Anda di halaman 1dari 3

Mengikuti Zaman bersama Kain Sasirangan

Oleh : Akhmat Faisal*


Minggu tenang bersama paparan panjang dari dua orang budayawan asal kalimantan selatan dan seorang pengrajin kain sasirangan membawa ke zaman dahulu di Tanah Banjar. Sebuah corak atau motif pada selembar kain. Ya itulah namanya Sasirangan. Pada zaman dulu di daerah banjar kalau ada yang garing yang tidak ada obatnya maka di pakaikan orang tersebut dengan pakaian dari kain sasirangan dengan sirang(corak atau motif) dan warna tertentu sesuai dengan sakit apa yang diderita pasien. Misalnya motif naga balimbur dahulu dipercaya sebagai obat atau tatamba sakit kepala, motif kumbang bernaung di bawah pohon yang dipercayai sebagai penyembuh penyakit kurang ingatan yang diperbuat oleh orang halus (makhluk ghaib), dan banyak motif lainnya yang dipercaya masyarakat terdahulu sebagai penyembuh penyait.. Begitu pula dengan warna kainnya dapat menyembuhkan berbagai penyakit, contohnya kain sasirangan yang berwarna kuning untuk mengobati orang yang kena penyakit liver atau orang banjar menyebutnya wisa kuning, warna merah dipercaya dapat menyembuhkan sakit kepala, dan warna ungu dipercaya sebagai penyembuh penakit perut. Mungkin kepercayaan masyarakat sekarang ini semakin pudar mengenai khasiat kain sasirangan. Khasiat kain sasirangan sebagai tatamba atau obat orang sakit pada zaman sekarang ini hampir tidak aada lagi kita temukan. Karena dulu yang memakai kain sasirangan hanya orang-orang sakit. Mungkin masih ada beberapa orang yang menggunakan kain sasirangan sebagai penyembuhan penyakit, katanya penyakit keturunan dari orang dahulu. Kalau kita beralih ke zaman sekarang banyak orang memakai kain sasirangan tidak mungkinkan orang dikantor-kantor atau disekolah-sekolah bahkan di undangan pun orang yang memakai kain sasirangan dikatakan orang sakit. Dahulunya kain sarirangan ini namanya kain pamintan yang artinya adalah permintaan atau permohonan. Makana dari kain pamintan merupakan kain yang dipakai oleh orang yang bertujuan untuk meminta atau memohon kesembuhan penyakit yang dideritanya. Kain pamintan ini dahulunya dipakai orang atau dibuat laung (ikat kepala) bagi pemakai lakilaki dan bagi perembuan dibuat kakamban atau kerudung sebagai penutup kepala sebagai penyembuhan penyakit kepala. Bahkan dibuat tapih bahalai(sarung) untuk selimut atau ayunan anak-anak yang sebagai kain untuk penyembuhan penyakit panas atau demam. Ada lagi dibuat sebagai babat (sabuk) yang berkhasiat sebagai penyembuh penyakit perut. Ini dipercaya oleh orang banjar zaman dahulu. Semakin majunya zaman pemakaian kain sasirangan sebagai identitas khas budaya banjar. Bahkan sejak kepemimpinan gubernur Ir. HM. Said kain sasirangan mulai diperkenalkan ke daerah lain melalui program kepemimpinan beliau. Sampai sekarang di kantor-kantor atau disekolah-sekolah sudah di budayakan pemakaian sasirangan semnggu sekali. Ini bertujuan untuk memperkenalkan aset budaya kita dimata orang lain. Proses pembuatan kain sasirangan dari zaman dahulu sampai sekarang hampir sama mulai dari merajut(menjahit dengan tangan) sesuai dengan motif yang diinginkan oleh pembuat sampai jadi kain sasirangan itu. Tidak ada perubahan tahapan pengolahan kain sekarang sampai sekarang ini melainkan sedikit ada perbedaan pemakaian bahan pewarna kain yang mana dahulu memakai tumbuhan sebagai pewarna alami, misalnya temulawak sebagi pewarna kuning, biji ramania sebagai pewarna ungu atau merah muda, kayu ulin sebagai pewarna coklat. Berbed dengan sekarang ini banyak pengrajin kain sasirangan menggunakan pewarna zat kimia. Hampir tidak adalagi yang menggnakan pewarna alami.

Karena dari segi warna yang dihasilkan memang lebih bagus dengan menggunakan pewarna zat kimia daripada pewarna alami. Bisnis usaha kain sasiranganpun sekarang ini lumayan menjanjikan. Buktinya banyak toko-toko sasirangan yang berkembang sekarang ini. Kemajuan zaman membuat beberapa pengusaha kain sasirangan membuat ain sasirangan dengan motif-motif yang baru baik motif hewan ataupun tumbuhan. Banyak permintaan kain sasirangan baik dari dalam yaitu warga banjar dan pegawai di kantor pemerintahan yang membudayakan pemakaian sasirangan setiap minggunya. Begitu pula bagi para wisatawan luar daerah yang berkunjung ke daerah kita untuk menyempatkan membeli cendera mata berupa kain sasirangan sebagai oleh-oleh atas kunjungannya ke kalimantan selatan. Dari dahulu sampe sekarang peningkatan akan produksi kain sasirangan begitu drastis. Baik dari industri kecil sampai besar. Kedepannya diperkirakan kain sasirangan ini akan berkembang terus menghadapi era globalisasi.

*) Penulis bersama dengan mahasiswi UNJ sedang melakukan studi tentang kain sasirangan Alamat : Jalan desa Parimata RT 4 no 92 Kec. Belawang Kab. Barito Kuala 70563 Telepon : 087815678787 No.Rek. : 0212236210 an.akhmat faisal BNI KCP banjarbaru faisalakhmat@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai