasa dieksekusi pada tahap pengakuan investasi. 2. Konfigurasi investasi harus dapat berdampingan secara logis (misalnya options penangguhan dan options sub-kontrak investasi ke pihak ketiga dapat dimunculkan berdampingan, namun options untuk sub-kontrak saat ini dan kemudian menangguhkan atau membatalkan investasi tidak boleh dimunculkan). 3. Hanya konfigurasi yang melibatkan set pengelolaan risiko dan options yang berhubungan paling maksimal dan yang bernilai-lah yang layak untuk dipertimbangkan. Misal, daripada membuat dua konfigurasi terpisah untuk options menunda dan melakukan pengembangan bertahap, lebih baik membuat satu konfigurasi yang memasukkan dua options tersebut. Suatu konfigurasi yang hanya mengontrol satu risiko dapat pada saat yang sama menimbulkan risiko dari sisi yang lain (misalnya konfigurasi untuk meminimalkan risiko pasar dapat meningkatkan risiko kompetisi). Oleh karena itu adalah penting untuk membuat konfigurasi pengelolaan hubungan risiko dan options yang paling maksimal dengan mempertimbangkan hubungan antara masing-masing rangkaian risiko dan options tersebut. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dikategorikan kedalam penelitian terapan (applied research) dan OBRiM digunakan sebagai metode didalam penelitian ini. Untuk tahapan proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Data Kuantitatif, yaitu berupa laporan Biaya proyek, jumlah kerugian akibat gangguan dan lama gangguan untuk digunakan dalam analisis ranah bisnis dan NPV dasar. 2. Data Kualitatif Hasil wawancara dengan perwakilan manajemen untuk mengetahui hal terkait dengan proyek SCADA dan options investasi yang relevan dengan proyek. Data kedua adalah

faktor risiko pada investasi SCADA yang merupakan bagian dari tahapan penelitian ini yaitu analisis risiko. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Data Primer, yaitu berupa hasil wawancara dengan manajemen mengenai options yang relevan dengan strategi investasi dan hasil kuesioner dengan pegawai mengenai besarnya kemungkinan terjadinya risiko dan dampaknya terhadap proyek investasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan investasi. 2. Data Sekunder, yaitu berupa studi literatur mengenai pengguna real options valuation dan kerangka OBRiM dalam upaya perancangan strategi investasi SCADA dan mencari strategi yang memberikan manfaat paling maksimal. HASIL PENELITIAN A. Analisis Ranah Bisnis Analisis ranah bisnis merupakan tahapan awal dari metode OBRiM. Tujuan tahapan tersebut adalah untuk memperoleh data mengenai biaya proyek dan manfaat proyek tersebut bagi perusahaan. Manfaat proyek dibagi berdasarkan manfaat maksimum dan manfaat minimum. Manfaat tersebut akan dijadikan input perhitungan NPV pada masing-masing kategori maksimum dan minimum.

Gambar 2 Metodologi Penelitian Biaya yang diperlukan untuk investasi SCADA adalah sebesar Rp 29.452.971.0002

sedangkan manfaat investasi dicari dengan membandingkan jika perusahaan menggunakan SCADA dengan tidak menggunakan SCADA.

Sumber:BOQpekerjaanupgrademasterstationpenambahanRTU,linkKomunikasiAPBSistemKalimantan 2007(diolah)
2

Salah satu tolak ukur dalam peningkatan pelayanan adalah percepatan waktu pemulihan gangguan3. Saat ini perusahaan secara umum masih menggunakan komunikasi lewat radio dalam pengoperasian sistem tenaga listrik terutama pada saat pemulihan gangguan. Manfaat ketika menggunakan SCADA adalah waktu yang didapat untuk melakukan pemulihan gangguan lebih baik dibandingkan menggunakan teknologi radio. Waktu pemulihan yang diperlukan SCADA dibagi dengan dua kondisi yaitu kondisi optimis dengan waktu 1 menit dan kondisi pesimis dengan waktu 5,5 menit4. Kondisi optimis merupakan

kondisi dimana pembangunan investasi sesuai dengan manfaat yang diharapkan sedangkan sebaliknya bagi kondisi pesimis. Manfaat kedua adalah terhindarnya kerugian finansial

akibat kerugian meluas sebesar Rp 1.085.443.531. Manfaat yang diharapkan ketika Investasi SCADA adalah waktu pemulihan gangguan yang lebih cepat5 dibandingkan sistem sebelumnya sehingga kerugian akibat energi tidak tersalur dan gangguan meluas dapat dihindari. Hasil perhitungan manfaat maksimum dan minimum dapat dilihat pada Tabel 2. B. Analisis NPV Dasar
Tahapan ini dilakukan perhitungan NPV yang merupakan selisih antara pengeluaran6 dan pemasukan7 yang telah didiskon sebesar 12 %8 dengan menggunakan social opportunity cost of capital. Pada tahapan ini dilakukan dua perhitungan NPV yaitu untuk NPV maksimum dan NPV minimum. Hasil perhitungan tersebut akan digunakan untuk melakukan perhitungan nilai real options yang akan dilakukan pada tahap Real Options Valuation. Hasil dari analisis NPV adalah NPV maksimum =

Rp 84.333.332.731,98 dan NPV minimum = Rp 81.569.328.538,35. Tabel 1 Perbandingan Waktu Restorasti Gangguan tanpa dan dengan SCADA
JenisKegiatan WaktuPesimistik (menit) Tanpa SCADA 2 2 5 2 1 12 Dengan SCADA 0 0 5 0.5 0 5.5 WaktuOptimistik (Menit) Tanpa SCADA 2 2 5 2 1 12 Dengan SCADA 0 0 0 1 0 1

Terjadigangguan,operatorGImengecekperalatanyangterganggu OperatorGImelaporkangangguankeAP2B AP2BkonfirmasikePiketCabang MecobamemasukanPMT OperatorGImelaporkankondisiPMT TotalWaktuyangdiperlukanuntukperbaikan PerbedaanWaktuPerbaikan PerbedaanWaktuPerbaikan

6.5 54.17%

11 91.67%

Sumber : Kajian Kelayakan Finansial Upgrade Master Station APB Sistem Kalselteng 2008

3 4

Sumber:SEDireksiPLNNo.008.E/012/DIR/2002 LihatTabel1 5 waktuoptimisakandijadikandasarperhitunganmanfaatmaksimumdansebaliknyabagiwaktupesimis. 6 Pengeluaran=BiayaInvestasiSCADA+Biayapemeliharanpertahun(3%dariBiayaInvestasiSCADA) 7 Pemasukan=nilaimanfaatpadaTabel2 8 Sumber=KajianKelayakanFinansialUpgradeMasterStationAPBSistemKalselteng2008(diolah)

Tabel 2 Nilai Manfaat


Tahun Energiyang tersalurkarena SCADA Optimistik(A) 15.670.384.733 15.670.384.733 15.670.384.733 17.237.423.206 17.237.423.206 17.237.423.206 17.237.423.206 17.237.423.206 17.237.423.206 17.237.423.206 17.237.423.206 Energiyang tersalurkarena SCADA Pesimistik(B) 15.231.046.221 15.231.046.221 15.231.046.221 16.754.150.843 16.754.150.843 16.754.150.843 16.754.150.843 16.754.150.843 16.754.150.843 16.754.150.843 16.754.150.843 Manfaat Pencegahan gangguan meluas(C) 1.428.369.637 1.485.504.423 1.544.924.600 1.606.721.584 1.670.990.447 1.737.830.065 1.807.343.267 1.879.636.998 1.954.822.478 2.033.015.377 2.114.335.992 NilaiManfaat NilaiManfaat Maksimum Minimum (Rp) (Rp) (D=A+C) (E=B+C) 17.098.754.370 16.659.415.858 17.155.889.156 16.716.550.644 17.215.309.333 16.775.970.821 18.844.144.790 18.360.872.427 18.908.413.653 18.425.141.290 18.975.253.271 18.491.980.908 19.044.766.474 18.561.494.111 19.117.060.204 18.633.787.841 19.192.245.684 18.708.973.321 19.270.438.584 18.787.166.220 19.351.759.199 18.868.486.836

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Sumber : Kajian Kelayakan Finansial Upgrade Master Station APB Sistem Kalselteng 2008 (diolah)

C. Analisis Risiko Analisis risiko dilakukan pada setiap tahapan pada siklus investasi yaitu tahap pengakuan, pembangunan dan operasional. Proses analisis yang dilakukan melalui beberapa proses yaitu identifikasi risiko, pengukuran risiko dan prioritisasi risiko. Langkah pertama dari analisis risiko adalah identifikasi risiko dengan menggunakan Risk Breakdown Structure (RBS) (Schwalbe, 2007). RBS memudahkan identifikasi risiko yang tersusun berdasarkan kategori-kategori yaitu Bisnis, Teknologi SCADA, Organisasi PLN dan Manajemen Proyek SCADA. Risiko yang telah teridentifikasi akan dijadikan bentuk pertanyaan faktor risiko, yang akan diukur bobot risiko nya dengan metode kuisioner9. Kuisioner ini akan diberikan kepada karyawan PT. PLN (Persero) AP2B yang dibagi menjadi dua kelompok : 1. Kelompok yang terlibat pada tahap pengakuan dan pembangunan investasi (13 responden): Kelompok ini mewakili sisi pendapat dari Manajemen perusahaan, Enjiner dan pengguna SCADA. Kelompok ini dipilih berdasarkan pengalamannya mengikuti proyek SCADA yaitu minimal satu proyek. 2. Kelompok yang terlibat pada tahap operasional investasi (27 responden): Kelompok ini mewakili sisi pendapat dari Manajemen perusahaan, Enjiner dan pengguna SCADA. Mayoritas responden pada kelompok ini diwakili oleh Enjiner yang bertugas untuk memelihara SCADA dan pengguna SCADA yang bertugas untuk mengoperasikan sistem tenaga listrik. Kelompok ini dipilih berdasarkan pengalamannya mengikuti proyek

SCADA yaitu minimal satu proyek atau terlibat dalam operasional SCADA.

MetodekuisionermenggunakanskalalikertdanpertanyaannyamenggunakansumberdariPMI(2000)

Langkah selanjutnya adalah memetakan hasil dari pembobotan risiko. Risiko yang memiliki probabilitas tinggi dampak tinggi, probabilitas tinggi dampak sedang dan probabilitas sedang dampak tinggi10 merupakan risiko yang memiliki prioritas untuk ditangani. Tingkat

keberhasilan pada tahap investasi adalah presentase risiko yang tidak perlu ditangani dengan jumlah risiko yang teridentifikasi. Hasil tingkat keberhasilan investasi pada setiap tahap investasi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Tingkat keberhasilan Investasi
TahapInvestasi Risiko yang perlu ditanga ni 6 16 15 Risiko yang tidak perlu ditanga ni 5 24 23 Tingkat Kegagala n Investasi 55% 40% 39% Tingkat keberhasila nInvestasi

TahapPengakuan TahapPembangunan TahapOperasional

45% 60% 61%

Sumber:Hasilkuisioner(diolah)

D. Analisis Options OBRiM terdapat 9 options yaitu options Defer, Stage, Explore, Alter Scale, Abandon,

Outsourcing, Lease, Compound dan Strategic Growth/Expand. Options dipilih berdasarkan hasil wawancara dengan perwakilan manajemen perusahaan dan risiko yang ditemui pada siklus investasi yaitu tahap pengakuan, pembangunan dan operasional. Hasil wawancaranya adalah sebagai berikut : 1. Options menangguhkan investasi (defer) dilakukan apabila menemukan hambatan dalam pendanaan investasi. Pembiayaan Investasi SCADA didapat melalui anggaran negara ataupun dari PLN sendiri. Penundaan investasi biasanya memakan waktu 1 - 2 tahun. Seandainya pemerintah tidak jadi membiayai investasi maka pembiayaan dilakukan PLN sendiri dengan pembangunan secara bertahap. 2. Options Investasi bertahap (stage) dilakukan setelah mengetahui bahwa pembiayaan tidak mencukupi dari nilai proyek investasi sehingga dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan. 3. Options menjelajahi investasi (explore) yaitu dengan melakukan proyek percontohan sulit diterapkan dalam perusahaan PLN. Kesulitan yang dihadapi oleh PLN adalah pengawasan terhadap pembiayaan investasi proyek percontohan dan vendor sendiri merasa keberatan dikarenakan biaya besar yang dikeluarkan belum sebanding dengan keuntungan yang

10

Tinggi=skalalikertdenganbobot4dan5;Sedang=skalalikertdenganbobot3;Rendah=skalalikert denganbobot1dan2

didapat. PLN sampai saat ini belum pernah melakukan proyek percontohan untuk investasi SCADA. 4. Options merubah ruang lingkup investasi (Alter scale) dimungkinkan dilakukan jika terjadi faktor eksternal seperti krisis ekonomi ataupun perubahan nilai mata uang asing yang cukup signifikan. Ruang lingkup investasi dipersempit dengan memilih secara selektif teknologi mana yang lebih diutamakan. 5. Options menghentikan investasi (Abandon) tidak dilakukan karena kebijakan perusahaan. SCADA sangat penting bagi sistem pengaturan tenaga listrik sehingga jika terjadi hambatan terhadap investasi, option yang dapat dilakukan adalah menunda investasi sampai kondisi memungkinkan. Contoh kondisi yang sering dialami oleh PLN adalah sering terjadi tender ulang akibat hambatan yang mengakibatkan tender tidak dapat dilanjutkan dan kemudian perusahaan melakukan kajian ulang terhadap investasi tersebut. Contoh kondisi lainnya vendor tidak dapat menyelesaikan proyek maka dilakukan pembatalan kontrak dan kemudian dilakukan evaluasi terhadap investasi kembali. 6. Options sub-kontrak ke pihak ketiga (Outsourcing) tidak dapat dilakukan karena SCADA dianggap bagian core bisnis perusahaan dan merupakan kebijakan perusahaan bahwa hal yang bersifat vital tidak dapat di sub-kontrak kan.
7. Options menyewa (Lease) mungkin saja dilakukan oleh perusahaan karena kebijakan

perusahaan mengijinkan. Tetapi kendala yang dihadapi adalah tidak adanya vendor yang bersedia kerjasama karena nilai keuntungan yang kecil dibandingkan nilai investasi yang disewakan. 8. Options menggabungkan beberapa pilihan investasi (Compound) sangat mungkin dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi yang dihadapi perusahaan. Dari kondisi tersebut kemudian dilakukan perencanaan skenario berdasarkan penggabungan beberapa options.
9. Options pertumbuhan yang bernilai strategis (Strategic growth/expand) bagi perusahaan

PLN harus dilakukan karena pertimbangan pertumbuhan beban listrik atau kebutuhan konsumen sehingga menuntut sistem untuk dikembangkan. Menurut hasil dari wawancara tersebut options yang relevan dengan kondisi perusahaan adalah options defer, stage, alter scale dan expand . Langkah selanjutnya adalah options yang relevan dengan kondisi perusahaan dipetakan atau disesuaikan dengan risiko yang perlu ditangani dan dengan tahap siklus investasi. Hasil dari pemetaan options dengan risiko dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil Pemetaan Hubungan Risiko dengan options Investasi


Tahap Siklus Investasi Penga kuan Pembangunan Options Faktor Risiko Defer
RISIKO ORGANIS ASI

Operasional

Stage

Alter Scale
X

Defer

Expand

Defer
X

Pengguna kesulitan dalam mempelajari dan menggunakan hasil proyek Proyek teralu besar atau kompleks bagi organisasi Alur kerja organisasi belum baku (banyak perubahan) Adanya kompetisi yang semakin ketat pada bisnis yang dijalankan Adanya perubahan tuntutan dan situasi dipasar yang dapat mempengaruhi pembiayaan proyek Supplier atau vendor pendukung proyek tidak stabil Adanya peraturan baik internal maupun eksternal yang bisa memberatkan jalannya proyek Kurangnya manajemen integrasi Tidak dilakukan pengkajian ulang setelah proyek selesai Tidak lengkapnya prasyarat standar kualitas yang diinginkan Ketidakakuratan estimasi waktu dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek Kurangnya manajemen pembebanan dan alokasi sumber daya Kurangnya pemeliharaan/kendali biaya Poyek tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya Kurangnya pengendalian atas kualitas hasil proyek Peralatan atau teknologi yang dipesan terlambat dating Ketiadaan manajemen konflik Komunikasi antar anggota tim pengembang proyek kurang baik Konsultasi antar tim pengembang dengan manajemen organisasi kurang baik Terjadi gangguan pada salah satu pihak eksternal Proyek yang dibuat tidak sesuai dengan desain yang telah ditetapkan Kemampuan anggota tim pengembang proyek terhadap teknologi belum memadai

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X

RISIKO BISNIS

X X X X X X X X

RISIKO MANAJEMEN PROYEK

X X X X X X X

X X X

RISIKO TEKNIS

Sumber : Hasil Analisis options (diolah)

E. Konfigurasi Skenario Investasi Langkah penelitian selanjutnya adalah membuat konfigurasi skenario options dengan berdasar pada hasil analisis options11 dan prinsip dasar membuat konfigurasi skenario (Benaroch, 2002) . Pada tahap pengakuan investasi terdapat 2 skenario awal pengambilan keputusan yaitu keputusan dengan kondisi terbaik dan keputusan dengan kondisi terburuk. Kondisi terbaiknya adalah membangun investasi secara menyeluruh kemudian keputusan alternatif nya12 adalah melakukan penundaan investasi. Tahap siklus investasi selanjutnya adalah tahap pembangunan. Cara pengambilan keputusan pada tahap pengakuan sama dengan tahap pembangunan maupun tahap operasional. Perbedaannya adalah options yang tersedia pada tahap siklus investasi tersebut. Options yang tersedia pada tahap pembangunan13 adalah options stage, alter scale, dan defer. Langkah pada tahap siklus investasi dimulai pada skenario membangun investasi secara menyeluruh sesuai dengan perencanaan awal investasi. Percabangan keputusan pada skenario ini adalah tetap melanjutkan pembangunan investasi atau melanjutkan pembangunan dengan

11 12

LihatTabel4 Keputusandiambilberdasarkanrisikoyangditemuidankondisiterburuk. 13 Optionsyangtersediapadatahapsiklusinvestasidisesuaikandengankondisiperusahaan.

ruang lingkup investasi diperkecil (alter stage). Options alter stage dipilih dikarenakan karena options yang paling sesuai dibandingkan defer dan stage. Keputusan tersebut tidak dapat dilakukan lagi karena pada awal sudah diputuskan untuk membangun secara menyeluruh dan yang paling memungkinkankan adalah melakukan pembangunan dengan diperkecil ruang lingkupnya. Awal skenario dengan melakukan penundaan disandingkan dengan pembangunan secara bertahap karena sesuai dengan panduan yang diberikan Benaroch bahwa options defer dan stage dimasukkan dalam satu konfigurasi. Skenario terakhir14 pada tahap operasional yaitu dilakukan pengembangan investasi (expands) karena melihat kebutuhan sistem tenaga listrik yang terus berkembang. Konfigurasi skenario Investasi dapat dilihat secara lengkap pada Gambar 3.

Gambar 3 Konfigurasi Skenario Investasi.


Sumber:HasilAnalisisoptions(diolah)

F. Perhitungan Real Options (ROV) Perhitungan nilai real options dilakukan pada tiap titik keputusan15 yang dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil perhitungan tersebut akan dijumlahkan berdasarkan jalur skenario investasi yang dapat dilihat pada Tabel 6 . Perjumlahan tersebut akan diketahui jalur skenario mana yang optimal yaitu yang memberikan manfaat investasi secara maksimal. Jalur skenario yang

14 15

Skenarioinidilakukanpadasetiapjalurskenariopadatahapoperasional ContohD1danD1:DisimbolkandenganDsebagaititikkeputusan;1sebagaikeputusandengankondisi terbaikdan1kondisiterburuk.

memberikan manfaat secara optimal adalah jalur skenario S5 yaitu skenario melakukan penundaan investasi kemudian dilanjutkan dengan pengembangan bertahap melalui tiga tahap pembangunan, dan setelah operasional, proyek SCADA diputuskan untuk dilanjutkan kembali pengembangannya karena kebutuhan sistem tenaga listrik yang terus berkembang. G. Analisis Sensitivitas Tujuan analisis sensitivitas pada penelitian ini adalah untuk mengetahui parameter mana yang paling mempengaruhi nilai real options. Parameter yang dilakukan analisis adalah parameter biaya per fase investasi (K), tingkat keberhasilan fase (q) dan waktu per fase (t).

Pertimbangan pemilihan parameter K, q, t adalah perusahaan lebih dapat mengendalikan parameter tersebut jika dibandingkan parameter lainnya contohnya seperti tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga tidak dapat dirubah atau dilakukan upaya perubahan oleh perusahaan karena yang menentukan adalah pihak Bank Indonesia. Analisis Sensitivitas dilakukan pada jalur skenario yang memiliki nilai options tertinggi, yaitu jalur skenario S5 dan dilakukan dengan menaikkan/menurunkan parameter dengan range 10%. Skenario S5 terdiri atas 5 titik keputusan. Analisis sensitivitas akan dilakukan untuk masing-masing titik keputusan tersebut untuk melihat parameter mana yang paling mempengaruhi nilai real options sehingga dapat dijadikan masukan parameter mana yang diprioritaskan untuk dapat mengoptimalkan jalur skenario S5. Hasil analisis sensitivitas dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 5 Nilai Real options Pada Titik Keputusan
Titik Keputusan D1 D1' AS2 AS2' D3 D3' D4 D4' D5 D5' E6 E6' E7 E7' E8 E8' E9 E9' E10 E10' E11 E11' Rumus Options Expands Defer Expands AlterScale Expands Defer Expands Defer Expands Defer Expands Defer Expands Defer Expands Defer Expands Defer Expands Defer Expands Defer NilaiRealoptions Rp28.004.608.325,15 (Rp2.470.601,45) Rp8.151.447.594,31 (Rp2.059.584.604,67) Rp14.096.746.460,59 (Rp1.634.178,13) Rp11.834.109.169,89 (Rp801.900,82) Rp11.834.109.169,89 Rp30.376,49 Rp13.184.969.930,30 Rp864.035,80 Rp13.184.969.930,30 Rp1.696.589,51 Rp13.184.969.930,30 Rp2.529.143,22 Rp13.184.969.930,30 Rp3.361.696,94 Rp13.184.969.930,30 Rp4.194.250,65 Rp13.184.969.930,30 Rp5.026.804,36

Sumber:HasilAnalisisKonfigurasiOptions(diolah)

Tabel 6 Nilai Real options Pada Jalur Skenario


Jalur Skenario S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 TitikKeputusan D1+AS2+E6 D1+AS2+E6' D1+AS2'+E7 D1+AS2'+E7' D1'+D3+D4+D5+E8 D1'+D3+D4+D5+E8' D1'+D3+D4+D5'+E9 D1'+D3+D4+D5'+E9' D1'+D3+D4'+E10 D1'+D3+D4'+E10' D1'+D3'+E11 D1'+D3'+E11' Nilairealoptions perJalurSkenario
Rp49.341.025.849,76 Rp36.156.919.955,26 Rp39.129.993.650,78 Rp25.946.720.309,99 Rp50.947.464.129,23 Rp37.765.023.342,15 Rp39.113.385.335,83 Rp25.931.777.102,46 Rp27.278.443.888,62 Rp14.097.668.208,97 Rp13.180.865.150,72 Rp922.024,78

Sumber:HasildariolahdataTabel5

Tabel 7 Hasil Analisis Sensitivitas


TitikKeputusan D1 D3 D4 D5 E8 Parameteryang mengalami perubahanterbesarterhadapRO K K K K K

Sumber:HasilAnalisisSensitivitas(diolah)

KESIMPULAN 1. Penelitian ini menghasilkan 12 jalur skenario yang dirancang berdasarkan risiko yang ditemui pada fase investasi. Jalur skenario tersebut memiliki 3 jalur skenario utama yaitu skenario pembangunan menyeluruh merupakan skenario tanpa mempertimbangkan risiko yang ditemui, kedua skenario investasi dengan ruang lingkup diperkecil, skenario tersebut dipertimbangkan karena faktor risiko investasi yang terlalu kompleks bagi perusahaan dan skenario utama ketiga adalah skenario investasi bertahap yaitu skenario yang mempertimbangkan masalah pembiayaan proyek yang dikhawatirkan mengganggu jalannya investasi. 2. Konfigurasi skenario yang memiliki nilai real options tertinggi adalah skenario melakukan penundaan selama satu tahun kemudian melakukan pembangunan secara bertahap dengan 3 tahapan dan fase selanjutnya adalah melakukan pengembangan investasi. Konfigurasi skenario dengan nilai real options tertinggi dapat dijadikan rekomendasi bahwa skenario tersebut strategi investasi yang dapat mengoptimalkan manfaat dari investasi. 3. Konfigurasi skenario yang memiliki nilai real options tertinggi kedua adalah skenario melakukan pembangunan secara menyeluruh setelah itu melakukan pengembangan investasi.

4. Jalur Skenario yang memiliki nilai real options terendah adalah skenario melakukan penundaan selama 3 tahun kemudian muncul kembali risiko untuk memulai pembangunan akhirnya perusahaan tidak melakukan pembangunan sama sekali. 5. Hasil analisis sensitivitas menghasilkan bahwa parameter K (biaya per fase) memiliki pengaruh terbesar terhadap nilai real options dibandingkan parameter q (tingkat keberhasilan fase) dan t (waktu per fase). DAFTAR PUSTAKA Analisa Kelayakan Pengembangan Sistem Master Station SCADA Area Pengatur Distribusi Bali PT.PLN (Persero) Distribusi Bali, 2006. Benaroch, 2001, Option-Based Management of Technology Investment Risk, IEEE Transactions on Engineering Management, Vol. 48, No. 4, hal. 428-444. Benaroch, 2002, Managing Information Technology Risk: A Real options Perspective, Journal of Management Information System, Vol. 19, No. 43-84. Benaroch, Lichtenstein & Robinson, 2006, Real options In IT Risk Management: An Empirical Validation of Risk-Options Relationship, Journal Of Management Information Systems,Vol. 30. No.4, hal.827-891 Benaroch, Jeffery, Kauffman & Sandeep , 2007, Option-Based Risk Management: A Field Study Of Sequential IT Investment Decisions, Journal Of Management Information Systems, Vol. 24, No. 2, hal. 103-140. Borison, 2005,Real options Analysis: Where Are The Emperor Clothes?,Journal of Applied Corporate Finance, Vol.17, No.2, hal 17-31. Brach, 2003, Real options in Practice, John Wiley & Sons Inc, New Jersey. Hadi, Sriyanta, 2003. Valuasi Investasi Upstream Petroleum dengan Menggunakan Real Options Analysis (ROA) (Kajian PT KPSA), Magister Manajemen, Universitas Indonesia. Hanafi, 2006. Manajemen Risiko, UPP STIM YKPN Juliantono, Wiku, SCADA EMS DMS sebagai bagian dari TI korporat, Transmission and Distribution, Jakarta. Kajian Kelayakan Finansial Upgrade Master Station APB Sistem Kalselteng 2008. Kamil, Rosa, 2000. Penerapan metode real options pada properti, Magister Manajemen, Universitas Indonesia Kendrasti, Kennis, 2009, Penerapan kerangka kerja OBRim (Options -Based Risk Management) dalam upaya memaksimalkan nilai investasi Teknologi Informasi studi kasus: PT.TOA Galindra Electronics, MTI FASILKOM, Universitas Indonesia. Leslie, Michaels, 1997, The real power of real options, The McKinsey Quarterly, No. 3, hal.4-22. Luehrman, 1998 Strategy as a Portfolio of Real options, Harvard Business Review, Vol. 76, No 5, hal. 89-99. Neufville, 2003, Real options: Dealing With Uncertainty in System Planning and Design, Integrated Assessment, Vol. 4, No.1, hal..26-34. PT. ABB

Noviyanti, L 2008, Pengelolaan risiko pada skema pendanaan proyek perumahan karyawan PT. boral indonesia di Kabupaten Lebak, Teknik Sipil Kekhususan Manajemen Proyek, Universitas Indonesia. Pandjaitan, Bonar, 1999, Teknologi Sistem Pengendalian Tenaga Listrik Berbasis SCADA, Jakarta. Peraturan Pemerintah, No.17, 1972. PMI, 2000, A Guide to the Project Management Body of Knowledge, Project Management Institute, Newtown Square. Saha, 2003, Real options perspective to Enterprise Architecture As An Investment Activity. Institute of System Science National University of Singapore. Saltelli, A., Ratto, M., Andres, T., Campolongo, F., Cariboni, J., Gatelli, D. Saisana, M., and Tarantola, S., 2008, Global Sensitivity Analysis. The Primer, John Wiley & Sons. SE Direksi PLN No. 008.E/012/DIR/2002 Sekaran, U 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis Edisi ke-4 Buku 2, Salemba Empat, Jakarta. Schwalbe, 2007, Information Technology Project Management Fifth Edition, Thompson. Stouffer, Falco, Scarfone, 2002. Guide to Industrial Control Systems (ICS) Security, NIST Special Publication, hal.800-82. Thorp, 2003, The Information Paradox Realizing The Business Benefits Of Information Technology, Revised Edition, McGraw-Hill. Trigeorgis, L, 1996, Real options: Managerial Flexibility and Strategy in Resource Management, Zeitschrift fur Bet riebswirtscahft, Vol. 67, hal. 1341-1344. Vintila, N 2002 Real options in Capital Budgeting. Pricing the Option to Delay and The Option to Abandon a Project, Theoretical and Applied Economics, Vol. 7, No. 7, hal. 47-58. Wang, 2003, Analysis of Real options in Hydropower Construction Projects -- A Case Study in China, Master of Science in Technology and Policy, Massachusetts Institute of Technology. <http://id.wikipedia.org/wiki/NP> [26 Juli 2010] <http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/ > [26 Juli 2010]

Anda mungkin juga menyukai