Buat Kak Kasih Saat kakak membaca surat ini, mungkin Cinta sudah tiada. Namun kakak tidak perlu sedih, karena masih ada mama dan papa. Cinta juga telah menginggalkan kenangan indah. Kenangan yang tidak mungkin dilupakan sepanjang hidup kakak. Canda, tawa, suka dan semua yang ada dalam diri Cinta akan menjadi obat disaat kakak merindukan Cinta. Sebenarnya Cinta juga tidak mau perpisahan ini. Namun Tuhan berkehendak lain. Bukan karena Dia benci sama kakak, tapi karena Dia menyayangi Cinta. Dia tidak menghendaki Cinta menderita dengan menahan rasa sakit yang berkepanjangan. Cinta yakin, itulah jalan yang terbaik bagi Cinta. Karena Dia selalu memberikan yang terbaik bagi umatnya.
Kakak tidak perlu menyesal dengan semua yang telah dilakukan selama ini. Karena Cinta yakin kalau semua itu akan menjadi keinginan Cinta yang terakhir. Cinta ngerti kalau perasaan itu tidak bisa dibohongi. Cinta tahu kalau kakak sangat mencintai Kak Doni, demikian juga sebaliknya. Tak mungkin kakak akan menyerahkan Kak Doni sama Cinta. Kakak juga tidak perlu minta maaf. Sebelum napas ini berakhir, Cinta sudah memaafkan kakak. Justru Cinta-lah yang harus minta maaf. Karena selama ini telah membuat kakak resah dengan meminta sesuatu yang tidak mungkin kakak berikan. Yang pasti kehadiran Cinta telah mengganggu hubungan kalian. Itulah kesalahan Cinta selama ini. Kini Cinta telah pergi. Tentu tak akan ada lagi yang mengganggu hubungan kakak dengan Kak Doni. Tak akan ada lagi yang meminta Kak Doni sama kaka. Kak Doni akan menjadi milik kaka selamanya. Satu permintaan Cinta. Sayangilah Kak Doni. Karena Cinta yakin kalau Kak Doni itu orang baik. Cinta berdoa semoga cinta kakak abadi. Selamat tinggal, Kak. Salam buat mama dan papa Cinta
Naskah drama ini sedang dilombakan
Kini Doni pengen sama Dona. Kalau Dona tidak mau, tiang gantungan dan talinya sudah siap. Ngeri sekali Lusi bila itu terjadi. Karena itulah, Lisa berniat mencari Dona hingga ketemu dan mau minta tolong agar Dona mau sama Doni. Dari hasil nego, Dona sebenarnya mencintai Doni. Karena selain ganteng, Doni juga baik hati. Satu yang dia tidak suka, Doni itu penakut. Karena itu, Dona benar-benar mau menerima Doni asalkan Doni menjadi pemberani. Maka disusunlah sebuah rencana, dimana Doni disuruh menunggu di satu tempat yang dirahasiakan, yaitu kuburan. Di sana Doni akan ditakut-takuti dengan berbagai adegan. Demi cinta pada Dona, Doni pasti mau. Adegan tersebut adalah :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pohon pisang bergoyang Suara anjing menggonggong atau suara hatu seperti dalam film-film. Asap keluar dari kuburan Muncul hantu suster ngesot Muncul hantu korban Sumanto Muncul Bi Halimah sedang menggendong bayinya. Muncul Kang Badrun sedang kampanye partainya.
Pada saat saat rencana itu dijalankan. Doni sangat ketakutan. Tidak hanya terkencing-kencing juga keberosotan dan akhirnya pingsan, setelah melihat hantu Mang Barun yang sedang kampanye, namun kecewa dengan Doni yang tidak memilihnya, lalu mengancam akan membubuh Doni. Lisa kaget bukan main dan menyalakna Dona. Terjadi pertengkaran. Akhirnya, Dona, Lisa dan kawankawannya membuka baju hantunya. Lisa berusaha membangunkan Doni. Namun bau pesing merasuki hindungnya, akibat air kencing dan bukur yang keluar dari lubang belakang. Doni siuman, melirik ke sekelilingnya. Baru saja sadar dia menjerit sambil gelagapan. Segera Lisa berusaha menyadarkan Doni. Setelah sadar, Lusi dan Dona menerangkan kejadian yang sebenarnya. Akhirnya Doni menyadari keleliruannya selama ini. Dia nggak perlu takut hantu, karena hantu itu tidak ada. Ketakutan itu muncul dari dirinya sendiri. Jadi hantu itu bisa dibilang dirinya sendiri. Yang harus dilakukan bagaimana dirinya menghilangkan perasaan taku atau bayangan terhadap hantu. Doni akhirnya bangun, kemudia berjalan keluar panggung dengan kaki ngegang. SELESAI (Naskah drama ini sedang dilombakan)
Sampai di rumah mereka membuka file itu yang disimpan dalam flashdisk. Misteri meja guru terungkap. Darah pada meja adalah darah Bu Astri yang dibunuh Mang Diman. Penjaga sekolah itu sengaja disuruh Bu Anita untuk membubuhkan racun ke dalam gelas minum Bu Astri. Bu Anita tahu kalau wanita yang konon telah merebut pacarnya itu selalu meminum usai pelajaran berakhir. Sampai kini semua guru tidak mengetahui keberadaan Bu Astri. File ini ditulis karena Bu Astri mengetahui rencana pembunuhan itu. Siska, Melly dan Mona menyerahkan hard copy kepada kepala sekolah. Kepala sekolah baru mengetahui kalau perebutan pacar antara Bu Anita dan Bu Astri dulu berbuntut dengan pembunuhan. Kini Bu Anita dan Mang Diman harus menanggung seluruh perbuatannya. Kepala sekolah akan mengambil tindakan tegas setelah keduanya terbukti bersalah dalam pengadilan nanti. Bahkan seluruh muridpun berdemo untuk tidak menerima Bu Anita lagi, berikut Mang Diman. (Aldigita) === SELESAI ===
Jesika jadi sasaran berikutnya. Danu tahu kalau cewek tercantik kedua itu suka menunggu adiknya di taman kota. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Dia duduk samping Jesika dan memulai obrolannya. Seperti Siska, Jesika juga malas melayani cowok tah tahu diri itu, namun karena ingat dengan rencana besarnya, dia tak beranjak dari tempatnya. Dengan meminjam keindahan bunga-bunga, rayuan mautpun mengalir seperti air sungai. Tanpa diketahui Danu, Jesika meninggalkan Danu. Danu
baru tersadar saat ada seseorang yang mengatakannya gila. Tak hanya itu belasan orangpun mengeruminya. Kini giliran Mona yang jadi sasarannya. Air laut yang membiru dan anginnya yang kencang menjadi saksinya. Di hamparan pasir putih, Danu berdiri di belakang Mona. Laut yang membiru dan angin yang kencang serta perahu yang mendayu menjadi sarana bagi Danu untuk mengeluarkan rayuannya. Mona tak beranjak dari tempatnya hingga Danu nampak semakin gencar merayu, dengan segala kemampuannya. Namun Danu kecewa, ternyata yang dirayu itu bukan Mona. Tetapi seorang bencong yang kebetulan bentuk tubuh dan bajunya sama dengan Mona. Sedangkan Mona, Siska, Jesika dan Hety tak tahan menahan tawa. Sebuah SMS Siska cukup menjadi modal kepercayaan diri bahwa Siska sudah naksir pada Danu. Makanya dia senang sekali ternyata Mona mau diajak makan di sebuah restoran besar. Segera dia meluncur ke sana. Sebuah meja besar telah tersedia. Danu menyilahkan Siska untuk memesan makanan sesukanya. Namun Danu terkejut, karena Jesika muncul dan memesan makanan juga. Lebih terkejut lagi ketika melihat Mona dan beberapa orang temannya. Tak ada yang lain dalam benak Danu saat duduk dikelilingi cewek-cewek cantik itu kecuali hitungan harga makanan yang telah tersaji dan jumlah uang di kantongnya. Danu tak bsa diam dan makanpun tak berselera lagi. Ingin rasanya dia lari, namun tangan kokoh Hetty menekan pundaknya. Tiba-tiba dia bersin. Semua menjadi kaget dan tangan Hetty terjatuh. Kesempatan itu tidak disia-siakannya. Danu meminta ijin ke belakang. Siska, Jesika dan yang lainnya, terutama Hetty heran. Danu belum muncul lagi. Mereka menduga, Danu kabur. Benar saja setelah hampir setengah jam, cowok kampung itu tidak kelihatan batang hidungnya. Hetty meminta teman-temannya untuk mengumpulkan uang. Namun permintaan itu ditolak. Karena sesuai perjanjian bila terjadi sesuatu, Hetty yang akan menanggung akibatnya. Hetty menghitung uangnya, namun dia meringis. Akhirnya dia harus rela Black Berry kesayangannya ditinggal sebagai jaminan (Niar) Naskah drama ini sedang dilombakan. Naskah drama ini sedang dilombakan === SELESAI ==
Power komputer kutekan lagi dan hidup hingga subuh tiba, dan lahirlah ringkasan ceritanya. Karena cerita itu menarik, kuputuskan untuk cuti selama 12 hari. Kebetulan tahun ini belum cuti. Alhamdulillah hingga cuti selesai, aku dapat menyelesaikan hingga 75 persen dari 100 halaman naskah atau diperkirakan bisa untuk 200 hal novel. Dua minggu kemudian naskah itu rampung. Inilah ringkasan ceritanya. Andi lahir dari keluarga kaya. Namun karena cacat, pipi kanannya hitam, berbulu dan nampak seperti monyet, menyebabkan anak bungsu ini selalu diperlakukan tidak manusiawi oleh mama dan kedua kakaknya. Semua perlakuan itu sangat menyiksa batinnya dan membuat hidupnya tidak tenang. Hingga pada suatu hari, sebuah perlakuan yang sangat menyakitkan terjadi. Kejadian itu tepat di hari perpisahan SMP-nya. Setelah menghadiri perpisahan, Andi pergi menemui Mang Diman, pria yang dulu pernah bekerja pada keluarganya. Di tempat itulah, dia menemukan ketenangan. Bahkan akhirnya, dia memutuskan untuk mendalami agama di sebuah pesantren, sambil meneruskan SMU-nya. Belum sebulan, sang mama datang, dan meminta agar Andi kembali ke rumahnya. Sang mama berjanji akan memperlakukan dengan adil, sama dengan kedua kakaknya. Akan menganggap anak sendiri, kamar istimewa, dengan televisi dan komputer di dalamnya. Tapi santri kesayangan Ajengan Abdulah ini menolak, seraya berkata Ma, Biarkan Aku Di Sini. Cerita ini sangat mengharukan. Setiap pembaca pasti akan meneteskan air mata, tak tahan melihat perlakukan orang yang mestinya menyayangi dan juga kedua orang yang mestinya menjadi panutan. Selain itu, cerita ini juga menggambarkan bagaimana Hidayah Sang Pencipta merasuk ke dalam kalbu hambanya, hingga tergambar hanya di jalan-Nya-lah, hidup manusia bisa tenang. Nah, perlakuan apa saja dari sang mama dan kedua kakaknya. Dan bagaimana Andi bisa menemukan ketenangan, lengkapnya ada pada naskah ini.
dalam lubang dus itu. Namun burung itu tetap tak bersuara sedikitpun. Keduanya bengong. Kemudian meneropong lewat lubang ternyata burung itu masih ada, berdiri pada dasar dus sambil sekali-kali menggerakan sayapnya. Bahkan hampir mematuk mata Abah. Untung Abah langsung menarik kepalanya. Kabayan langsung menyerahkan sangkar tersebut kepada lalu pergi. Namun Abah meminta agar Kabayan yang memasukan burung itu ke dalam, dengan satu pesan agar hati-hati, jangan sampai burung itu kabur. Setelah membuka dus dan memasukan burung tersebut ke dalam sangkar, Kabayan memperjelas bahwa burung itu bukan burung beo, tapi burung cakakak. Namun Abah tetap tidak percaya. Abah lebih percaya pada penjual burung itu, karena jelas sekali kejadiannya. Karena tidak percaya penjelasan Kabayan, kembali Abah melekatkan moncong mulutnya ke dalam sangkar sambil mengucapkan salam, kemudian menyanyikan lagu Happy birthday. Ulah itu diikuti oleh Ambu, bahkan Iteng. Ketiganya sama-sama melekatkan moncong mulutnya ke dalam sangkar. Waktu Kabayan meledek dengan menjawab salam itu, Abah marah bukan main. Lebih marah lagi saat Kabayan meledeknya, sampai Abah matipun, burung itu tidak bersuara. Abah mengira Kabayan mendoakannya mati. Akhirnya Kabayan pergi sambil menggerutu, sampai kiamat tahun 2012 nanti, burung itu tak akan bersuara, Abah... Abah... mau saja ditipu orang. =SELESAI=.
KISAH TUKANG RAMBUTAN Karya Dewi Suci F PARA PELAKU: 1.Pak Jamil, Tukang rambutan 2.Bu Jamil 3.Minten, putri Ibu dan Bapak Jamil 4.Ahmad, Ketua HIMA UI dan Ketua Pelaksana Demonstrasi SATU Saat itu, nampak seorang wanita berusia 30 tahunan sedang memandangi sebuah photo tua sambil menyeka air matanya. Minten namanya, dan di pinggirnya, seorang laki-laki gagah yang merupakan suami wanita tadi nampak terharu memandang photo yang tengah diperhatikan istrinya. Minten : Mas masih ingat bapakku? Ahmad : Ya, tentu, Minten. Aku pasti selalu ingat sama Bapakmu. Pertama kali bertemu, beliaulah yang memberi kami, para mahasiswa demonstran dua ikat rambutan untuk mengobati rasa haus kami. Kamu tahu, Minten? Jika tak ada bapakmu, sudah pasti saat itu kami tidak dapat bersuara lagi untuk menuntut Soeharto lengser dari kursi kepresidenannya. Minten : Ya, bapak cerita itu. Bapak cerita, mas merangkul tangan dan tubuh bapak sambil mengucapkan terima kasih banyak. Katanya, baru sekali ini bapak mendapat ucapan terima kasih yang begitu tulus dari seseorang, padahal bapak hanya orang kecil. Setiap kali bapak menceritakan itu, mata bapak nampak berbinar. Mas tahu? Dua ikat rambutan itu seharga separuh dari upah menjual rambutan bapak. Bapak membawa satu gerobak rambutan dari Haji Nana. Satu gerobak itu berisi 29 ikat rambutan, dan bapak diberi 4 ikat sebagai upah menjual 25 ikat rambutan. Karena 2 ikatnya itu, bapak berikan pada mas dan kawan-kawan mas. Upah bapak pada hari itu hanya 2 ikat. Saat ibu tahu itu, ibu tidak marah, justru memuji bapak karena jiwa besarnya itu. Tapi aku yang sedikit kesal, kenapa para mahasiswa itu mau menerima rambutan dari orang kecil macam kami. Ahmad : Apa sekarang kamu masih marah, Minten? Minten : Mas, mas.ada-ada saja to. Ya nda to. Waktu itu, saya kesel sama mas. Karena dulu, habis berjualan bapak janji mau belikan saya buku tulis yang baru. Tapi ndak jadi, uangnya ndak cukup. (minten tersenyum) Ahmad : (mengecup kening Minten). Kalo kamu mau, sekarang saya tak belikan kamu sepabrik buku tulis buat ganti janji bapakmu (Ahmad tersenyum menggoda sekaligus tersenyum karena berbicara logat jawa seperti istrinya). Minten : emm mas ngeyel to? Ledekin saya to. (cemberut) Ahmad : Ya enggak atu. Abdi teu wantun ka neng Minten, ngeyel. (kembali tersenyum) Mau cerita tentang bapakmu, kan ? Minten tersenyum, matanya menerawang saat ia masih berusia 16 tahun. (Lampu berubah. Latar berubah.) DUA
Di suatu pojok Jakarta yang kumuh, bau, dan tempat bersarang nyamuk-nyamuk penyedot darah manusia, tampak berjejer rumah-rumah kardus kumuh yang tampaknya lebih layak disebut sebagai kandang-kandang manusia. Ya, pantas disebut kandang karena tempat tinggal itu terbuat dari kardus yang disusun menyerupai rumah dengan ukuran 3x3m. di dalam kardus itu, mereka duduk di sana, tidur di sana, makan di sana, dan kadang anak-anak mereka yang masih kecil pun atau bisa jadi orangtua anak kecil itu, buang kotoran di sana juga. Bukankah itu sama dengan fungsi kandang? Di deretan rumah kardus ke-3 dari pojok kiri adalah rumah Pak Jamil dan keluarganya. Dia adalah seorang penjual buah rambutan yang dulunya tinggal di Wonokerto, salah satu desa yang ada di kecamatan Wiradesa, kabupaten Pekalongan sebagai seorang nelayan perahu tradisional. Namun, karena masuknya para nelayan Bagan Siapi-api yang menggunakan kapal Trawl, pak Jamil dan keluarganya pindah ke Jakarta untuk mengadu nasib. TIGA Pak Jamil tengah mengenakan celana panjang yang warnanya bisa disebut karya abstrak. Bersama anak dan istrinya, dia mengikat buah rambutan yang akan dijualnya berkeliling Jakarta dengan menggunakan gerobak tua. Dulu, sekitar 10 tahun lalu, celana itu masih berwarna putih.namun, karena terlalu sering dipakai dan terkena getah rambutan, warna celana tersebut benar-benar tak karuan. Mungkin, jika harus diungkapakan dengan kata-kata, akan sulit sekali memilih kata yang sesuai dengan kondisi warna celana yang tengah Pak Jamil kenakan. Lucu juga, kalau dianalogikan warna celana Pak Jamil sama dengan perasaan seseorang yang sedang jatuh cinta. Sama-sama sulit diungkapkan. Sambil tetap mengikat rambutan, bu Jamil bertanya pada suaminya dengan suara cemas. Bu Jamil : Ya jangan jualan dulu to, Pak! Ibu khawatir, di jalan sana masih masih banyak demonasi. E, opo to pa? Ibu lali. Pak Jamil : Bu,Bubukan demonasi. Itu namanya demonstrasi. Karep wae sliro, ibu ini. (tersenyum geli) Bu Jamil : Yo wis , mau demonstrasi kek, demonasi, domestos nomos kek. Ibu khawatir to Pak. Ibu ndak mau Bapak tar celaka to kena tembak peluru pulisi nyasar. Bapak ndak takut gitu? Pak Jamil : Saya takut, tapi kalo ndak jualan. Nanti tak makan karo opo? Karo domestos nomos-mu, ndo? Nda, kan ? Lagian Minten harus beli seragam baru, biaya sekolah, beli buku. Itu pan harus Bapak to yang cari uang. Wis , ndak usah takut, doain saja bapak sing laku jualane, ya ndo. Orang kecil kayak kita, kalo ndak berjuang ya susah. Bu Jamil : Para mahasiswa itu maunya opo to pa, kenapa suka demo, demo opo to pa? ibu lali lagi. (mengernyitkan dahi dan mengusap-usap kepala) Minten : Demonstrasi, bu! Para mahasiswa itu, ingin Pak Harto turun. Bu Jamil : Turun? Turun dari opo to ndo. Memang tiap hari Pak Harto naik terus, ya? Waduh, ndak enak juga jadi istri presiden, cape to ya ndo dinaikin terus. Ngerepotin seluruh rakyat. Buat turun dari istrinya harus diminta mahasiswa sampai turun ke jalan, bikin macet, bikin ndak tenang, bikin kerusuhan. Pak Jamil : Hus, ibu ini bicara apa to. Bukan turun yang itu. Tapi turun dari jabannya sebagai presiden. Itu maksud Minten. Iya, kan ten? Minten : (tampak bingung dengan ucapan ibunya) Iya, biar g jadi presiden lagi, gitu bu.
Pak Jamil : Yo wis , bapak berangkat dulu. Sudah siang. Ndo, jangan sampai telat ya ke sekolahnya. Pulang bapak jualan,tak beli buku tulis baru. Kata ibumu, kamu ndak punya buku tulis kan ? Belajar yang rajin. Jangan sampai sekolah merasa rugi karena kasih beasiswa sama kamu, ndo. Bapak percaya kamu bisa jadi orang sukses nanti. Jadi orang berpendidikan, yo ndo! (pak Jamil mengelus rambut Minten dengan mata yang berkaca-kaca). Salamualaikum. Minten dan ibunya berdiri bersampingan melihat Pak Jamil mendorong gerobak yang penuh dengan buah rambutan. EMPAT Saat itu, tepat pukul 12 siang. Pak Jamil tengah melewati Monas. Ia tersenyum lega karena dagangannya tinggal bersisa 2 ikat rambutan lagi. Pak Jamil berpikir untuk melaksanakan shalat Dzuhur terlebih dahulu sebelum kembali menawarkan sisa jualannya. Namun tiba-tiba, dia mendengar teriakan para mahasiswa yang kembali bergema menyuarakan tuntutannya agar Soeharto segera lengser. Pak Jamil memperhatikan para mahasiswa itu. Ada yang naik mobilmobil truk, ada pula yang berjalan kaki. Mereka mambawa banyak spanduk yang berisi tuntutan mereka mewakili rakyat. Pak Jamil dapat menangkap bahwa para mahasiswa itu sangat kelelahan dan kehausan. Tanpa berpikir panjang lebar, Pak Jamil melemparkan dua ikat rambutannya pada para mahasisiwa itu. Satu pada mahasiswa yang ada dalam mobil truk dan satu pada para mahasiswa yang sedang berjalan di atas aspal yang begitu panas terbakar sang raja siang itu. Pak Jamil tersenyum melihat tingkah para mahasiswa itu. Seperti anak-anak yang memperoleh mainan baru, mereka saling berebutan. Kemudian mereka sambil berteriak mengatakan ucapan terima kasih. Para Mahasiswa : Hidup Pak Rambutan.. Hidup Pak Rambutan. Hidup Pak Rambutan. Pak Jamil untuk beberapa saat diarak oleh para mahasiswa itu. Pak Jamil tidak berbicara sedikitpun. Ia tidak menyangka, para mmahasiswa itu akan berterima kasih dengan cara yang begitu mengagumkan. Kemudian, salah seorang mahasiswa dari mobil truk mendekati Pak Jamil. Mahasiswa : Pak, bapak mendukung kami, kan ? Doakan kami, ya pak! (merengkuh kedua tangan Pak Jamil dan menciumnya) Pak Jamil : (hanya tersenyum dan mengangguk) Mahasiswa : Terima Kasih, pak! (sambil berlari mengejar mobil truknya) Kemudian para mahasiswa itu melanjutkan demonstrasinya ke gedug MPR. Sepeninggalan para mahasiswa itu, suasana tampak hening. Pak Jamil menangis, ternyata orang kecil macam dia bisa mendapat apresiasi dari orang lain setinggi itu.
LIMA (Di rumah kediaman Minten dan Suaminya) Minten : Pemuda yang turun itu, kamu kan mas? Ahmad : Ya, itu aku,suamimu! (Ahmad kembali mencium kening istrinya) Minten : Setelah tahu hal ini, apa mas nda malu punya istri yang anak seorang tukang rambutan dan pernah tinggal di rumah kardus? Ahmad : Kenapa harus malu, Minten? Minten : Karena mas anak seorang dokter, dan saya..
Ahmad : (memotong ucapan Minten) Tidak, Minten. Mas bangga sama kamu, juga bapak kamu. Kamu dulu mahasiswi hebat. Masuk perguruan tinggi lewat beasiswa mahasiswa berprestasi. Kamu cantik, pandai, baik dan yang terpenting kamu adalah istri dan ibu untuk anak-anakku. (memeluk Minten) Minten : Saya juga bangga sama mas. Berjuang untuk masyarakat Indonesia . Dan saya bangga karena mas adalah suami saya, Tuhan saya di dunia.
TAMAT