Anda di halaman 1dari 4

DIARE? 10 RAMUAN SIAP MENGHADANG!

Banjir usai, penyakit segera tiba. Ya, pascabanjir biasanya tubuh korban banjir bakal mendapat dampaknya. Salah satunya adalah diare. Untuk pertolongannya, kita tidak perlu buru-buru ke rumah sakit. Cobalah pergi ke dapur atau paling jauh ke kebun kita. Di sana kita bisa temukan obatnya.
Penulis: : Syamsul Hidayat, staf peneliti Kebun Raya Bogor-LIPI, di Bogor Perut memang rawan terkena serangan berbagai penyakit, karena semua makanan dan minuman sehari-hari terkumpul dalam perut. Kalau tidak higienis, makanan dan minuman itu bisa menyebabkan diare. Penderita mengalami buang air besar yang encer dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari. Diare atau dalam istilah umumnya mencret merupakan gejala dari beberapa gangguan sistem pencernaan yang terjadi secara akut. Kita mesti memberi perhatian ekstra bila penyakit ini menimpa balita. Sebab, kehilangan cairan dan elektrolit tubuh yang berlebihan dapat melemahkan badan dan membahayakan jiwa. Di negara berkembang, diare adalah penyebab kematian paling umum bagi balita. Penyakit ini telah membunuh lebih dari 1,5 juta orang per tahun. Penyebab diare umumnya infeksi virus, meski terkadang oleh bakteri. Bakteri Clostridium dan Staphylococcus adalah penyebab diare yang sering ditemukan di pemukiman-pemukiman padat dan kumuh. Demikian pula bakteri E. coli atau yang agak jarang Shigella, Entamoeba hystolytica, Salmonella sp., V. eltor, V.cholerae, serta bakteri non-patogen yang tumbuh berlebihan.

Reda dalam 2 - 3 hari


Pertolongan pertama untuk diare adalah mengupayakan penderita mengonsumsi sejumlah air untuk menggantikan cairan yang hilang akibat diare, muntah, dan berkeringat. Lebih baik lagi bila dicampur dengan elektrolit untuk menyediakan garam yang dibutuhkan dan sejumlah nutrisi. Larutan yang sering digunakan adalah oralit yang merupakan campuran garam dan gula dalam perbandingan mirip dengan cairan tubuh. Larutan ini penting diberikan pada penderita diare, terutama pada penderita anak-anak atau lansia. Bila tidak ada oralit, dapat juga dibuatkan larutan gula-garam (dua sendok teh gula dan setengah sendok teh garam dapur dilarutkan ke dalam satu gelas air

matang). Selain pengobatan dengan pemberian cairan elektrolit sebagai tambahan atau pelengkap bisa pula diberikan beberapa alternatif ramuan dari alam. Simplisia penyusun yang diperlukan sebaiknya mempunyai kegunaan sebagai pengelat, antiseptik, dan penawar/penyerap racun. Pada beberapa kasus perlu tambahan simplisia yang bersifat pencegah mual dan penambah nafsu makan sesuai dengan kondisi dan gejala penderita diare. Beberapa simplisia yang dapat berfungsi sebagai antidiare misalnya buah pinang, kulit batang dan kulit buah delima, daun sirih, daun jambu biji, dan kayu secang. Selain itu untuk meningkatkan fungsi enzim pencernaan dapat digunakan bawang merah, seledri, temulawak, kunyit, lengkuas, atau daun pepaya. Berdasarkan golongannya, ada obat antidiare yang bersifat kemoterapeutika (antibiotika, sulfonamida, dan furazolidon). Obat golongan ini untuk mengobati penyebabnya, misalnya memberantas bakteri. Golongan lain bersifat obstipansia, untuk terapi simtomatis (mengobati gejala) yang dapat menghentikan diare. Obat ini mengandung zat penekan peristaltik atau mengurangi spasme usus. Namun kalau diberikan berulang-ulang bisa mengakibatkan konstipasi. Golongan obstipansia lain adalah astringen (zat penyamak atau pengelat, pembentuk semacam lapisan protektif usus). Astringen biasanya terdapat dalam larutan teh pekat, preparat tanin, garam bismut, dan aluminium. Lalu ada lagi absorben yang mempunyai daya serap tinggi serta spasmolitik, yang dapat melepaskan kejang-kejang otot penyebab nyeri perut. Obat diare yang banyak digunakan dan dijual bebas biasanya berkhasiat menekan gerakan usus yang berlebihan dan memulihkan keseimbangan yang terganggu antara penyerapan dan pengeluaran air serta sel-sel dinding usus. Bila diminum menurut takaran yang tepat, pada umumnya diare mereda dalam 2 - 3 hari. Namun adakalanya timbul efek sampingan kalau digunakan kebanyakan, seperti mual, nyeri perut, pusing, mulut kering, dan kelainan kulit mendadak. Obat-obat demikian tidak dianjurkan bagi wanita hamil dan anakanak di bawah usia 1 tahun karena dapat melemahkan otot dinding usus. Obat lain, garam aluminium seperti Al-hidroksida, Al-silikat/kaolin dikombinasi dengan pektin. Zat ini akan mengembang dengan air dan mengikat cairan berlebihan dalam isi usus sehingga tinja menjadi lebih padat serta mampu mengabsorbsi dan mengikat kuman beserta racun dalam usus. Norit atau arang aktif juga sangat umum digunakan (dosis 2 - 3 kali sehari 3 - 4 tablet @ 250 mg). Kalau keracunan digunakan 10 tablet sekaligus dan diulang beberapa kali setiap 15 menit. Arang halus yang telah diaktifkan secara khusus ini di dalam usus dapat mengabsorbsi banyak zat dengan struktur tertentu, seperti zat racun yang berasal dari bakteri. Namun jangan diminum bersamaan

dengan prometazin, parasetamol, asetosal, pil antihamil, serta antibiotika, sebab obat tersebut dapat terikat oleh norit.

Diseduh atau diremas


Di luar obat-obatan yang lazim di pasaran, sebenarnya masyarakat Indonesia telah banyak mengenal ramuan yang alami dan aman dari efek sampingannya. Secara sederhana masyarakat pesisir Jawa sering menggunakan bawang merah. Bawang merah diparut lalu dicampur dengan sedikit minyak kelapa, kemudian ditempelkan pada perut sampai kering. Hal ini dilakukan 1 - 3 kali sehari. Yang sering disarankan lainnya adalah buah dan daun jambu batu (Psidium guajava). Tidak mengherankan karena daun jambu batu bersifat pengelat dengan kandungan minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin, dan vitamin. Sementara buah jambu biji (100 g) kaya akan nutrisi dengan kandungan kalori 49 kal, vitamin A 25 SI, vitamin B1 0,02 mg, vitamin C 87 mg, kalsium 14 mg, hidrat arang 12,2 g, fosfor 28 mg, besi 1,1 mg, protein 0,9 mg, lemak 0,3 g, air 86 g. Beberapa ramuan lain yang umum digunakan masyarakat Indonesia antara lain: Ramuan 1 Ambil 1 jari kunyit (Curcuma domestica) dan 10 g gambir (Uncaria gambir). Tambahkan sedikit kapur sirih kemudian ditumbuk halus. Setelah halus ditambah air masak dan diperas. Air perasannya ini kurang lebih secangkir diminum 2 kali sehari. Ramuan 2 Daun teh (Camellia sinensis) 1/2 gelas diseduh dengan air panas menjadi 1 gelas. Minum larutan ini 3 kali sehari. Ramuan 3 Daun kering kayu putih (Melaleuca leucadendron) 6 - 10 g direbus dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum. Ramuan 4

Akar pare (Momordica charantia) yang masih segar (30 g) dicuci bersih dan dipotong-potong kemudian direbus dengan 3 gelas air. Setelah tersisa 1 gelas dan dingin lalu disaring untuk diminum. Bisa pula ditambahkan sedikit gula pasir. Ramuan 5 Beberapa umbi ganyong (Canna edulis) diparut, kemudian dibubuhi air masak yang dingin 1 gelas lalu diperas atau disaring. Air saringan ini diminum 3 - 4 kali sehari Ramuan 6 Buat jus dari 3 buah jambu biji (Psidium guajava) yang telah dibuang bijinya ditambah 1 buah apel yang dikupas kulitnya. Tambahkan air 300 cc dan madu secukupnya. Diminum 2 - 3 kali sehari. Ramuan 7 Daun senggani kepel (Medinella hasseltii) 3 - 4 lembar direbus dengan air sampai mendidih. Setelah dingin diminum 1 - 2 kali sehari. Ramuan 8 Segenggam daun kemangi (Ocimum sanctum) diremas-remas, lalu diperas untuk diminum 1 - 2 kali sehari, masing-masing 1 sendok. Ramuan 9 Daun rasamala (Altingia excelsa) muda 4 - 5 lembar dimakan sebagai lalapan mentah saat makan dengan nasi 2 - 3 kali sehari. Ramuan 10 Segenggam daun asam (Tamarindus indica) dan daun mundu (Garcinia dulcis) muda diperas kemudian ditambahkan sedikit gula batu dan garam diminum 2 - 3 sendok 2 - 3 kali sehari. Terbukti 'kan, ada segudang ramuan tradisional sekadar untuk mengusir diare.

Anda mungkin juga menyukai