Anda di halaman 1dari 6

Surat Terbuka Kepada Para Ilmuwan Indonesia Internasional di Berbagai Belahan Bumi

Bahwa sesungguhnya kemajuan dan kemuliaan suatu bangsa tidak terlepas dari penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi. Kemajuan dan kemuliaan suatu bangsa merupakan kristalisasi keringat dan kerja keras dari bangsa tersebut dalam menguasai, memanfaatkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi dalam pembangunan bangsanya. Atas berkat rakhmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur untuk meningkatkan kontribusi terhadap percepatan penguasaan bangsa kepada ilmu pengetahuan, sains dan teknologi, serta untuk meningkatkan sinergi pemanfaatan dan pengamalannya dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia demi menuju bangsa yang maju dan mulia, telah dideklarasikan pendirian organisasi Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (yang disingkat sebagai I-4) di Den Haag, Minggu 5 Juli 2009. Dan dengan dilandasi semangat untuk mengembangkan dan memperkuat tekad pengabdian kepada bangsa dan negara Indonesia, kami mengajak saudara-saudara Ilmuwan Indonesia Internasional di seluruh belahan bumi, untuk bersatu dan merapatkan barisan, serta berkumpul di dalam Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional agar kita dapat meningkatkan peluang dan memperbesar kontribusi kita kepada bangsa dan negara Indonesia, demi membangun Indonesia yang Mulia, Mulia Bangsanya dan Mulia Rakyatnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa meridhoi dan memberi rakhmat kepada perjuangan kita bersama Tertanda Tim Formatur Pembentukan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional & Tim Sosialisasi dan Penggalangan Dukungan bagi I-4
1

ILatar Belakang dan Kronologis Terbentuknya I-4 (Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional)
Globalisasi adalah sebuah keniscayaan yang tak dapat dihindari. Oleh karena itu penyelesaian permasalahan bangsa terkadang tak bisa diselesaikan hanya dari dalam negara itu sendiri, melainkan juga harus dikombinasi dengan sudut pandangnya dari luar negeri. Melihat permasalahan dari luar dengan persepektif berbeda dapat memperkaya alternatif solusi yang mungkin bisa diberikan sehingga dapat memperluas inovasi kita dalam mencoba memecahkan permasalahan yang dihadapi. Di samping itu, banyaknya ilmuwan Indonesia serta pemuda pelajar Indonesia di luar negeri yang memiliki kesadaran serupa telah menggugah dan memacu semangat untuk menghimpun ilmuwan dan pemuda pelajar Indonesia di luar negeri untuk mengorganisasikan dirinya di dalam suatu wadah yang dapat meningkatkan sinergi dan kerjasama di dalamnya untuk meningkatkan peran dan kontribusinya di dalam pembangunan bangsa Indonesia. Hal ini didasari karena pada dasarnya, ilmuwan dan pemuda pelajar Indonesia di luar negeri juga harus menjadi salah satu komponen bangsa yang juga turut aktif mengharumkan nama bangsa dan memajukan kehidupan berbangsa seperti para pendahulu yang telah mengawali dan mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia. Bahkan, peran aktif ilmuwan dan pemuda pelajar Indonesia di luar negeri juga telah dilakukan sejak sebelum proklamasi kemerdekaan di tahun 1908 dengan didirikannya Indonesische Vereniging (Perhimpoenan Indonesia) di Negeri Belanda dan sejak diproklamirkannya kemerdekaan bangsa hingga saat ini. Semangat untuk turut mewarisi semangat perjuangan pembangunan bangsa yang telah dirintis dan dilakukan oleh para tokoh awal pendiri bangsa yang bergerak di luar negeri inilah yang kemudian mendorong banyak ilmuwan, pemuda pelajar dan pemikir muda Indonesia di luar negeri untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada pembangunan bangsa di tanah air. Namun, salah satu permasalahannya yang hingga kini masih dihadapi adalah terkadang kita mencoba memberikan sumbangan pemikiran ini secara terkelompok kecil-kecil, atau bahkan secara sendiri-sendiri. Kita tahu dan yakin bahwa di belahan dunia lainnya juga terdapat ilmuwan, pemuda pelajar dan pemikir muda Indonesia lain yang juga sedang berkontribusi bagi bangsanya. Tapi tidak adanya wadah yang mampu menghimpun semuanya, membuat kita belum bekerja
2

maksimal di dalam sebuah kerangka kerja bersama sehingga hasilnya tentu belum pernah juga bisa maksimal. Oleh karena itu, suatu organisasi yang mampu mewadahi kerjasama yang lebih luas dari para ilmuwan, pemuda pelajar dan pemikir Indonesia di luar negeri, dan mampu menjadi saluran komunikasi bagi mereka kepada elemen-elemen pembangunan bangsa di tanah air menjadi suatu kebutuhan bersama agar kita bisa bekerja sama secara serentak dan bersama-sama. Diawali oleh suatu pertemuan di Den Haag di tahun 2007 yang diikuti oleh wakil-wakil dari PPI Belanda, PPI Jerman, PPI Perancis, PPI Rusia, PPI UK, PPI Swiss, PPI Spanyol, PPI Italia, PPI Belgia, PPI Norway, dan PPI Finlandia, semangat untuk berkontribusi kepada bangsa Indonesia secara bersama-sama dicetuskan. Para pemuda pelajar, pemikir muda dan ilmuwan Indonesia di luar negeri saling bertukar pemikiran dengan beberapa tokoh Indonesia dari dalam negeri yang hadir di dalam pertemuan tersebut (seperti Muladi, Makarim Wibisono, Dedy Mizwar, Nurul Arifin) untuk memberikan sumbangan pemikiran tentang beragam permasalahan di Indonesia dan berakhir dengan dicetuskannya Jejaring PPI Eropa (JPE) yang bertujuan mengkoordinir pemikiran pemuda pelajar di Eropa. Di tahun yang sama, tahun 2007, pertemuan serupa digelar di Australia yang diikuti oleh wakil-wakil dari PPI Australia, PPI Belanda, PPI Italy, PPI India, PPI Mesir, PPI Malaysia, dan PPI Singapore. Pada waktu yang berbarengan dengan pertemuan APEC itu, para pemikir muda saat itu yang bertukar pikiran dengan Presiden dan Menegpora untuk mendiskusikan topik brain drain dan brain gain. Pertemuan ini kemudian mencetuskan lahirnya OISAA (Overseas Indonesian Students Association Alliance) yang memiliki semangat untuk menghubungkan seluruh Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) atau yang sejenisnya di seluruh belahan dunia dalam suatu wadah komunikasi yang bisa dimanfaatkan bersama. Pada tahun 2008, berdekatan dengan sumpah pemuda, PPI Belanda melalui peringatan 100 tahun lahirnya PPI Belanda, kembali mengundang para pemikir muda Indonesia untuk datang ke Den Haag. Pada waktu itu perwakilan pelajar dari Belanda, Jerman, Australia, Mesir, Rusia, Maroko, Arab Saudi, dan Perancis kembali datang dan membahas beragam permasalahan lain di Indonesia. Beberapa tokoh Indonesia yang datang memberikan sumbangan pemikirannya antara lain : Anwar Nasution, Emha Ainun Nadjib, H.S Dillon. Pada tahun 2009 ini, dengan semangat yang lebih kuat dari para pemuda pelajar, ilmuwan dan pemikir muda Indonesia di luar negeri telah berhasil mengorganisir suatu pertemuan Simposium Internasional yang didukung oleh 35 PPI dari seluruh dunia dan dihadiri oleh 25 perwakilan PPI dari seluruh dunia yang merepresentasikan 5 benua. Pertemuan yang dilakukan di tanggal
3

3 5 Juli 2009 ini digelar di Den Haag dengan dihadiri oleh 42 pembicara dalam dan luar negeri yang mempertemukan beberapa unsur dari pemerintahan, akademisi dan organisasi kepemudaan di dalam negeri dengan pemuda pelajar, ilmuwan dan pemikir muda Indonesia di luar negeri. Beberapa tokoh Indonesia yang hadir di dalam pertemua ini adalah: Prof. Sri Edi Swasono (Bappenas-Indonesia), Prof. Dr. Yohanes Surya (Indonesia), Prof. Dr. Fasli Jalal (DIKTI), Agusman Effendi (DEN), Anies Baswedan PhD (Paramadina), Dr. Nasir Tamara (NUS-Singapura), Dr. Khoirul Anwar (JIST-Jepang), Cut Maghfirah (UCLAUSA) dan Dr. Ing Suhendra (BAM-Berlin), Hadiyanto PhD (Wageningen-Belanda), Heru Susanto, PhD (Essen-German), Andreas Raharso, PhD (Hay Group-Singapore), dll. Pertemuan yang menegaskan kembali keinginan luar biasa dari para ilmuwan, pemuda pelajar dan para pemikir muda Indonesia di dalam dan di luar negeri tentang arti pentingnya sebuah jejaring internasional yang mampu menjadi wadah sekaligus sebagai suatu saluran komunikasi di antaranya. Kita ingin menghubungkan seluruh potensi terbaik bangsa di luar negeri sehingga bisa bergerak bersama-sama dan berkontribusi bersama untuk pembangunan bangsa di tanah air. Hal serupa juga sudah dilakukan di banyak negara di dunia ini. China dan India misalnya, adalah dua negara yang secara sadar mengetahui potensi ilmuwan dan pelajarnya di luar negeri untuk kemudian dipersatukan untuk dapat memberikan kontribusi kepada bangsanya di manapun mereka berada. Serupa dengan itu, bagi Indonesia yang telah menyebarkan putra putri terbaiknya di luar negeri, sudah saatnya putra putri terbaik bangsa ini kemudian bersatu padu dan berorganisasi secara serentak untuk meningkatkan kontribusi apa yang bisa dilakukan untuk kepentingan bangsanya yang sedang memerlukan bantuan. Untuk semangat itulah I-4 (Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional) dideklarasikan pada akhir dari Simposium Internasional di Den Haag tanggal 5 Juli 2009 yang lalu. Pembentukan I-4 dilakukan untuk mencoba memberikan sebuah ruang dimana para pemikir-pemikir terbaik kita di luar negeri dapat berkontribusi secara sinergis untuk memberikan pemikiran bagi bangsa. Namun, untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang kemudian akan dilanjutkan dengan suatu kerja nyata, maka juga dibutuhkan suatu saluran komunikasi yang mampu mentransfer dan menggalang kerjasama yang kuat dari mereka yang berada di luar negeri dengan saudara-saudara dan tokoh-tokoh kunci lainnya di dalam negeri. Berkontribusi dari luar negeri saja tidak cukup, dan peran ilmuwan dan pemikir Indonesia di dalam negeri tentu sangat diperlukan. Untuk itu, I-4 ini juga akan didorong untuk mampu menjadi saluran komunikasi di antaranya, agar mampu menghasilkan kolaborasi sinergi di antaranya.
4

Dengan demikian, salah satu kata kunci penting di sini adalah kolaborasi sinergis, yang berasal dari seluruh elemen bangsa baik yang berada di luar negeri maupun di dalam negeri, tanpa ada sekat-sekat ego di antaranya karena semangat merahputih di dalam dada di mana pun kita berada. Untuk menindak-lanjuti pembentukan I-4 tersebut, maka kami mengajak seluruh ilmuwan, pemuda pelajar dan pemikir Indonesia di luar negeri untuk bersatu padu merapatkan barisan agar dapat memikirkan langkah-langkah strategis dalam membangun kontribusi sinergi kepada pembangunan bangsa di tanah air dan mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Melalui tonggak pendeklarasian I-4 ini maka kita perlu meningkatkan semangat persatuan dan persaudaran sesama pemikir Indonesia di manapun kita berada, serta meningkatkan semangat dan antusiasme dalam mengibarkan bendera merah putih di seluruh dunia, dan Insya Allah atas nama bangsa sebuah tonggak baru sejarah pembangunan bangsa akan kita dirikan secara bersama-sama.

IPerkembangan Pembentukan I-4


Setelah dideklarasikan pembentukan I-4 di Gedung Mucheon, Den Haag, di akhir Simposium Internasional PPI Dunia tanggal 5 Juli 2009 yang lalu, para ilmuwan, pemuda pelajar dan pemikir Indonesia yang berkumpul pada simposium tersebut sepakat untuk membentuk Tim Formatur Pembentukan I-4 sebagai tim yang ditugaskan untuk mewujudkan pembentukan organisasi ini agar dapat menjalankan peran dan fungsinya. Tim Formatur tersebut terdiri dari 13 orang yang merupakan representasi dari tiga buah elemen penting, yaitu elemen ilmuwan, pemuda pelajar di luar negeri serta pemuda Indonesia di dalam negeri. Ketiga belas anggota Tim Formatur tersebut adalah sebagai berikut: Prof. Yohanes Surya (Indonesia), Dr. Nasir Tamara (NUSSingapura), Dr. Khoirul Anwar (JIST-Jepang), Agusman Effendi (DEN), Anies Baswedan PhD (Paramadina), Dr Arif Satria (IPB bogor), Arip Mustohpa SE, MM (Ketua umum PBHMI), Ahmad Doli Kurnia (Ketua Umum KNPI), Achmad Adhitya (PPI Belandawakil PPI Eropa), Irfan Syauqi Beik (PPI Malaysia-wakil PPI Asia), Ahmad Khoirul Umam (PPI Australia-wakil PPI Australia), Heri Nuryahdin (PPI Mesir wakil PPI Timur Tengah), Fariduddin Attar Rifai (PPI Montreal wakil PPI Kanada). Dalam pidato sambutannya di dalam SI-PPI 2009 yang lalu, Dirjend Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI, Prof. Dr. Fasli Djalal, sangat menyambut baik pembentukan organisasi ilmuwan Indonesia di luar negeri ini. Selanjutnya, Prof
5

Fasli Djalal bersedia memfasilitasi diadakannya sebuah workshop penyusunan agenda kerja I-4, yang direncanakan akan diadakan pada tanggal 24 Oktober 2009 di Jakarta. Dalam workshop ini, diharapkan akan dilakukan sebuah forum yang mempertemukan sekurang-kurangnya 10 ilmuwan Indonesia di luar negeri dengan sekitar 20-25 orang ilmuwan dari dalam negeri dan wakil-wakil dari beberapa institusi penting pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia seperti Ditjend Dikti, Kementerian Ristek, dan LIPI, guna membahas agenda kerja dari I-4 hingga beberapa tahun ke depan. Diharapkan juga, pertemuan ini akan melakukan penyepakatan AD/ART I-4 beserta kepengurusannya di periode pertama. Berkaitan dengan bentuk dan prinsip keorganisasian, diharapkan bahwa I-4 akan berkembang menjadi suatu organisasi masyarakat yang tidak berpolitik dan tidak partisan, walaupun memiliki suatu tujuan akhir meningkatkan kualitas pembangunan di Indonesia melalui peningkatan peran ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam pembangunan. Untuk itu, ide dasar I-4 ini adalah mengumpulkan pemikiran dari seluruh ilmuwan Indonesia di dalam dan di luar negeri dan mereduksi sekat-sekat yang ada di dalamnya, untuk meningkatkan penciptaan peluang kontribusi sinergis dari para ilmuwan Indonesia di dalam pembangunan bangsa. Selain itu, Kerjasama PPI se-Dunia juga membentuk dua buah tim yang ditugaskan untuk membantu kerja dari Tim Formatur, yaitu Tim A - Tim Pernyusunan Draft AD/ART dan Tim B - Tim Sosialisasi dan Penggalangan Dukungan bagi I-4. Kedua tim ini bekerja membantu Tim Formatur di bawah koordinasi langsung dari beberapa anggota Tim Formatur yang juga duduk di dalam salah satu dari kedua tim tersebut. Tugas dari Tim A adalah melakukan perumusan draft awal AD/ART I-4 sebagai bahan bagi Tim Formatur di dalam pertemuan bulan oktober nanti. Sedangkan tugas dari Tim B adalah untuk menjaring kesediaan sekitar 10 ilmuwan Indonesia di kancah internasional untuk datang ke pertemuan bulan oktober di Indonesia, serta menjaring dukungan dari para ilmuwan, pemuda pelajar dan pemikir Indonesia di luar negeri terhadap I-4 dalam suatu Surat Pernyataan Dukungan yang kemudian akan dikembangkan menjadi suatu Database Ilmuwan Indonesia di Luar Negeri. Diharapkan, database Ilmuwan Indonesia di Luar Negeri dan pertemuan Oktober 2009 nanti akan menjadi modal dasar bagi berkembangnya kontribusi sinergis dari para Ilmuwan Indonesia di luar negeri demi pembangunan bangsa Indonesia di tanah air maupun di manca negara.

Anda mungkin juga menyukai