Anda di halaman 1dari 7

Artikel Pemikiran

Fenomena Online Sosial Media (Pergeseran Agenda Setting Komunikasi Massa dan Perubahan Dunia Public Relation)

Disusun Oleh: Galuh Ardi Nugroho 201010040311033

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011

ABSTRAK Interaksi antara media dengan audiens adalah hal yang paling sulit dalam sebuah komunikasi massa,kondisi keterbatasan audiens untuk berinteraksi dengan media membuat media massa mampu melakukan Agenda Setting atau dengan kata lain mendorong masyarakat untuk menentukan apa yang perlu mereka pikirkan. Namun, internet yang saat ini telah memasuki era web 2.0 (sebenarnya sudah memasuki web 3.0, namun penulis hanya membatasi sampai web 2.0) mendorong terjadinya revolusi digital dan berkembang media baru secara cepat dan menyeluruh yang disebut social media. Karakter social media telah merubah situasi serta cara berkomunikasi masyarakat menjadi lebih cepat dan semakin bebas menyuarakan pendapat. Peran dan posisi Public Relation masa kini juga tidak terlepas dari teknologi komunikasi yang semakin pesat berkembang. Upaya praktisi Public Relation dalam membangun citra positif perusahaan menjadi tidak sekedar berbicara positif didepan wartawan dan media massa, melainkan lebih mengedepankan pada interaksi maya bersama publiknya, baik produsen maupun konsumen. Kata kunci : Media massa, Agenda setting, Social Media, Public Relation.

BAB I PENDAHULUAN
Teori Agenda Setting muncul pada dekade 60-an, ketika manusia belum mengenal adanya internet. Ide dasar dari Agenda setting adalah media (komunikasi) massa menjadi lebih dari sekedar pemberi informasi dan opini, di sisi lain media berusaha membuat masyarakat memikirkan sesuatu. Mungkin dalam praktiknya media massa gagal membuat masyarakat memikirkan sesuatu, namun berhasil mendorong audiens-nya untuk menentukan apa yang perlu dipikirkan. Agenda setting membuktikan betapa besarnya kemampuan media massa untuk membuat isu- isu yang dianggap penting oleh masyarakat. Artinya, media sebenarnya hanya menyeleksi kemudian berkonsentrasi dalam isu- isu yang sebenarnya jumlahnya mungkin relatif sedikit, kemudian membuat audiens berpikir bahwa memang itulah isu- isu yang penting daripada isu- isu lain yang jumlahnya lebih banyak. Di era 60- an pula dikenal teori peluru atau yang sebagian toritis menyebutnya dengan teori jarum suntik, teori ini berasumsi bahwa isi media mempengaruhi pemikiran audiens layaknya peluru yang menembus sasaran tanpa hambatan, atau sesuatu yang mudah disuntikkan dalam tubuh. Kekuatan sebuah media massa untuk menentukan apa yang perlu dipikirkan oleh audiens-nya inilah yang dimanfaatkan oleh praktisi Public Relation dalam membangun citra positif organisasi. Para praktisi Public Relation menganggap bahwa Agenda setting oleh media massa mampu menjadi media komunikasi efektif dengan seluruh publik internal maupun eksternal yang terkait untuk membangun hubungan positif dan untuk menciptakan konsistensi antara tujuan yang ingin dicapai dan harapan masyarakat. Lalu memasuki abad modern, teknologi komunikasi semakin megalami kemajuan. Internet adalah salah satu teknologi komunikasi yang selama ini paling berpengaruh dan sudah mengubah bentuk kehidupan masyarakat modern. Perkembangan generasi internet dari web 1.0 telah menjadi web 2.0. Jika pada generasi web 1.0 pengguna internet hanya menggunakan internet mereka untuk sekedar mencari atau browsinguntuk mendapatkan informasi tertentu.Sementara dalam perkembangannya di generasi web 2.0 ini terdapat ciriciri yang mencolok pada penggunannya. Penggunaan web untuk berbagi, pertemanan dan kolaborasi menjadi sangat penting.

Dalam kelanjutan perkembangannya, web 2.0 membawasocial media seperti Facebook, Twitter, Blog, Youtube, dll menjadi memiliki banyak pengguna. Social media membawa perubahan yang luar biasa terhadap perkembangan jaman. Melalui social media, pengguna saling berbagi ilmu, pengalaman atau lainnya sehingga terbentuk komunitas online yang menghapuskan sifat- sifat individualis. Di era social media ini manusia menjadi semakin pintar dan kritis, teori peluru atau teori jarum suntik pun mulai gugur. Seperti kenyataan yang saat ini kita lihat, audiensmedia bukan orang yang begitu saja menerima informasi yang disampaikan oleh saluran- saluran komunikasi. Namun teori Agenda Setting masih belum gugur, apa yang kita sebut dengan pengaruh pers (koran, Majalah, Televisi, Radio) itu masih ada, dan efeknya sampai saat ini masih nyata dan tetap besar. Namun, kini peran itu sudah digerogoti, untuk kemudian dibagi, oleh blog dan situs-situs jaringan sosial di internet. Bahkan, dalam batas dan kasus tertentu, peran itu sudah bergeser. Apa yang penting bagi publik sekarang ini tidak lagi (hanya) ditentukan oleh koran nasional atau stasiun TV besar, melainkan juga oleh postingan di blog, video yang mungkin di-unggah secara iseng di Youtube, konversasi di Facebook atau bahkan mungkin status seseorang (yang cukup berpengaruh) di Twitter. Dampak penggerogotan agenda setting media massa oleh social media tentu saja berefek domino pada perubahan dunia Public Relation. Karakter social media adalah mengedepankan interaksi, partisipasi, dan kolaborasi terbuka dimana setiap orang mempunyai kesempatam untuk menyuarakan ide, pendapat, dan pengalaman mereka melalui media online khusus (blog atau website) ataupun jaringan online sosial, seperti Facebook, My Space, Blogger, You Tube, dan sebagainya. Dengan karakter seperti itu, berarti social media memiliki peran seperti Public Relation. Media baru secara alamiah menggantikan sebagian besar tugas praktisi Public Relation di dalam

perusahaan.Praktisi Public Relation dalam membangun citra positif perusahaan menjadi tidak sekedar berbicara positif didepan wartawan dan media massa. Kasus Prita adalah contoh yang paling mudah diingat tentang kehebatansocial media dalam mempengaruhi agenda setting media massa secara umum. Begitu ramainya postingan di blog dan pembicaraan di Facebook yang mengungkapkan keprihatinan, dukungan maupun simpati atas Prita yang dituntut karena dituduh mencermarkan nama baik Rumah Sakit Omni Tangerang, koran-koran, majalah dan televisi pun kemudian beramai-ramai menjadikannya laporan utama. Ini bisa diartikan bahwa secara tidak langsung blog dan social media telah

mampu menjadi kekuatan penekan agenda settingpers. Serta sebuah contoh tentang kegagalan praktisi public relation yang tidak peka dengan perkembangan teknologi.

1. Rumusan Masalah
Dari pendahuluandiatasmakadapatdiambilrumusanmasalahsebagaiberikut : a. Apa yang dibutuhkan Public Relation di era social media? b. Haruskah praktisi Public Relation melakukan reposisi diri mengingat sebagian besar tugasnya digantikan oleh social media ?

2. TujuanPenulisan
a. Membantu perkembangan profesi Public Relation agar lebih dinamis dan mampu beradaptasi dengan perkembangan jaman pada saat ini maupun masa yang akan datang.

3. Manfaat yang Diharapkan


a. Bisa membuka mata para praktisi Public Relation agar lebih cepat beradaptasi setelah membaca artikel saya. b. Para praktisi Public Relation mampu memanfaatkan teknologi komunikasi dengan sebaik- baiknya.

BAB II PEMBAHASAN
1. Apa yang dibutuhkan Public Relation di era social media?
Pada era modern ini, permasalahan praktisi Public Relation menjadi lebih rumit daripada era sebelumnya. Bukan lagi hanya perilaku konsumen yang berubah dengan adanya social media. Permasalahan menjadi semakin kompleks karena pada dasarnya perkembangan teknologi semakin kedepan akan semakin cepat, tentu saja kecepatan laju perkembangan teknologi juga mempengaruhi kecepatan perubahan medium di social media. Jika lima tahun lalu Friendster merajalela di Indonesia. Kemudian sejak tiga tahun lalu Facebooklah yang menjadi fenomena, sekarang twitter yang sedang mendominasi publik. Untuk selalu bisa selalu beradaptasi dengan laju perkembangan teknologi yang selalu berefek pada cara berkomunikasi manusia, sebaiknya praktisi Public Relation selalu meningkatkan kemampuannya di 3 bidang berikut ini : 1. Komunikasi Berkomunikasi adalah kemampuan wajib praktisi Public Relation. Namun perlu ditekankan bahwa kompetensi komunikasi yang dimiliki bukan hanya sekedar kemampuan untuk membuat siaran pers dan berhubungan dengan media. Perlu diingat, konsumen atau publik yang tergabung di social media kurang menyukai bahasa formal seperti siaran pers. Komunikasi disini adalah kemampuan untuk menulis dengan bahasa yang kasual, sebuah revolusi komunikasi lisan yang ditulis. Sebuah kemampuan komunikasi bukan hanya mampu menulis yang baik, tapi mampu berinteraksi dengan publik. 2. Pemasaran Para praktisi Public Relation pada akhirnya juga harus mengerti konsep-konsep pemasaran. Ketika Public Realtion harus berhubungan langsung dengan konsumen, maka pengetahuan harus diperluas dengan ilmu pemasaransehingga lebih mudah

berkomunikasi dengan konsumen. Di era social media, batas antara peran Public Relation dan Marketing menjadi semakin kabur.

Praktisi Public Relation kini juga harus bisa menganalisis, medium mana di internet yang mereka harus terjuni. Mereka mau tak mau harus belajar mengenai tren perilaku konsumen di Online, dan bagaimana mendekati mereka. 3. Teknologi Praktisi Public Relation pada akhirnya harus update dengan teknologi terbaru. Praktisi Public Relation juga harus terus mengikuti perkembangan teknologi. Bila sekarang sedang tren Twitter, maka harus terjun ke dalamnya agar mengerti bagaimana sebenarnya Twitter itu. Apa yang bisa dilakukan, aplikasi apa saja yang ada di Twitter yang bisa mendukung pekerjaan mereka.Dengan memahami teknologi ini, praktisi Public relation diharapkan memahami implikasi aplikasi baru tersebut terhadap perusahaan dan merek yang ditangani. Tiga kemampuan diatas harus menjadi dasar dan menyatu dalam diri seorang praktisi Public Relation masa sekarang dan di masa yang akan datang.

2. Haruskah praktisi Public Relation melakukan reposisi diri mengingat sebagian


besar tugasnya digantikan oleh social media ? Pada era modern

Anda mungkin juga menyukai