Anda di halaman 1dari 13

powered by Blog ini Di-link Dari Sini Web Blog ini

Di-link Dari Sini

Web

Senin, 05 Juli 2010 PROPOSAL TAK HALUSINASI I. Topik : TAK Orientasi Realita Terapis : Sasaran : Bangsal : II. Tujuan Tujuan umum : Klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu sesuai kenyataan. Tujuan khusus : Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada Klien mengenal waktu dengan tepat Klien mampu mengenal orang disekitarnya dengan tepat Klien dapat mengenal tanggal dengan tepat Klien dapat mengenal hari dengan tepat Klien dapat mengenal tahun dengan tepat III. Penbagian Tugas 1. Leader : 2. Co leader : 3. Observer :

4. Fasilitator : 5. Anggota : IV. Landasan Teori TAK orientasi realita merupakan terapi yang bertujuan mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, tempat, dan waktu. Klien dengan gangguan jiwa sikotik, mengalami penurunan daya nilai realitas. Klien tidak lagi mengenali waktu, tmpat, dan orang-orang disekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi keadaan ini, maka perlu ada aktifitas yang memberi stimulus secara konsisten kepada klien tentang realitas lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, waktu, dan tempat. V. Kriteria Anggota Kelompok Yaitu anggoya kelompok dengan gangguan interaksi sosial : menarik diri VI. Proses Seleksi a. Observasi sehari-hari di ruangan b. Informasi dari perawat ruangan c. Hasi diskusi kelompok d. Kontrak dengan klien Kesadaran klien untuk mengikuti Kegitan berdasarkan kesepakatan Mengenai kegiatan dan waktu VII. Uraian Seleksi Kelompok a. Hari/tanggal : b. Tempat pertamuan : c. Waktu : d. Kegiatan : e. jumlah anggota : VIII. Perilaku Yang Diharapkan Dari Anggota 1. Klien dapat menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, hobi, dan asal/alamat. 2. Klien dapat memberikan feedback terhadap kegiatan yang dilakukan. IX. Perilaku Yang Diharapkan Dari Leader 1. Menjelaskan tujuan 2. Memperkenalkan diri 3. Memberikan kesempatan pda anggota untuk saling mengenal 4. Menjelaskan atuan permainan 5. Mamberikan reinforcement 6. Membuat respaon yang sesuai dengan perilaku anggota X. Metode 1. Dinamika kelompok 2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran atau stimulasi XI. Jalannya Acara 1. Persiapan Memilih klien sesuai indikasi Membuat kontrak dengan klien Mempersiapkan alat dan tempak pertemuan 2. Orientasi a. salam terapeutik Salam dari terapis b. evaluasi atau validasi Menanyakan perasaan klien saat ini c. Kontrak Menjelaskan aturan kegiatan Menjelaskan aturan main Masing-masing menyebutkan, memperkenalkan jati diri Jika ada pserta yang akan meninggalkan kelompok harus minta izin pada leader TAK Lama kegiatan 45 menit Setiap klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir. 3. Tahap kerja a. Menjelaskan kegiatan yaitu tape recorderakan dihidupkan dan karet gelang akan diedarkan melalui sedotan yang sudah digigit (sedotan digigit sebelum tape recorder) dengan searah jarum jam dan pada saat tape recorder dimatikan maka anggota kelompok yang membawa karet gelang harus memperkenalkan dirinya. b. Hidupkan kaset pada tape recorder dan putarkan karet gelang searah jarum jam. c. Pada saat tape recorder dimatikan, anggota kelompok yang membawa karet gelang mendapat giliran untuk menyebutkan salam, nama lengkap, nam panggilan, dan hobi. Dimulai dari terapis sebagai contoh. d. Tulis nama panggilan pada kertas dan tempelkan pada baju klien. e. Ulangi b, c, d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran. f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan menggunakan tepuk tangan.

4. Tahap Terminasi a. evaluasi Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK Memberi pujian atas keberhasilan kelompok. b. Rencana tindak lanjut Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih berkenalan dengan orang lain Memasukkan kegiatan berkenalan pada jadwal kegiatan harian c. Kontrak

Menyepakati kegiatan berikut dilaksanakan oleh perawat ruangan. XII. Alat Bantu Ynag Digunakan 1. Tape rcorder 2. Kaset 3. Karet gelang 4. Sedotan 5. Kertas untuk nama klien 6. Bolpoint 7. Sellotip

XIII. Evaluasi Dan Dokumentasi FORMAT EVALUASI No Aspek yang dinilai Nama klien 1. Menyebutkan nama lengkap 2. Menyebutkan nama panggiilan 3. Menyebutkan hobi Menyebutkan asal

KEMAMPUAN NON VERBAL No Aspek yang dinilai Nama klien 1. Kontak mata 2. Duduk tegak 3. Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai

4. Mengikuti kegiatan sampai akhir

Daftar Anggota Kelompok : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Mengetahui

Kepala Ruang

Pembimbing Akademik

Mahasiswa

1 PROPOSAL THERAPI AKTIVITAS KELOMPOK A. TOPIK Topik Kegiatan : Mengenal Halusinasi dan Cara Mengontrol Halusinasi B . TUJUAN1. Tujuan Umum S etelah selesai mengikuti terapi aktifitas kelompok diharapkan klienmampu mengenal dan mengontrol halusinasinya. 2 . Tujuan Khusus a. Klien mampu mengenal halusinasinya dan mengontrol halusinasinyadengan cara menghardik b. Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakapc. Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara beraktifitasd. Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara menggunakanobat sesuai program/jadwal 3 . Tujuan Hari ini Klien mampu mengenal halusinasinya dan mengontrol halusinasinyadengan cara menghardik C . Tinjauan Teoritis1. Definisi Menurut Varcarolis , Halusinasi dapat didefinisikan sebagaiterganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. 2

Halusinasi adalah ketidak mampuan klien untuk menilai danberespon terhadap realita.Klien tidak dapat membedakan rangsanganinternal dan eksternal dan tidak dapat membedakan antara lamunan dankenyataan.Tidak mampu berespon secara akurat sehingga tampat perilakuyang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan. Dapat diambilkesimpulan bahwa halusinasi merupakan respon seseorang terdapatrangsangan yang tidak nyata (stuart dan sundeen, 1998). 2 . Tipe Halusinasi a. Halusinasi pendengaranPaling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suarabising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebuahkata atau kalimat yang bermakna. S uara tersebut dapat dirasakanberasal dari jauh atau dekat, suara biasanya menyenangkan, menyuruhberbuat baik, tetapi dapat pula ancaman, mengejek, memaki.b. Halusinasi PengelihatanLebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik) biasanyasering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkanrasa takut akibat gambarangambaranyang mengerikan.c. Halusinasi penghidungHalusinasi ini biasanya berupa mencium bau sesuatu bau tertentu dandirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita.Baudilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagaisuatu kombinasi moral. 3 d. Halusinasi pengecapanWalaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasipenghidung, penderita merasa mengecap sesuatu.e. Halusinasi perabaanMerasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak dibawah kulit terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia. 3 . Tingkatan Halusinasi a. Tingkat I

Memberi rasa nyaman

Tingkat orientasi sedang

U nsur umum halusinasi merupakan suatu kesenanganb. Tingkat II

Menyalahkanc. Tingkat III

Mengontrol tingkat kecemasan berat

Pengalaman sensorik (Halusinasi) tidak dapat ditolak lagid. Tingkat IV

Klien sudah dikuasai oleh halusinasi

Klien panik 4 . Fase-fase Halusinasi a. Fase 1Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan,takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah 4 makin terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi, misalnyakekasih hamil, terlibat narkoba, dihianati kekasih, masalah di kampus,penyakit, hutang, dll.Masalah terasa menekan karena terakumulasisedangkan support system

kurang dan persepsi terhadap masalahsangat buruk. S ulit tidur berlangsungnya terus-menerus sehinggaterbiasa mengkhayal.b. Fase 2Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaancemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencobamemusatkan fikiran pda timbulnya kecemasan.Ia beranggapan bahwapengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannyadiatur, dalam tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyamandengan halusinasinya.c. Fase 3Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalamibias. Klien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrol dan mulaiberupaya menjaga jarak antara dirinya dengan objek yangdipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang lain denganintensitas waktu yang lama.d. Fase 4Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abdonrmal yangdatang, Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinyaberakhir.Dari sinilah dimulai fase psychotic.

2 Halusinasi adalah ketidak mampuan klien untuk menilai danberespon terhadap realita.Klien tidak dapat membedakan rangsanganinternal dan eksternal dan tidak dapat membedakan antara lamunan dankenyataan.Tidak mampu berespon secara akurat sehingga tampat perilakuyang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan. Dapat diambilkesimpulan bahwa halusinasi merupakan respon seseorang terdapatrangsangan yang tidak nyata (stuart dan sundeen, 1998). 2 . Tipe Halusinasi a. Halusinasi pendengaranPaling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suarabising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebuahkata atau kalimat yang bermakna. S uara tersebut dapat dirasakanberasal dari jauh atau dekat, suara biasanya menyenangkan, menyuruhberbuat baik, tetapi dapat pula ancaman, mengejek, memaki.b. Halusinasi PengelihatanLebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik) biasanyasering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkanrasa takut akibat gambarangambaranyang mengerikan.c. Halusinasi penghidungHalusinasi ini biasanya berupa mencium bau sesuatu bau tertentu dandirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita.Baudilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagaisuatu kombinasi moral 3

d. Halusinasi pengecapanWalaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasipenghidung, penderita merasa mengecap sesuatu.e. Halusinasi perabaanMerasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak dibawah kulit terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia. 3 . Tingkatan Halusinasi a. Tingkat I

Memberi rasa nyaman

Tingkat orientasi sedang

U nsur umum halusinasi merupakan suatu kesenanganb. Tingkat II

Menyalahkanc. Tingkat III

Mengontrol tingkat kecemasan berat

Pengalaman sensorik (Halusinasi) tidak dapat ditolak lagid. Tingkat IV

Klien sudah dikuasai oleh halusinasi

Klien panik 4 . Fase-fase Halusinasi a. Fase 1Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan,takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah 4 makin terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi, misalnyakekasih hamil, terlibat narkoba, dihianati kekasih, masalah di kampus,penyakit, hutang, dll.Masalah terasa menekan karena terakumulasisedangkan support system kurang dan persepsi terhadap masalahsangat buruk. S ulit tidur berlangsungnya terus-menerus sehinggaterbiasa mengkhayal.b. Fase 2Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaancemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencobamemusatkan fikiran pda timbulnya kecemasan.Ia beranggapan bahwapengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannyadiatur, dalam tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyamandengan halusinasinya.c. Fase 3Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalamibias. Klien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrol dan mulaiberupaya menjaga jarak antara dirinya dengan objek yangdipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang lain denganintensitas waktu yang lama.d. Fase 4Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abdonrmal yangdatang, Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinyaberakhir.Dari sinilah dimulai fase psychotic. 4 makin terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi, misalnyakekasih hamil, terlibat narkoba, dihianati kekasih, masalah di kampus,penyakit, hutang, dll.Masalah terasa menekan karena terakumulasisedangkan support system kurang dan persepsi terhadap masalahsangat buruk. S ulit tidur berlangsungnya terus-menerus sehinggaterbiasa mengkhayal.b. Fase 2Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaancemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencobamemusatkan fikiran pda timbulnya kecemasan.Ia beranggapan

bahwapengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannyadiatur, dalam tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyamandengan halusinasinya.c. Fase 3Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalamibias. Klien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrol dan mulaiberupaya menjaga jarak antara dirinya dengan objek yangdipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang lain denganintensitas waktu yang lama.d. Fase 4Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abdonrmal yangdatang, Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinyaberakhir.Dari sinilah dimulai fase psychotic 4 makin terasa sulit karena berbagai stressor terakumulasi, misalnyakekasih hamil, terlibat narkoba, dihianati kekasih, masalah di kampus,penyakit, hutang, dll.Masalah terasa menekan karena terakumulasisedangkan support system kurang dan persepsi terhadap masalahsangat buruk. S ulit tidur berlangsungnya terus-menerus sehinggaterbiasa mengkhayal.b. Fase 2Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaancemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencobamemusatkan fikiran pda timbulnya kecemasan.Ia beranggapan bahwapengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannyadiatur, dalam tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyamandengan halusinasinya.c. Fase 3Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalamibias. Klien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrol dan mulaiberupaya menjaga jarak antara dirinya dengan objek yangdipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang lain denganintensitas waktu yang lama.d. Fase 4Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abdonrmal yangdatang, Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinyaberakhir.Dari sinilah dimulai fase psychotic 5 e. Fase 5Pengalaman sensorinya terganggu, klien mulai merasa terancamdengan datangnya suarasuara terutama bila klien tidak dapat menurutiancaman atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasidapat berlangsung selama minimal 4 jam atau seharian bila klien tidak mendapat komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat. D. Klien 1. Karakteristik pasien

Klien sehat secara fisik

Klien dalam keadaan tenang, kooperatif, dan dapat berinteraksi

Klien berada di ruang Rajawali dan merupakan klien bimbinganMahasiswa S TIKE S AHMAD YANI

Klien yang mengalami halusinasi namun halusinasinya sudahterkontrol2. Proses S eleksiProses S eleksi dilakukang dengan cara mengobservasi klien selamabeberapa hari. Pasien yang di ikut sertakan pada kegiatan TAK antara lain:

Anda mungkin juga menyukai