Toltengah Surabaya

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 1

NICO HANNES SIHOMBING NRP : 3110106037

STATEMENT

RENCANA TOL TENGAH


Waru Morokrembangan

Surabaya yang merupakan ibukota dari provinsi Jawa Timur adalah kota terbesar kedua di Indonesia
setelah Jakarta. Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia Timur. Dari penjelasan singkat mengenai kota Surabaya, adalah sangatlah wajar jika kemacetan telah menjadi bagian dari keseharian kota yang juga dijuluki sebagai kota pahlawan ini. Dalam hal ini Tol Tengah dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) pemerintah pusat dan provinsi dirancang sebagai solusi untuk mengurangi kemacetan kota. Tol yang senilai 9 triliun ini rencananya dibangun dari Waru Morokrembangan.

Walaupun saya tidak mengetahui banyak hal karena saya bukan asli orang surabaya. Tetapi dari
sudut pandang akademis saya berpendapat Pembangunan Tol Tengah bukan merupakan solusi yang tepat dalam menyelesaikan sebab-musabab kemacetan. Seperti kesimpulan yang saya dapat saat mengikuti Sarasehan Transportasi di Kampus ITS bahwa Mengatasi kemacetan dengan jalan baru adalah ibarat memadamkan api dengan bensin, dimana jalan baru bukan mengatasi kemacetan tetapi akn mengundang banyak orang menggunakan mobil. Yang seharusnya didorong adalah transportasi massal yang memadai dan nyaman, bukan tol tengah. Karena tol tengah kota akan mempermudah orang yang hanya mempunyai mobil dan menambah kemacetan lalu lintas di Surabaya.

Selain tidak menyelesaikan semua unsur-unsur penyebab kemacetan, pembangunan Tol Tengah
juga akan mengancam keberadaan 4500 rumah yang harus rela digusur. Belum lagi masa pembangunan Tol Tengah yang lama akan membuat kemacetan yang luar biasa dalam jangka waktu yang cukup lama. Dampak lain yang tidak terelakkan adalah kebisingan kota sebagai akibat percepatan kendaraan melewati tol. Dampak negatif yang paling buruk menurut saya adalah Tol Tengah akan merusak sistem sosial masyarakat Surabaya yang selama ini dikenal sangat rukun dan harmonis. Dimana pun jalan tol selalu menciptakan segreasi dalam masyarakat. Masyarakat yang semula hidup dalam satu komunalitas dan sitem sosial yang sama, tiba-tiba terbelah menjadi dua bagian karena dipisahkan sacara fisik oleh keberdaan jalan Tol.

Menolak

itulah jawaban final dari saya, bersamaan dengan itu alangkah lebih baiknya bila

pemerintah pusat dan daerah duduk bersama dengan para konsultan dan akademisi duduk bersama dalam menemukan solusi yang lebih tepat dalam mengatasi sebab-musabab kemacetan di Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai