Anda di halaman 1dari 2

SUARA HATI SEORANG PENANGGUNGJAWAB PROGRAM RSBI

Berdasarkan pemenuhan 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP), sekolah-sekolah dikategorikan menjadi 3 (tiga), yaitu sekolah yang belum memenuhi SNP, sekolah yang hampir atau telah memenuhi SNP, dan sekolah yang sudah melampui SNP. Kelompok pertama dinamakan Sekolah kategori Standard (SKSt), kelompok kedua disebut Sekolah Kategori Mandiri (SKM) atau lebih populer dipanggil Sekolah Standard Nasional (SSN), dan kelompok terakhir adalah sekolah bertaraf Internasional (SBI). Direktorat Pembinaan SMA (Dit. PSMA) dalam perogram peningkatan mutunya menggelontorkan program peningkatan mutu Rintisan Sekolah Kategori Mandiri (RSKM) dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSMABI), walaupun keduanya dikelola oleh Subdit yang berbeda. RSKM, dalam programnya adalah cenderung kepada pemenuhan SNP, sedangkan RSMABI menurut saya lebih cenderung kepada pendalaman, perluasan, dan pengayaan SNP bukan didahului kepada pemenuhan SNP. Sehingga logikanya, RSMABI lebih memenuhi SNP daripada RSKM, karena secara kategori, RSMABI adalah sekolah-sekolah yang sudah melampui SNP. Dengan kata lain, RSMABI apabila dinilai dengan instrumen RSKM seharusnya memperoleh nilai 100% dan apabila dinilai dengan instrumen monev dan validasi RSBI tidak harus 100%. Fakta di lapangan, tidak sedikit RSMABI yang belum memenuhi 8 SNP apabila dinilai dengan menggunakan instrumen RSKM, di antaranya 1) penyusunan KTSP yang belum melalui prosedur analisis konteks, 2) dokumen KTSP yang belum lengkap, 3) pemahaman KTSP yang belum benar, dan 4) pelaksanaaan KTSP yang masih tidak sesuai dengan juknis KTSP. Dan lebih ironinya lagi apabila Kepala Sekolah, wakil kepala sekolah/PJP belum memahami secara benar tentang 4 (empat) hal tersebut di atas. Bertolak dari permasalahan di atas, apa yang harus kita lakukan agar RSMABI harus benar-benar sempurna dalam pemenuhan SNP, dan benar-benar dapat bersaing, berkolaborasi, dan diakui secara internasional. Hal-hal yang menurut saya harus dilakukan adalah semua Kepala sekolah, Wakil Kepala Sekolah, PJP, dan seluruh Pendidik harus dibekali 13 (tiga belas) hal, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Pemahaman tentang Peraturan Pemerintah No. 19 tahaun 2005 tentang 8 SNP Pemahaman Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Pemahaman Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pemahaman Permendiknas No. 6 tahun 2007 tentang Pelaksanaan SI dan SKL Pemahaman Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Akademik dan kompetensi guru dan Pemahaman Permendiknas No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah Pemahaman Permendiknas No. 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pemahaman Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pemahaman Permendiknas No. 24 tahun 2007 tentang Standar Sarpras Pemahaman Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pemahaman Permendiknas No. 69 tahun 2009 tentang Standar Pembiayaan Pemahaman panduan BSNP tentang KTSP Pemahaman juknis KTSP tentang analisis konteks (lengkap menganalisis 8 SNP, bukan hanya menganalisis Standar ISI/SKKD atau pemetaan SKKD saja)

13. Pemahaman juknis KTSP tentang keterlaksanaan KTSP meliputi dokumen KTSP, pengembangan silabus, pengembangan indikator, perencanaan dan pelaksanaan penilaian, pengembangan materi bahan ajar, penentuan KKM, pelaksanaan pembelajaran remedial dan pengayaan, dan sebagainya. Saya hanya menulis keresahan suara hari saya untuk kita renungkan bersama, dan pada akhirnya saya setelah melihat fakta di lapangan menjadi timbul kesangsian Jangan-jangan 8 Standard Nasional Pendidikan di Indonesia Itu Sudah Melampaui Standar Internasional? Mohon kita renungkan. Hariyanto Koordinator Program RSBI-SMAN 3 Malang

Anda mungkin juga menyukai