Anda di halaman 1dari 25

BAB I REKAM MEDIS 1.1 Identifikasi Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Agama Pendidikan Pekerjaan MRS 1.

2 Anamnesis Anamnesis Umum Riwayat Obstetri: G1P0A0 Riwayat Kehamilan Sekarang: Menarche Haid Siklus Lamanya Banyaknya HPHT Taksiran partus Lama hamil Nafsu makan Miksi Defekasi Gerakan anak dirasakan Periksa hamil : 14 tahun : teratur : 28 hari : 6 hari : Biasa : 16 Agustus 2009 : 23 Mei 2010 : 38-39 minggu : baik : normal : normal : sejak 5 bulan yang lalu : bidan : Ny. J : 20 tahun : Perempuan : Tebing Abang, Banyuasin : Islam : SMA : Ibu rumah tangga : 13 Mei 2010

Riwayat persalinan : Dikirim oleh His mulai sejak tanggal Darah lendir sejak tanggal : dokter RSUD Banyuasin : 12 Mei 2010 jam 19.00 : 12 Mei 2010 jam 23.00

Rasa mengedan sejak tanggal: Ketubah pecah sejak tanggal : 12 Mei 2010 pukul 13.00 Riwayat perkawinan Riwayat sosial ekonomi Riwayat gizi Anamnesis Khusus Keluhan utama: Mau melahirkan anak tak lahir-lahir dan darah tinggi. Riwayat Perjalanan Penyakit: 24 jam SMRS os mengeluh keluar air-air jernih, bau (-), banyaknya dua kali ganti kain basah, os lalu ke dukun. Os disuruh mengedan, perut didorong-dorong oleh dukun. Karena tidak lahir-lahir, 3 jam SMRS os dibawa ke RS Banyuasin, diinfus lalu langsung dirujuk ke RSMH. Riwayat mual muntah (-), riwayat sakit kepala hebat (-), riwayat nyeri ulu hati (-), riwayat pandangan mata kabur (-), riwayat darah tinggi sebelumnya (-), riwayat darah tingi dalam keluarga (-), riwayat darah tinggi pada hamil ini (+). Os mengaku hamil cukup bulan dan gerakan janin masih dirasakan. Riwayat Penyakit yang pernah diderita Riwayat Operasi Riwayat Obstetri :::: 1 kali lamanya 1 tahun : sedang : cukup

Pemeriksaan Fisik Status Present : - Keadaan umum - Kesadaran - BB/TB - TD - Nadi - RR - Suhu - Konjungtiva - Sklera - Cor - Pulmo - Payudara - Hepar/lien - Edema pretibial - Varises - Refleks
fisiologis patologis

: tampak sakit sedang : compos mentis : 56 kg/141 cm : 170/120 mmHg : 110 x/m : 24 x/m : 38,0C : anemis -/: ikterik -/: murmur (-), gallop (-) : bising nafas vesikuler (+) N, ronkhi (-), wheezing (-) : hiperpigmentasi +/+ : sulit dinilai : +/+ : -/: +/+ : -/: kurang : +/+ :+ :+ :+

- Turgor kulit - Mata cekung - Bibir kering - Meteorismus - Vulva edema

Status Obstetri: Pemeriksaan Luar (13 Mei 2010 pukul 19.00 WIB) Abdomen cembung, tegang, tinggi fundus uteri 3 jbpx (34 cm), memanjang, puka, terbawah kepala, penurunan 4/5, His 3x/10/30, kualitas sedang, TBJ: 3300 gram, DJJ 196, 198, 194x/menit, edema vulva (+) Pemeriksaan Dalam Portio Posisi Pendataran Pembukaan Ketuban Penurunan Terbawah Penunjuk Caput Vaginal toucher: Portio edema, medial, pendataran 100%, pembukaan 6 cm, ketuban (-) 24 jam, hijau, bau (-), terbawah kepala, caput 5x5 cm, penurunan HI-II, penunjuk sulit dinilai. Pemeriksaan Panggul Promontorium tidak teraba, KD >13 cm, KV >11,5 cm, linea innominata teraba 1/3-1/3, sakrum konkaf, spina iskiadika tidak meonjol, arkus pubis >900, dinding samping lurus, kesan panggul luas. : edema : medial : 100% : 6 cm : (-) : Hodge I-II : Kepala : sulit dinilai : 5x5 cm

Pemeriksaan Laboratorium 13 Mei 2010 - Hb - Ht - Leukosit 13 Mei 2010 BSS Kolesterol Total HDL LDL Tryglicerida Asam Urat Ureum Creatinin Protein Total Albumin 13 Mei 2010 Urinalisa: Sedimen: Sel epitel Leukosit Eritrosit Silinder Kristal Oval fat bodies :+ : 8-10 :+ :::Protein Glukose Keton Darah/Hb Bilirubin Nitrit :+ ::+ :+ ::: 143 : 264 : 59 : 134 : 355 : 5,0 : 18 : 1,8 : 6,5 : 3,3 Globulin Bilirubin Total: 0,62 Bilirubin Direk Bilirubin Indirek SGOT SGPT LDH Na K : 0,24 : 0,38 : 14 : 51 : 445 : 140 : 4,3 : 3,2 : 11,0 g% : 34 vol% : 41.600 /mm3 Trombosit Hitung jenis : 426.000 /mm3 : 0/1/0/90/4/5

Diagnosis: G1P0A0 hamil aterm dengan PEB in partu kala I fase aktif dengan partus kasep janin tunggal hidup presentasi kepala + gawat janin. Prognosis: Ibu : Dubia Janin : Dubia Tindakan 1 2
3

Stabilisasi 1 jam Observasi TVI, His, DJJ Perbaikan KU: IVFD D5% (kocor 1 kolf), dilanjutkan dengan IVFD RL 500 cc gtt xx/menit Resusitasi intrauterine: O2 5 l/menit, lateroposisi Kateter urin menetap catat I/O Nifedipin 3 x 10 mg tablet Injeksi MgSO4 4% 8 g boka boki IM dilanjutkan injeksi MgSO4 4% 4 g boka/boki tiap 6 jam Cek DR, UR, Crossmatch Konsul PDL, mata Rencana terminasi perabdominam Persiapan operasi (izin, alat, obat, dan darah) Evaluasi

4 5

6
7

8 9 10 11 12

LAPORAN OPERASI Tanggal 13 Mei 2010 Pukul 20.30 WIB. Operasi dimulai. Penderita dalam posisi telentang. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya. Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril. Dilakukan narkose umum. Dilakukan insisi mediana sepanjang 10 cm mulai satu jari atas simpisis sampai dua jari bawah pusat, kemudian insisi diperdalam secara tajam dan tumpul sampai menembus peritoneum. Setelah peritoneum dibuka, tampak uterus sebesar kehamilan aterm, diputuskan untuk melakukan SSTP sbb: Membuka dan memotong plika vesikouterina, kemudian vesica urinaria disisihkan ke bawah dan dilindungi dengan hak besar. Insisi pada SBR konkaf ke atas sepanjang 9 cm secara tajam kemudian bagian tengah ditembus secara tumpul dengan jari sampai menembus kavum uteri dan dilebarkan ke lateral, didapatkan ketuban hijau, kental, bau (-). Janin dilahirkan dengan cara meluksir kepala. Pukul 20.35 WIB. Lahir bayi perempuan dengan BB 2800 gr, PB 48 cm, AS 2/3/5 FT AGA. Ke dalam cairan infus dimasukkan piton-S 20 IU. Plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan pada tali pusat. Pukul 20.40 WIB. Plasenta lahir lengkap dengan BP 450 g, PTP : 50 cm, ukuran 17 x 18 cm. Dilakukan pembersihan kavum uteri dengan kassa, dilanjutkan penjahitan kedua sudut luka secara Figure of 8 kemudian dilanjutkan penjahitan uterus sebagai berikut:

Dilakukan penjahitan SBR dan plika dengan satu lapis secara jelujur feston dengan benang Vicryl no. 1. Perdarahan dirawat sebagaimana mestinya. Setelah diyakini tak ada perdarahan dilanjutkan dengan pencucian kavum abdomen

Dilanjutkan dilakukan penutupan dinding abdomen lapis demi lapis dengan cara sebagai berikut:

Peritoneum dijahit dengan jelujur dengan plain catgut no. 2. 0 Lapisan otot dijahit jelujur dengan plain catgut no. 2. 0 Fascia dijahit jelujur feston dengan Vicryl no.1.0 Subkutis dijahit secara terputus dengan plain catgut no. 2. 0 Kutis dijahit secara terputus dengan zeide no. 3. 0

Luka operasi ditutup dengan sufratulle dan opsite. Pukul 21.20 WIB. Operasi selesai Cairan masuk : Rl NaCl Darah Total : 1500 cc : : cc cc Cairan keluar : Darah : 400 cc Urine : 500 cc Total : 900 cc

: 1500 cc : G1P0A0 hamil aterm dengan PEB inpartu kala I fase aktif

Diagnosis prabedah

dengan partus kasep janin tunggal hidup presentasi kepala + gawat janin Diagnosis pasca bedah : PEB + partus kasep + gawat janin Tindakan : Seksio sesaria transperitonealis profunda

FOLLOW UP 13-05-2010 pukul 23.30 keluhan status present : KU TD : sedang, sens CM : 140/90 mmHg : habis operasi

RR T

: 20x/menit : 36.7C

Status Obstetrik: PL: abdomen cembung, lemas, tinggi fundus uteri 2 jbpst, kontraksi baik, perdarahan (+), vulva tenang, luka operasi ditutup Opsite. Kesan : P1A0 Post SSTP a.i. PEB + partus kasep + gawat janin. Rencana: 1
2 3

Evaluasi tanda-tanda vital ibu IVFD RL gtt XX/menit kateter menetap catat intake dan output cek lab DR, KD, UR Rencana transfusi bila Hb <10g% Immobilisasi 24 jam diet TKTP Medikamentosa: - inj. cefotaxim 1 gr 2X1 i.v - inj. tramadol 3X1 amp i.v - infus metronidazole 3X500 mg drip - inj. transamin 3X1 amp i.v - inj. alinamin 3X1 amp i.v - inj. vitamin C 3X1 amp i.v - inj. vitamin B kompleks 2X2 amp i.v

4 5 6 7 8

14-05-2010 (07.00) keluhan Status present: KU : sedang, sens CM : (-)

TD RR N T

: 130/90 mmHg : 20 x/menit : 86 x/menit : 36,70 C

Status Obsterik: PL: abdomen cembung, lemas, tinggi fundus uteri 2 jbpst, kontraksi baik, perdarahan (+), vulva tenang, luka operasi ditutup Opsite. Kesan : P1A0 Post SSTP a.i. PEB + partus kasep + gawat janin. Rencana : 1. Evaluasi tanda-tanda vital ibu
2. IVFD RL gtt XX/menit

3. kateter menetap catat intake dan output 4. Rencana transfusi sampai Hb >10g% 5. Immobilisasi 24 jam 6. diet TKTP 7. Medikamentosa: inj. cefotaxim 1 gr 2X1 i.v inj. tramadol 3X1 amp i.v infus metronidazole 3X500 mg drip inj. transamin 3X1 amp i.v inj. alinamin 3X1 amp i.v inj. vitamin C 3X1 amp i.v inj. vitamin B kompleks 2X2 amp i.v

8. Lapor chief

10

15-05-2010 (06.50) keluhan Status present: KU TD RR N T : sedang, sens CM : 120/70 mmHg : 20 x/menit : 86 x/menit : 36,60 C : (-)

Status Obsterik: PL: abdomen cembung, lemas, tinggi fundus uteri 2 jbpst, kontraksi baik, perdarahan (+), vulva tenang, luka operasi ditutup Opsite. Kesan : P1A0 Post SSTP a.i. PEB + partus kasep + gawat janin. Rencana : 1. Evaluasi tanda-tanda vital ibu
2. kateter menetap catat intake dan output 5 hari

3. Mobilisasi 4. Diet biasa 5. Medikamentosa:


-

Cefadroxyl 500 mg 3x1 tab Infus metronidazole 3X500 mg drip Asam mefenamat 500 mg 3x1 tab Vitamin B kompleks 2X1 amp i.v

6. Lapor chief

11

BAB II PERMASALAHAN Apakah yang menyebabkan partus kasep pada pasien ini ? Mengapa dilakukan terminasi persalinan perabdominam pada kasus ini ? Apakah komplikasi yang terjadi pada pasien ini ? Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat ?

12

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Definisi Partus Kasep Partus kasep merupakan satu fase akhir dari suatu persalinan yang telah berlangsung lama dan tidak mengalami kemajuan sehingga timbul komplikasi pada ibu, janin atau keduanya. Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung dari awal pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten (pada primipara 20 jam, multipara 14 jam) dan fase aktif (pada primipara 1,2 cm per jam dan 1,5 cm perjam pada multipara) atau kala pengeluaran (primipara 2 jam dan multipara 1 jam), maka kemungkinan dapat terjadi partus kasep. 3.2. Etiologi Penyebab partus kasep multikompleks, yang berhubungan dengan pengawasan pada waktu hamil dan penatalaksanaan pertolongan persalinan. Penyebab kemacetan dapat terjadi karena: a. Faktor Kekuatan Ibu Kelainan His His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak dapat diatasi dapat megakibatkan kemacetan persalinan. His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekutan pada fundus uteri, kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh. Baik atau tidaknya his dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat dari his itu sendiri (frekuensinya, lamanya, kuatnya dan relaksasinya) serta besarnya caput succedaneum. Adapun jenis-jenis kelainan his sebagai berikut:

13

Inersia uteri His bersifat biasa, yaitu fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada bagian lain. janin. Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontaksi Jika setelah berlangsung terlalu lama dapat meningkatkan morbiditas ibu dan mortalitas Keadaan ini dinamakan dengan inersia uteri primer. belangsungnya his yang kuat untuk waktu yang lama dinamakan inersia uteri sekunder. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung lama (hingga menimbulkan kelelahan otot uterus) maka inersia uterus sekunder jarang ditemukan.

His yang terlalu kuat His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam disebut partus presipitatus. Sifat his normal, tonus otot diluar his juga normal, kelainannya hanya terletak pada kekuatan his. Bahaya dari partus presipitatus bagi ibu adalah perlukaan pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan perineum. Sedangkan bagi bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut menglami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.

Kekuatan uterus yang tdak terkoordinasi Disini kontraksi terus tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah, tidak adanya dominasi fundal, tidak adanya sinkronisasi antara kontraksi daripada bagian-bagiannya. Dengan kekuatan seperti ini, maka tonus otot terus meningkat sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang terus menerus dan hipoksia janin. Macamnya adalah hipertonik lower segment, colicky uterus, lingkaran kontriksi dan distosia servikalis.

14

Kelainan Mengejan Pada umumnya persalinan kala II kemajuannya sangat dibantu oleh hejan perut, yang biasanya dikerjakan bersama-sama pada waktu his. mengejan disebabkan oleh: 1
2

Kelainan

Otot dinding perut lemah Distasis recti, abdomen pendulans dan jarak antara kedua m. recti lebar Refleks mengejan hilang oleh karena pemberian narkose atau anestesi Kelelahan (otot dinding perut menjadi lemah)

3 4

b. Faktor Janin Dapat disebabkan oleh janin yang besar, adanya malposisi dan malpresentasi, kelainan letak bagian janin, distosia bahu, malformasi dan kehamilan ganda. Letak : Defleksi Presentasi Puncak Kepala Presentasi Muka Presentasi Dahi Kadang kadang ubun ubun kecil tidak berputar ke depan, tetapi tetap berada di belakang Letak belakang kepala ubun ubun kecil melintang karena kelemahan his dan kepala janin bundar. Letak tulang ubun ubun 1. Positio occiput pubica (anterior) Oksiput berada dekat simfisis 2. Positio occiput sacralis (posterior) Oksiput berada dekat sakrum. Letak sungsang Letak Lintang

Posisi Oksiput Posterior Persisten

15

c. Faktor Jalan Lahir Jalan lahir dibagi atas bagian tulang yang terdiri atas tulang-tulang panggul dengan sendi-sendinya dan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen. Dengan demikian distosia akibat jalan lahir dapat dibagi atas: 1. Distosia karena kelainan panggul Kelainan panggul dapat disebabkan oleh; gangguan pertumbuhan, penyakit tulang dan sendi (rachitis, neoplasma, fraktur, dll), penyakit kolumna vertebralis (kyphosis, scoliosis,dll), kelainan ekstremitas inferior (coxitis, fraktur, dll). Kelainan panggul dapat menyebabkan kesempitan panggul. Kesempitan panggul dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu; kesempitan pintu atas panggul, pintu tengah panggul dan pintu bawah panggul. Pintu atas panggul dikatakan sempit bila konjugata vera < 10 cm, atau diameter transversa < 12 cm. Kesempitan pintu atas panggul dapat menyebabkan persalinan yang lama karena adanya gangguan pembukaan yang diakibatkan oleh ketuban pecah sebelum waktunya yang disebabkan bagian terbawah kurang menutupi pintu atas panggul sehingga ketuban sangat menonjol dalam vagina dan setelah ketuban pecah kepala tetap tidak dapat menekan cerviks karena tertahan pada pintu atas panggul. Selain itu persalinan yang lama juga disebabkan karena adanya moulage kepala yang hebat sehingga dapat melewati pintu atas panggul ,dan ini memerlukan waktu yang lama. Bidang tengah panggul dikatakan sempit bila jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm (N = 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm), diameter antar spina 9 cm. Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (transverse arrest). Pintu bawah panggul dikatakan sempit bila jarak antara tuber ossis ischii 8 cm dan diameter transversa + diameter sagitalis posterior < 15 cm (N =11 cm+7,5 cm = 18,5 cm), hal ini dapat menyebabkan kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa.

16

2. Distosia karena kelainan jalan lahir lunak Persalinan kadang-kadang terganggu oleh karena kelainan jalan lahir lunak (kelainan tractus genitalis). Kelainan tersebut terdapat di vulva, vagina, cerviks uteri, dan uterus. Kelainan pada vulva yang dapat menyebabkan distosia antara lain; edema yang biasanya diakibatkan oleh persalinan yang lama dengan penderita yang dibiarkan meneran terus menerus, stenosis pada vulva yang terjadi sebagai akibat perlukaan dan radang yang menyebabkan ulkus sehingga menimbulkan parut, dan tumor. Sedangkan kelainan vagina yang menyebabkan distosia antara lain; stenosis vulva, septum vagina dan tumor vagina. Distosia servikalis dan uteri dapat disebabkan oleh dysfunctional uterine action atau dapat juga disebabkan oleh jaringan parut pada serviks uteri dan dengan adanya tumor. Mioma pada serviks atau segmen bawah uterus dapat menghalangi persalinan. Mioma yang terletak di dalam jalan lahir atau berlanjut ke jalan lahir pada awal kehamilan, dapat terdorong ke atas ketika uterus membesar sehingga obstruksi terhadap persalinan pervaginam tidak terdapat lagi. Mioma uteri selama masa kehamilan ukurannya akan semakin bertambah yang terjadi akibat stimulasi hormon estrogen. mioma uteri terletak pda segmen bawah rahim. Kemungkinan dilakukannya seksio sesaria akan bertambah besar, khususnya bila suatu Demikian pula, risiko malposisi serta persalinan prematur akan meningkat bila terdapat mioma lebih dari satu dan risiko retensio plasenta bertambah besar bila terdapat tumor pada segmen bawah rahim. d. Faktor penolong Diakibatkan pertolongan yang salah dalam manajemen persalinan yaitu ; 1. 1
1

Salah pimpin

Manipulasi (Kristeler) Pemberian uterotonika yang kurang pada tempatnya

17

e. Faktor psikologis Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus emosional yang luar biasa bagi seorang wanita. Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari aspek fisik satu sama lain. Bagi wanita kebanyakan proses persalinan membuat mereka takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan inilah yang dapat menghambat suatu proses persalinan. Dengan persiapan antenatal yang baik, diharapkan wanita dapat melahirkan dengan mudah, tanpa rasa nyeri dan dapat menikmati proses kelahiran bayinya. 3.3. Diagnosis Gejala Klinik Pada Ibu : a. Akibat kurang tidur/makan/minum 1. Kelelahan/ibu sangat capek 1 1 1 1 Nampak takut dan gelisah Dehidrasi : Kulit dingin, turgor brkurang, mata cekung, takikardi Asidosis : respirasi menjadi cepat, meteorismus Urine sedikit dan kental atau hematuria

b. Akibat persalinan yang berlangsung lama 1. Infeksi : Temperatur lebih dari 38C, dapat menyebabkan septic syok 2. Komplikasi obstetrik : air ketuban kental, keruh dan berbau tympani uteri (gas dalam uterus)
his hilang/ lemah/ terus-menerus

edema vulva/ vagina/ portio retensio urinaria terdapat tanda-tanda ruptura uteri iminen

18

Pada Janin a. Gawat janin : 1. DJJ : Lebih dari 160x/ menit, kurang dari 100x/ menit, tidak teratur
2 Air ketuban : terdapat mekonium pada presentasi kepala atau presentasi

bokong masih tinggi, berbau, kental kehijauan b. Kaput succedaneum yang besar c. Moulage berat d. Janin mati 3.4. Penatalaksanaan a. Memperbaiki keadaan umum ibu 1 2 3 4 Puasa karena mungkin akan dilakukan tindakan dalam narkose Pasang kateter menetap Pemberian oksigen Pemberian cairan, kalori dan elektrolit: yaitu glukosa 5% atau 10% atau garam fisiologis sebanyak 1 liter dalam waktu yang singkat kemudian dilanjutkan dengan tetesan yang biasa 5 Untuk koreksi asidosis diberikan Bicarbonas Natricus 7% sebanyak 50 ml

b. Pemberian sedativa Maksudnya adalah untuk memberikan ketenangan, mengurangi kelelahan, dan mengurangi rasa nyeri. Preparat yang diberikan adalah pethidine 50 mg iv. c. Koreksi terhadap infeksi: 1 2 3 Antibiotik ; Ampicillin 3 x 1 gram iv ATS 1500 iu Kortikosteroid 1-3 mg/kg BB untuk syok septik dan anti stress

19

Menyelesaikan Persalinan Setelah keadaan umum ibu diperbaiki barulah dipikirkan untuk menyelesaikan persalinan sesuai dengan falsafah obstetri PRIMUM NON NOCERE (first of all do no harm), yaitu apabila tidak ada indikasi yang memaksa untuk melakukan tindakan obstetri, maka sebaiknya tindakan tersebut ditunda. Sedapat mungkin penyelesaian persalinan dilakukan pervaginam oleh karena tindakan perabdominam akan menyebarkan infeksi di dalam rongga perut. Akan tetapi apabila tindakan pervaginam tidak mungkin dilakukan maka sebaiknya dilakukan seksio sesaria ekstraperitoneal atau seksio sesaria histerektomi, dan apabila kedua hal tersebut tidak mungkin maka sebaiknya dilakukan seksio sesaria transperitonealis produnda. 3.5. Komplikasi Terhadap Ibu 1 2 3 4 5 Infeksi sampai sepsis Asidosis sampai gangguan elektrolit Dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ Robekan jalan lahir Fistula buli-buli, vagina, rahim, rektum

Terhadap Anak 1 2
3

Gawat janin sampai meninggal Lahir dengan asfiksia berat sehingga dapat menimbulkan cacat otak menetap Trauma persalinan: patah tulang dada, lengan, kaki, kepala karena pertolongan

20

BAB IV ANALISIS KASUS Partus kasep adalah suatu keadaan dari fase akhir persalinan yang tidak mengalami kemajuan (kemacetan) dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi ibu maupun janin atau keduanya. Diagnosis partus kasep pada kasus ini sudah tepat karena persalinan sudah berlangsung lama dan tidak mengalami kemajuan (macet). Berdasarkan anamnesis dapat diketahui bahwa penderita sudah dipimpin mengedan oleh dukun, tetapi anak tidak lahir-lahir. Parturient kemudian ke RS Bayuasin dan langsung dirujuk ke RSMH. Berdasarkan teori, seharusnya pimpinan persalinan dilakukan pada kala II yaitu pembukaan sudah lengkap (10 cm) dan tidak boleh lebih dari 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pemeriksaan fisik juga mendukung diagnosis kasus ini. Pada ibu didapatkan tanda-tanda komplikasi akibat persalinan yang tidak mengalami kemajuan yaitu kelelahan, dehidrasi dan infeksi. Tanda-tanda dehidrasi juga ditemukan pada ibu yaitu nadi yang cepat, mata yang cekung dan turgor yang kurang. Tanda-tanda infeksi yaitu suhu tubuh ibu adalah 38,0 oC, dari pemeriksaan dalam didapatkan ketuban sudah pecah, kehijauan dan tidak berbau. DJJ 194-198x /menit menandakan adanya gawat janin, dan ditemukan caput berukuran 5x5 cm. Penyebab partus kasep multikompleks yang berhubungan dengan pengawasan pada waktu hamil dan penatalaksanaan pertolongan persalinan. Ada beberapa faktor penyebab partus kasep yaitu faktor ibu (ibu tak cakap mengejan), faktor kekuatan (his), faktor janin (janin besar, malpresentasi atau malposisi), faktor panggul dan pertolongan yang salah (salah pimpin, manipulasi kristeler dan pemberian uterotonik tidak pada tempatnya. Pada kasus ini, kemungkinan besar disebabkan karena pertolongan yang salah yaitu salah pimpin karena pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 8 cm dan penurunan kepala pada hodge II. Selain itu dapat juga disebabkan faktor ibu yang tak cakap dalam mengejan juga faktor psikologis yang mengganggu proses persalinan dikarenakan melahirkan anak pertama. Faktor

21

janin pada kasus ini bisa juga menyebabkan terjadinya partus kasep yaitu malposisi dimana penunjuknya adalah UUK belakang. Ubun ubun kecil tidak berputar ke depan, tetapi tetap berada di belakang. Hal ini bisa disebabkan karena kelemahan his dan kepala janin bundar. Penatalaksanaan pada kasus ini adalah perbaikan keadaan umum, resusitasi intra uterin, pemberian antibiotik dan rencana terminasi persalinan perabdominam. Terminasi persalinan pada partus kasep sedapat mungkin baiknya dilakukan pervaginam dengan forceps. Persalinan perabdominam berisiko tinggi menyebarkan infeksi. Tetapi persalian perabdominam diambil dengan melihat kondisi umum ibu dan janin dimana ditemukan tanda-tanda komplikasi akibat persalinan lama yang tidak mengalami kemajuan. Pada ibu telah ditemukan kelelahan, dehidrasi dan infeksi. Dehidrasi ditandai dengan nadi yang cepat, mata yang cekung dan turgor yang kuranh. Infeksi ditandai dengan suhu tubuh ibu yang tinggi yaitu 38,0 oC. DJJ 194-198 x/menit menandakan adanya gawat janin. Namun dari pemeriksaan dalam sudah didapatkan ketuban pecah, kehijauan dan tidak berbau dan ditemukan caput berukuran 5x5 cm. Selain itu ditemukan kepala janin pada bagian terbawah dengan penunjuk sulit dinilai pada hodge I-II. Hal ini menjadikan pilihan terminasi perabdominam. Untuk memperbaiki keadaan umum, dilakukan rehidrasi yaitu pemberian cairan dalam waktu 1-2 jam dengan pemasangan infus D5% (kocor 1 liter) dan lanjutkan RL gtt XX/menit. IFVD D5% diberikan untuk mengatasi hipoglikemi akibat kekurangan kalori karena lama mengedan serta mengatasi dehidrasi. Pemasangan kateter menetap dimaksudkan untuk mengetahui (kontrol) keseimbangan cairan. Kemudian observasi tanda vital ibu. Tujuan pemberian antibiotik pada kasus ini adalah untuk mencegah infeksi lebih lanjut (profilaksis). Antibiotik yang diberikan adalah cefotaxime 2x1g, dan metronidazol 2x1g secara intravena. Tujuan pemberian injeksi dexametason 2 ampul adalah untuk memperbaiki hemodinamik dengan cara memperbaiki endotel pembuluh darah dan sebagai antiradang dengan mengurai produk-produk inflammasi sehingga kemungkinan terjadinya syok septik dapat dicegah. Selanjutnya dilakukan persiapan

22

operasi seperti izin, obat dan alat. Pemakaian kateter selama 7-14 hari postpartum dan diganti setiap 5 hari bertujuan untuk mengistirahatkan vesica urinaria dan mencegah terjadinya fistula.

23

BAB V KESIMPULAN Diagnosis kasus ini sudah tepat karena dari anamnesis dan pemeriksaan fisik diketahui bahwa persalinan berlangsung lama dan tidak mengalami kemajuan (macet) serta didapatkan tanda-tanda komplikasi pada ibu dan janin yang mendukung ditegakkannya diagnosis partus kasep. Kemungkinan penyebab kasus ini adalah kesalahan pada penolong awal karena memimpin persalinan sebelum waktunya. Terminasi kehamilan pada kasus ini dilakukan perabdominan karena telah terdapat komplikasi pada ibu dan janin. Penatalaksanaan pada kasus ini adalah perbaikan keadaan umum, resusitasi intra uterin, pemberian antibiotik dan terminasi perabdominam.

24

DAFTAR PUSTAKA

1. 2. 3. 4. 5.

Wiknjosastro H. Partus abnormal. Dalam: Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 1999. Mansjoer A dkk. Partus kasep. Dalam: Mansjoer A dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta; 2001. Moechtar R. Sinopsis Obstetri. EGC : Jakarta; 1998 S. Adhikari.J Obstet Gynecol India Vol. 55 No. 1 : January/February 2005. page 48-51. Anonymous. Best management for obstructed Labour. http://www.scienceblog.com/community

25

Anda mungkin juga menyukai