Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Perkembangan Peserta Didik adalah salah satu mata kuliah yang harus
diikuti oleh seluruh mahasiswa yang mengikuti program akta mengajar di
Universitas Ga1uh Ciamis. Salah sate kompetensi dasar yang dipersyaratkan
didalamnya adalah memahami konsep dasar belajar mengajar dengan 4
indikatornya, yaitu: Pemahaman konsep dasar belajar mengajar, mengidentifikasi
perilaku hasil belajar, menjelaskan faktor-faktor yang menentukan proses belajar,
serta memberi contoh hasil belajar dan pengukurannya. Keempat indikator
tersebut harus dipahami oleh seorang guru sebagai bagian dari kemampuannya
dalam melaksanakan tugas sebagai seorang tenaga pendidik. Ketidakpahaman
seorang tenaga pendidik akan konsep dasar kegiatan belajar mengajar, akan
sangat berdampak terhadap proses dan hasil kegiatan belajar mengajar itu sendiri.
Maka untuk menghindari hal seperti itu, seorang tenaga pendidik dituntut untuk
selalu meningkatkan kualitas keilmuannya melalui berbagai cara, antara lain
dengan cara membaca sumber bacaan yang relevan. Sebagai seorang tenaga
pendidik, guru harus memiliki pengetahuan yang memadai baik tentang subjek
materi yang diajarkan, tentang siswa atau peserta didik, serta pengetahuan lain
yang berkaitan dengan konsep belajar mengajar itu sendiri. Upaya pencarian dan
penggalian berbagai informasi mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan
mata kuliah tersebut di atas, merupakan hal yang melatarbelakangi penulis untuk
membuat makalah yang berjudul "Diagnostik Kesulitan Belajar".

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis dapat merumuskan
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan diagnostik kesulitan belajar?
2. Apa saja jenis-jenis diagnostik ?
2

3. Bagaimanakah prosedur dan teknik diagnostik kesulitan belajar?

1.3. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian diagnostik kesulitan belajar.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis diagnostik.
3. Untuk mengetahui prosedur dan teknik diagnostik kesulitan belajar.


3

BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Pengertian Dasar Diagnostik
Diagnosis merupakan istilah teknis (terminology) yang kita adopsi dari
bidang medis. Menurut Thorndike dan Hagen (1955: 530-532), diagnoses dapat
diartikan sebagai berikut:
- Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness,
disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi
yang seksama mengenai gejala-gejala (symptoms)
- Studi yang saksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial
- Keputusan yang dicapai setelah dilakukan studi yang saksama atas gejala-
gejala atau fakta tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian tersebut di atas bahwa di dalam konsep
diagnosis, secara implisit telah tersimpul pula konsep prognosisnya.
Dengan demikian bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan
karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit
tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan
(predicting) kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.

2.2. Pengertian Kesulitan Belajar
Burton dalam Abin S.M. (2004: 307-308) mengidentifikasi seorang
siswa kasus dapat dipandang atau dapat diduga mengalami kesulitan belajar
kalau yang bersangkutan menunjukan kegagalan (failure) tertentu dalam
mencapai tujuan-tujuan belajarnya sebagai berikut:
Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang
bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat
penguasaan minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan
4

oleh orang dewasa atau guru. Dalam konteks sistem pendidikan di Indonesia
angka nilai batas lulus itu adalah angka 6 atau 60 atau C (60% dari tingkat
ukuran yang diharapkan atau ideal). Kasus siswa semacam ini dapat
digolongkan ke dalam lower group.

2.3. Diagnostik Kesulitan Belajar
Dengan demikian pengertian Diagnostik Kesulitan Belajar sebagai suatu
proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang
kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai
data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan
untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif
kemungkinan pemecahannya.
2.3.1. Jenis-jenis Diagnostik
a. General Diagnostik
Pada tahap ini lazim dipergunakan tes buku, seperti yang dipergunakan
untuk evaluasi dan pengukuran psikologis dan hasil belajar. sasarannya
ialah untuk menemukan siapakah siswa yang diduga mengalami
kelemahan tertentu.
b. Analytic Diagnostik
Pada tahap ini lazimnya digunakan ialah tes diagnostik. Sasarannya
untuk mengetahui dimana letak kelemahan tersebut.
c. Psychological Diagnostik
Pada tahap ini teknik pendekatan dan instrumen yang digunakan antara
lain: Observasi, analisis karya tulis, analisis proses dan respon lisan,
analisis berbagai catatan objektif, wawancara, pendekatan laboratories
dan klinis, studi kasus.

2.3.2. Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar
Menurut Ross dan Stanley dalam Abin S.M. (2001:309)
menggariskan tahapan-tahapan diagnosis sebagai berikut:
5

a. Siapa-siapa siswa yang mengalami gangguan?
b. Dimanakah kelemahan-kelemahan itu dapat dilokalisasikan?
c. Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi?
d. Penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan?
e. Bagaimana kelemahan itu dapat dicegah?
Secara operasional langkah-langkah diagnostik kesulitan belajar adalah
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kasus kesulitan belajar.
1) Menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
Pada suatu kelompok siswa yang berdistribusi normal, sudah dapat
diperkirakan adanya jumlah kasus hipotetik kesulitan belajar sekitar 10-
20% dari keseluruhan populasi kelompok tersebut. Yang menjadi
persoalan sekarang ialah bagaimana caranya membuktikan kasus
tersebut di dalam praktik. Dengan kata lain, siapa-siapa siswa di dalam
kenyataannya yang memerlukan bantuan itu. Dengan menghimpun dan
menganalisis data hasil belajarnya serta menafsirkan dengan
mempergunakan criterion-referenced atau norm-referenced (PAP atau
PAN).
Kalau kita mempergunakan criterion referenced (PAP) dengan
berasumsi bahwa instrumen evaluasi atau soal yang kita pergunakan
telah dikembangkan dengan memenuhi syarat, caranya dapat kita
tempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Tetapkan angka nilai kualifikasi minimal yang dapat diterima
(misalnya 5,5; 6 atau 7 dan sebagainya) sebagai batas lulus (passing
grade).
b) Kemudian bandingkan angka nilai (prestasi) dari setiap siswa
dengan angka nilai batas lulus tersebut. Catatlah siswa-siswa mana
yang nilai prestasinya berada di bawah nilai batas lulus tersebut.
Dengan demikian mereka dapat diduga sebagai siswa yang
mengalami kesulitan belajar.
6

c) Himpunlah semua siswa yang angka nilai prestasinya di bawah nilai
prestasinya di ubah nilai batas lulus tersebut. Kesemuanya mungkin
akan merupakan sebagian besar (mayoritas), seimbang (fifty-fifty),
sebagian kecil (minoritas) dibandingkan keseluruhan populasi
keseluruhannya.
d) Mengadakan prioritas layanan kepada mereka yang diduga paling
beret kesulitannya dengan membuat ranking, dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
(1) Pertama, selisihkan angka nilai prestasi setiap siswa (kasus)
dengan angka nilai passing grade (batas lulus) itu sehingga akan
diperoleh angka selisih (deviasi)-nya.
(2) Susunlah daftar kasus tersebut mulai dengan siswa yang angka
selisihnya paling besar.
Dengan cara di atas ini maka kita dapat menandai:
(1) Kelas dan kelompok siswa tertentu sebagai kasus, kalau kita
teliti ternyata mayoritas dari populasi kelas atau kelompok
tersebut nilai prestasinya di bawah nilai batas lulus.
(2) Individu-individu siswa sebagai kasus, kalau ternyata hanya
sebagian kecil (minoritas) dari populasi kelas yang memperoleh
angka nilai prestasi di bawah batas lulus.

b. Identifikasi masalah
Dalam langkah identifikasi masalah meliputi antara lain:
1) Mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu
Sebenarnya tidaklah terlalu sulit untuk menjawab persoalan, apakah
kesulitan itu terjadi pada beberapa atau hanya salah satu bidang studi
tertentu, yaitu dengan jalan membandingkan nilai prestasi individu yang
bersangkutan. Dari semua bidang studi yang diikutinya atau angka nilai
rata-rata prestasi (mean) dari setiap bidang studi kalau kebetulan
7

kasusnya adalah kelas maka dengan mudah kita akan menemukan pada
bidang studi manakah individu atau kelas itu mengalami kesulitan.
2) Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian ruang lingkup
bahan pelajaran manakah kesulitan terjadi
Pada langkah ini pendekatan yang paling tepat (kalau ada) seyogyanya
menggunakan tes diagnostik. Dengan demikian, dalam keadaan belum
tersedia tes diagnostik yang khusus dipersiapkan untuk keperluan ini
maka analisis masih tetap dapat dilangsungkan dengan menggunakan
naskah jawaban (answer sheets) tes ulangan umum (TPB) triwulan atau
semesteran.

c. Identifikasi faktor penyebab kesulitan belajar
1) Stimulus Variables, mencakup:
a) Learning experience variables, antara lain mengenai :
(1) Method variables, yang antara lain menyangkut:
- kuat lemahnya motivasi untuk belajar;
- intensif tidaknya bimbingan guru;
- ada tidaknya kesempatan berlatih ate berpraktik; ada
tidaknya upaya dan kesempatan reinforcement
(2) task variables yang mencakup:
- menarik tidaknya apa yang harus dipelajari dan dilakukan-,
- bermakna tidaknya (meaningfulness) apa yang dipelajari dan
dilakukan;
- sesuai tidaknya (appropriateness); panjang (length) atau
luasnya (width) serta tingkat keakuran apa yang harus
dipelajari dan dikerjakan.
b) Environmental variables, menyangkut iklim belajar yang
bergantung pada faktor-faktor:
- tersedia tidaknya tempat atau ruangan (space) yang memadai;
8

- cukup tidaknya waktu, serta dapat tidaknya penggunaan waktu
tersebut untuk waktu belajar;
- tersedia tidaknya fasilitas belajar yang memadai
- harmonis tidaknya bubungan manusiawi baik di sekolah, di
rumah maupun di lingkungan masyarakat yang lebih luas.

2) Organismic variables. Yang mencakup:
a) Characteristic of the learners, aturan lain tingkatan inteligensi, usia
dan taraf kematangan, jenis kelamin, kesiapan dan kematangan
untuk belajar. dengan demikian, kelemahan sering disebabkan oleh:
(1) kurangnya kemampuan dan keterampilan kognitif,
(2) terbatasnya kemampuan, menghimpun, dan mengintegrasikan
informasi.
(3) kurang gairah belajar karena kurang jelasnya tujuan/ aspirasi
b) Mediating processes, kondisi yang lazim terdapat dalam diri swasta
antara lain inteligensi, persepsi, motivasi, dorongan, lapar, taktik,
cemas, kesiapan, konflik, tekanan batin, dan sebagainya turut
berperan pula dalam proses berprilaku termasuk perilaku belajar.

3) Response variables, sebagaimana kita kelompokkan berdasarkan tujuan-
tujuan pendidikan yaitu :
a) Tujuan-tujuan kognitif, seperti pengetahuan, konsep-konsep,
keterampilan pemecahan masalah;
b) Tujuan-tujuan efektif, seperti sikap-sikap, nilai-nilai, minat, dan
apresiasi:
c) Tujuan-tujuan pola-pola bertindak, antara lain:
- keterampilan psikomotoris, seperti menulis, mengetik, kegiatan
pendidikan jasmani atau olahraga, melukis, dan sebagainya;
- kompetensi-kompetensi untuk menyelenggarakan pertemuan,
berpidato, memimpin diskusi, pertunjukan dan sebagainya;
9

- kebiasaan-kebiasaan berupa, kebiasaan hidup sehat, keamanan,
kebersihan, keberanian disertai kesopanan, ketegasan,
ketekunan, kejujuran, kerapian, keserasian dan sebagainya.

4) Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa, antara lain
a) Kelemahan secara fisik, seperti :
(1) suatu pusat susunan syaraf tidak berkembang secara sempurna
karena luka atau cacat atau sakit sehingga sering membawa
gangguan emosional;
(2) panca indra (mata, telinga, alai bicara, dan sebagainya) mungkin
berkembang kurang sempurna atau sakit (rusak) sehingga
menyulitkan proses interaksi secara afektif-,
(3) ketidakseimbangan perkembangan dan reproduksi serta
berfungsinya kelenjar-kelenjar tubuh sering membawa kelainan-
kelainan perilaku kurang terkoordinasikan dan sebagainya
(4) cacat tubuh atau pertumbuhan yang kurang sempurna, organ dan
anggota-anggota badan (tangan, kaki, dan sebagainya) sering
pula membawa ketidakstabilan mental dan emosional;
(5) penyakit menahun (asma dan sebagainya) menghambat usaha-
usaha belajar secara optimal.
b) Kelemahan-kelemahan secara mental (baik kelemahan yang dibawa
sejak lahir maupun karena pengalaman) yang sukar diatasi oleh
individu yang bersangkutan dan juga oleh pendidikan, antara lain -.
(1) kelemahan mental (taraf kecerdasannya memang kurang);
(2) tampaknya seperti kelemahan mental, tetapi sebenarnya kurang
minat, kebimbangan, kurang usaha, aktivitas yang tidak pernah,
kurang semangat (kurang gizi, kelelahan atau overwork, dan
sebagainya), kurang menguasai keterampilan, dan kebiasaan
fundamental dalam belajar.

10

c) Kelemahan-kelemahan emosional, antara lain :
(1) terdapat rasa tidak aman (insecurity)
(2) penyesuaian yang salah (maladjustment) terhadap orang-orang,
situasi, dan tuntutan-tuntutan tugas dan lingkungan;
(3) tercekam rasa phobia (takut, benci, dan antipati), mekanisme
pertahanan diri;
(4) ketidakmatangan (immaturity)
d) kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap-
sikap yang salah, antara lain :
(1) tidak menentu dan kurang menaruh minat terhadap pekerjaan-
pekerjaan sekolah;
(2) banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak
menunjang pekerjaan sekolah, menolak atau malas belajar;
(3) kurang berani dan gagal untuk berusaha memusatkan perhatian;
(4) kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab;
(5) malas, tak bernafsu untuk belajar;
(6) sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran;
(7) nervous.
e) Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar
yang tidak diperlukan, seperti :
(1) Ketidakmampuan membaca, menghitung, kurang menguasai
pengetahuan dasar untuk suatu bidang studi yang sedang diikuti
secara sekuensial (meningkat dan berurutan), kurang menguasai
bahasa (Inggris misalnya);
(2) Memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah




11

5) faktor-faktor yang terletak di luar diri siswa (situasi sekolah dan
masyarakat), antara lain:
a) kurikulum yang seragam (uniform), bahwa dan buku-buku sumber
yang tidak sesuai dengan tingkat-tingkat kematangan dan
perbedaan-perbedaan individu;
b) ketidaksesuaian standar administratif (sistem pengajaran), penilaian,
pengelolaan kegiatan dan pengalaman belajar mengajar dan
sebagainya;
c) terlalu berat beban belajar (siswa) dan/atau mengajar (guru);
d) terlalu besar populasi siswa dalam kelas, terlalu banyak menuntut
kegiatan di luar, dan sebagainya;
e) terlalu sering pindah sekolah atau program, tinggal kelas, dan
sebagainya;
f) kelemahan dari sistem belajar-mengajar pada tingkat-tingkat
pendidikan (dasar/asal) sebelumnya;
g) kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga (pendidikan,
status sosial ekonomi, keutuhan/keluarga, besamya anggota
keluarga, tradisi dan kultur keluarga, ketenteraman dan keamanan
sosial psikologis dan sebagainya);
h) terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu
banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler;
i) kekurangan makan (gizi, kalori, dan sebagainya)

d. Prognosis Mengambil Kesimpulan dan Meramalkan kemungkinan
penyembuhan
Seperti dijelaskan dalam paragraf pertama bahwa berdasarkan hasil
analisis diagnostik seperti kita pelajari dalam paragraf kedua dan ketiga;
kita hendaknya: (1) menarik suatu kesimpulan umum/meskipun hanya
secara tentatif, (2) membuat pemikiran apakah masalah itu mungkin untuk
12

diatasi, selanjutnya (3) memberikan saran tentang kemungkinan cara
mengatasinya.
a. Kasus kelompok
1) Kesimpulan (tentatif)
a) Kasus dan permasalahannya
Seperti dijelaskan dalam paragraf terdahulu bahwa kalau
ternyata mayoritas siswa, nilai prestasinya tidak dapat mencapai
batas lulus (minimal acceptable performance), kita dapat
menyimpulkan bahwa kelas yang bersangkutan patut diduga
sebagai kasus yang mengalami kesulitan belajar (berdasarkan
criterion referenced evaluation), atau kalau ternyata rata-rata
(mean) nilai prestasi kelas yang bersangkutan dibandingkan
kelas lain yang setaraf menunjukkan perbedaan yang sangat
berarti (significant), kelas tersebut patut diduga sebagai kasus
yang mengalami kesulitan belajar (berdasarkan norm-reference)
b. Kasus individual
1) Kesimpulan (tentatif)
a) Kasus dengan permasalahannya
Seperti telah dijelaskannya dalam paragraf terdahulu,
ternyata hanya sebagian kecil (minoritas) dari siswa (sekitar 5-
25%) yang angka prestasinya tidak memadai batas lulus
(criterion referenced) dan atau lebih kecil dari rata-rata nilai
prestasi kelas atau kelompoknya.
2) Perkiraan kemungkinan dan cara mengatasinya
a) Perkiraan kemungkinan mengatasinya
(1) Kalau ternyata kesimpulan analisis di atas didukung oleh
bukti atau indikator yang cukup kuat bahwa kelemahan itu
bersumber pada faktor hereditas (tingkat kecerdasan atau
inteligensi dan bakat), dapat diperkirakan bahwa usaha
penyembuhan secara didaktis atau metodologis sangat kecil
13

kemungkinannya atau bahkan tidak mungkin sama sekali.
Yang dapat dilakukan ialah penyaluran atau penjurusan
kepada program pendidikan tertentu 'yang lebih sesuai
dengan tingkat kecerdasan atau jenis bakatnya.
(2) Kalau kelemahan itu bersumber pada aspek organismik
lainnya seperti sikap, kebiasaan, minat atau motivasi belajar
tertentu, termasuk juga terhadap guru dan lingkungannya,
masih ada kemungkinan mengatasinya meskipun mungkin
memerlukan waktu yang relatif lama secara berangsur
(3) Kalau penyebab kelemahan itu ternyata terletak di luar diri
siswa, dapat diperkirakan juga bahwa kelemahan itu akan
mungkin diatasi. Cepat atau lambatnya bergantung pada
kondisi di sekolah atau lingkungan yang bersangkutan.
b) Kemungkinan cara mengatasinya
(1) Kalau kelemahannya fatal (karena bersifat heredite), jalan
yang terbaik adalah menyalurkan atau mentransfer siswa
kepada program atau jurusan atau praktik pendidikan yang
lebih sesuai dengan tingkat kecerdasan dan jenis yang
dimilikinya.
(2) Sikap, minat dan motivasi akan dapat diubah dengan jenis :
- menciptakan conditioning (reinforcement) rewards,
encouragement;
- menggunakan strategi belajar yang inovatif seperti SPM,
dan sebagainya;
(3) Kebiasaan juga dapat diubah dengan jalan mengadakan
conditioning dan drill.
(4) Kalau sifat kelemahan itu terletak sumbernya di luar diri
siswa, kiranya dapat ditempuh cara pemecahan seperti di
atas.

14

e. Rekomendasi bagi pelaksanaan pemecahannya dan referral
Berdasarkan hasil perkiraan dan identifikasi alternatif kemungkinan
pemecahan tersebut, maka langkah selanjutnya yang dikerjakan oleh guru
ialah membuat rekomendasi alternatif tindakan yang akan ditempuh untuk
melaksanakan pemecahannya.
Rekomendasi tersebut mungkin pula untuk guru bidang studi yang
bersangkutan, kalau ternyata dari analisis menghasilkan kesimpulan bahwa
alternatif pemecahan itu lebih bersifat remedial teaching; sedangkan kalau
masalah dan alternatif pemecahannya disarankan lebih bersifat counseling
atau psychotherapy atau medical treatment maka tugas guru hanya
membuat referral.

15

BAB III
PENUTUP


3.1. Kesimpulan
Diagnosis merupakan istilah teknis (terminology) yang kita adopsi dari
bidang medis.
Diagnostik Kesulitan Belajar sebagai suatu proses upaya untuk
memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan
belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi
selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil
kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif kemungkinan
pemecahannya.
Jenis-jenis Diagnostik :
a. General Diagnostik
b. Analytic Diagnostik
c. Psychological Diagnostik

Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar :
a. Identifikasi faktor penyebab kesulitan belajar
b. Prognosis Mengambil Kesimpulan dan Meramalkan kemungkinan
penyembuhan
c. Rekomendasi bagi pelaksanaan pemecahannya dan referral


3.2. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan sebagai rekomendasi dalam
mengatasi permasalahan diagnostik kesulitan belajar adalah sebagai berikut :
(1) Deskripsi singkat identitas kasus.
16

(2) Deskripsi singkat disertai data/informasi yang selengkap dan seakurat
mungkin tentang jenis dan sifat permasalahannya.
(3) Deskripsi singkat hash diagnosis atas sumber dan faktor yang menyebabkan
kesulitan tersebut.
(4) Hasil kesimpulan, perkiraan, serta alternatif tindakan yang disarankan untuk
mengatasinya
(5) Hal-hal yang dianggap sangat penting dan bermanfaat bagi pemecahannya.


17

DAFTAR PUSTAKA


Blain. GM. 1954. Diagnostic and Remedial Teaching, New York. The Mc Milan.
Gage, NI, and Berliner. 1975. Educational Psychology. Chicago, Rend. McMilattv
Indgrend, HC. 1970. Educational Psychology in the Classroom. New York Willey &-
Sons.
Makmun Abin Syamsudin. 2005. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya
Surya Moh. 1975. Psikologi Pendidikan. Bandung FIP IKIP Bandung.
Uzer, Usmar, Moh. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Rosda Karya.


i

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur seraya kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
diberi judul "Diagnostik Kesulitan Belajar" tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Perkembangan Peserta. Didik Prodi Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Galuh Ciamis Tahun 2011.
Kelemahan dan kekurangan yang ada pada diri penulis merupakan hambatan
yang serius dalam penyusunan makalah ini. Namur berkat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari semua pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.
Selanjutnya dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan berbagai saran, masukan dan kritikan yang bersifat
membangun dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Besar harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi rekan-rekan semua. Semoga. Allah SWT membalas semua aural
baik dan melimpahkan hidayah-Nya pada kita semua. Amin Ya. Robbal Alamin.


Ciamis, Mei 2011

Penulis,


ii

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
1.1. Latar Belakang .......................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................... 1
1.3. Tujuan Masalah ......................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................. 3
2.1. Pengertian Dasar Diagnostik ...................................... 3
2.2. Pengertian Kesulitan Belajar ...................................... 3
2.3. Diagnostik Kesulitan Belajar ..................................... 4
2.3.1. Jenis-jenis Diagnostik .................................... 4
2.3.2. Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan
Belajar ........................................................... 4
BAB III PENUTUP .......................................................................... 15
3.1. Kesimpulan ............................................................... 15
3.2. Saran ......................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 17

DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR


0$.$/$+


Dlu|ukun Untuk Memenuhl Suluh Sutu Tugus
Mutu Kulluh Perkembungun Pesertu Dldlk

Dosen : Dedeh Rukueslh, Dru., M.Pd.












Dlsusun oleh:

1. ANDRI A.
2. DARKINO
3. SURYANTO




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2011

Anda mungkin juga menyukai