Anda di halaman 1dari 15

BISNIS DALAM PERSPEKTIF ISLAM (Telaah Aspek Keagamaan dalam Kehidupan Ekonomi) Oleh: Akhmad Nur Zaroni Abstract

business in Islamic perspective is not only : simply material ends but also immaterial ones. Given this, business in Islam must be carried out pr ofessionally and compatible to Syariah values. This is so since business in Islam has two dimensions: ver tical and horizontal. The Koran therefore has offered the concept of business without loss (tijaratan lan a) to all businessmen, i.e. despite losing financially, taburr yet ing a profit in the form of religious rewards. mak Accordingly, business can only be acquired by observing this k ind of carefully the vertical and horizontal dimension of business in Islam. Kata Kunci : Bisnis Syariah, Material, Immaterial, Tijaratan Lan Tabura Pendahuluan Islam memandang bahwa berusaha atau bekerja merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Terdapat seju mlah ayat Al-Quran dan hadis yang menjelaskan pentingnya aktivitas usaha, diantaranya; Nabi Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah di muka bumi. Dan carilah karunia .1 Sungguh seandainya salah seorang di antara kalian Allah mengambil beb erapa utas tali, kemudian pergi ke gunung kemudian memikul seikat kayu bakar dan menjualnya, kemudian kembali dengan itu Allah mencukupkan kebutuhan hidupmu, itu lebih baik hasil daripada meminta-minta kepada sesama manusia, baik mereka memberi maupun Pernah Rasulullah ditanya oleh sahabat, tida .2 Pekerjaan apa k yang paling baik wahai Rasulullah?, Rasulullah menjawab, seorang bekerja tangannya sendiri dan setiap jual beli yang .3 Hadis yang dengan bersih Pedagang yang jujur lagi terpercaya adalah bersama-sama lain, Nabi, orang-orang jujur, dan para syuhada . 4 Ayat dan hadis-hadis di atas menunjukkan bahwa bekerja rizki mencari adalah aktivitas inhere dalam ajaran Islam. Tentu yang dalam konteks ajar nan Islam bukan untuk semata-mata mencari rizki memperkaya
Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Syariah Muamalah STAIN Samarinda QS. Al-Jumuah (62): 10. 2 Imam Bukhari, Shahih Bukhari Jilid II, trj. H. Zainuddin Hamidy, dkk, Cet. 13 (Jakarta : Widjaya, 1992), h. 129 3 HR. Al-Bazzar dan Ahmad 4 Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, (Beirut: Dar Ihya al-Turas al-Arabi, tt), h. 165.
1

Akhmad Nur Zaroni, Bisnis dalam Perspektif Islam.

173

diri sendiri. Karena Islam mengajarkan bahwa kekayaan itu mempunyai fungsi sosial. Secara tegas Al-Quran melarang penumpukan harta dalam penimbunan hoarding ),5 melarang mencari kekayaan dengan arti 6 dan memerintahkan membelanjakan secara 7 ( jalan tidak benar,Islam baik. memandang bahwa yang terpen ting bukanlah benda,pemilikan kerja itu sendiri. Doktrin al-Quran yang tetapi membentuk motivasi yang tinggi dalam bekerja umat Islam antara lain tercer min dalam Q.S. Al-Mulk : 15, yang memb eri pertama bahwa kesimpulan, semua milik Allah, tetapi dianugerahkan ,kepada bumi ini manusia. milik Allah sebenarnya dapat dipahami bahwa bumi, air Kalimat dan kekayaan yang terkandung di dalamnya bukan milik p erseorangan karena kekuasaannya, melainkan untuk semua orang. Dalam konteks masyarakat feodal, Islam bermaksud menghilangkan sistem upeti di mana tanah dianggap milik raja, tiran atau penguasa feodal. Sebagai alternatif 8 Kedua al Quran mengajarkan doktrin kemakmur an ay at bersama. , itu menimbulkan etos yang mendorong umat Islam untuk mengembara ke seluruh bumi mencari rizki Allah. Ini mendorong untuk dilakukannya dalam sekala luas seperti perdagangan antar daerah b perdagangan ahkan negara . Islam dan Ekonomi (Dinamisasi Ajaran Islam dalam Kehidupan Ekonomi) Agama pada dasarnya dapat menjadi din amisator bagi dalammasyarakat menjalankan berbagai aktivitas b aik secara individu maupun kelompok. Dengan demikian orang yang beragama akan mempuny ai sikap mental tertentu dan beragam sesuai dengan ajaran yang didalaminya pemahaman yang dimiliki terhadap ajaran dan tingkat tersebut. Ada beberapa contoh perilaku masyarakat yang kurang akibatproduktif dari pemahaman yang kurang tepat terhadap ajaran agama. Seperti suatu kecenderungan di sebagian umat Islam yang bersikap adanya pasrah atau menyerah kepada nasib. Hal ini barangkali ada hubungannya dengan suatu aliran jabaria yang percaya bahwa semua tindakan teologi h perilaku manusia sud ah dan ditentukan oleh 9 Begitu juga Tuhan. pemahaman zuhud yang menimbulkan satu sikap hidup yang kurang mengharg ai sesuatu yang materia dan cenderung orientasinya hanya bersifat l ke

QS. Al-Humazah (104): 2. QS. Al-Baqarah (2): 188 7 QS. Al Baqarah (2): 261 8 QS. Hud (11): 61 9 A. Hanafi, Theology Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husna1, 1987), h.63
5 6

174

, Vol. IV, No. 2, Desember 2007

akhir at saja dan tidak peduli kepada hal-hal yang bersifat duniawi 10 dan kemajuan-kemajuan ekonomi. Padahal jika ajaran-ajaran tersebut dipahami deng an benar akan mengh asilkan sikap yang positif. Seper ti paham pasrah misalnya, dalam Islam ada tawakkal Ajaran ini ketika d ipahami d engan benar ajaran melahir kan . sikap mental yang luar biasa, bukan sikap pasif maka akan yang tid ak produktif. Percaya kepada takdir ternyata banyak melahirkan entrepreneu Muslim yang handal, berani men anggung resiko r hidup. Sedang banyak orang yang katanya modern justru ber mental priyayi yang mempunyai ketahanan pribadi dan ketahanan tidak jiwa. Sikap zuhud juga sangat penting bagi para pen gusaha, karena hidup pola orang-orang sukses yang berkembang dari pedagang kecil menjadi a, dan hidupnya tetap sederhana, ternyata kesederhanaan orang kay itu merupakan kunci dari kesuksesannya. sederhana Hidup bagi pengusaha tradisional telah sikap menimbulkan boros, sehingga bisa mempunyai tabungan hemat, tidak dan kemud ian diinvestasikan lagi. Di samping tidak ingin berfoya-foya, ia juga ingin bersikap jujur. Sikap jujur itu juga menimbulkan etos untuk mempertahankan kualitas dan tidak menipu kualitas dalam produk yang 11 Sedang kepercayaan kepada akhirat dapat menimbulkan dibuat. sikap tertentu, yaitu sikap bertanggungjawab. Orang yang tidak percay a kepada maka tidak percaya juga dengan pah ala dan dosa, lalu tidak akhir at 12 ada motivasi untuk berbuat baik, karena berbuat benar atau salah sama saja. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa jika terjadi hubungan sinergi antara aspek keagamaan dengan ekonomi akan menghasilkan prilaku positif yang dapat mendorong produktifitas. Bukan sebaliknya seperti apa yang dipahami sebagian orang bahwa Islam menghambat kemajuan-kemajuan ekonomi. ah membuktikan bahwa Islam yang dibawa oleh Sejar telah Muhammad mengubah keadaan masy arakat. Perubahan yang mamp u dilakukan menjaga kearifan lokal di man a nilai-nilai y ang positif juga tetap atau al y ang sudah ada pad a zaman sebelum Islam tidak netr dihancurkan, bahkan dihidupkan dengan warna baru dalam konteks budaya Islami. mudharabah misalnya, ia telah ada sejak sebelum Islam, Konsep tetapi

M. Dawam Islam danTransformasi Sosial Ekonomi, (Yogyakarta: Raharjo, Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1999), h. 262 11 Yusuf Al-Qardhawi, Karakteristik Islam: Kajian Analitik, (Surabaya: Risalah Gusti, 1994), h. 12 12 M. Umer Islam dan Tantangan Ekonomi, ( Surabaya: Risalah Gusti, 1999), h. Chapra, 236
10

Akhmad Nur Zaroni, Bisnis dalam Perspektif Islam.

175

setelah Islam mudharabah masih diperbolehkan dengan 13 datang yang sesuai dengan kaidah batasanbatasan Islam.Begitu juga dengan budaya ko mersial yang ada di kota Mekah. Menurut telaah Keneth Cragg dalam bukunya the event of the , Quran kitab suci kaum muslimin itu banyak memper gunakan istilah 14 Bahkan istilah perdagangan untuk menjelaskan istilah-istilah keagamaan. memberi petunjuk langsung mengenai perdagangan, alQuran juga misalnya dalam menganjurkan dipakainya sistem pembukuan yang jelas dan 15 jujur dalam perjanjian hutang Demik ian juga printah 16 piutang. untukdalam mempergunakan takaran atau standar perdagangan. Islam datang, budaya komersial sudah berkembang Ketika pesat dengan Mekah, sehingga Mekah pun layak disebut sebagai di kota kota dagang. Namun perdagangan yang terjadi pada saat itu banyak yang mengandung unsur-unsur penipuan dan kecurangan, seperti praktek riba model-model jual beli yang dilarang di dalam 17 Islam dan Islam. untuk menghancurkan budaya komersial itu, tetapidatang bukan untuk menertibkannya. Bahkan Muhammad jug a berusaha membawa Badui y ang masih primitif kepad a taraf kebudayaan masyarakat yang tinggi deng an melakukan penertiban melalui penanaman etika lebih 18 baru, sistem distribusi kekayaan yang lebih adil dan dan merata. Revolusi I ndustri juga tidak terjadi begitu saja dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt, melainkan didahului oleh berbagai peristiwa. Heilbroner mengatakan bahwa orang-orang Eropa belajar perdagangan dari kaum muslimin melalui perang banyak salib. sejarah Belanda, Jan Ro mein juga mengatakan bahwa orang Ahli Eropa banyak belajar dari kaum muslimin tentang barang-barang industri. industri dalam perdagangan dunia saat itu d inyatakan Komoditi dalam kata-kata Arab. Dunia Islam pada abad perten gahan merupakan bagianyang maju, berbeda dengan keadaan Eropa yang mandeg. Salah dunia satu bentuk kemajuan itu, selain dalam bidang ilmu pengetahuan 19 dan pendidikan, juga dalam bidang ekonomi.

Taqyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif dalam Perspektif Islam, terj. Maghfur Wachid, (Surabaya: Risalah gusti, 1996), h.161. 14 M. Dawam Islam dan Tranformasi Sosial Ekonomi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h.311. Rahardjo, 15 QS. Al baqarah (2): 282. 16 QS. Al- Isra (17): 35. 17 Lihat Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia,2000), h. 99. 18 Dawam Raharjo, Op.cit. h. 312. 19 , Ibid., h. 314
13

176

, Vol. IV, No. 2, Desember 2007

Konsep Bisnis dalam Islam Pengertian BisnisSecara umum bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang oleh dilakukan untuk memp eroleh pendapatan atau penghasilan atau manusia rizki rangk a memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan dalam 20 Skinner cara elola sumber daya ekonomi secara efektif dan meng efisien. mend efinisikan b isnis sebagai pertukaran barang, jasa, atau uang yang menguntungkan atau memberi manfaat. Menur ut Anoraga saling dan Soegiastuti, bisnis memiliki makna dasar sebagai the buying and selling of goods and Adapun dalam pandangan Straub dan services. bisnis taka lain adalah Attner, organisasi yang menjalankan suatu aktivitas dan penjualan barang-barang dan jasa- jasa yang diinginkan produksi oleh konsumen untuk memperoleh 21 profit.Adapun dalam Islam bisnis dapat dipahami sebagai serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentukny a yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dalam cara perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada dibatasi aturan halal dan 22 haram). Pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa Islam mewajibkan setiap muslim, khususnya yang memiliki tanggungan untuk bekerja. Bekerja merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan manusia memiliki harta kekayaan. Untuk memungkinkan manusia berusaha mencari nafkah,Swt melapangkan bumi serta menyediakan b erbagai fasilitas Allah yang dimanfaatkan untuk mencari rizki. Dialah yang menjadikan bumi dapat mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan ini 23 makanlah sebagian dari rizki Sesungguhnya kami Nya.... telah menempatka n kamu sekalian di bumi dan kami adakan bagimu di muka 24 bumi itu (sumber-sumber) penghidupan...

Muslich, Etika Bisnis Islami; Landasan Filosofis, Normatif, dan Substansi Implementatif, (Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomin UII, 2004), h. 46 21 Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 15 22 Ibid., h. 18. 23 QS. Al-Mulk (67): 15 24 QS. Al-Araf (7): 10, Di antara sumber-sumber daya yang diserahkan kepada manusia antara lain adalah; hewan (an-Nahl:5,66,68-69), tumbuh-tumbuhan (anNahl:67), kekayaan laut (an-Nahl:14), kekayaan bahan tambang (al-Hadid: 25, al-Kahfi: 96-97).
20

Akhmad Nur Zaroni, Bisnis dalam Perspektif Islam.

177

Bisnis dalam AlQuran da beberapa terma dalam al-Quran yang berkaitan dengan A bisnis.konsep Diantaranya adalah al Tijarah, al-baiu, dan 25 kata : tadayantum, isytara . Term tijarah berawal dari kata t-j-r, tajara, tajran a , dasar wa tijaratan yang ber makna berdagan g, At-tijaratun , walmutjar; yang perdaganganberniaga. atau attijariyyu wa l 26 perniagaan, mutjariyyu; berarti mengenai perdagangan atau perniagaan. Dalam al-Quran tijara ditemui sebanyak delapan kali terma sebanyak tijaratuhu satu h kali.dantijara terdapat dalam surat m h alBaqarah (2): Bentukan-Nisa (4): 29, at-Taubah (9): 24, an-Nur (24): 282, 37, (35): 29, as-Shaff (61): 10, pada surat al-Jumah (62): 11 Fatir (disebut Adapun Tijaratuhu pada surat al-Baqarah (2): 27 dua kali). m 16. Dalam penggunaan tijara pada ay at-ay at di atas terdapat kata dua macam Pertama hdipahami dengan per dagangan yaitu pemahaman. , pada surat al-Baqarah (2): Kedua dipahami dengan perniagaan 282. , pengertian umum. Hal ini menarik dalam pengertian-pengertian ini, dihubungkan dengan konteksnya masing-masing adalah pengertian tidak hanya berhubungan dengan hal-hal yang bersifat perniagaan material atau kuantitas, tetapi perniagaan juga d itujukan kep ada hal y ang ber sif at immaterial AlQuran kualitatif. Katakanlah jika menjelaskan: anak-anak, saudara-saudara, Bapak-bapak, istri-istri kaum keluargamu, harta kekaya an yang kamu usahakan, p erniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad kamu di jalan Allah maka tungguhlah sampai Allah mendatangkan keputusannya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada 28 orangorang fasiq. Wahai orang-orang yang beriman sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Yaitu kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah 29 yang labih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya.
Terma lain yang berdekatan dengan konsep bisnis seperti; terma anfaqa dan la takulu amwalakum. 26 Kamus al-Munawwir, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984), h. 139 27 Fuad Abdul Baqi, Mujam al-Mufahrasy, (Kairo: Darul Fikr, 1981), h.152 28 QS. At-Taubah (9): 24 29 QS. As-Shaff (61): 10-11
25

178

, Vol. IV, No. 2, Desember 2007

Ayat-ay at di atas men jelaskan tentang petunjuk transaksi yang mengun tungkan dan p erniag aan yang bermanfaat, sehingga pelakunya akan mendapatkan keuntungan besar dan keb erhasilan y ang kekal. aan dimaksud adalah tetap dalam keimanan, keikhlasan Perniag amal kepada Allah dan berjihad dengan jiwa dan harta dengan 30 menyebarkan meninggikan kalimatagama dan Nya. Dari pemahaman di atas dapat diambil pemaknaan bahwa bisnis prilaku bukan semata- mata perbuatan dalam hubungan kemanusiaan semata tetapi mempunyai sifat Ilahiyah. Adanya sikap kerelaan diantara yang berkepentingan, dan dilakukan dengan keterbukaan merupakan ciri- dan sifat-sifat keharusan dalam bisnis. Jika ciri-ciri dan sifat-sifat ciri di atas tidak ada, maka bisnis yang dilakukan tidak akan mendapat an dan manfaat. Ayat-ayat di atas jelas memperlihatkan keuntung hakikat yang bukan sematabisnis material tetapi immaterial mata Adapun bai dari , ba ,juga terdapat . dalam al-Quran terma kata a yubayinaka, dalam berbag ai Bayatum, yubayiuna, variasinya. yubayiunaka, fabayihunna, tabayatum, bai/, bibaiikum, Dari katabiyaun. yang paling banyak digunakan adalah tersebut bai kata yaitu kata sebanyak enam kali yubayiunak seb anyak dua kali. ,Adapun kata-kata dan lainnya31 masing-masing a disebutkan satu kali. Alberarti men jual, lawan isytar 32 atau baiu dari a memberikan sesuatu yang berharga dan mengambil dari padanya suatu harga dan keuntung annya. Terma baiu dalam al-Quran digunakan dalam dua pengertian Pertama jualnbeli dalam konteks tidak ada jual beli pada : , hari al-Quran qiamat, karena itu meny eru agar membelanjakan, an dan mengembangkan harta benda berad a dalam mend ayagunak proses tidak bertentangan dengan keimanan dan bertujuan untuk yang 33 mencari an yang dapat menjadi bekal pada hari keuntung Kedua, alkiamat. pengertian jual beli yang halal, dan larang baiuuntuk dalam an 34 memperoleh atau mengembangkan harta benda dengan jalan riba. Kemudian al-Quran menggunakan Isytara Kat isytar terma . a a dengan berbagai ragamnya sebanyak dua puluh lima kali. Dalam bentuk disebut isytar satu isytar tujuh kali, yasytaru lima tasytar a kali, dan kali, n dua syarau, u syarauhu, yasyruna, kali, yasyri,u 35 masing-masing yasytari,yasytaru satu kali.
Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terjemahan Bahrun Abu Bakar dkk., jilid 28, 29, 30, (Semarang: PT Toha Putra, 1993), h. 145-146. 31 Fuad Abdul Baqi, Al-Mujam Mufahrasy,Op.cit, h. 141 32 Kamus al-Munawwir, Op.Cit. h. 134. 33 , Lihat QS. Al-Baqarah (2): 254 34 Lihat QS. Al-Baqarah (2): 275 35 Fuad Abdul Baqi, Op.Cit. h. 381 ,
30

Akhmad Nur Zaroni, Bisnis dalam Perspektif Islam.

179

Secara umum isytar dan berbagai ragamnya lebih kata a banyak mengandung makna transaksi antara manusia dengan Allah atau transaksi manusia yang dilakukan karena dan untuk Allah, atau sesama juga transaksi dengan tujuan keuntungan manusia walaupun dengan 36 menjual ayat-ayat Allah.Selain itu al-Quran juga menggunakan tadayantu yang terma m disebutkan satu kali yaitu pada surat al-Baqar ah (2): 282. Ayat ini digunakan dalam pengertian muamalah yakni jual beli, utang piutang, sewa menyewa dan lain sebagainya yang jika dilakukan tidak secara tunai hendaknya pencatatan dengan 37 benar.Dari penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa terma bisnis dalam alQuran baik yang terambil dari tijarah, a l-bai, isytara, terma hakikatnya tadayantum, materia , pada tidak semata-mata tetapi bersifat immateria . Untuk itu pelaku bisnis harus l sealu juga menjaga pr l ofesionalisme terhadap sesama dan menjaga ketaatan terhadap Allah Swt. Dalam in ilah al- Quran menawarkan keuntungan dengan suatu konteks bursa tidak pernah mengenal kerugian, yang tijarah lan .38 yaitu Sesungguhnya Allah membeli dari tabura orang-orang mukmin harta jiwa dan mereka dan imbalannya mereka memperoleh surga.....Siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) Allah, bergembiralah dengan jual beli yang kamu lakukan maka itu, itulah kemenangan yang 39 besar. Landasan Normatif Bisnis dalam Islam Pertama tauhid (kesatuan). Tauhid merupakan konsep , eksklusif dan serba inklusif. Pada tingkat absolut ia membedakan khalik dengan makhluk, memerlukan penyerahan tanpa syarat kepada kehendakNya, tetapi pada eksistensi manusia memberikan suatu prinsip perpaduan sebab seluruh umat manusia dipersatukan dalam yang kuat ketaatan Allah semata. Konsep tauhid merupakan dimensi vertikal kepada Islam sekaligus hirizontal yang memadukan segi politik, sosial ekono mi
Seperti beberapa ayat berikut: QS. at-Taubah (2): 111 digunakan dalam pengertian membeli dalam konteks Allah membeli diri dan harta orang-orang mukmin, QS. Al-Baqarah (2): 16; membeli kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat, QS. AlBaqarah (2): 86; menjual diri dengan kekafiran, QS. Al-Baqarah (2): 90; membeli kesesataan dengan petunjuk, QS. Al-baqarah (2): 175; menukar iman dengan kekafiran, QS. Ali Imran (3): 177,187; menukar ayat Allah dengan harga yang sedikit. 37 QS. Al-Baqarah (2): 282 38 Lihat Quraish Shihab, Etika Bisnis dalam Wawasan al-Quran, Jurnal Ulumul Quran, No 3/VII/97, h. 5 39 QS. At-Taubah (9): 111.
36

180

, Vol. IV, No. 2, Desember 2007

kehidup an manusia menjadi kebulatan yang homogen yang konsisten 40 dari dan luas sekaligus terpadu dengan alam dalam luas. Dari konsepsi ini, maka Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini a pengusaha muslim dalam melakukan aktivitas bisnis mak 41 harus memperhatikan tiga (1) , tidak diskriminasi terhadap hal: al, pembeli, mitra kerja ataspekerja, pertimbangan ras, warna penju dasar 42 43 kulit, is kelamin jen atau (2) , Allah yang paling ditakuti dan agama. (3), tidak menimbun kekayaan dicintai. serakah, karena hakikatnya atau kekayaan merupakan amanah 44 Allah.Kedua keseimbangan (Keadilan). Ajaran Islam berorientasi , pada terciptanya karakter manusia yang memiliki sikap dan prilaku yang ang dan adil dalam konteks hubungan antar a manusia dengan seimb 45 diri sendiri, dengan orang lain (masyarakat) dan dengan lingkungan. Keseimbangan ini sangat ditekankan oleh Allah dengan umat menyebut Islam ummatan wasathan. Ummatan wasathan adalah u sebagai yang memiliki keb ersamaan, kedinamisan dalam gerak, arahmat dan annya serta memiliki aturan-aturan kolektif y ang berfungsi tuju sebagai penengah atau pemben ar. Dengan demikian keseimbangan, kebersamaan, kemod erenan merup akan prinsip etis mendasar yang harus 46 diterapkan dalam aktivitas maupun entitas bisnis.Dalam al-Quran dijelaskan bahwa pembelanjaan harta benda harus dilakukan dalam kebaikan atau jalan Allah dan tidak pada sesuatu 47 yang dapat membinasakan Harus menyempurnakan takaran diri. dan timbangan dengan neraca yang 48 Dijelaskan juga bahwa ciribenar. yang mendapat kemuliaan dalam ciri orang pandangan Allah adalah mereka yang membelanjakan harta bendanya tidak secara berlebihan dan tidak kikir, tidak melakukan kemusy rikan, tidak membunuh jiwa pula yang

Syed Nawab Naqvi, Ethict and Economics: An Islamic Syntesis, telah diterjemahkan oleh Husin Anis: Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Islami, (Bandung: Mizan, 1993), h. 50-51. 41 Rafiq Issa Beekun, Islamic Business Ethict, (Virginia: International Institute of Islamic Thought, 1997), h. 20-23. 42 QS. Al-Hujurat (49): 13. 43 QS. Al-Anam (6): 163. 44 QS. Al-Kahfi (18): 46. 45 Muslich, Op.cit. h. 37 46 Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi al-Quran tentang Etika dan Bisnis, , (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), h.13 47 QS. Al-Baqarah (2): 195 48 QS. Al-Isra (17): 35
40

Akhmad Nur Zaroni, Bisnis dalam Perspektif Islam.

181

diharamkan, tidak berzina, tidak memberikan kesaksian palsu, tidak 49 tuli tidak buta terhadap ayat-ayat dan Allah.Agar keseimbangan ekono mi d apat terwujud maka harus ter penuhi syarat-syarat berikut: (1), produksi, konsumsi dan distribusi harus berhenti pada titik keseimbangan tertentu demi menghindari pemusatan keku asaan ekonomi dan bisnis dalam g enggaman segelintir orang. (2), setiap kebahagiaan individu harus mempunyai nilai yang sama dipandang dari sudut sosial, karena manusia adalah teomorfi yang harus makhluk s memenuhi ketentuan keseimbangan nilai y ang sama antara nilai sosial marginal dan individual dalam masyarakat. (3), tidak mengakui hak 50 milik tak terbatas dan pasar bebas yang tak yang terkendali. Kehendak Bebas. Manusia sebagai khalifah di muka Ketiga , bumi sampai batas-batas tertentu mempunyai kehendak bebas untuk mengarahkan kehidupanny a kepada tujuan yang ak an dicapainya. Manusia dianugerahi kehendak b ebas free ) untuk membimbing ( kehidupannya sebagai khalifah. Berdasarkanwill aksioma kehendak bebas ini, dalam bisnis manusia mempuny ai kebebasan untuk membuat suatu perjanjian atau tidak, melaksanakan bentuk aktivitas bisnis 51 tertentu, mengembangkan potensi bisnis yang berkreasi ada. Dalam mengembangkan kreasi terhadap pilihan-pilih an, ada dua konsekuensi yang melekat. Di satu sisi ada niat dan konsekuensi buruk dapat dilakukan dan diraih, tetapi di sisi lain ada niat yang dan konsekuensi baik yang dapat dilakukan dan diraih. Konsekuensi baik dan buruk sebagai bentuk risiko dan manfaat yang bakal diterimanya 52 yang Islam berdampak pada pahala dan dalam dosa. Keempat Pertanggungjawaban. Segala kebeb asan dalam melakukan bisnis , oleh manusi tidak lepas dar i pertanggungjawaban y ang harus diberikan atas aktivitas yang dilakukan sesuai deng an apa yang ada dalam al-Quran Tiap-tiap diri bertanggung jawa b atas apa yang telah diperbuatnya 53 Kebebasan yang dimiliki manusia dalam . menggunakan potensi sumber day a mesti memiliki batas-batas tertentu, dan tidak digunakan sebebas-bebasnya, melainkan dibatasi oleh koridor hukum, dan etika y ang tertuang dalam al-Quran dan Sunnah rasul norma yang dipatuhi dan dijadikan referensi atau acuan dan landasan harus dalam menggunakan potensi sumber daya yang Tidak kemudian dikuasai. untuk melakukan kegiatan bisnis yang terlarang atau digunakan yang
QS. Al-Furqan (25): 67-68, 72-73. Syed Nawab Naqvi, Op.Cit. h. 99 51 , Rafik Issa Beekun, Op.Cit. h. 24 52 Muslich, Op.cit. h. , 42, Lihat QS. An-Nisa (4): 85, QS. Al-Kahfi (18): 53 , 29 QS. Al Mudassir (74): 38
49 50

182

, Vol. IV, No. 2, Desember 2007

dihar amkan, seperti judi, riba dan lain Apabila digunakan sebagainya. untuk melakukan kegiatan bisnis yang jelas-jelas halal, maka cara pengelolaan yang dilakukan harus juga dilakukan dengan cara-cara yang benar, adil dan mendatangkan manfaat optimal bagi semu a komponen yang secara kontributif ikut mendukung dan terlibat masyarakat dalam kegiatan bisnis yang 54 dilakukan. Pertanggunjawaban ini secara mendasar akan mengubah perhitungan ekonomi dan bisnis karena segala sesuatunya harus mengacu pada keadilan. Hal ini diimplementasikan minimal pada tiga hal, yaitu: , (1) dalam menghitung margin, keuntungan nilai upah harus dikaitkan dengan upah minimum yang secara sosial dapat d iter ima oleh masyarakat. (2), economic bagi pember i pinjaman modal harus return dihitung berdasarkan pengertian yang tegas bahwa besarnya tidak dapat diramalkan dengan probabilitas nol dan tak dapat lebih dahulu ditetapkan (seperti sistem bunga). , Islam melarang semua alegotori yang (3) transaksi s dicontohkan dengan gharar 55 istilah . Orientasi Bisnis dalam Islam Bisnis dalam Islam bertujuan untuk mencapai empat hal utama: targ et(1) hasil: profit-materi dan benefit-nonmateri, (2) pertumbuhan, (3) keberlangsungan, (4) 56 keberkahan. Target hasil: profit-materi dan benefitartinya bahwa nilai bisnis nonmateri, tidak hanya untuk mencari pr ofit qimah madiyah atau ( materi) setinggi-ting ginya, tetapi juga harus dapat memperoleh dan memberikan benefit (keuntungan atau manfaat) nonmateri kep ada internal organisasi perusahaan dan eksternal (lingkungan), seperti terciptanya suasana persaudaraan, kepedulian sosial dan sebagainya. Benefit yang dimaksudkan tidaklah semata memberikan , manfaat kebendaan, tetapi juga dapat bersifat nonmateri. Islam memandang bahwa suatu amal perbuatan tidak hany a berorien tasi tuju an qima pada h madiyah Masih ada tiga orientasi lainnya, qimah insaniyah, qimah . khuluqiyahyakni dan qimah Dengan qimah berart , ruhiyah. i pengelola berusaha memberikan manfaat insaniyah, bersifat yang kemanusiaan melalu i kesempatan kerja, bantuan sosial (sedekah), dan bantuan lainnya. Qimah mengandung pengertian bahwa nilai-nilai khuluqiyah, akhlak mulian menjadi suatu kemestian yang harus muncul dalam setiap aktivitassehingga tercipta hubungan persaudaraan yang Islami, bisnis bukan
Muslich, Op.cit. h. 43 , Syed Nawab Naqvi, Op.cit. h.103 56 Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Op.cit. , , h. 18
54 55

Akhmad Nur Zaroni, Bisnis dalam Perspektif Islam.

183

sekedar hubungan fungsional atau profesional. Sementara qima itu h ruhiya berar ti aktivitas dijadikan sebagai media untuk mendekatkan h kepada diriAllah 57 Swt. Pertumbuhan jika profit mater i dan profit non materi telah , perusahaan harus diraih, berupaya menjaga pertumbuhan agar selalu meningkat. Upaya peningkatan ini juga harus selalu dalam koridor syariah, bukan menghalalkan segala cara. Keberlangsungan target y ang telah dicapai dengan pertumbuhan setiap , tahunnya harus dijaga keberlangsunganny a agar perusahaan dapat exi dalam kurun waktu yang s lama. Keberkahan semua tujuan y ang telah tercapai tidak akan , apa-apa jika tidak berartikeberkahan di dalamnya. Maka bisnis ada Islam menempatkan berkah sebagai tujuan inti, karena ia merupakan bentuk dari diterimanya segala aktivitas manusia. Keberkahan ini menjadi bukti bisnis y ang dilakukan oleh p engusaha muslim telah mendapat bahwa ridla Allah Swt., dan bernilai .58 dari ibadah Penutup Konsep bisnis d alam Islam banyak dijelaskan dalam AlQuran dengan menggunakan beberapa terma, tijarah, al-bai, dan seperti; isytara tadayantum Dari kesemua term menunjukkan bahwa bisn is . tersebut dalam p erspektif Islam pada h akikatnya tidak semata-mata b ersifat yang tujuannya hanya semata-mata materia mencari duniaw , l i tetapi keuntungan immateria yang tujuannya mencari keuntungan juga bersifat dan kebahagiaa ukhrawl . Untuk itu bisnis dalam Islam disamping n i harus dilakukan dengan cara profesional yang melibatkan ketelitian dan kecermatan dalam proses manajemen dan administrasi agar terhindar dari kerugian, ia juga harus terbeb as dari unsur-unsur penipuan ghara ), ( r kebohongan, rib d an praktek-praktek lain yang dilarang syaria . h Karena pada a oleh aktivitas bisnis tidak hanya dilakukan antar dasar nya sesama tetapi jug a dilakukan antara manusia dengan Allah. manusia Dalam inilah al-Quran menawarkan keuntungan dengan suatu konteks bisnis tidak pernah mengenal kerugian yang oleh al-Quran yang diistilahkan dengan tijaratan lan . Karena walaupun seandainya tabura secara material pelaku bisnis Muslim merugi, tetapi pada hakikatnya ia tetap beruntung karena mendapatkan pahala atas komitmenya dalam menjalankan bisnis yang sesuai dengan syariah.

57 58

Ibid., h. 19. Ibid., h. 20.

184

, Vol. IV, No. 2, Desember 2007

DAFTAR PUSTAKA Abdul Baqi, Fuad, Mujam al- Kairo: Darul Fikr, Mufahrasy, 1981. Beekun, Rafiq Islamic Business Virginia: Issa, International Institute of Ethict, Islamic Thought, 1997. Bukhari, Shahih Bukhari Jilid trj. H. Zainuddin Hamidy, dkk, Imam,13, JakartaII,: Widjaya, Cet. 1992. Chapra, M. Islam dan Tantangan Ekonomi, Surabay a: Umer, Risalah Gusti, 1999. Hanafi, Theology Jakarta: Pustaka Al Husna1, A., Islam, 1987. Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, Beirut: Dar Ihya al-Turas al-Arabi, tt. Kamus al- Munawwir, Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984. Maraghi, Tafsir al- terjemahan Bahrun Musthafa, dkk., jilid 28, Maraghi, 29, 30, Semarang: PTBakar Putra, 1993. Toha

Abu

Muslich Etika Bisnis Islami; Landasan Filosofis, Normatif, dan , Substansi Implementatif Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomin UI , I, 2004. Nabhani, Taqyuddin, Perspektif Islam, 1996. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif dalam Maghfur Wachid, Surabaya: Risalah terj. gusti, Suatu Sintesis terj .

Naqvi, Syed Nawab, Etika dan Ilmu Ekonomi Husin Anis ,Islami, Bandung: Mizan, 1993. Qardhawi, Karakteristik Yusuf, Gusti, 1994. Analitik, Islam: Kajian

Surabaya: Risalah Sosial Sosial Jurnal Ulumul

Rahar djo, M. Islam dan Tranformasi Dawam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Ekonomi, 1999. Raharjo M. Dawam, Islam danTransformasi , Ekonomi, Yogyakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1999. Shihab, Quraish, Etika Bisnis dalam Wawasan alQuran, Quran, No 3/VII/97.

Syafei, Fiqh Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2000. Rachmat, Yusanto, Muhammad Ismail dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas Bisnis Jakarta: Gema Insani Press, Islami, 2002. Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi al-Quran tentang Etika Bisnis Jakarta: SalembadanDiniyah, , 2002.

This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.

Anda mungkin juga menyukai