Anda di halaman 1dari 41

I. PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hak dasar yang harus dinikmati setiap warga negara sebagaimana terkandung dalam amanat Undang-Undang Dasar 1945.

Pembangunan dan kemajuan suatu bangsa dapat diukur melalui tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakatnya. Alat bantu dalam pembelajaran ialah ruang kelas, bahan-bahan rujukan dan sebagainya. Ruang kelas merupakan elemen penting dalam melancarkan terlaksananya proses pembelajaran. Tetapi kelas yang kecil dengan jumlah siswa siswa yang besar bukan merupakan sesuatu yang baik karena penuh sesak dan beremungkinan untuk menimbulkan suasana lebih gaduh. Kalaupun kondisi kelas seperti disebutkan tersebut, maka guru harus memiliki keterampilan pengelolaan kelas yang baik, paling tidak harus memahami prinip-prinsip pembelajaran sesuai situasi tersebut. Besarnya jumlah siswa di dalam kelas menuntut guru agar menggunakan teknik atau metode pembelajaran yang tepat, dengan memanfaatkan sumber dan bahan pembelajaran yang tepat pula. Disamping itu, guru sedapat mungkin menggunakan media pembelajaran sehingga mempermudah proses penyampaian informasi pelajaran kepada siswa. melalui media, guru dapat melaksanakan proses pembelajaran lebih interaktif dengan siswa. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat, siswa tidak saja memperoleh penjelasan teoretis dari guru tetapi juga memperoleh pengalaman langsung dari model yang dihadirkan guru di dalam kelas. Menurut penulis, kesulitan belajar yang dialami siswa sehingga membuat hasil belajar menjadi rendah dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu dari sisi proses pengajaran yang

dilaksanakan guru dan siswa itu sendiri. Dari sisi guru, metode pembelajaran yang digunakan masih kurang efektif karena tidak sesuai dengan karakteristik mata pelajaran/materi pokok yang diajarkan, disamping itu masih banyak guru yang tidak menggunakan alat peraga yang ada. Sedangkan yang bersumber dari diri siswa dapat berupa kemampuan belajar siswa, motivasi belajar baik secara instrinsik maupun ekstrinsik, dan kemampuan sosio ekonomi siswa yang berhubungan dengan fasilitas belajarnya, serta keadaan lingkungan yang tidak mendukung proses pembelajaran. Permasalahan di atas pada prinsipnya dapat diperbaiki guru bilamana guru mampu mendesain, membuat dan menhadirkan model dalam proses pembelajaran yang difungsikan sebagai media penyampaian materi pelajaran, karena media sangat membantu dan mempermudah guru dan siswa untuk memahami konsep pelajaran secara luas dan menyeluruh, terutama dalam mata pelajaran IPA/Sains seperti media Torso. Menurut Rohani (1997:6) menyatakan bahwa: Media pembelajaran memiliki peran untuk mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta didik, mengatasi batas-batas ruang kelas, mengatasi kesulitan apabila suatu benda secara langsung tidak dapat diamatikarena terlalu kecil, mengatasi gerak benda secara cepat atau terlalu lambat sedangkan proses gerakan itu menjadi pusat perhatian peserta didik, atau mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks sehingga dapat dipisahkan satupersatu untuk diamati secara terpisah. Berdasarkan penjelasan Rohani di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran sebagai alat peraga di dalam kelas oleh guru dan siswa dapat memberikan kemudahan pemahaman terhadap materi pelajaran secara lebih mendetail dan komprehensif. Torso sebagai media pembelajaran merupakan model atau alat peraga berupa patung manusia lengkap beserta organ-organ tubuh manusia. Dari sisi proses pengajaran guru, Torso bagian-bagian atau komponen organ tubuh manusia tersebut dapat dilepas

dengan mudah untuk digunakan/di demonstrasikan guru di depan kelas guna mendeskripsikan nama, letak, serta fungsi organ tubuh tersebut. Sedangkan dari sisi siswa, dapat memperoleh pengatahuan yang luas mengenai nama, letak, dan bentuk organ-organ tubuh manusia beserta fungsinya masing-masing. Hasil pengamatan awal menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dalam menggunakan alat peraga masih kurang dilaksanakan guru IPA pada siswa kelas IV SDN 267 Lampesue Kabupaten Luwu Timur. Ketidaktersediaan alat-alat peraga menjadi alasan utama guru untuk tetap melaksanakan proses pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran yang umumnya hanya bertumpu pada aktivitas mengajar guru dan kurang bahkan tidak melibatkan keaktifan siswa. seharusnya, jika sekolah tidak menyediakan alat peraga yang dibutuhkan, guru dapat mendesain media sendiri secara kreatif dengan menggunakan alat dan bahan-bahan yang ada disekitar dan biaya yang ekonomis. Prinsip utamanya adalah media tersebut memudahkan proses pengajaran guru, dan membantu siswa untuk mempermudah memahami konsep pelajaran yang diajarkan guru. Tidak tersedianya media dan kurangnya kreativitas guru dalam mendesain dan membuat media pembelajaran seperti Torso untuk digunakan dalam proses pembelajaran sebagaimana hasil pengamatan awal berdampak pada hasil belajar siswa kelas IV, dimana nilai rata-rata yang diperoleh siswa sesuai dengan data yang diperoleh dari guru kelas hanya mencapai 7,0. Walaupun nilai tersebut sudah memenuhi standar ketuntasan minimal (SKM) 70% dari yang ditetapkan sekolah/guru kelas, namun masih dapat dioptimalkan dengan menggunakan metode dan media yang tepat dalam proses pembelajaran, khususnya pada materi pokok organ-organ tubuh manusia dan fungsinya.

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan tindakan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran Torso sebagai upaya optimalisasi hasil belajar yang telah dicapai siswa kelas IV SDN 267 Lampesue, melalui kolaborasi dengan guru mata pelajaran IPA sebagaimana dimaksudkan dalam penelitian ini. Penggunaan media Torso didasari asumsi bahwa siswa dapat lebih memahami konsep materi pelajaran IPA khususnya materi pokok organ tubuh manusia dan fungsinya jika guru menghadirkan model yang sesuai, yang mengarahkan siswa untuk mengetahui deskripsi nama, bentuk, dan letak organ-organ tubuh manusia itu sendiri.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan guru dan hasil belajar yang dicapai siswa sebagaimana dikemukakan pada latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran pelaksanaan tindakan pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN 267 Lampesue dengan menggunakan media torso? 2. Bagaimana prosedur peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 267 Lampesue dengan menggunakan media torso? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diajukan, maka penelitian ini berujuan untuk: 1. Mengungkapkan gambaran pelaksanaan tindakan pembelajaran IPA siswa kelas IV SDN 267 Lampesue dengan menggunakan media torso.

2. Mendeskripsikan prosedur peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 267 Lampesue dengan menggunakan media torso. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapakan oleh peneliti dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis a. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai masalah yang diteliti b. Sebagai sumber referensi dalam implementasi praktek pembelajaran yang benar sesuai dengan yang diterima dibangku kuliah khususnya di Universitas Negeri Makassar. 2. Manfaat praktis a. Siswa. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena mampu memahami materi pelajaran secara menyeluruh. b. Guru. Sebagai bahan dan sumber rujukan untuk mendesain, membuat atau mengembangkan media pembelajaran yang tepat dengan menggunakan alat dan bahan yang ada di sekitar secara ekonomis. c. Sekolah. Sebagai masukan dalam usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan membina profesionalisme guru dalam pelaksanaan tugas pokoknya di kelas. d. Peneliti. Tambahan pengetahuan teori dan aplikasi bidang kependidikan, khususnya lingkup keguruan.

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka 1. Teori tentang Belajar dan Hasil Belajar a. Belajar Belajar secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau perbuatan yang secara sadar dilakukan seseorang untuk mengumpulkan atau menghafalkan faktafakta yang tersaji dalam bentuk informasi, secara khusus materi pelajaran yang dilakukan siswa di dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas (di rumah). Untuk memperjelas defenisi belajar sebagaimana dikemukakan ahli-ahli bidang pendidikan, maka Slameto (2003:2) mengartikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Senada dengan Slameto, Darsono (2006:24) mendefenisikan belajar adalah belajar merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku, dan menurut Syah (2006:56) belajar adalah suatu perubahan tingkah

laku. Sedangkan Catharina (2004:3) mengartikan belajar sebagai proses penting bagi perubahan prilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Lebih lanjut, menurut Hakim (2000:1), belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain - lain kemampuan. Belajar pada prinsipnya merupakan suatu proses, dan bukan hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya kegiatan mengingat/menghafal, akan tetapi proses mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Hal demikian dipertegas Catharina (2005:3), yang menyebutkan unsur-unsur belajar terdiri dari: 1) motivasi siswa, yaitu berupa dorongan yang menyebabkan terjadi suatu perbuatan atau tindakan tertentu. Motivasi untuk belajar dapat berasal dari dalam diri maupun dari luar diri individu; 2) alat bantu belajar/ alat peraga, merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa mempermudah dalam belajar, sebagai pengalaman langsung siswa terhadap objek belajar; 3) suasana belajar, merupakan suasana yang menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan gairah dalam belajar; dan, 4) kondisi subyek belajar, baik fisik maupun psikis. Berdasarkan dari pengertian-pengertian tentang belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa baik sikap, kelakukan, dan kemajuan belajarnya, atau dengan kata lain bahwa belajar adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu perubahan pada dirinya untuk lebih baik, baik dalam tingkah laku (perilaku) ataupun untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih luas, baik di lakukan di sekolah maupun di rumah.

b. Hasil belajar

Setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dapat dipastikan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut berupa terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku siswa, serta adanya peningkatan terhadap aspek atau kawasan (domain) belajar sebagaimana dijelaskan Latuheru (2002:35), yaitu: a) aspek Kognitif, yaitu meningkatnya intelektual siswa terhadap informasi dan pengetahuan terutama menyangkut penguasaan materi pelajaran. b) aspek Afektif, yaitu terwujudnya karakter dan kepribadian siswa lebih baik dari sisi sikap, perasaan, dan emosional, dan c) aspek psikomotor, yaitu meningkatnya kecakapan-kecakapan belajar siswa terhadap satu atau beberapa keterampilan dasar materi pelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pelaksanaan pembelajaran adalah untuk meningkatkan kecakapan siswa terhadap aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini ditegaskan pula oleh Sudjana (2009:49) yang menyatakan bahwa ketiga aspek (kognitif, afektif dan psikomotor) tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri tetapi merupakan satu kesatuan, dan harus dipandang sebagai sasaran hasil belajar. Sedangkan Tirtaraharja dan La Sulo (2005:25) menegaskan pengembangan dan peningkatan ketiganya harus mendapatkan porsi yang seimbang, pengutamaan aspek kognitif dengan mengabaikan aspek afektif hanya akan mencipitakan orang-orang pintar yang tidak berwatak. Ketiga kecakapan yang ditingkatkan tersebut selanjutnya terwujud pada apa yang disebut sebagai hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil akhir (umumnya dinyatakan dalam bentuk nilai belajar) yang diperoleh siswa terhadap serangkaian kegiatan evaluasi yang dilakukan guru baik evaluasi harian, tengah semester maupun evaluasi akhir semester. Dimaksudkan untuk mengukur sejauhmana penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan. Berdasarkan nilai yang diperoleh, maka siswa dapat diklasifikasikan prestasi belajarnya apakah berada pada kategori sangat baik,

baik, sedang, cukup, atau kurang sesuai dengan standar penilaian yang digunakan di sekolah atau guru mata pelajaran itu sendiri. Menurut Kingsley (Sudjana, 2009) membagi tiga macam hasil belajar, yaitu: a) keterampilan dan kebiasan, b) pengetahuan dan pengertian, c) sikap dan cita-cita. Ketiganya dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah. Sedangkan Gagne mengemukakan lima kategori tipe hasil belajar, yakni: a) verbal information, b) intelektual skill, c) cogniive strategy, d) attitude, dan e) motor skill. Menurut Djamarah dan Zain (2002:121), proses belajar selalu menghasilkan hasil belajar, tinggal bagaimana cara mengukur hasil belajar yang dicapai siswa. Proses belajar tidak mungkin dicapai begitu saja, tetapi banyak faktor yang mempengaruhi sehingga siswa mampu mencapai hasil belajar yang baik. Pada umumnya hasil atau keberhasilan belajar seorang siswa dalam hal ini murid kelas IV SDN 267 Lampesue Kabupaten Luwu Timur sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dilaksanakan oleh siswa itu sendiri. 2. Fakto-faktor yang Memperngaruhi Hasil Belajar Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu, Syah (2006:144) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua faktor, yaitu faktor yang datangnya dari dalam diri individu siswa (internal factor), dan faktor yang datangnya dari luar diri individu siswa (eksternal factor). Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Faktor internal anak, meliputi:

1) Faktor psikis (jasmani). Kondisi umum jasmani yang menandai dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran. 2) Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil belajar siswa antara lain: (b) sikap (c) bakat (d) minat dan (e) motivasi. b. Faktor eksternal anak, meliputi: 1) Faktor lingkungan sosial, seperti para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas. 2) Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana sekolah/ belajar, letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak. 3) Faktor pendekatan belajar, yaitu cara guru mengajar guru, maupun metode dan media pembelajaran yang digunakan. Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa disebut sebagai hambatan/ kesulitan belajar akibat kondisi keluarga yang kurang kondusif. Terkait dengan hal ini, Ihsan (2005:19) menyebutkan tujuh hambatan-hambatan yang dihadapi siswa akibat kondisi lingkungan keluarga, yaitu: a. Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua. b. Figur orang tua yang tidak mampu memberikan keteladanan kepada anak. c. Kasih sayang orang tua yang berlebihan sehingga cenderung untuk memanjakan anak. d. Sosial ekonomi keluarga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bisa menunjang belajar. e. Orang tua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, atau tuntutan orang tua yang terlalu tinggi. f. Orang tua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak, dan g. Orang tua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kreativitas kepada anak. (a) Intelegensi

Berdasarkan uraian di atas, Purwanto (2007:107) menggambarkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam skema berikut:

Gambar 1 Skema Faktorfaktor yang mempengaruhi belajar (Purwanto, 2007) Berdasarkan Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi hasil belajar siswa berasal dari faktor dalam diri siswa sendiri dan faktor dari luar siswa. 3. Media pembelajaran Torso a. Pengertian media Belajar dan pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi atau proses penyampaian pesan dari guru kepada siswa. pesan dalam hal ini berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, dan pengalaman (Rohani, 1997:1). Melalui proses komunikasi, pesan atau informasi dapat diserap dan dihayati orang lain. Agar tidak terjadi

kesesatan dalam proses komunikasi perlu digunakan sarana yang membantu proses komunikasi yang disebut media. Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Djamarah (2006:136). Sedangkan menurut Hamalik (2004:86) media pendidikan adalah cara atau proses yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yang berlangsung dalam proses pendidikan. Penggunaan media dalam proses pembelajaran cukup penting. Hal ini dapat membantu para siswa dalam mengembangkan imajinasi dan daya pikir serta kreatifitasnya. Informasi yang disampaikan guru akan diterima langsung oleh siswa langsung oleh siswa melalui sel saraf dan dibawa ke otak. Dari situlah siswa mulai bergerak dengan cara menanyakan sesuatu yang dipahami, sehingga proses komunikasi dalam pembelajaran mulai efektif. Menurut Latuheru (2002:98) mengemukakan bahwa sesuatu dapat dikatakan sebagai media pembelajaran apabila media tersebut digunakan untuk menyalurkan atau menyampaikan pesan dengan tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, media yang digunakan dapat mebantu

memperlancar komunikasi antara guru dan siswa, termasuk penggunaan media torso, yaitu sebuah media berbentuk patung dengan susunan dan komposisi tubuh manusia serta organ-organ tubuh. Rohani (1997:2) mengemukakan pengertian media dari beberapa ahli, sebagai berikut:

a. Media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima (Santoso S. Hamijaya). b. Media adalah saluran (channel) karena pada hakikatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu. Dengan bantuan media batas-batas itu hampir tidak ada (McLuahan). c. Media adalah medium yang digunakan untuk membawa/menyampaikan sesuatu pesan, dimana medium ini merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunikator dengan komunikan (Blake and Haralsem). d. Media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi (AECT). e. Media adalah segala benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut (NEA: National Education Association). f. Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang merangsang yang sesuai untuk belajar (Brigg). g. Media dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu media dalam arti sempit seperti grafik, gambar, alat-alat, yang digunakan untuk menangkap, memproses serta menyampaikan informasi. Sedangkan media dalam arti luas adalah kegiatan yang dapat menciptakan suatu kondisi, sehingga memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru. Berdasarkan beberapa pengertian tentang media di atas, maka penulis berkesimpulan bahwa yang dimaksud media dalam hal ini adalah segala sesuatu yang

dapat diindera yang berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk memproses komunikasi yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas antara guru dan siswa. b. Peran dan fungsi media Torso dalam proses pembelajaran Seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran harus memiliki gagasan yang ditujuan dalam desain instruksional, sebagai titik awal dalam melaksanakan komunikasi dengan siswa. untuk itu, guru perlu memperhatikan unsur-unsur yang dapat menunjang proses komunikasi serta adanya tujuan dari komunikasi. Dengan kata lain, agar komunikasi antara guru dan siswa dapat berjalan secara efektif dan efesien perlu mengenal peranan dan fungsi media pembelajaran yang digunakan. Menurut Latuheru (2002:98) media pembelajaran memiliki jenis dan beberapa fungsi utama yang diuraikan secara terperinci sebagai: Media belajar sebagai media komunikasi memiliki fungsi ; (1) Sosial, (2) Ekonomis, (3) Politis, (4) Edukatif), (5) Seni budaya dan hiburan. Jika dilihat dari penggunaannya, maka ada tiga kecenderungan umum untuk penggunaan media, yaitu ; (1) yang dapat dipakai secara massal, misalnya radio, dan televisi, (2) yang dapat dipakai dalam kelompok baik kecil maupun besar, misalnya film, slide, OHP, video dan tape recorder, dan (3) yang dapat dipakai secara individual, misalnya komputer, kaset recorder dan modul. Menurut Mujiman (2007:15) peranan media dalam proses pembelajaran adalah: 1) Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta didik, 2) mengatasi batas-batas ruang kelas, 3) mengatasi kesulitan apabila suatu benda secara langsung tidak dapat diamati karena terlalu kecil, 4) mengatasi gerak benda secara cepat atau terlalu lambat, sedangkan proses gerakan itu menjadi pusat perhatian peserta didik, 5) mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks dapat dipisahkan bagian demi bagian untuk diamati secara terpisah, 6) mengatasi suara yang terlalu halus untuk di dengar secara langsung melalui telinga, 7) mengatasi peristiwa-peristiwa alam, 8) memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau dengan keadaan alam sekitar, 9) memberikan kesamaan/kesatuan dalam pengatan terhadap sesuatu yang pada awal pengamatan peserta didik berbeda-beda, dan 10) membangkitkan minat belajar yang baru dan membangkitkan motivasi kegiatan belajar peserta didik. Senada dengan Mukti, Sudjana dan Rivai (2001:67) mengemukakan peran dan fungsi media pembelajaran sebagai berikut:

1) menyampaikan informasi dalam proses pembelajaran, 2) memperjelas informasi pada waktu tatap muka dalam proses pembelajaran, 3) melengkapi dan memperkaya informasi dalam kegiatan pembelajaran, 4) mendorong motivasi belajar, 5) meningkatkan efektivitas dan efesiensi dalam menyampaikan informasi, 6) menambah variasi dalam penyajian materi pelajaran, 7) menambah pengertian nayata tentang suatu pengetahuan, 8) memberikan pengalaman yang tidak diberikan guru, serta membuka cakrawala yang lebih luas, sehingga pendidikan bersifat produktif, 9) memungkinkan peserta didik memilih kegiatan belajar sesuai kemampuan, bakat dan minatnya, dan 10) mendorong terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dengan guru, peserta didik dengan peserta didik, dan peserta didik dengan lingkungannya. Berdasarkan kedua peran dan fungsi media pembelajaran yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media torso yang digunakan dalam proses pembelajaran siswa kelas IV SDN 267 Lampesue Kabupaten Luwu Timur ditujuan untuk memperlancar komunikasi guru dengan siswa dalam memahami organ-organ tubuh manusia, memberikan pengalaman belajar secara langsung dan nyata kepada siswa terhadap organ-organ tubuh manusia, baik bentuk, letak dan fungsinya masing-masing. B. Kerangka Pikir Pada hakikatya proses pembelajaran adalah suatu proses komunikasi. Proses komunikasi (proses penyampaian pesan) harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tuka menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dan siswa. dalam hal ini, informasi tersebut berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, dan pengalaman belajar. Rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 267 Lampesue Kabupaten Luwu Timur akibat dari komunikasi yang dibangun guru dalam proses pembelajaran tidak berjalan efektif, karena ketiadaan media yang digunakan untuk melakukan tukar menukar pengetahuan kepada siswa. metode pembelajaran yang hanya bertumpu kepada aktivitas mengajar guru menyebabkan siswa menjadi kurang aktif, dan kurang memiliki pengetahuan konsep yang luas terhadap materi pelajaran. Dalam keadaan seperti ini,

maka guru harus melakukan upaya atau tindakan-tindakan nyata untuk merubahnya. Tindakan tersebut dapat berupa penggunaan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi pokok pelajaran terutama pada mata pelajaran IPA, khususnya pokok bahasan organ-organ tubuh manusia beserta fungsinya, yaitu dengan menggunakan media Torso. Media torso merupakan model berupa patung manusia yang dilengkapi dengan komponen organ-organ tubuh manusia, baik bentuk maupun letaknya. Torso sangat mudah digunakan, guru dan siswa dapat mendeskripsikan dengan jelas nama, bentuk dan letak organ-organ tubuh manusia karena bagian-bagian tersebut dapat dipisahpisahnya/dilepas untuk keperluan peragaan di depan kelas. Maka berdasarkan hasil pengamatan awal yang dilakukan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 267 Lampesue sebagaimana telah dikemukakan pada latar belakang tulisan ini, maka tidak salah kiranya bahwa untuk mengoptimalkan hasil belajar IPA siswa diperlukan tindakan pembelajaran dengan menghadirkan model/Torso di kelas. Dengan menggunakan Torso, pelaksanaan pembelajaran IPA lebih ditekankan pada proses, sehingga siswa mampu memahami materi pelajaran secara luas dan komprehensif terutama tentang komponen organ-organ tubuh manusia beserta fungsinya. Dengan menggunakan media Torso, interaksi dan komunikasi antara guru dan siswa dapat berjalan efektif karena tercipta komunikasi dua arah, yaitu komunikasi guru dengan siswa saat guru menjelaskan materi pelajaran yang diikuti dengan peragaan organ-organ tubuh tertentu, dan komunikasi siswa dengan siswa yaitu terbentuknya interaksi belajar untuk saling memberikan pengertian dan pemahaman di antara para siswa. Untuk mempermudah dan mempersingkat hal yang menjadi kerangka pemikiran

untuk melaksanakan tindakan pembelajaran IPA dengan menggunakan media Torso sebagaimana dimaksudkan dalam penelitian ini, maka dapat disederhanakan dalam gambar berikut:

Gambar 1. Skema kerangka berpikir penelitian C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan gambar alur skema kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: Hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 267 Lampesue Kabupaten Luwu meningkat jika proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan media Torso. III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompilasi metode penelitian kuantitatif dan metode kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menggali data-data yang bersifat kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif digunakan dengan didasarkan pertimbangan bahwa penelitian ini merupakan proses kajian terhadap perilaku atau aktivitas murid dan guru yang terlibat dalam proses pembelajaran dengan mempergunakan media torso. Jenis yang dipilih adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karakteristik yang khas dari penelitian ini yakni tindakan (aksi) yang berulang-ulang untuk memperbaiki proses pembelajaran, terutama pada aspek pengajaran guru. Menurut Kemmis (Riyanto, 2001: 49) penelitian tindakan merupakan upaya mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek untuk memperbaiki atau merubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. Tujuan penelitian tindakan kelas sebagaimana dijelaskan Umar dan Kaco (2008) antara lain:

1) PTK sangat kondusif membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya, 2) PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional, 3) guru mampu memperbaiki proses pembelajarannya, dan 4) guru menjadi lebih kreatif dalam mengembangkan proses pembelajarannya. Dari empat model PTK yang umumnya digunakan, penelitian ini mengadopsi model Kurt Lewin (Umar dan Kaco, 2008), dimana pembelajaran dilaksanakan dalam siklus berdaur, terdiri dari empat tahap, yaitu: 1) Tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan tindakan, 3) tahap observasi dan 4) tahap refleksi. Model dalam bentuk tindakan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Alur implementasi tindakan adaptasi model Kurt Lewin B. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian 1. Fokus penelitian Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah prosedur peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN 267 Lampesue dengan menggunakan media torso. 2. Deskripsi fokus penelitian a. Siswa, yaitu subyek pebelajar yang menjadi sasaran penggunaan media torso kaitannya terhadap peningkatan hasil belajarnya. b. Hasil belajar adalah hasil/nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti serangkaian evaluasi/penilaian atas proses pembelajaran yang telah diikuti. c. Guru, yaitu subyek pelaksana pengajaran dengan menggunakan media torso dalam proses komunikasi belajar di dalam kelas dengan siswa. C. Kondisi Obyektif SDN 267 Lampesue 1. Lokasi SDN 267 Lampesue berada di lokasi strategis yang menghubungkan beberapa desa di sekitarnya. 2. Siswa Subyek penelitian adalah siswa kelas IV berjumlah 30 orang, terdiri atas 19 orang siswa laki-laki, dan 11 orang siswa perempuan. 3. Guru

Belum melaksanakan proses pembelajaran yang diorientasikan untuk membuka cakrawala pengetahuan siswa dengan memanfaatkan media yang lebih spesifik pada pokok materi pelajaran tertentu, misalnya alat peraga Torso untuk membahas organorgan tubuh manusia serta fungsinya. 4. Sekolah Belum memiliki media torso untuk dipergunakan guru dalam proses pembelajaran IPA kepada siswa. D. Desain Penelitian Untuk mengukur kemajuan dan peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN 267 Lampesue yang dilaksanakan dalam siklus berdaur, maka peneliti terlebih dahulu melakukan pre tes (tes awal) sebagai upaya untuk mendiagnosa kemampuan belajar siswa. sedangkan observasi yang dilakukan di awal tindakan adalah untuk mengetahui ketepatan tindakan yang akan diberikan dalam rangka meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Dari kedua tindakan tersebut, maka ditetapkan tindakan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan media pembelajaran interaktif, yaitu media torso. Berdasarkan kerangka penelitian PTK yang dijelaskan Umar dan Kaco (2008), maka penelitian ini dapat didesain sebagai berikut:

Gambar 3. Skema desain penelitian adaptasi model Kemmis dan Mc Taggart Skema di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Siklus I a. Perencanaan Perencanaan tindakan didasarkan pada hasil tes awal dan observasi awal . dalam kegiatan perencanaan, guru dan peneliti mendiskusikan tentang rencana tindakan yang akan dilakukan. Disamping itu, guru dan peneliti menyamakan persepsi dalam menyusun perangkat pembelajaran berupa: RPP, LKS, lembar pengamatan (observasi), pengadaan media torso, dan alat evaluasi berupa tes formatif. b. Pelaksanaan tindakan Proses pembelajaran dilaksanakan guru dengan mempergunakan media torso sehingga memudahkan guru dan penyampaian informasi materi pelajaran kepada siswa. proses pembelajaran harus sesuai dengan apa yang tertuang dalam RPP yang telah disusun sebelumnya, terdiri atas: 1) Kegiatan awal, yaitu: persiapan perangkat pembelajaran, persiapan kelas agar siswa siap menerima pelajaran, persiapan media torso, dan absensi kehadiran siswa. 2) Kegiatan inti, yaitu: membentuk kelompok belajar, menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan bagian awal pelajaran dengan membuat kerterkaitan-keterkaitan bermakna terhadap lingkungan sekitar siswa, menjelaskan materi pelajaran organ tubuh manusia

dengan menhadirkan model (media torso) di depan kelas, memberikan umpan balik kepada siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan peragaan dengan menggunakan media torso di depan kelas, memberikan tugas diskusi mengenai organorgan tubuh manusia beserta fungsinya, dan siswa melakukan presentasi hasil diskusi di depan kelas dengan mempergunaan media torso. 3) Kegiatan akhir, yaitu: guru melakukan generalisasi materi pelajaran terhadap contohcontoh kasus yang terjadi terhadap organ tubuh manusia, guru dan siswa bersama-sama melakukan penarikan kesimpulan materi pelajaran, guru memberikan stimulus dan motivasi kepada siswa agar giat dalam belajar. c. Observasi Observasi dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah peneliti. Observasi dilakukan terutama pada saat guru sedang melaksanakan proses pengajaran, dan siswa dalam aktivitas belajarnya. Jadi, observasi dilaksanakan untuk menilai dua aktivitas dalam proses pembelajaran yang sedang terlaksana, yaitu: 1) aktivitas mengajar guru, dan 2) aktivitas belajar siswa. untuk menilai kedua aktivitas tersebut, maka digunakan lembar observasi yang terdiri dari aspek-aspek yang akan dinilai, yaitu: 1) Aktivitas mengajar guru mencakup aspek: (a) Kegiatan awal: (1) persiapan perangkat pembelajaran (2) persiapan kelas (3) persiapan media (4) absensi kehadiran siswa. (b) Kegiatan inti: (1) membentuk kelompok belajar pembelajaran (3) membuat keterkaitan bermakna pelajaran dengan runtut (5) menghadirkan model (2) menjelaskan tujuan (4) menjelaskan materi (6) melakukan umpan balik

materi pelajaran, (7) memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengajukan pertanyaan, (8) memberikan kesempatan kepada siswa melakukan peragaan dan (9)

memberikan tugas diskusi (10) membimbing siswa, dan (11) mengarahkan siswa untuk fokus dalam diskusi. (c) Kegiatan akhir: (1) menarik kesimpulan (2) memberikan stimulus dan motivasi kepada siswa, dan (3) menutup pelajaran. 2) Aktivitas belajar siswa mencakup: (a) Perhatian terhadap materi pelajaran (b) kerjasama (c) keberanian (d) motivasi (e) keaktifan belajar. indikator aktivitas belajar siswa terlampir pada lembar observasi. d. Refleksi Refleksi dilaksanakan untuk melihat proses pelaksanaan tindakan atas proses pengajaran guru dan dampaknya terhadap hasil belajar siswa, dalam hal ini siswa kelas IV SDN 267 Lampesue Kabupaten Luwu Timur. Refleksi dilakukan untuk menilai keterlaksanaan tindakan pembelajaran, sehingga hasilnya merupakan temuan-temuan yang dapat diinterpretasikan guru dan peneliti untuk menyusun rencana tindakan ke siklus berikutnya. Dengan demikian, refleksi dilakukan setelah kegiatan pembelajaran siklus I telah dilaksanakan. 2. Siklus II Tahapan pelaksanaan tindakan siklus II prinsipnya mengikuti tahapan tindakan siklus I berdasarkan hasil temuan penelitian atas refleksi yang dilakukan guru dan peneliti. Siklus II dilaksanakan apabila tindakan siklus I belum menunjukkan hasil yang diharapkan, dalam hal ini belum terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN 267 Lampesue. Tetapi sebaliknya, jika hasil refleksi siklus I telah menunjukkan hasil yang dianggap memuaskan, maka pelaksanaan tindakan ke siklus II tidak perlu dilakukan, dengan alasan untuk efesiensi waktu penelitian, karena tindakan yang

dilakukan hanya bersifat mengujicobakan ide (media torso) dalam proses pembelajaran sebagaimana tujuan PTK yang dikemukakan Riyanto (2001:49) sebelum ini. E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan situasi dan kondisi penelitian. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Tes Tes digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman murid dalam mata

pelajaran IPA. Tes formatif yang diberikan kepada murid terdiri dari 10 item pertanyaan. Tes ini dilaksanakan pada awal penelitian dan di akhir siklus. 2. Observasi Observasi dalam penelitian dikembangkan menjadi dua jenis, yaitu: a. Observasi aktivitas mengajar guru, terdiri dari tiga aspek utama yaitu: aspek kegiatan awal pembelajaran terdiri atas 4 indikator, aspek kegiatan inti terdiri atas 11 indikator, dan aspek kegiatan akhir terdiri atas 3 indikator. b. Observasi aktivitas siswa, terdiri dari 5 aspek, dan masing-masing aspek terdiri dari 3 indikator. . F. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan cara mengelompokkan data tentang aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Teknik yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif. Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif sehingga diperoleh nilai rata-rata, dan persentase aktivitas guru dan

siswa siswa. Untuk menentukan skala penilaian observasi, maka digunakan Skala Likert, yaitu: 1) untuk jawaban postif skor 5 adalah kategori sangat baik (SB), skor 4 kategori baik (B), skor 3 kategori cukup baik (CB) skor 2 kategori kurang baik (KB), dan skor 1 untuk kategori tidak baik (TB). SkorPerolehan =100 TotalSkor Sedangkan untuk mengukur hasil belajar siswa melalui tes formatif yang diberikan di akhir siklus, Heriyanto (2007:22) mengemukakan bahwa untuk mengetahui tingkat penguasaan murid terhadap suatu evaluasi yang diberikan, dapat mengunakan rumus sebagai berikut: Tingkat penguasaan = G. Indikator Keberhasilan Kriteria yang digunakan untuk mengungkapkan peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN 267 Lampesue adalah disesuaikan dengan dengan kriteria penilaian standar yang diungkapkan Suharsimi, (2004: 35), sebagai berikut:

Tabel 3.1. Acuan Kriteria Penilaian Interval Skor/Nilai 8,1 10,0 6,6 8,0 5,6 6,5 4,1 5,5 0 4,0 Sumber: Suharsimi, 2004:35. Kategori Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Berdasarkan kriteria standar tersebut, maka peneliti menentukan tingkat kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini dilihat dari peningkatan hasil belajar murid

secara keseluruhan pada setiap siklus telah meningkat dan menunjukkan tingkat pencapaian keberhasilan murid secara keseluruhan mencapai penguasaan 70 % dengan nilai masing-masing setiap subjek penelitian memperoleh nilai paling rendah 7,00.

DAFTAR PUSTAKA Catrharina, Anni Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES. Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hariyanto. 2007. Pembelajaran Bahasa dengan Metode Sosiodrama untuk Anak Usia 4 5 Tahun. http://www.unila.ac.id wbblog.com, diakses tanggal Februari Januari 2010. Hakim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Cet. ke-3. Jakarta: PT Bumi Aksara. Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Latuheru, Jhon. D 2002. Media Pembelajaran (Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini). Ujung Pandang: Badan Penerbit UNM. Mujiman, Haris. 2007. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian. Surabaya: SIC Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Suharsimi. 2004. Evaluasi Program Pendidikan; Pedoman Teroritis Praktis bagi Praktisi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tirtaraharja, Umar dan Sulo La Lipu. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Umar, Alimin dan Kaco, Nurbaya. 2008. Penelitian Tindakan Kelas: Pengantar: Konsep dan Aplikasi. Makassar: Badan Penerbit UNM.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Skolah Mata Pelajaran Kelas Semester Pertemuan Waktu

: SDN 267 Lampesue : Ilmu Pengetahuan Alam : IV (empat) : I (satu) : I (Pertama) : 3 x 35 menit

A. Standar Kompetensi Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya C. Indikator Pencapaian Kompetensi Siswa dapat : 1. Mendeskripsikan struktur kerangka manusia 2. Menjelaskan bagian-bagian kerangka tubuh 3. Menjelaskan fungsi bagian-bagian kerangka manusia 4. Memberikan contoh alat atau benda dalam kehidupan sehari-hari yang menerapkan konsep rangka D. Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran diharapkan siswa dapat : 1. Menunjukkan tiga bagian besar kerangka tubuh manusia 2. Menjelaskan struktur rangka yang membentuk kerangka tubuh manusia 3. Menggambar kerangka tubuh manusia 4. Memberi nama bagian-bagian rangka pada gambar rangka tubuh manusia 5. Menunjukkan bagian-bagian kerangka tubuh manusia 6. Menjelaskan fungsi bagian-bagian kerangka tubuh manusia 7. Merancang suatu benda/alat yang merupakan penerapan konsep fungsi rangka 8. Membuat suatu benda/alat yang merupakan penerapan konsep fungsi rangka, seperti layanglayang, model pesawat, model jembatan dsb. E. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal Menunjukkan sesuatu pada siswa misalnya layang-layang dan mengajak siswa untuk berpikir apakah mungkin sebuah layang-layang dapat dibuat tanpa membuat rangkanya terlebih dahulu? Kegiatan Inti 1. Mengamati kerangka/model kerangka tubuh manusia 2. Menuliskan bagian-bagian kerangka tubuh manusia 3. Mencari informasi tentang fungsi kerangka dan fungsi bagian-bagian kerangka tubuh manusia 4. Mendiksusikan fungsi kerangka dan fungsi bagian-bagian kerangka tubuh manusia

5. Melaporkan hasil diskusi tentang fungsi kerangka dan fungsi bagian-bagian kerangka tubuh manusia 6. Mancatat kesimpulan hasil diskusi tentang bagian-bagian kerangka dan fungsi bagian-bagian kerangka tubuh manusia. Kegiatan Akhir Siswa berlatih mengerjakan soal-soal latihan tentang struktur rangka, bagian-bagian dan fungsinya. F. Alat/Bahan/Sumber Belajar 1. Alat : Model rangka manusia, alat-alat lain untuk membuat model layang- layang seperti kertas, bambu, lem, benang. 2. Sumber : Akrab dengan Dunia IPA G. Metoda Pembelajaran Metode pembelajaran yang dapat digunakan: 1. Ceramah secara klasikal untuk menyampaikan informasi 2. Kerja kelompok untuk mengamati dan menunjukkan bagian-bagian rangka, menggambar rangka, membuat benda/alat. 3. Diskusi kelompok untuk menjelaskankan struktur rangka, memberikan nama-nama bagian ranga, merancang benda/alat 4. Tanya jawab H. Materi Ajar 1. Struktur rangka tubuh manusia, 2. Bagian-bagian rangka manusia 3. Fungsi kerangka tubuh manusia dan bagian-bagiannya 4. Merancang dan membuat alat/benda yang menerapkan konsep rangka I. Penilaian 1. Penilaian tertulis: Instrument : Latihan soal Buku Akrab dengan Dunia IPA hlm;13-14. Jenis : Pilihan ganda, isian dan uraian. 2. Penilaian tindakan Penilaian tindakan atau sikap dilakukan untuk mengukur sikap dan tindakan siswa selama kegiatan pembelajaran seperti ketika kerja kelompok, diksusi, presentasi dan mengerjakan tugas.

3. Penilaian produk Penilaian yang ditujukan untuk menilai hasil kerja siswa seperti gambar kerangka tubuh, model layang-layang, model jembatan, model pesawat terbang dan sebagainya. Lampesue, November 2010

Disetujui

Guru Kelas

Peneliti Hermin Nim. 0474 041 251

NIP.

Mengetahui Kepala SDN 267 Lampesue

NIP.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Skolah Mata Pelajaran Kelas Semester Pertemuan Waktu : SDN 267 Lampesue : Ilmu Pengetahuan Alam : IV (empat) : I (satu) : II (Kedua) : 3 x 35 menit

A. Standar Kompetensi Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya C. Indikator Pencapaian Kompetensi Siswa dapat : 1. Mendeskripsikan struktur kerangka manusia 2. Menjelaskan bagian-bagian kerangka tubuh 3. Menjelaskan fungsi bagian-bagian kerangka manusia 4. Memberikan contoh alat atau benda dalam kehidupan sehari-hari yang menerapkan konsep rangka D. Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran diharapkan siswa dapat : 1. Menunjukkan tiga bagian besar kerangka tubuh manusia 2. Menjelaskan struktur rangka yang membentuk kerangka tubuh manusia 3. Menggambar kerangka tubuh manusia 4. Memberi nama bagian-bagian rangka pada gambar rangka tubuh manusia 5. Menunjukkan bagian-bagian kerangka tubuh manusia 6. Menjelaskan fungsi bagian-bagian kerangka tubuh manusia 7. Merancang suatu benda/alat yang merupakan penerapan konsep fungsi rangka 8. Membuat suatu benda/alat yang merupakan penerapan konsep fungsi rangka, seperti layanglayang, model pesawat, model jembatan dsb. E. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal Menginformasikan tentang materi yang telah dipelajari dan rencana kegiatan pada pembelajaran yang akan dilakukan. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan bagian-bagian rangka dan fungsinya 2. Menggambar rangka secara individual kemudian memeberi nama bagian-bagian kerangka tubuh manusia 3. Menginformasikan/menyajikan hasil gambar di depan kelas sambil menunjukkan bagianbagian kerangka manusia. 4. Mencatat kesimpulan tentang bagian-bagian rangka dan fungsinya. 5. Memanjang hasil karya/gambar rangka Kegiatan Akhir 1. Siswa membuat resume materi pelajaran. 2. Guru dan siswa melakukan peragaan di depan kelas. 3. Guru dan siswa menyimpulkan materi pelajaran.

F. Alat/Bahan/Sumber Belajar 1. Alat : Model rangka manusia, alat-alat lain untuk membuat model layang- layang seperti kertas, bambu, lem, benang. 2. Sumber : Akrab dengan Dunia IPA G. Metoda Pembelajaran Metode pembelajaran yang dapat digunakan: 1. Ceramah secara klasikal untuk menyampaikan informasi 2. Kerja kelompok untuk mengamati dan menunjukkan bagian-bagian rangka, menggambar rangka, membuat benda/alat. 3. Diskusi kelompok untuk menjelaskankan struktur rangka, memberikan nama-nama bagian ranga, merancang benda/alat 4. Tanya jawab H. Materi Ajar 1. Struktur rangka tubuh manusia, 2. Bagian-bagian rangka manusia 3. Fungsi kerangka tubuh manusia dan bagian-bagiannya 4. Merancang dan membuat alat/benda yang menerapkan konsep rangka I. Penilaian 1. Penilaian tertulis: Instrument : Latihan soal Buku Akrab dengan Dunia IPA hlm;13-14. Jenis : Pilihan ganda, isian dan uraian. 2. Penilaian tindakan Penilaian tindakan atau sikap dilakukan untuk mengukur sikap dan tindakan siswa selama kegiatan pembelajaran seperti ketika kerja kelompok, diksusi, presentasi dan mengerjakan tugas. 3. Penilaian produk Penilaian yang ditujukan untuk menilai hasil kerja siswa seperti gambar kerangka tubuh, model layang-layang, model jembatan, model pesawat terbang dan sebagainya. Lampesue, November 2010

Disetujui

Guru Kelas

Peneliti Hermin Nim. 0474 041 251

NIP.

Mengetahui Kepala SDN 267 Lampesue

NIP.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Skolah Mata Pelajaran Kelas Semester Pertemuan Waktu : SDN 267 Lampesue : Ilmu Pengetahuan Alam : IV (empat) : I (satu) : II (Kedua) : 3 x 35 menit

A. Standar Kompetensi Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya C. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. 2. 3. 4.

Siswa dapat : Mendeskripsikan struktur kerangka manusia Menjelaskan bagian-bagian kerangka tubuh Menjelaskan fungsi bagian-bagian kerangka manusia Memberikan contoh alat atau benda dalam kehidupan sehari-hari yang menerapkan konsep rangka

D. Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran diharapkan siswa dapat : 1. Menunjukkan tiga bagian besar kerangka tubuh manusia 2. Menjelaskan struktur rangka yang membentuk kerangka tubuh manusia 3. Menggambar kerangka tubuh manusia 4. Memberi nama bagian-bagian rangka pada gambar rangka tubuh manusia 5. Menunjukkan bagian-bagian kerangka tubuh manusia 6. Menjelaskan fungsi bagian-bagian kerangka tubuh manusia 7. Merancang suatu benda/alat yang merupakan penerapan konsep fungsi rangka 8. Membuat suatu benda/alat yang merupakan penerapan konsep fungsi rangka, seperti layanglayang, model pesawat, model jembatan dsb. E. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal Membahas resume dan soal dan jawaban yang telahdisbuat siswa pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan Inti 1. Mendiksusikan rencana membuat suatu benda/alat yang berkaitan dengan konsep rangka. 2. Membuat rancangan benda/alat yang berkaitan dengan konsep rangka 3. Membuat suatu benda yang memiliki rangka sperti layang-layang, pesawat terbang mainan, jembatan dsb secara berkelompok 4. Mengkomunikasikan hasil karya 5. Memajang hasil karya Kegiatan Akhir Siswa mengerjakan evaluasi tentang materi hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya. F. Alat/Bahan/Sumber Belajar 1. Alat : Model rangka manusia, alat-alat lain untuk membuat model layang- layang seperti kertas, bambu, lem, benang. 2. Sumber : Akrab dengan Dunia IPA G. Metoda Pembelajaran Metode pembelajaran yang dapat digunakan: 1. Ceramah secara klasikal untuk menyampaikan informasi 2. Kerja kelompok untuk mengamati dan menunjukkan bagian-bagian rangka, menggambar rangka, membuat benda/alat.

3.

Diskusi kelompok untuk menjelaskankan struktur rangka, memberikan nama-nama bagian ranga, merancang benda/alat 4. Tanya jawab H. Materi Ajar 1. Struktur rangka tubuh manusia, 2. Bagian-bagian rangka manusia 3. Fungsi kerangka tubuh manusia dan bagian-bagiannya 4. Merancang dan membuat alat/benda yang menerapkan konsep rangka I. Penilaian 1. Penilaian tertulis: Instrument : Latihan soal Buku Akrab dengan Dunia IPA hlm;13-14. Jenis : Pilihan ganda, isian dan uraian. 2. Penilaian tindakan Penilaian tindakan atau sikap dilakukan untuk mengukur sikap dan tindakan siswa selama kegiatan pembelajaran seperti ketika kerja kelompok, diksusi, presentasi dan mengerjakan tugas. 3. Penilaian produk Penilaian yang ditujukan untuk menilai hasil kerja siswa seperti gambar kerangka tubuh, model layang-layang, model jembatan, model pesawat terbang dan sebagainya. Lampesue, November 2010

Disetujui

Guru Kelas

Peneliti Hermin Nim. 0474 041 251

NIP.

Mengetahui Kepala SDN 267 Lampesue

NIP.

FORMAT OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR GURU DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TORSO Lampiran A (Untuk guru) No 1 Aspek yang diamati Kegiatan Awal Kegiatan Inti Indikator 5 Persiapan perangkat pembelajaran Persiapan kelas Persiapan media Absensi kehadiran siswa Membentuk kelompok belajar Menjelaskan tujuan pembelajaran Melakukan keterkaitan bermakna terhadap dengan lingkungan sekitar Menjelaskan materi pelajaran secara runtut Menghadirkan model/media Melakukan umpan balik materi pelajaran Memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan peragaan di depan kelas Memberikan tugas diskusi Kriteria Penilaian 4 3 2 1

10. 11. 12. 13.

Membimbing siswa dalam berdiskusi 3 Bersama siswa melakukan penarikan kesimpulan materi pelajaran Memberikan stimulus dan respon positif kepada siswa 17. Memberikan motivasi kepada siswa Total Skor Persentase/Kategori Kriteria Penilaian: Observer: ........................ 1. 2. 3. 4. 5. Skor 5, kategori sangat baik Skor 4, kategori baik Skor 3, kategori cukup baik Skor 2, kategori kurang baik Skor 1, kategori tidak baik

14. Kegiatan 15. Akhir 16.

FORMAT OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA TORSO Lampiran A (Untuk siswa) No 1 2 Aspek yang diamati Perhatian Indikator 5 Kriteria Penilaian 4 3 2 1

1. Memperhatikan secara seksama penjelasan guru 2. Mencatat penjelasan guru Keberanian 1. Mengajukan pertanyaan kepada guru 2. Menjawab pertanyaan guru atau rekannya 3. Tampil di depan kelas untuk melakukan peragaan 4. Bersedia menjadi ketua kelompok Keaktifan 1. Mempersiapkan kebutuhan diskusi 2. Mempersiapkan kebutuhan pembuatan karya 3. Mempersiapkan kebutuhan peragaan Kerjasama 1. Saling membantu mempersiapkan kebutuhan diskusi

2. Pro aktif mempersiapkan kebutuhan pembuatan hasil karya 3. Pro aktif membantu memberikan jawaban saat peragaan 5 Motivasi 1. Menunjukkan minat yang tinggi untuk belajar 2. Menunjukkan sikap pro aktif dalam diskusi 3. Pro aktif dalam pembuatan dan peragaan hasil karya Total Skor Persentase/Kategori Kriteria Penilaian: Observer: ........................ 1. 2. 3. 4. 5. Skor 5, kategori sangat baik Skor 4, kategori baik Skor 3, kategori cukup baik Skor 2, kategori kurang baik Skor 1, kategori tidak baik

LEMBAR PENILAIAN OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA Lampiran B (Untuk siswa) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Nama Siswa Aspek yang diamati/Indikator 1 2 3 4 5 1 2 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Total Skor

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Nilai rata-rata

Anda mungkin juga menyukai