BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sudah lama melakukan perdagangan international. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah guna pengembangan ekspor Indonesia, terutama ekspor non migas, baik barang ataupun jasa. Upayaupaya yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan daya saing serta meningkatkan ekspor dalam memicu pertumbuhan ekonomi. Persaingan global yang semakin ketan menuntut Indonesia untuk meningkatkan daya saing guna mempertahankan ekonomi. Ekspor non migas lebih memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia. Konsumsi migas Indonesia yang lebih besar dari produksi menyebabkan sektor migas kurang memberikan kontribusi bagi perekonomian, selain itu juga karna persediaannya yang semakin berkurang. Oleh karna itu pemerintah terus mendorong segala bentuk sektor non migas supaya lebih memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia. Usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan sektor non migas mulai memberikan pengaruh pada ekspor non migas, dimulai pada tahun 1987 dimana ekspor non migas mulai menggeser ekspor migas. Pada tahun-tahun berikutnya ekspor non migas mulai menunjukan tren yang positif dan mulai diandalkan sebagai sumber penerimaan devisa bagi negara. Sektor ekspor non migas lebih memberikan kontribusi ketika adanya kenaikan harga minyak bumi.
Ekspor non migas yang dominan dapat dijadikan andalan ketika situasi global dihadapkan oleh permasalahan naiknya harga minyak dunia, ataupun krisis politik yang dihadapi oleh negara-negara produsen minyak. Ketika ada gejolak pada negara-negara produsen minyak akan mempengaruhi harga minyak dunia, apabila Indonesia masih mengandalkan sektor migas akan sangat mempengaruhi perekonomian dalam negeri, terutama akan berdampak inflasi. TABLE 1.1 PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR INDONESIA TAHUN 1994-2010 (dalam juta US $) Tahun 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Ekspor Migas 9.639,6 10.464,40 11.721,80 11.622,50 7.872,00 9.792,00 14.366,00 12.636,00 12.112,00 13.651,00 15.694,30 19.231,6 21.188,3 22.088,6 27.719,3 16.515,4 24.715,8 Ekspor Non Migas 30.359,80 34.953,60 38.093,00 41.821,10 40.975,00 38.873,00 47.757,00 43.684,00 45.046,00 47.406,00 55.939,00 66.428,4 79.502,0 92.012,3 100.404,6 86.645,5 115.938,3
Perkembangan sektor non migas Indonesia yang terus meningkat di beberapa tahun terakhir, menumbuhkan harapan besar untuk memberikan
kontribusi yang lebih besar bagi pendapatan national. Data perkebunan kopi yang diusahakan di Indonesia tahun 2006 dengan total produksi 682,2 ribu ton dan ekspor 411,5 ribu ton. Devisa pada tahun 2006 sebesarUS$ 583,2 juta. Pada tahun 2007 total produksi kopi national sebanyak 686,8 ribu ton dengan nilai devisa ekspor kopi US$ 500 juta. Kinerja ekspor sektor non migas pada tahun 2010 menyumbangkan surplus non migas tertinggi sepanjang tahun 2010 sebesar US$ 2,5 miliar. Neraca perdagangan periode januari-november 2010 mengalami peningkatan sebesar 8,7 persen yang didorong oleh surplus sebesar US$ 18,1 miliar, sementara migas mengalami defisit sebesar US$ 0,05 miliar. Faktor pendukung meningkatnya ekspor non migas Indonesia sampai pada januari-novenber 2010 tidak terlepas dari keberhasilan diversifikasi produk dan pasar ekspor. Diversifikasi produk menghasilkan 10 produk utama dalam ekspor non migas yang mengalami kenaikan sebesar 48 persen dari periode sebelumnya. Salah satu dari 10 produk utama adalah kopi. Kopi pertama kali di tanam di Indonesia pada tahun 1696 dengan jenis arabika. Lokasi pertama di pulau jawa, kemudian berkembang di daerah lain seperti sumatra, bali dan sulawesi. Produksi kopi pada tahun 1876 sempat
mengalami penurunan yang disebabkan penyakit karat daun, oleh karna itu mucul jenis kopi rebusta yang mampu bertahan terhadap penyakit karat daun. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara
lain adalah sebagai sumber perolehan devisa, penyedia lapangan kerja dan sebagai sumber pendapatan bagi petani pekebun kopi maupun bagi pelaku ekonomi lainnya. Menurut Ricardo (1993), salah satu cara dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi suatu negara dengan meningkatkan pembangunan pada sektor primer (pertanian). Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan unggulan Indonesia, khususnya untuk ekspor. Diantara beberapa komoditi perkebunan, kopi merupakan salah satu komoditi ekspor potensial, dilihat dari volume ekspor dan nilai ekspornya yang cukup besar. volume ekspor kopi cukup besar dari tahun ke tahun pada periode tahun 1999-2005 (rata-rata 340.443,86 ton per tahun). Ekspor komoditas kopi sepanjang tahun 2008 tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya tahun 2007 akibat krisis global yang mengakibatkan melemahnya harga dan menurunnya permintaan komoditas kopi di pasar international. Menurut Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) mengatakan hingga akhir 2008 pencapaian ekspor kopi hampir sama dengan tahun sebelumnya, sekitar 325 ribu ton dengan nilai sebesar US$500 juta.
TABEL 1.2 EKSPOR KOPI INDONESIA (ton) 1980-2009 tahun 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 Ekspor kopi Indonesia (ribu ton) 238,9 240,8 227,3 241,6 294,9 285,9 298,5 286,7 298,9 257,6 372,6 361,5 270,6 352,3 381,2 tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Ekspor kopi Indonesia (ribu ton) 390,1 368,6 386,2 303 258 345,6 254,8 322,5 325,8 338,6 442,7 451,5 462,7 325 510,1
Terdapat tujuh negara eksportir kopi terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar 70,97% terhadap total volume ekspor kopi di dunia. Brazil merupakan negara eksportir kopi terbesar di dunia dengan rata-rata volume ekspor mencapai 1,42 juta ton per tahun atau memberikan kontribusi sebesar 25,12% dan peringkat kedua ditempati oleh Vietnam yang memberikan kontribusi 17,09% dengan rata-rata volume ekspor 965,4 ribu ton per tahun. Peringkat ketiga diduduki oleh Colombia dengan kontribusi sebesar
10,65%, sedangkan Indonesia pada urutan ke-4 dengan memberikan kontribusi sebesar 6,55% dengan rata-rata volume ekspor 369,8 ribu ton per tahun. Jerman,
Guatemala dan Peru masing-masing berkontribusi 4,52%, 3,87% dan 3,17% terhadap total volume ekspor dunia (TABLE 1.5). TABLE 1.3 Negara eksportir kopi dunia 2003 2007
Volume ekspor (Ton) No Negara 1Brazil 2Vietnam 3Colombia 4Indonesia 5Germany 6Guatemala 7Peru 8Lainnya Dunia 2003 1,369,159 749,200 578,149 323,904 198,842 249,888 150,354 1,612,988 5,232,484 2004 1,410,801 976,000 574,935 344,077 221,745 208,490 191,124 1,755,464 5,682,636 2005 1,352,097 892,000 616,380 445,930 264,141 201,933 142,151 1,509,796 5,424,428 2006 1,475,716 981,000 600,724 414,105 290,245 203,659 237,537 1,554,917 5,757,903 2007 1,488,255 1,229,000 637,421 320,850 302,534 230,621 173,615 1,768,338 6,150,634 Rata-rata 1,419,206 965,440 601,522 369,773 255,501 218,918 178,956 1,640,301 5,649,617
Produksi kopi yang dihasilkan Indonesia cukup besar, bisa mencapai 640.365 ton per tahun dengan luas lahan perkebunan kopi mencapai 1,3 juta hektar pada tahun 2005 (Ditjenbun, 2006). Sumbangan ekspor kopi Indonesia terhadap penerimaan negara juga cukup besar, yaitu rata-rata US$ 257.430 juta per tahun selama periode 2001-2005 atau 13,20 persen terhadap nilai ekspor hasil pertanian dan 0,59 persen terhadap nilai ekspor non migas (AEKI, 2006).
1980-2009 tahun 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 Produksi kopi Indonesia (ton) 297,4 313,8 281,7 304 329,1 312,7 356,3 388,6 391,3 428,4 447,5 425,5 432,9 430,9 441,4 tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Produksi kopi Indonesia (ton) 450,4 462,8 426,8 498,2 521,4 613,5 569,6 631 634,4 637,4 640,4 682,2 686,8 679,1 704,7
Produksi kopi PR (perkebunan rakyat) cenderung meningkat dengan ratarata pertumbuhan per tahun sebesar 4,27%, PBS ( perkebunan besar swasta) meningkat 5,47% dan PBN (perkebunan besar negara) meningkat 3,77%. Peningkatan produksi cukup tinggi pada tahun 1979 dan 1989, masing masing meningkat24,88% dan 43,56%. Kontribusi produksi kopi PR tahun 1998-2008 mencapai 95,08% terhadap rata-rata produksi kopi Indonesia, 3,13% untuk PBS, dan 1,79% untuk PBN (Departemen Perkebunan, 2009). Bila dilihat dari sisi produksi kopi per provinsi tahun 2004 2008, terdapat 6 (enam) provinsi sentra produksi kopi yang memberikan kontribusi sebesar 74,05% terhadap total produksi kopi Indonesia, seperti yang disajikan pada Gambar 1.4. Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung merupakan
22,32% dan 21,65% terhadap total produksi kopi Indonesia, disusul provinsi Bengkulu, Sumatera Utara, Jawa Timur dan NAD masing-masing berkontribusi sebesar 9,21%, 7,29%, 7,14%, dan 6,44%. TABEL 1.5 DAERAH PRODUKSI KOPI INDONESIA
Tahun No. Provinsi 1 Sumatera Selatan 2 3 4 5 6 7 Lampung Bengkulu Sumatera Utara Jawa Timur NAD Provinsi Lainnya Indonesia 2004 140,812 142,599 64,043 46,560 44,237 37,100 172,034 647,385 2005 140,463 142,761 61,187 41,493 43,009 35,012 141,428 605,353 2006 150,167 141,305 63,757 50,032 50,132 41,894 155,381 652,668 2007 148,281 140,095 56,128 50,158 47,000 48,080 186,735 676,477 2008*) 148,981 140,090 55,610 49,839 48,569 48,284 191,565 682,938 Rata-rata Share (%) 145,741 22.32 141,370 60,145 47,616 46,589 42,074 169,429 652,964 21.65 9.21 7.29 7.14 6.44 25.95 Share kumulatif (%) 22.32 43.97 53.18 60.47 67.61 74.05 100.00
Sumber
Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan baik ekspor maupun impor. Jika kurs dollar Amerika serikat mengalami depresiasi, nilai mata uang dalam negeri melemah dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya (harganya) akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai kurs dollar Amerika Serikat meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat (Sukirno, 2000: 319). Nilai tukar mempengaruhi ekspor kopi Indonesia, menguatnya nilai tukar rupiah akan menyebabkan nilai dari kopi juga ikut turun. Nilai tukar rupiah Indonesia mengalami fluktuasi yang kecenderungannya rupiah melemah, terutama
pada tahun 1998 dimana rupiah melemah dari angka 4650 pada tahun 1997 menjadi 8025 pada tahun 1998. TABEL 1.6 NILAI TUKAR RUPIAH (Rp/US$) 1980-2009 tahun
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994
NILAI TUKAR Rp/US$ 634 643 692 994 1076 1131 1641 1650 1729 1805 1901 1992 1062 2110 2200
tahun
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
NILAI TUKAR Rp/US$ 2308 2383 4650 8025 7100 9595 10400 8940 8465 9290 9830 9020 9419 10950 9400
Dalam periode tahun 1994 sampai 2005 perkembangan harga komposit ICO berfluktuasi. Harga yang terjadi pada tahun 1994 dan 1995 cukup tinggi akibat dari kecilnya produksi dunia yang dikarenakan terjadinya bencana yang diikuti kekeringan di Brazil. Sejak tahun 1998 produksi kopi dunia semakin meningkat sedangkan laju permintaan kopi dunia relatif stabil sehingga, meningkatnya produksi kopi sedangkan permintaan kopi
10
HARGA KOPI DUNIA 1980-2009 Harga kopi dunia (US tahun 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 cent) 105 115 125 127 141 133 170 107 115 91 71 66 53 61 134 tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Harga kopi dunia (US cent) 138 102 133 108 55 64 45 47 51 62 79 95 107 124 115
Berdasarkan latar belakang berbagai perkembangan indikator perekonomian yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti masalah utama dengan judul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KOPI INDONESIA Adapun Penelitian ini menggunakan persamaan regresi linier sebagai metode untuk menganalisa data. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
11
kopi Indonesia
2. Bagaimana pengaruh nilai kurs US$ terhadap ekspor kopi
Indonesia
3. Bagaimana pengaruh harga kopi dunia terhadap ekspor kopi
Indonesian 1.3. Tujuan dan Manfaat 1.3.1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:
1.
menganalisis seberapa besar pengaruh produksi Indonesia terhadap ekspor kopi Indonesia
2.
menganalisis seberapa besar pengaruh nilai kurs US$ terhadap ekspor kopi Indonesia
3.
menganalisis seberapa besar pengaruh harga kopi dunia terhadap ekspor kopi Indonesia 1.3.2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Bagi pemerintah pusat dan daerah dan pihak pemerintah pusat dan daerah, Diharapkan menjadi tambahan informasi sekaligus bahan evaluasi agar lebih memantapkan peran perencanaan pembangunan
12
daerah dan evaluasi kebijakan di sector pertanian padi dalam negeri di tahun-tahun mendatang. 2. Bagi penulis Penelitian ini merupakan penerapan dari teori-teori akademis yang telah diperoleh selama studi di perguruan tinggi , sekaligus sebagai tolak ukur pribadi tentang keilmuan yang diterima selama ini, dan juga sebagai tugas akhir yang merupakan syarat dalam meraih gelar kesarjanaan dalam bidang ekonomi jurusan Ilmu Ekonomi di Universitas Islam Indonesia. 1.4. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari beberapa bab yaitu sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat dan tujuan penulisan skripsi, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Bab ini berisi pedokumentasian dan pengkajian hasil dari penelitianpenelitian yang pernah dilakukan pada area yang sama dan teori-teori sebagai hasil dari studi pustaka. Teori-teori yang didapat ini akan menjadi
13
landasan bagi penulisan untuk melakukan pembahasan dan pengambilan kesimpulan mengenai judul yang penulis pilih. BAB III. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan penjelasan satu pembahasan mengenai metode analisa yang digunakan dalam penelitian dan jenis data-data yang digunakan beserta sumber data. BAB IV. HASIL DAN ANALISA Dalam bab ini berisi semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian dan analisa statistik. BAB V. SIMPULAN DAN IMPLIKASI Dalam bab yang terakhir ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari analisa yang dilakukan dan implikasi ini muncul sebagai hasil simpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah, sehingga dapat ditarik benang merah apa implikasi dari penelitian yang dilakukan.
14