Anda di halaman 1dari 41

HISTORIA MAGISTRA VITAE

( SEJARAH ITU GURU KEHIDUPAN )


Kelangsungan hidup nasional Indonesia di masa awal, kini dan masa depan sebagai negara kebangsaan. A. Pendahuluan 1. Latar Belakang ini mencoba memberikan gambaran dan panduan bagi generasi kedua (dan hakikatnya) generasi perintis dan pelaku perjuangan kemerdekaan (Generasi 28 dan Generasi 45) yang penuh dinamika revolusioner sejak Kebangkitan Nasional 1928 di dalam Pergerakan Kebangsaan untuk Indonesia merdeka sampai puncak kolonisasi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tangagl 1 Agustus 1945. 2. Bagaimana generasi-generasi penerus berikutnya, memang sulit memerlukan kajian yang serius/ untuk dapar menjawab apa siapa dan bagaimana karakteristik dari apa yang dinakaman Bangsa Indonesia dan Negara Republik Indonesia itu? Pasti akan timbul pertanyaan kekuatan dan ketahanan apakah yang memungkinkan perjuangan kemerdekaan (1945-1950) melawan kembalinya rezim kolonial Belanda dengan perlawanan bersenjata dan perjuangan diplomatik yang dilawan oleh pihak Belanda dengan Agresi I (1947) dan Agresi II (1947) serta perundingan diplomatik di Hoge Veluwe, Linggarjati Renville konferensi meja bundar. Penindasan Belanda tersebut diatas ternyata berakhir dengan pengakuan kedaulatan RI (S) pada tanggal 27 Desember 1949, bendera triwarna Belanda diturunkan dan Sangsaka merah putih berkibar di Istanak Merdeka Jakarta sebagai simbol akhir masa kolonialisme Belanda. Pilar utama KNIL pada media 1950 1

dibubarkan oleh pemerintah Belanda dan TNI menjadi inti APRIS, sedangkan seluruh angkatan Perang Kerajaan Belanda dipulangkan ke negeri Belanda (kecuali di Irian Barat/Papua). 3. Tulisan ini akan mencakup lima bab dua lampiran ialah : a. Bab A : Pendahuluan b. Bab B : Sejarah : National Survival Indonesia c. Bab C : Perkembangan Interstate dan Intrastate wars/conflicts d. Bab D : Indonesia dari anggota OPEC menjadi Net Oil Importer dengan segala cikal bakalnya. e. Bab E : Sekelumit Perkembangan teori Human Security di PBB. f. Bab F : Penutup Lampiran I : Aneka hal geopolitik dan energy security. II : Beberapa catanan tentang teori perang dan damai. B. SEJARAH NATIONAL SURVIVAL INDONESIA 1. Sebagai Konsekuensi Indonesia menjadi NKRI, NKRI harus melindungi dan bela diri kepentingan nasional dari National Security terhadap semua ancaman (Threat) potensial dan nyata (real) eksternal dan internal. Negarawan dan sejarawan Sung Dinasti Utama Ssu Ma Kuang (1018-1086) menyatakan bahwa Sejarah dapat membantu/dimanfaatkan masa kini sebagai kaca dari masa lampau 9History can serve as a mirror of the past). Berkan menjujung nilan Pancasila dengan semangat juang ke Indonesiaan, telah dapat mengatasi banyak percobaan ancaman kedaulatan dan kelangsungan hidup bangsa sejak lahirnya, baik berupa tindakan kekeerasan bersenjata dari dalam maupun dari luar negeri, sperti agresi Sekutu Inggris/Belanda (1945), 1947, 1948), Andi Azis (1950), RMS (1950-51), DI/TII 91949-1962) di Jawa Barat, Sulawesi Selatann, Kalimantan, Aceh, TRIKORA, 2

DWIKORA dan PRRI/PERMESTA, G 30S PKI. Dibidang politik sejak ir. Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar falsafah Negara tanggal 1 Juni 1945 dan UUD 1945 diterima pada tanggal 18 Agustus 1945, karakteristik bangsa kita diuji kembali menghadapai konsep Negara Federal van Mook, KM dan RIS, kemudian sidang-sidang Konstituante, dekrit kembali ke UUD 1945 pada tahun 1959, lahirnya Orde Baru dan pembangunan nasional dalam 6 REPELITA dan serta masa Reformasi dengan demokrasi liberal dan ekonomo pasar. 2. Bangsa Indonesia telah mengalami tidak saja didalam masa sejarah yang demikian pendek, gangguang keamanan dalam negeri (KAMDAGRI) yang berakar dari dalam negeri akan tetapi juga dari luar negeri. Gangguan-gangguan tersebut dilaksanakan oleh lawan-lawan RI dengan kekuatan bersenjata dan juga dengan operasi-operasi tertutup (Covert atau Clandestie Operations) pemikir dan perencana operasi-operasi tersebut dengan sadar atau tidak diilhami oleh San Tzu bahwa To Fight and Conguer is not sipreme excellence, supreme excellence consist in breaking the enemys resistance with out fighting 3. Walaupun bangsa Indonesia sejak 1945 dan sesudah 1950 menghadapi berjuta-juta masalah yang serba komplek, rentan adu domba lemah komunikasi dan sebagainya, berbagai krisis disemua bidang, tampakanya bangsa Indonesia masih mempunyai nilai-nilai moral, moril dan tekad juang yang cukup kuat. Bagi generasigenerasi muda semua golongan, patut diingatkan pemikiran-pemikiran cendekia ternama antara lain sebagai berikut.

a. Karakter, Karakteristik suatu bangsa. Sesuai dengan tujuan penulisan yang berbobot akadmik, perlu diteliti kata, Karakter didalam Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia (DEPDIKBUD) Jakarta 1988) dijelaskan kata karakteristik sebagai mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu) sedangkan untuk :Karakter diartikan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, untuk ditambah keterangan berkarakter mempunyai tabiat, mempunyai kepribadian, berwatak. Karakterologi adalah ilmu tentang watak seseorang berdasarkan perbuatan dan tingkah lakunya. Dalam perjalanan sejarah proklamasi kemerdekaan, karakteristik bangsa Indonesia telah diuji berkali-kali secara simultan bangsa Indonesia masih harus membenahi diri untuk pembangunan nation and character building secara gotong royong yang berkali-kali diulang oleh Presiden Soekarno, bahwa untuk pemahaman Quest ce quune nation mengutip sebagian pemikiran filosof Perancis Ernest Renan le desir de vivre ensemble1 b. Tekad Juang Bangsa
1

Secara lebih lengkap terdapat catatan dari pemikiran Ernest Renan sewaktu pidato magistral di Academie Francaise di Sorbonne 11 Maret 1882 Quest-ce quune Nation? ......une idee, claire en apparence, mais qui prete aux plus dengereux mal entendus...... Une nation est une ame un principe spirituel. Deux choses qui, a vrai dire, nen font quune, constituent cette ame, ce principe spirituel. Lune est dans le passe, lautre dans le present. Lune est ia possession en commun dun riche legs de souvenirs; lautre est le consentement actuel, le desir de vivre ensemble, la volonte de continuer a faire valoir Iheritage quon a recu indivis. Un passe heroique, des grands homes, de la gloire (jntends de la veritable), voila le capital social sur lequel on assied une idee nationale. En fait de souvenirs nationaux, les deuils valent mieux que les triomphes; car ils impsent des devoirs; ils commandent leffort en commun.

Dalam pengertian umum , kata Inggris "moral" diartikan aklak atau ajaran yang baik dan yang buruk, sedangkan kata "morale" diartikan keyakinan semangat juang. Bila suatu bangsa telah memutuskan atau terpaksa terlibat dalam suatu peperangan, dengan sendirinya pimpinan diharapkan membawa kemenangan bagi negaranya. Karl Von Clausewitz didalam bukunya "Vom Kriege" menjelaskan, bahwa unsur - unsur strategik yang mempengaruhi penggunaan dari serangkaian pertempuran dapat di klasifikasikan didalam berbagai tipe - tipe moral, fisikal, matematikal, geografikal, dan statistikal.Tentang unsur "moral" dikemukakan, bahwa tipe tersebut meliputi semua ha! yang diciptakan oleh kualitas dan pengaruh intelektual dan psikologik. Unsur - unsur moral dianggap sebagai hal - hal yang paling penting didalam suatu peperangaa dan dipastikan sebagai berikut: They constitute the spirit that permeates war as a whole, and at an early stage they establish a close affility with the will that moves and leads the whole mass of force, practically merging with it, since the will is it self a moral quantity. 2 Unsur - unsur moral utama disebut kecakapan komandan, pengalaman dan keberanian pasukan dan semangat patriotism mereka. Sedangkan perasaan nasionalis pasukan dinyatakan antara lain antusiasme, tekad fanatik, kepercayaan (faith)watak dan jiwa umum. Salah satu sumber referensi lain adalah buku Klaus Knorr berjudul "The war potential of nations" (Princeton 1956). "War potential" didalam buku ini digambarkan sebagai
2

M. Howard Clausewitz : On war. Princeton 1976 P. PAret hal. 183 186

suatu kombinasi dari factor - factor yang dapat dimobilisasi untuk kekuatan militer (atau perlawanan suatu bangsa) didalam keadaan perang atau ketegangan internasional.Menurut Profesor Klaus Knorr, faktor fafcor tersebt disebut "kapasitas ekonomi", "THE WILL TO FIGHT' ( TEKAD JUANG) dan "efisiensi administrasi (manajemen pemerintahan)". c. Pembangunan Bangsa dan Karakter Dalam kaitan kehidupan antar bangsa dalam masyarakat internasional, perjuangan untuk pembangunan bangsa dan karakter (nation and character building), menarik perhatian kutipan Samuel P. Huntington dari argumen Joseph Nye adanya perbedaan antara " hard power dan soft power". "Hard power" dijelaskan sebagai kekuatan untuk menguasai atas dasar kekuatan ekonomi dan militer, sedangkan "soft power" merupakan kemampuan (kesanggupan, kepandaian, kecakapan, atau ability) suatu negara, agar negara-negara lain "to want what it wants" melalui penarikan perhatian dengan daya tarik (appeal) dari kultur dan ideologinya. Disamping Huntington menulis, bahwa distribusi kebudayaan (cultures) didunia merupakan gambaran distribusi kekuatan (power), perdagangan dapat, atau tidak dapat mengikuti "bendera negaranya", akan tetapi "culture" selalu mengikuti kekuatan dari suatu peradaban lazimnya terjadi bersamaan berkembangnya kultumya dan hampir selalu melibatkan kekuatannya itu untuk memperluas nilai-nilai (values), praktek dan institusi ke masyarakat lain. Nye mengakui telah berkembangnya difusi yang melebar dari hard power didunia dan bangsa- bangsa terkemuka:".. are less able to use their traditional power resources to achieve their purposes in the past..". Nye menggaris bawahi, bahwa bila suatu bangsa memiliki culture dan ideology yang atraktif, 6

maka bangsa lain akan lebih tertarik untuk mengikutinya dan oleh karena itu selanjutnya soft power sama pentingnya dengan " hard command power". d. Ancaman terhadap jiwa dan semangat juang suatu bangsa. Sejarah dunia telah menunjukkan timbul tenggelamnya peradaban (civilization) atau imperium (Romawi, Ottoman dll) melalui suatu peperangan klasik tetapi juga karena alasan-alasan lain (ekonomik, budaya, konflik internal dan lain sebagainya). Walaupun suatu negara mengalami konflik internal (intra state war/conflict), tidak mustahil terdapat unsur campur tangan dari luar negeri, baik secara terbuka maupun secara tertutup, yang memerlukan kegiatan-kegiatan intelijen strategik yang memadai. Didalam ranah intelijen strategik, dasar-dasar yang paling penting untuk produksi intelijen didalam bukunya, Washington Platt mengemukakan sembilan azas-azas intelijen, a.l "semangat rakyat"3 Setiap perkiraan intelijen yang sehat harus mengenal pengaruh fundamental dari "semangat rakyat (spirit of the people)". Dasar ini mengharuskan pemahaman pengaruh yang fundamental semangat tersebut. Latar belakang adalah budaya (culture) perkelompokan ini termasuk agama, adat istiadat rakyat dan seluruh alam pikir yang dipelajari anak bangsa sejak anak kecil. Dasar ini membedakan antara dua sisi: di satu sisi kelompok yang dengan penuh semangat andalan, agressif dan optimistik untuk kemajuan bangsa serta sebagai perbandingan pada sisi lain dengan perkelompokan yang sudah letih/loyo, serba kecewa dan pesimistik. Semangat
3

Lihat Washington Platt. Strategic ntelligence Production New York 1957. (hal.43).

itu mengenal kedudukan moral dan tekad-menang yang sangat penting, serta meliputi fanatisme, patriotisme dan memahami pasifisme dan defeatism (sikap mengalah). Ada kalanya "temper (watak, tabi'at, perangai, keadaan jiwa) of the people" juga dipakai sebagai istilah dengan pengertian yang sama. Semangat agresif yang luar biasa disatu sisi atau semangat mengalah di sisi lain mungkin dapat melipatgandakan atau menambah kemampuan yang lazimnya dapat diharapkan dari situasi tertentu sepuluh kali atau sepersepuluh masing-masing. e. Political Warfare dan economic warfare
Sejak jaman purbakala, umat manusia hidup didalam dunia yang serba tidak perfect, baik didalam masa damai, lebihlebih dalam masa konflik atau perang. Sejarah peranan perang dalam timbul dan tenggelamnya pusat peradaban dan kekuasaan kerajaan atau imperium menunjukkan betapa pentingnya tekad juang suatu bangsa menghadapi ancaman kalah/menang perangnya, baik dalam suatu perang konvensional/tradisional, suatu "perang dingin (cold war)' atau didalam suatu perang kemerdekaan dalam pembebasan diri dan suatu rezim kolonial atau agresi militer. Didalam bab ini akan diberi beberapa contoh dari penaklukan bangsa dengan sarana non-alutsista konvensional. Secara universal di terima, bahwa perang adalah konflik antara Negara-negara dengan menggunakan sarana-sarana militer untuk menyelesaikan konflik. Sebagai perbandingan dapat dikutip pemikran Mao Tse Tung, bahwa Politik (Polities) adalah perang tanpa pertumpah darah dan perang adalah politik dengan pertumpahan darah.

Didalam kerangka penulisan tentang "intelijen strategik", Sherman Kent (Strategic Intelligence for American World Policy," Princeton 1949, 1966) ingin menarik perhatian tentang "senjata non-konvensional" didalam "political warfare dan economic warfare", yang ditujukan untuk memperlemah tekad dan kapasitas perlawanan, sekaligus menambah kekuatan dan kapasitas pihak sendiri untuk menang. Dengan memfokuskan aspek political warfare, dapat didefinisikan sebagai suatu upaya mencapai tujuan-tujuan tersebut diatas dengan sarana apapun yang tersedia kecuali sarana ekonomi dan operasioperasi railiter orthodox. Didalam suatu negara (lawan) terdapat banyak sasaran potensial, seperti a.l. pertamatama dan terutama adalah kekuatan angkatan perang dengan segenap problema moral mereka. Selain itu terdapat orang-orang yang berbeda dengan kelompokkelorapok sosial yang tidak dapat menyesuaikan dirinya, kaum miskin minoritas yang sadar akan dirinya, pemimpin-pemimpin buruh, ibu-ibu berprestasi yang menonjol, kaum pasifis, ibu-ibu rumah tangga yang marah, tokoh agama yang baru muncul, pejabat pemerintah yang mudah tertipu atau korup, ditambah ratusan kategori lain yang salah informasi, kecewa, merasa berbangga tidak puas dan unsur-unsur yang selalu marah-marah dari masyarakat. (Sherman Kent hal. 19,20). Dibidang ekonomi terbuka penanganan hubunganhubungan perdagangan internasional, pengaturanpengaturan finansial internasional, demikian pula di dalam negeri itu sendiri terdapat titik-titil lemah dalam ekonomi domestik yang dapat disusupi oleh sarana-sarana non militer. f. Kewaspadaan yang diperlukan NKRI.

Berkaitan dengan kemungkinan suatu negara menjadi suatu "target state", Samuel P Hungting on mengutip Joseph Nye yang mengemukakan penggunaan hard power dan soft power. Semangat dan tekad juang suatu bangsa akan berpengaruh besar atas Ketahanan Nasional dan kelangsungan hidup suatu negara yang harus menghadapi kegiatan-kegiatan yang melindungi kepentingan nasional negara lain dengan soft power berupa "sistem senjata sosial" dalam political dan economic warfare. Bagi NKRI, sasaransasaran strategik potensial dapat menjadi: memperlemah negara kesatuan, menghapus ideologi Pancasila dan mengganti UUD 1945, menghilangkan rasa Cinta Tanah Air dan sejarah nasional, merong-rong moneter dan korupsi luas, kehidupan demokrasi dengan partai politik yang eksesif, menciptakan kontradiksi religius dan etnik secara horisontal dan vertikal, serta cara-cara lain yang sudah pernah dialami dikonflik-konflik dalam negeri di masa yang lampau. Pengalaman ujian moril dan tekad juang untuk bangsa Indonesia, khususnya selama Perang Kemerdekaan Indonesia (1945-1950) adalah operasi-operasi perang psikologi oleh seluruh mekanisme konservatisme Belanda yang telah berusaha menghancurkan Republik Indonesia sejak tahun 1945 atas dasar tafsiran Belanda tentang noneksepsi Negara dan bangsa Indonesia sebagai ciptaan segelintir politisi pribumi, RI adalah ciptaan Jepang, pemimpin politiknya adalah kolaborator Jepang, dsb.

C. PERKEMBANGAN INTERSTATE DAN INTRASTATE WARS/CONFLICTS 1. DAMSESKOAD adalah mayor jenderal TNI Mochammad Sochib SE MBA. Di dalam salah satu 10

sambutan resmi mengutip John Tracey dalam bukunya On the prevention of war (1962) antara lain sebagai berikut: John Tracey, dalam' bukunya On the Prevention of War (1962) pernah mengutip tulisan Kapten Liddell Hart, seorang ahli strategi terkenal, dari essay yang ditulisnya dengan judul, Deterrence or Defence? (Stevens and Sons, 1960), dimana Liddell Hart mencoba mengoreksi dan menginterpretasikan pepatah Romawi Kuno yang termasyhur, "kaku ingin damai bersiaplah untuk perang". Kata Liddell Hart, yang benar adalah kalau ingin menang, bersiaplah untuk perang", dan selanjutnya ia memperjelas lagi bahwa yang lebih realistis adalah, "kalau ingin darnai pahamilah apa itu perang". John Tracey menambahkan bahwa, "hanya dengan memahami hakekat dari perang, dalam aspek-aspek militer, politik, ekonomi, dan psikologinya, kita akan bisa melewati perperangan dengan baik.4 2. Perang Semesta Konsep Pertahanan Nasional Di dalam

Sewaktu Pembukaan kursus Strategi Perang Semesta Angkatan ke-II (2008),Kepala Staf Angkatan Darat Jendral TNI Agustadi Sasongko Purnomo antara lain menegaskan kembali penting dan perlunya pengalaman perang TNI dimasa lampau diperhatikan dan diteruskan kepada generasi perwira muda dimasa yang akan datang, antara lain dikatakan : "Pendidikan atau kursus ini lahir dari suatu pemikiran bahwa Indonesia sebagai salah satu dari tidak banyak bangsa didunia ini yang pernah berhasil melepaskan diri dari cengkraman penjajah dan bahkan dapat mengusir musuh dari tanah aimya dengan menjalankan konsep perang rakyat semesta, perlu kepada generasi penerus bangsa ini, khusunya perwira-perwira TNI,
4

Purbo S. Suwondo Sejarah Perang di Dunia SESKOAD Bandung (2007) : Sambutan tertulis resmi DAMSESKOAD untuk karya tulis tsb (Agustus 2007)

11

diberi berbagai pengetahuan untuk dapat mendalami konsep itu dan kemudian merevitalisasikannya untuk diaktualisasikan dalam gelar pertahanan Negara Repubiik Indonesia sebagaimana diamanatkan Konstitusi Negara kita yaitu Sistem Pertahanan Rakyat Semesta". "Kita semua sepakat bahwa mengingat geostrategi dan geopolitik Negara kita, dan belajar dari sejarah, maka konsep perang semesta itu sangat tepat diterapkan dinegara yang kita cinfai ini, tentu dengan berbagai modifikasi sehingga relevan dengan perkembangan lingkungan strategik dan selaras dengan isu global, kesepakatan, kebiasaan dan hukum internasional dan menghormati perdamaian dunia". 3. Dengan dibukanya KSPS Angkatan ke-II tahun ajaran 2008 pimpinan SESKOAD memberikan pengarahan baru untuk memfokuskan \Sejarah Perang Semesta itu dengan kasus Perang Semesta di Aljazair, Irak, Afghanistan dan Vietnam. Oleh karena semasa persiapan penyusunan naskah masih belum dapat diperoleh definisi resmi tentang apa yang dinamakan "Perang Semesta" dalam sumber kepustakaan didalam negeri, maka penulis telah berusaha menggali kepustakaan asing dengan segala keterbatasan tentang sumber referensi yang memadai. Didalam "library research" yang telah dilakukan telah dicoba untuk mengumpulkan penjelasan komparatif para pemikir, penulis, strategist atau pakar yang berpengalaman dan temama didunia secara sekomprehensif mungkin. Jika Perang Semesta diterjemahkan secara harfiah kedalam bahasa Inggris, maka akan diketemukan istilah "Total War", yang dijelaskan oleh Ludendorff Der Totale Kriege, Michael Howard, HJ. Morgenphau, Martin van Creveld, Bernard Brodie dan lain-lain sumber sebagai suatu perang yang kini dapat dilakukan dengan mempergunakan senjata konvensional bersama dengan senjata nuklir (non konvensional), yang dapat berakibat lebih "total" 12

bagi sasaran-sasaran berupa efek pemakaian senjata nuklir dan tidak dapat lagi dibatasi untuk sasaran-sasaran murni militer saja. Jika Perang Semesta dikonotasikan dengan pengalaman Perang Kemerdekaan 1945-1950 yang pernah dialami oleh bangsa Indonesia, maka persepsinya adalah suatu perlawanan bersenjata revolusioner dengan partisipasi seluruh golongan masyarakat, ialah golongan militer, polisi, organisasi pemerintah sipil dan swasta, penduduk dikota dan desa (daerah pedalaman), pemuda, pelajar, wanita, orang tahanan penjara, penyelundup, sukarelawan asing yang mau ikut berjuang, dengan mempergunakan segala macam sistem senjata teknologi dan sosial, hardware dan software, senjata konvensional dan senjata tradisional (keris, golok, bambu runcing), bom tarik, senjata hasil produksi sendiri, selundupan atau rampasan, untuk menghancurkan semua sasaran yang dikuasai musuh (Belanda) termasuk konvoi supply, perkebunan penghasil devisa, pos polisi atau penjaga perkebunan, kantor pemerintah RECOMBA/NICA dan lain sebagainya. Bila seluruh rakyat diikutsertakan dalam penyelenggaraan Perang Semesta, maka secara konseptual Perang Semesta "mirip" dengan,,"Perang Rakyat" konsep Clausewitz atau Van der Goltz, dengan perbedaan nuansa "semesta (total)" dan konsep Ludendorff "Das Volk in Waffen" atau terjemahan bahasa Inggris "Nation in Arms". Dalam tulisan terakhir Ludendorff menamakan konsep "Das Volk in Waffen" menjadi "Der Totale Kriege" (Total War atau Perang Semesta). Jika gagasan "Nation in Arms" '"dalam bahasa Inggris diterjemahkan secara harfiah "bangsa bersenjata" diterapkan dalam gagasan ke-semestaan didalam "Perang Semesta", maka dengan demikian dapat diartikan tidak hanya golongan militer saja yang ber-Perang Semesta, melainkan seluruh bangsa atau rakyat ikut berpartisipasi dalam Perang Semesta, yang pada umumnya sesuai dengan keterbatasan kekuatan senjata yang tersedia menitikberatkan perlawanan rakyat dalam bentuk "perang gerilya", sedangkan para gerilyawan seringkali bukan prajurit 13

professional akan tetapi orang-orang sipil patriotik yang bersedia berkorban jiwa demi perjuangan bangsanya. Pelacakan teori perang gerilya harus kembali ke Sun Tzu, Clausewitz, Lawrence, Mao Tse Tung sedangkan bila perang gerilya itu dilaksanakan oleh kekuatan-kekuatan revolusioner, maka kemudian penyelenggaraan Perang Semesta tersebut diberi berbagai nama seperti "Protracted War/Conflict" (Mao Tse Tung), "War of National Liberation" (Lenin, Stalin, Vo Nguyen Giap) atau "Revolutionary War" (Bonnet, Samuel Huntington, Thompson, Van Creveld, Collins dan lain-lain). Didalam Perang Kemerdekaan Indonesia, bangsa Indonesia telah melakukan suatu "perang untuk membebaskan diri dari penjajahan" dan sekaligus melaksanakan suatu "pcrjuangan revolusioner" dcngan memilih cara "perang gerilya" dengan memobilisasi segenap dana dan kekuatan yang ada secara "total" atau "semesta" didalam ruang domestik dan internasional dengan waktu bersifat "protracted" sehingga dapat pula dinamakan suatu "Perang Semesta" menurut ruang dan waktu. Bagi pihak Belanda, perlawanan ini dianggap suatu "internal conflict", operasi agressi dengan kekuatan militer darat,- laut dan udara dinamakan "aksi polisional" terhadap suatu "binnenlandse vijand (musuh dalam negeri)", walaupun kemudian diforum internasional akhirnya harus mengakui kedaulatan (sovereignty) Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Dengan demikian, sebagai kelanjutan dari "Sejarah Perang Di Dunia" (Bandung 12 Juni 2007) naskah berjudul "Pengantar Teori Perang Semesta" ini terdiri dari Prakata dengan bab umum, Sejarah Pengertian "Perang Semesta", Gagasan Tcntang "Perang Rakyat", Tentang Sejarah Perang Revolusioner, Tentang Teori "Perang Pembebasan Nasional (Wars of National Liberation), Penggunaan Kekerasan di Indonesia, Perkembangan "Intra-State Wars", Tentang Teori "Territorial Defence", Strategic Total Andre Beaufre, Tentang Kontra 14

Insurjensi, Sepintas Sejarah Perang Semesta di Aljazair, Irak, Afghanistan dan Vietnam dan akhirnya Purnakata. Upaya pemahaman aspek teoretik-akademik "Perang Semesta" melalui kepustakaan internasional didukung dengan pemanfaatan cuplikan berbagai sumber referensi yang cukup bervariasi komprehensif dan komparatif dari karya tulis David Dunn, Michael Howard, Martin van Creveld, H. J. Morgenthau, Bernard Brodie, Andre Beaufre, John Baylis, Robert Thompson, Mao Tse Tung, Gabriel Bonnet, CSS, George town University, S.j. Leonard, Rodney King, M. Kaldor, Adam Roberts, Doktrin Tentara Kerajaan Belanda, Merle Kling, Brigadier C. Aubrey Dixon & Otto Heilbrunn dan dari penulis, yang dikumpulkan didalam 20 lampiran. D. INDONESIA DARI ANGGOTA OPEC MENJADI net oil importer. 1. Dilemma stabilitas politik dalam negeri untuk pembangunan nasional Indonesia dan geopolitik energy security sebagai kepentingan nasional adi daya dunia. Sewaktu harga minyak (crude oil) melampaui US $60 perbarrel, para strategist di negara-negara industri-maju terbangun dan mulai mengkaji ulang kecenderungankecenderungan masalah perminyakan dengan lingkup global dan regional, maka makin jelas bahwa masalah minyak tidak lagi merupakan "komoditi perdagangan" biasa saja, akan tetapi aspek geopoiitik, geostrategi dan geoekonomi makin menonjol, terutama bagi Amerika Serikat, Cina, India, Uni Eropa, Jepang dan Korea sebagai negara-negara net-oil importer yang rawan energy securiry. Minyak telah semakin berkembang menjadi suatu komoditi vital dan tercatat sebagai agenda pertama bagi kepentingan nasional dan national security. Bagi negara-negara industri maju khususnya 15

sekaligus berkembang keperluan pengawasan khusus untuk "comprehensive energy security" yang berlaku bagi semua negara yang berstatus "net oil importer. " Kepustakaan internasional, internet dan berbagai seminar dibanjiri dengan karya-karya tulis yang berusaha menarik perhatian dengan mengkaitkan aspek geopoiitik, geostrategi, geoekonomi dan grand strategy dengan aspek perminyakan. Setelah pemikiran - pemikiran awal yang dituangkan di dalam berbagai karya tulis oleh Harold McKinder (1861-1947), Alfred T. Mahan (18401914), Friedrtch Ratzel (1844-1904), Rudolf Kjellen (18641922), dan diteruskan oleh para cendikiawan kontemporer di masa pasca Perang Dingin, maka para pengkajinya akan menemukan istilah-istilah khas seperti political power, balance of power, bufferstates, security belt, Lebensraum, equilibrium, alliance, check and balance, a-priori dan abstract versus empirical dan pragmatic, real politic' good motives versus utopian radicalism, national interest, ekspansi territorial, hegemoni, sphere of influence, autarki, dan sebagainya, sepetti yang dapat juga ditemukan di dalam ilmu politik internasional- Selanjutnya dijelaskan oleh Harold Lasswell, "politik (politics) adalah varietas interaksi manusia yang menentukan kapan waktunya, siapa memperoleh apa, dengan cara bagaimana.
"Political behavior is goal-seeking behavior, and politics result whenever, and wherever, men, groups, or organization* interact in their goal seeking pursuits. The "whos," "whats," "whens," and "hows" of politics vary with time, place, and situation; but basic goal-seeking nature of political interaction remains constant". 5

2. Perkembangan Geopolitik dan Perminyakan Internasional

Harold D. Lasswdl, "Politics, -who gets what, when, how" (Cleveland, The World publishing Company, New Yoit, 1971)

16

a. Kajian tentang geopotitik tidak dapat dipisahkan dari kajian politik intenasional (International politics) DR, Donald James Puthala menulis, bahwa:
"Studying international politics means studying patterns of political interaction between and among states. Understanding international politics means understanding how, when, and why such states are born; how, when, and why they rise or decline in power, wealth and status. To understand international politics also means tracing the reasoning behind foreign politics and discerning why some politics succeed while others fail. Beyond this, it means answering how, when, and why addressed to wars fought or avoided, treaties concluded or broken, coalitions formed or dissolved, and world leaders famous or notorious. Finally, at abstract levels above specific phenomena and personalities, understanding international politics means understanding the geography of interstate conflict and cooperation, the economics of nation development and defense, the anthropology of cultural interaction, the socialpsychology of international integration, the psychology of coercion and compliance, and the history of statecraft.6

b. Pada tahun 1974, Institute fiir Weltwirtschraft (Kiel, Jerman) telah menerbitkan laporan tentang masa depan ekonomi masyarakat Eropa (serasi dengan Negaranegara lain yang bukan produsen minyak mentah/petroleum), sebagai berikut :
All aspects of economic life will be affected by developments in the international oil market the direction of social and economic polities, the rate of inflation, conditions in capital markets, exchange-rate relationships, the movement of the community towards economic and monetary union, the reform of international monetary arrangements, the maintenance of the multilateral trading system and the problems of developing countries. Failure to understand the situation fully and, on a basis of international cooperation to adopt concerted policies, could pose a serious threat to the level of world economic activity. The greatest danger facing the world economy is that individual governments will try in isolation to cope with the situation from a nationalistic standpoint (Ryberzynski, hal 6)
6

Donald James Puchala, International Politics Today. (Dodd, Mead & Company, New York, 1971)

17

Sebagai tambahan wawasan untuk melihat masalah minyak mentah/petroleum di masa depan, dapat dipelajari kesimpulan Heisbourg, sebagai berikut:
Oil is an essential commodity extracted, transported, refined and distributed by relatively small number of major players carrying a significant weight in their relationship with the nation-states with which they interact. Oil is also a physical, territorially-based resource ultimately under the control of nation states. This is well known, but in a world where economic activity is increasingly knowledge based-not relying on physical, territorially based resources, oil is even more special then it was in the past. It is possible to talk about the geopolitics of oil, or about oil international tension, an a scale why which does not apply to other commodities. Even when and where market forces operate smoothly, nation-states will continue to be directly involved with all aspects of the oil cycle, up to and including even the most downstream aspects (such as oil contribution to global warming). Oil and politics will not cease to mix, more or less explosively. (Militaire Spectator 1-99, hal. 21).

3. Selanjutnya Donald L. Berlin (Asia Pasific Centre for Security Studies, Honolulu, Hawaii) menulis , bahwa:
The Indian Ocean region had become the strategic heartland of the 21st century, dislodging Europe and North East Asia which adorned this position in the 20 th century. The development in the Indian Ocean region when contributing to the advent of a less Western centric and a more multipolar world.

Sedangkan Barry Desker (IDDS, Singapore) menyambung bahwa:


The emergence of the new powers like China and India is expected to transform the regional strategic landscape is a fashion that could be as dramatic as the rise of Germany in the 19th century and the United States in the 20th century.

4. Dalam kaitan ini, Letkol Christopher J Perhson menguraikan dalam tulisannya String of pearls; Meeting the challenge of Chinas rising power across the Asian Littoral (Juli 2006), bahwa: 18

The geopolitical strategy dubbed the String of Pearls is a rising as foreign oil becomes a center of gravity critical to Chinas energy needs. Chinas rising maritime power is encountering American maritime power along the sea line of communication (SLOCs) that connect China to vital energy resources in the middle East and Africa. The String of Pearls describes the manifestation of Chinas rising geopolitical influence through efforts to increase access to ports and airfields, develop special diplomatic relationship, and modernize military forces that extend from the South China Sea through the strait of Malacca, across the Indian Ocean and on the Arabian Gulf. Each pearl in the String of Pearls is a nexus of Chinese geopolitical influence of military presence. Hainan Island, with recentky upgraded military facilities, is a pearl. An upgraded airstrip on Woody Island, located in the Paracel archipelago 300 nautical miles east of Vietnam, is a pearl. A container shipping facility in Chirragong, Bangladesh, is a pearl. Construction of a deep water port in Sittwe Myanmar, is a pearl, as is the construction of navy base in Gwadar Pakistan. Port and airfield contruction projects, diplomatic ties and force modernization form the essence of Chinas String of Pearls. The Pearls extend from the coast of mainland China through the littorals of the South China Sea, the strait of Malacca, across the Indian Ocean, and on to the littorals of the Arabian Sea and Persian Gulf. China is building strategic relationships and developing a capability to estabilish a forward presence along the sea lines of communications (SLOCs) that connect China to the Middle East.

Latar belakang kepentingan strategik Samudera Hindia dapat lebih dipahami dari tulisan PIND (23 january 2005) berjudul Setting the stage for a new cold war; Chinas Quest for Energy Security sebagai berikut:

China, which has been a net oil importer since 1993, is the world number two oil customer after the U.S. and has accounted for 40% of the worlds crude oil demand growth since 2000. in the presence of sporadic power shortages, growing car ownership and air travel across China and the importance of energy to strategically important and growing industries such agriculture, construction, and steel and cement manufacturing, pressure is going to mount on China to access energy resources on the

19

world stage. As result, energy security has become an area of vital importance to Chinas stability and security. China is stepping up efforts to secure sea lanes and transport routes that are vital for oil shipments.

5. Didalam konteks geopolitik perminyakan untuk jaminan "comprehensive oil security" Indonesia termasuk negara dengan ciri-ciri kaya sumber alam strategik, jumlah penduduk ke-4 didunia, daerah perbatasan dan daerah-daerah rawan dengan minyak dan gas, mempunyai tradisi penyelesaian gangguan keamanan dalam negara dengan kekuatan sendiri, geografis berposisi silang antara Samudra Hindia, Samudra Pasifik, benua Asia dan benua Australia 7 dengan luas wilayah seperti jarak London-Kairo, termasuk "negara kepulauan" yang terbesar didunia, dilindungi sebagai "archipelagic state" dalam UNCLOS 1982, menjadi negara pantai dari SLOC sebagai chokepoints transportasi perdagangan dunia lewat lautan,8 dengan politik luar negeri yang bebas aktif (walaupun pernah bergerak dalam perkelompokan New Emerging Forces (NEFO) dan Non Aligned Movement), akan tetapi pernah pula berorientasi Iebih "kekiri" dengan poros Jakarta - Pnompenh - Hanoi - Beijing - Pyongyang) 9 seterusnya berkiprah sampai zaman Reforrnasi menghadapi persaingan dalam globalisasi dunia. 6. Dengan memperhatikan kecenderungan global, regional dan nasional tersebut diatas, kiranya dapatlah mengutip sementara pendapat bahwa "If you would understand world geopolitics today, follow the oil", serta pemikiran Melvin Conant bahwa geo menunjuk ke lokasi cadangan minyak dan politics mencerminkan keputusan-keputusan
7

Lihat Amanat Presiden Soekarno berjudul Pertahanan Nasional dapat berhasil maksimal jika berdasarkan geopolitik untuk Lemhanas di Istana Negara Jakarta 20 Mei 1965. sebagai contoh lain pendapat-pendapat dengan perspektif geopolitik dan security (pertahanan) India untuk wilayah samudera Hindia dapat dipelajari di lampiran B,F,G,H. 8 Purbo S. Suwondo, Strategic International Chokepoints in the Indonesian Archipelagic Waters Jakarta, 27 September 2004. Data Negara kepulauan Indonesia : Luas daratan 1.826.440 km2, Pulau besar dan kecil 17.508 km2, Zona Ekonomi Ekslusif 2.914.978 km2, Laut territorial 3.205.695 km2, ZEE & territorial 6.120.673 km2. 9 Deplu : Visualisasi Diplomasi Indonesia 1945-1955, Jakarta 1998

20

dari pemerintah negara dibidang import dan export yang terkait dengan akses ke sumber supplynya. Masalah lokasi geografis tempat sumbersumber minyak, stabilitas politik dan keamanan negara-negara penghasil, sikap politik negara produsen vis-a-vis negara konsumen, transportasi antar pelabuhan, dan lain sebagainya memerlukan kajian-kajian geopolitik dan geoekonomi serta geostrategi untuk pelaksanaannya secara khusus. Untuk memandu para economist memperluas pemahaman masalah geopolitik perminyakan adidaya dunia secara komprehensif dapat dipakai teori petro recyle sebagai unsur moneter (economik) yang terkait dengan oil security perminyakan bagi bangsa-bangsa yang sudah lama menjadi netoil importer, maka ternyata sekitar tahun 70-an interrelasi petro recycle dan oil security sudah ada pembahasannya didalam buku Joan Edelman Spero berjudul The politics of international economic relations (St. Martins Press, New York 1977). 7. Pada akhir abad ke-20, Indonesia telah mengalami oil shock yang membawa windfall valuta asing sebagai hasil ekspor minyak, akan tetapi pada permulaan abad ke-21 Indonesia harus mengatasi akibat oil shock lagi dengan lonjakan harga minyak lebih dari US $60 sehingga konon karena kondisi di dalam negeri, sebaliknya tersiar spekulasi Indonesia terpaksa harus menambah import dan membeli kebutuhan BBM. Karena tekanan-tekanan moneter domestik dan internasional (dana subsidi, fluktuasi valuta asing dan harga BBM yang harus diimport dari pasar bebas untuk konsumsi dalam negeri, dan lainlain), maka apabila ada juga windfall dana dari ekspor minyak Indonesia dewasa ini, apakah hasilnya akan dapat berdampak sama seperti windfall pada tahun 1973 untuk ekonomi negara? Di dalam wawancara oleh Newsweek dengan pemenang hadiah Nobel(ekonomi) Joseph E Stiglitz dan Linda J. Bilmes (Harvards Kennedy Schol) penulis buku berjudul The Three Trillion Dollar War : The True Cost of the Iraq Conflict, atas pertanyaan 21

bagaimanakah key fallout ekonomi global yang akan dating, di jawab :


Oil prices were $25 before the war. They are $100 now. That shift moves wealth away from the US and towards places like, say, Abu Dhabi. So, its no surprise that when we have financial problems in this country we have to turn to sovereign wealth funds to bail us out. Thats a predictable consequence of this war.

Apakah jawaban Stiglitz ini apat ditafsirkan juga sebagai penjelasan, bahwa untuk memahami geopolitik dewasa ini, follow the oil, maka kesejahteraan Amerika Serikat diperkirakan antara lain pindah ke Abu Dhabi dan lain-lain negara exporter minyak anggota OPEC. 8. Jika dipelajari butir-butir tersebut diatas, semoga salah satu akibat bagi Indonesia barangkali dapat disimpulkan bahwa pemahaman tentang Perkembangan Geopolitik Perminyakandi lingkungan pemerhati di masa depan dapat diterima keterkaitan fakta-fakta untuk memandu kearah pemahaman yang lebih komprehensif dan komparatif serta menambah luas wawasan para pengkaji strategi Ketahanan Nasional Indonesia dengan sudut pandang realistik keamanan (security) dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia didalam Negara Kesatuan RI sekaligus Negara Kepulauan RI dengan Wawasan Nusantara.10 E. Sekelumit Perkembangan Human Security di PBB. 1. Perdamaian dalam perjalanan sejarah umat manusia. Beberapa ahli filsafat memandang perang sebagai masalah terbesar umat manusia, bahkan karena itu perang menjadi masalah yang paling penting untuk filsafat. Robert Ginsberg menulis, bahwa :

10

Lihat manuskrip Purbo S. Suwondo : Negara Kepulauan Indonesia dengan Wawasan Nusantara Jakarta 27 September 2004.

22

War demans philosophical inquiry and resolution not only because it is the supreme negation of human existence, but also it is human action, caused by men, executed by men, justified by men. War is the paradox of man against himself. And therefore, as the supreme champion of man, philosophy must take the field Pemikiran-pemikiran filosofis tentang perang dimasa lalu yang kritis dengan karya-karya tulis William Penn, Abbe de SaintPierre, Beatham atau Immanuel Kant, di dasawarsa 60-an, dimobilisasi kembali antara lain melalui penyelenggaraan suatu proyek internasional dengan mengikutsertakan 192 pemikir dari 40 negara. Di antara mereka, delapan belas ahli filsafat dan ilmuwan yang paling terkemuka dunia di bidang hukum, reliji, sejarah, pemerintahan dan pendidikan telah menyumbangkan karya tulis mereka didalam buku berjudul The Critique of War : Contemporary philosophical explorations. Upaya lain yang senada patut diperkenalkan, yaitu pengumpulan karya-karya tulis oleh Professor Walter C. Clemens Jr. Dalam buku yang berjudul Toward a Strategy of Peace (Rand Mc Nally 1965), untuk membahas tema-tema sentral dalam pidato Presiden Kennedy di American University (10 Juni 1963). Tesis Peace has become the necessary rational end of rational men, because of the new face of war. Pemilihan naskah-naskah berkisar pada kemungkinan-kemungkinan perdamaian, kepentingan-kepentingan bersama A.S. dan U.S, upaya-upaya mencari perdamaian dan hubungan perdamaian dengan hak-hak asasi manusia. Pemikiran-pemikiran meliputi spektrum yang luas bersumber dari A.S, U.S. dan RRC. Betapa besar perhatian waktu itu pada bidang ini, tercatat pula suatu upaya (individual) lain berupa hasil penyuntingan Peter Mayer menjadi suatu koleksi tulisan-tulisan tentang sejarah filsafat mengenai perang dan damai berjudul The pacifist conscience (Chicago : Regnery, 1967), seperti karya-karya tulis dari Lao-Tzu, Motse, Buddha, Tertullian, Erasmus, Kant, Renn, Emerson, 23

Thoreau, Tolstoy, Jarnes, Gandhi, Alain, Einstein, Freud, Reinhold Niebuhr, Buber, Simone Weil, Russel, A.J. Maste, Martin Luther King dan Camus. Didalam masa Perang Dingin, beberapa pakar telah menyusun aneka macam matriks yang menggambarkan spektrum perang atau konflik, dari perang total disatu ujung dan damai mutlak diujung yang lain. Apabila Clausewitz mengatakan, bahwa perang adalah kelanjutan dari politik dengan sarana lain, maka di dunia komunis telah dikembangkan pengertiandamai yaitu kelanjutan dari perang dengan sarana lain (R. Nixon : Real Peace, Little Boston 1983). Ternyata memang pengertian damai (kata Russia : mir) dalam pemikiran Marxis-Leninis, mempunyai pengertian yang lain daripada pengertian universal tentang damai di dunia non komunis. Kata mir sering disalahgunakan untuk kepentingan politik (ex) Uni Soviet, maka lebih diberi arti yang bersifat ideologis, antara lain mengandung pengertian bagi kaum komunis, bahwa perdamaian baru ada bila telah tercapai masyarakat yang tidak ada pertentangan kelas lagi. 2. Benarkah perkiraan sementara ilmuwan, bahwa umat manusia dunia mengalami masa damai hanya 268 tahun selama tiga ribu tahun terakhir ? Setelah mengalami kehancuran, kesengsaraan, korban jiwa berjuta-juta orang, seluruh bangsa-bangsa mendambakan masa perdamaian, dengan harapan bahwa suatu badan internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dapat menjamin perdamaian dunia. Tepatlah pernyataan dalam konstitusi UNESCO, bahwa masalah perang dan damai mulai dipikiran umat manusia :
Since wars begin in the minds of men, it is in the minds of men that the defences of peace upon the intellectual and moral solidarity of man kind. Selanjutnya lihat lampiran II, antara lain untuk kajian Dan Smith dari International Peace Research Institute Oslo (PRIO 1989-1995) dll.9)

24

9) Dan Smith : The state of war and peace atlas, PRIO Oslo 1997. PRIO adalah salah satu pusat kajian perdamaian dan konflik yang pertama-tama didirikan didunia pada tahun 1959. Sebagai lembaga independen dengan staf internasional telah memperoleh reputasi yang sangat baik untuk riset mengenai sebab-sebab, dinamika dan konsekuensi-konsekuensi konflik dan perdamaia

3. Masa dunia New Order dengan demokrasi, HAM dan lingkungan hidup. Setelah sekedar menyelami masalah-masalah perang dan damai bagi umat manusia di dunia sepanjang masa 3500 tahun, menarik perhatian pemikiran Prof. Dr. Kees van Kersbergen (Departemen Ilmu Politik Universitas Aarhus di Arhus Denmark) yang ditulis didalam majalah Internationale Spectator (Jaargang 64. nr 11 November 2010, Instituut Clingendael Den Haag) dengan judul Democratische malaise 10) dengan beberapa cuplikan sebagai berikut : Adalah tidak sulit untuk diketahui adanya paradox yang timbul dalam pelaksanaan demokratisasi. Disatu pihak kita juga telah 25

maklum bahwa stelsel demokrasi di banyak negara, sepertinya telah mendapat legitimasi dan kemaslahatan luas di banyak negara. Namun dilain pihak ada juga negara-negara yang sudah lama ataupun masih baru dalam menganut stelsel demokrasi, toh tidak luput juga dari rongrongan / gangguan bahkan ada tendensi-negatif yang menguat. Akar masalahnya adalah ketidakpuasan secara politis dari kalangan menengah utamanya, dan semakin membengkaknya lapisan masyarakat luas yang merasa kurang diperhatikan dan secara tajam memperlihatkan ketidakpercayaannya pada institusi institusi pusat, parlemen dan partaipartai politik, meski ada juga kepada partai-partai oposisi, serta gerakan gerakan anti demokrasi. Demokrasi memang kian populer, meski dalam perjalannya seolaholah diterima dengan kurang antusiasme, kalau kita hanya melihat sisi positifnya saja, maka akan terlihat bahwa didunia ini jumlah negara demokratis menjadi lebih banyak, dari 42 tahun 1974 menjadi 89 di tahun 2009, sedang di bagian negara-negara jajahan semakin menurun dari 64 ke 47 (data dari publikasi Freedom House). Ada perkiraan 46% penduduk dunia bermukim di negaranegara bebas (bukan jajahan). Pendapat tentang demokrasi sebagai suatu bentuk pemerintahan yang terbaik diseluruh wilayah dunia tidak mengurang. Pendapat bahwa demokrasi juga tidak sama sekali bebas dari problema yang mungkin timbul, akan tetapi toh masih dianggap sebagai stelsel yang lebih baik yang dapat didukung oleh mayoritas penduduk di semua negara, kecuali mungkin Nigeria. Di negara Denmark dikatakan dukungannya terhadap sistim demokrasi sampai 99%. Bersamaan dengan ini pula, dalam 4 tahun terakhir ini juga timbul perasaan adanya penurunan dalam dukungan masyarakat dibidang hak-hak politik dan kebebasan masyarakat di banyak negara di dunia. Di negaranegara dengan demokrasi mapan, atau yang baru menganutnya, terdengar berita peningkatan ketidakpuasan politis bahkan tidak percaya lagi masalah politik. Meski semua perubahn itu mungkin saja tidak jelas mengandung hal yang negatif, akan tetapi dukungan pasif juga dapat diartikan 26

sebagai rasa ketidakpuasan. Juga kepercayaan kepada pemerintah, parlemen, perusahaan-perusahaan besar dan organisasi-organisasi pegawai (buruh?) adalah rendah dan cenderung lebih menurun Selanjutnya Prof Van Kersbergen memberikan gambaran dan contoh dari hasil kumpulan pendapat di negara-negara demokrasi yang sudah mantap di Amerika Serikat juga Eropa, Belanda, dan Denmark tentang pengalaman rakyatnya berkisar pada berbagai kebijakan-kebijakan demokratik penyelenggaraan pemerintahan, fikiran dan kiprah kaum politisi masing-masing, berfungsinya institusi, aspirasi rakyat (sebagi homo economicus) yang dinilai kurang dipenuhi pemerintah atau partai politik, dan sebagainya.

10

) Terjemahan bebas dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia oleh Kol Art (Purn) Edi Suhaedi (awal 2011).

Penemuan kajian dan penelitian Prof Van Kersbergen membuahkan penulisan, bahwa, Akibatnya timbul pertanyaan dikalangan negara-negara otoriter atau negara-negara non-demokrasi, apakah konstitusi demokrasi barat itu, dapat dipandang / dipakai sebagai contoh yang ideal? Sementara itu di negara demokrasiyang mapanpun ada banyak yang tidak puas, kelompok-kelompok anti demokrasi menjadi lebih kuat, dan pada gilirannya pemerintah perlu bertindak lebih keras untuk mempertahankan demokrasinya. Meski dalam tuduhan-tuduhan yang tajampun pasti ada butir-butir kebenaran,penyakit demokrasi itu terlalu melebar, terlalu universal, yang karena opiniopini yang cukup paradoxal, kita sulit untuk memberikan suatu justifikasi yang benar. Rupanya perlu segera dilakukan introspeksi mendalam. Ini diperlukan betul, agar kita insyaf, bahwa untuk menyelesaikan kepentingan-kepentingan yang berlawanan perlu 27

diusahakan dengan musyawarah dan mufakat, dengan mengajak institusi-institusi untuk melalui jalan damai mencapai kesepakatan dalam perwakilan dan tetap menjaga kebebasan berpendapat untuk tidak diabaikan. 4. PBB dan perdamaian dunia. Dengan latar belakang perkembangan masyarakat internasional ini, PBB tetap berusaha untuk bertindak sesuai dengan isi doa PBB yang didengung-dengunkan dapat tercapai sebagai berikut :

The Prayer of the United Nations


Oh Lord, our planet Earth is only a small star in space. It is our duty, to transform it into a planet whose creatures are no longer tormented by war, hunger and fear, no longer senselessly devided by race, colour and ideology. Give us courage and strength to begin this task today so that our children and childrens children shall one day carry Untuk itu,the name of man with pride. sementara cendikiawan internasional telah
mengembangkan konsep human security dilingkungan PBB yang dijelaskan didalam Human Development Report 1994 dari U.N Development Programme (UNDP) untuk dapat mempengaruhi World Summit on Social Development di Kopenhagen di tahun 1995. Laporan UNDP berupa Human Development Report 1994 memperkenalkan definisi tentang Human Security dan dengan demikian memberi argumentasi bahwa lingkup global security harus diperluas dengan memasukkan ancaman didalam tujuh bidang : a. Economic Security b. Food Security 28

c. d. e. f. g.

Health Security Environmental Security Personal Security Community Security Political Security

Sejak itu, human security telah memperoleh lebih banyak perhatian dari lembaga-lembaga inti global development, seperti antara lain World Bank. 5. Upaya-upaya untuk implementasi agenda human security (dengan tujuh kategori ancaman) telah berkembang ke timbulnya dua mazhab (school of thought), dengan cara bagaimana mempraktekkan sebaikbaiknya human security, ialah freedom from want dan freedom from fear. Walaupun laporan UNDP 1994 semula mengargumentasi bahwa human seurity memerlukan perhatian kedua mazhab tersebut, kemudian secara bertahap berkembang tentang lingkup yang sewajarnya tentang perlindungan itu serta mekanisme yang serasi untuk menghadapi ancaman-ancaman itu. Beberapa ilmuwan aktivis human security telah menyusun matrix hasil penelitian dan kajian sekuriti mereka :
Security for whom? What is the source of the security threat? Military National security States (conventional realist approach to security studies) (e.g, environmental and economic [cooperative or comprehensive] security) Military, non-military or both? Redefined security

Intrastate security
Societies, Groups

Human security 29

and Individuals

(e.g, civil war, ethnic conflict, and genocide)

(e.g, environmental and economic threats to the survival of societies, groups, and individuals)

6. Hubungan dengan traditional security Menurut para pakar,human security telah timbul sebagai tantangan terhadap gagasan-gagasan traditional security, akan tetapi human dan traditional atau national security.......are not mutually exclusive concepts. Tanpa human security, state security tradisional tidak dapat tercapai dan vice-versa demikian. Pakar-pakar tersebut menjelaskan, bahwa traditional security adalah kemampuan suatu negara untuk membela diri terhadap ancaman-ancaman eksternal. Traditional security (sering juga disebut sebagai national security dan state security) menjelaskan filsafah internasional yang telah mendominasi sejak Perdamaian Westphalia pada tahun 1684 dan timbulnya nation states. Bila teori hubungan internasional mencakup banyak varian dari traditional security, dari realism sampai idealisme, sifat fundamental yang dimiliki mazhab ini adalah fokus mereka terhadap kedudukan tertinggi dari nation state. Pakar-pakar tersebut telah menyusun tabel berikut menyadur empat perbedaan antara dua perspektif : Traditional security Human security
Traditional security policies are designed to promote demands ascribed to the state. Other interests are subordinated to tehise of the state.Traditional security protects a states boundaries, people, institutions and values. Traditional security seeks to defend states from external aggression.Walter Lippmann explained that state security is Human security is people-centered. Its focus shift to protecting individuals. The important dimensions are to entail the well-being of individuals and respond to ordinary peoples needs in dealing whit sources of threats. In addition to protecting the state from external aggression, human security would expand the scope of protection to

Referent

30

Scope

about a states ability to deter or defeat an attack. It makes uses of deterrence strategies to maintain the integrity of the state and protect the territory from external threats The state is the sole actor, to ensure its own survival. Decision making power is centralized in the government and the execution of strategies rarely involves the public. Traditional security assumes that a sovereign state is operating in an anarchical international environment, in which there is no world governing body to enforce international rules of conduct.

include a broader range of threats, including environmental pollution, infectious diseases, and economic deprivation.

Actor(s)

The realization of human security involves not only governments, but a broader participation of different actors, via regional and international organizations, non-governmental organizations and local communities.

Means

Traditional security relies upon building up national power and military defense. The common forms it takes are armament races, alliances, strategic boundaries etc.

Human security not only protects, but also empowers people and societies as a means of security. People contribute by identifying and implementing solutions to insecurity.

7. Pakar aktivis Frances Stewart dalam karya tulis berjudul Development and Security (Centre for Research on Inequality, Human Security and Ethnicity (CRISE) London University of Oxford 2004) berargumentasi bahwa security and development are deeply interconnected dengan menonjolkan tiga pokok : a. Human security forms an important part of peoples wellbeing and is therefore and objective of development. b. Lack of human security has adverse consequences on economic growth and therefore development. c. Imbalanced development that involves horizontal inequality is an important source of conflict.

31

Selanjutnya dapat juga dikatakan, bahwa praktek human development dan human security bersama memiliki tiga unsur fundamental.ialah : First, human security and human development are both people-centered. They challenge the orthodox approach to security and development i.e. state security and liberal economic growth respectively. Both emphasize people are be the ultimate ends but not means. Both treat human as agents and should be empowered to participate in the course. Second, both perspectives are multidimensional. Both address peoples dignity as well as their material and physical concerns. Third, both school of thought consider poverty and inequality as the root causes of individual vulnerability. Walaupun terdapat persamaan-persamaan tersebut, hubungan dengan development merupakan salah satu bidang dari human security yang paling banyak di(per)tentang(kan). Disatu pihak, freedom of fear menganut faham, bahwa human security seharusnya mengfokus terhadap sasaran-sasaran yang dapat dicapai dari decreasing individual vulnerability to violent conflict, rather than broadly defined goals of economic and social development. Dilain pihak, beberapa pakar berargumentasi, bahwa human development and human security adalah inextricable linked since progress in one enchances the chances of progress in another, while failure in one increases risk of failure of another. Tabel berikut diambil dari kelompok terakhir untuk membantu mencerahkan hubungan antara kedua konsep tersebut diatas, sebagai berikut : Variabels Human development Human security 32

Value Orientation

Well-being Moves forward, is progressive and aggregate: Together we rise Long term

Security, stability, sustainability of development gains Looks at who was left behind at the individual level : divided we fall Combines short-term measures to deal with risks with long term prevention efforts. Insuring downturns with security. Identification of risks, prevention to avoid them through dealing with root causes, preparation to mitigate them, and cushioning when disaster strikes. Protection and promotion of human survival (freedom from fear), daily life (freedom from want), and the avoidance of indignities (life of dignity).

Time frame

General objectives

Growth with equity. Expanding the choices and opportunities of people to lead lives they value.

Policy goals

Empowerment, sustainability, equity and productivity

8. Hubungan dengan Hak-hak azasi manusia (HAM). Para pakar sependapat bahwa, human security berhutang budi kepada tradisi HAM (gagasan-gagasan tentang natural law dan natural rights). Perkembangan model human security dapat dipandang dari sudut telah menggunakan sebagai sumber gagasan-gagasan dan konsepkonsep yang fundamental dalam tradisi HAM. Kedua pendekatan mempergunakan individu sebagai acuan utama dan kedua-duanya memberi argumentasi bahwa banyak isyu secara luas (umpama HAM, identitas kultural, hak untuk pendidikan dan perawatan kesehatan) adalah fundamental untuk martabat manusia (human dignity). 33

Perbedaan besar antara kedua model adalah pendekatan merreka yang ditujukan terhadap ancaman untuk martabat (dignity) dan kelangsungan hidup (survival) manusia. Jika perangkat HAM mengambil pendekatan legalistik, perangkat human security, dengan mempergunakan aneka aktor yang berbeda-nbeda, mengadopsi pada pendekatan kenyal dan isyu-spesifik, yang dapat beroperasi pada tingkatan-tingkatan lokal, nasional atau internasional. Hakekat dari hubungan antara HAM dan human security diuji diantara para pakar/pendekar human security. Sebagian dari pendekar human security memberi argumentasi bahwa sasaran human security seharusnya di bangun diatas dan memperkuat perangkat hukum HAM global yang ada. Akan tetapi sebagian pakar hukum security lain berpendapat bahwa perangkat hukum HAM sebagai bagian dari masalah tidak amannya global dan percaya bahwa suatu pendekatan human security seharusnya mendororng kita untuk bergerak diatas dan diluar pendekatan legalistik ini guna mendapatkan sumber-sumber (atau sebab-sebab) utama dari keadaan inequality dan violence menjadi akar sebabsebab insecurity didunia kini. Kaum perempuan seringkali menjadi korban yang paling parah dan diabaikan nasib mereka dalam konflik-konflik bersenjata. Para pakar juga sependapat, bahwa human security mencari solusi dari sebab-sebab yang melandasinya dan implikasi jangka panjang dari masalahnya, seperti yang sering dituduhkan kepada cara-cara pendekatan traditional security The basic point of preventive effort is, of course, to reduce and hopefully eliminate, the need for intervention all together (ICISS Ottawa 2001). Gagasan / konsep prevent, react and rebuild secara jelas telah tercakup didalam responsibility to prevent dan secara luas di bahas didalam The responsibility to protect report of the International Commission on International and State sovereignty. Komunitas human security telah menyebar luaskan banyak contoh pendekatan human security beraksi dan dua peristiwa 34

politik global dengan keterkaitan langsung dengan agenda human security adalah perkembangan responsibilty to protect(R2P), ialah prinsip-prinsip yang memandu ke humanitarian intervention serta penjelasan di Ottawa Treaty yang melarang penggunaan ranjau-ranjau anti personil. 9. Humanitarian Intervention. Komunitas human security menjelaskan intervensi humaniter sebagai berikut: The application of human security is highly relevant within the area of humanitarian intervention, as it focuses on addressing the deep rooted and multi-factorial problems inherent in humanitarian crises, and offers more long term resolutions. In general, the term humanitarian intervention generally applies to when a state uses force against another state in order to alleviate suffering in the latter state (see, humanitarian intervention) Under the traditional security paradigm humanitarian intervention is contentious. As discussed above the traditional security paradigm places emphasis on the notion of states. Hence, the principles of state sovereignty and non-intervention that are paramount in the traditional security paradigm make it difficult to justify the intervention of other states in internal disputes. Through the development of clear principles based on the human security concept, there has been a step forward in the development of clear rules of when humanitarian intervention can occur and the obl;igations of state that intervene in the internal disputes of a state. Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan telah mendorong sidang di PBB untuk memperdebatkan prinsip-prinsip intervensi humaniter. Pada tahun 2001 International Commision on Intervention and State Sovereignty (ICISS) melaporkan secara komprehensif dan terperinci cara-cara pelaksanaan the right of 35

humanitarian intervention didalam The Responsibility to Protect, yang dianggap sebagai suatu puncak kemenangan bagi komunitas human security. Prinsip-prinsip dasar dikemukakan sebagai berikut : The protection of individual is more important than the state. If the security of individuals is threatened internally by the state or externally by other states, state authority can be overriden. Addressing the root causes of humanitarian crises (e.g. economic, political or social instability) is a more effective way to solve problems and protect the long-term security of individuals. Prevention is the best solution. A collective understanding of the deeper social issues along with a desire to work together is necessary to prevent humanitarian crises, thereby preventing a widespread absence of human security within a population (which may mean investing more in development projects).

Pelaksanaan intervensi humaniter telah berhasil dalam berbagai bentuk, Srebenica dan Somalia menjadi bencana dan inaction tragis terjadi di genosida Rwanda, sedangkan kasus Timor Timur ditonjolkan sebagai suatu sukses yang gemilang, sedangkan RI pada waktu itu baru hendak berbenah diri pada awal Reformasi untuk demokrasi dan HAM. Laporan singkat adalah sebagai berikut : One example is of a successful humanitarian intervention and also of humanitarian principles being applied is East Timor which, prior to its independence, was plagued with massive human rights abuses by pro-Indonesian militias and an insurgency war led by indigenous East Timorese against Indonesian forces. A peacekeeping mission 36

was deployed to safeguard the move to independence and the UN established the United Nations Transitional Administration in East Timor (UNTAET). This not only dealt with traditional security priorities, but also helped in nation building projects, coordinated humanitarian aid and civil rehabilitation, illustrating not only a successful humanitarian intervention but also a effective application of human security principles. Disamping sukses-sukses tersebut diatas, Ottawa Convention (ban of anti personel landmines) merupakan terobosan besar untuk konsep freedom of fear dan kiprah di berbagi forum disarmament PBB, walaupun adidaya dunia seperti RRC, Rusia dan USA tidak menanda tanganinya atau ratifikasi konvensi ini. Pada tahun 2005 diskusi di UNESCO menerima tujuh pertanyaan yang kritikal terhadap konsep human security dari seorang pakar bernama Shahrbanou Tadjbakhsh sebagai berikut : a. Can there be an agreement on definition? b. Is the rise of National Security disrupting the process of expanding human security? c. Who is resposible for implementation? d. What are the priorities and trade-offs? e. Can a true inter-sectoral agenda be implemented? f. How can we better understand conflicts? g. How can we best implement human security and not do harm? Kiranya Indonesia tidak dapat menutup diri dari perkembangan-perkembangan konsep internasional dilingkungan PBB yang dapat dimanfaatkan, dimanipulasi atau disalahgunakan untuk kepentingan nasional adidaya dunia, sehingga dapat menjadi ancaman bagi kedaulatan NKRI yang kokoh sentausa dan melakukan tindakan yang tanggap, tanggon dan trengginas menjaga kelangsungan hidupnya.

37

F. Penutup. 1. Apabila pernyataan Prof. DR. P.M.H. Groen yang berbunyi Sejarah militer adalah induknya penulisan sejarah (Militaire geschiedenis is de moeder der geschiedschrijving) 11) perjalanan sejarah Indonesia selama lebih dari 65 tahun tetlah memberikan banyak contoh untuk melindungi kelangsungan hidupnya mengatasi berbagai macam ancaman keamanan dalam negara oleh TNI bersama rakyat Indonesia untuk mencapai cita-cita 38

Indonesia Raya seperti contoh praktek aneka teori tersebut diatas, ancaman dari dalam dan luar negeri (dapat berupa separatisme, tantangan kedaulatan, pemberontakan bersenjata dan lain sebagainya) yang dapat menggunakan hard power dan soft power atau political warfare dan economic warfare,psywar dan cyberwar didalam operasi-operasi tertutup (klandestin) perang intelijen, atau mengutamakan human security dengan humanitarian intervention with military means. dlsb 2. Apabila suatu negara sudah ditentukan sebagai negara gagal dan menjadi target state, maka semangat dan tekad juang bangsa suatu negara akan berpengaruh besar atas Ketahanan Nasional dan kelangsungan hidup suatu negara yang harus menghadapi kegiatan-kegiatan yang melindungi kepentingan nasional negara tersebut. Bagi NKRI, sasaran-sasaran strategik potensial dapat berkembang menjadi : memperlemah kedaulatan negara kesatuan, menghapus ideologi Pancasila dan mengganti UUD 1945, mengeliminasi Wawasan Nusantara, menghilangkan rasa Cinta Tanah Air dan sejarah nasional, merong-rong moneter dan korupsi luas, kehidupan demokrasi dengan partai politik yang eksesif dengan mengabaikan kepentingan nasional, menciptakan kontradiksi religius dan etnik secara horisontal dan vertikal, serta cara-cara lain yang sudah pernah dialami dikonflik-konflik dalam negeri di masa yang lampau, dengan atau tanpa bantuan asing. 3. Sejarah negara dan bangsa Indonesia mewajibkan seluruh komponen bangsa untuk merenovasi nation and character buliding dengan semangat Sumpah Pemuda merenungkan kembali, memperbaharui komitmen bersama dan merapatkan barisan dengan semangat dan tekad juang berdasarkan falsafah dasar Pancasila dan cita-cita nasional yang tertera didalam Pembuakaan UUD 1945, dengan pelestarian Wawasan Nusantara, penelitian , pengkajian dan penulisan multi disipliner tentang karakteristik Bangsa Indonesia yang Pancasilais memerlukan 39

mobilisasi dan kerja sama para ilmuwan ilmu politik, tata negara, sosiologi, psikologi, sejarah, ilmu ekonomi, pedagogi, ilmu militer (Kriegswissenschaft), ilmu komunikasi,antropologi dan lain sebagainya, dengan perwujudan pembaruan programprogram pendidikan nasional yang vital untuk kelangsungan hidup NKRI Proklamasi 17 Agustus 1945. 4. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi generasi-generasi penerus dengan sadar, ikhlas dan berdedikasi meneruskan hasil perjuangan Generasi Angkatan 28 dan Angkatan 45, menjiwai jatidiri kepeloporan mereka serta menemukan arah dan jalan yang tepat dan benar menuju Indonesia Raya yang dicita-citakan rakyatnya, ialah masyarakat aman/damai, kesejahteraan yang adil dan beradab.

Jakarta, 14 Maret 2011 Purbo S. Suwondo Pejuang Kemerdekaan 45

*) DR. P.M.H. Groen : Buiten de militaire Orde Pidato pengukuhan Guru Besar Luar Biasa sejarah militer Universitas Leiden 30 Juni 1995

Daftar Pustaka
1. Sebagian besar dikutip dari karya tulis Purbo S. Suwondo : 40

a. Sejarah Perang di Dunia SESKOAD Bandung 12 Juni 2007 b. Pengantar teori Perang Semesta SESKOAD Bandung 7 Juli 2008 c. Kajian Strategik tentang Geopolitik Perminyakan Jakarta 31 Maret 2008 (Edisi Khusus). d. Karakteristik Bangsa Indonesia yang menjunjung nilai Pancasila dan memiliki Semangat juang ke-Indonesiaan dari masa ke masa dalam perjalanan sejarahnya. Seminar Nasional TNI, Jakarta 20 Desember 2010 2. Wikipedia : Http//enwikipedia.org/wikiHumansecurity03092011. 3. Prof DR. Kees van Kersbergen : Democratische malaise Internationale Spectator Instituut Clingendacl Den Haag. Jaar gang 64 nr.11.November 2010

41

Anda mungkin juga menyukai