TIN1AUAN PUSTAKA
2.1Zeolit
2.1.1Defenisi
Zeolit ditemukan tahun 1756 oleh seorang ahli mineralogi asal Swedia yang
bernama Freiher Axer Frederick Cronstedt. Zeolit berasal dari bahasa Yunani,
yaitu Zein (mendidih) dan Lithos (batuan), sehingga artinya adalah batuan yang
mendidih. Disebut demikian karena batuan ini mendidih atau mengeluarkan buih
apabila dipanaskan (Mumpton, 1983 dalam Simaniuntak, 2002).
Zeolit ditemukan dalam batuan tuIa yang terbentuk hasil sedimentasi debu
vulkanik yang telah mengalami proses alterasi. Sebagai produk piroklastik atau
aktivitas gunung api berupa semburan ke udara yang kemudian iatuh ke dalam
suatu lingkungan pengendapan. Selaniutnya bahan tersebut mengalami rombakan
oleh aktivitas air dan terendapkan kembali pada lingkungan pengendapan yang
lain, karena aktivitas tektonik berupa pengangkatan dan diikuti oleh proses
eksogenik yang intensiI menyebabkan bahan galian tersebut tersingkap seperti
saat ini.
Proses alterasi berlangsung pada lingkungan pengendapan yang baru
menyebabkan endapan tersebut berubah meniadi material gelas vulkanik yang
berukuran halus dan terbentuklah mineral zeolit. Secara geologi endapan zeolit
7
terbentuk karena proses sedimentasi debu vulkanik pada lingkungan danau yang
bersiIat alkali, proses diagenetik dan proses hidrotermal (Sukandarrumidi, 2006).
Zeolit merupakan mineral kristalin dari kelompok aluminosilikat yang
terhidrasi oleh kation alkali dan alkali tanah di dalam rongga-rongganya dan
mempunyai strukur sangkar tiga dimensi. Strukur zeolit dibentuk oleh beberapa
atom Si yang bervalensi 4 dan berikatan secara kovalen dengan beberapa atom Al
yang bervalensi 3, sehingga mineral tersebut bermuatan negatiI. Muatan ini akan
dinetralkan oleh kation-kation alkali dan alkali tanah yang berada disekitarnya
(Simaniuntak, 2002).
Kerangka dasar mineral zeolit dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini:
Gambar 1. Rangka tetrahedral SiO
4
, dan AlO
4
-
(Sumber: Zeolit, http://id.wikipedia.org/wiki/Zeolit).
Vaughan (1987), mengatakan bahwa kation alkali dan alkali tanah yang
terikat pada strukur mineral zeolit dapat dipertukarkan, akan tetapi letaknya dalam
struktur akan menentukan mudah tidaknya teriadi pertukaran. Perilaku kation
dapat dipertukarkan tergantung dari beberapa Iaktor meliputi: ukuran dan muatan
8
kation tersebut, suhu, konsentrasi kation dalam larutan, serta karakteristik struktur
zeolit.
Zeolit biasanya ditulis dengan rumus kimia oksida atau berdasarkan satuan
sel kristal M
2/n
O Al
2
O
3
a SiO
2
b H
2
O atau M
c/n
(AlO
2
)
c
(SiO
2
)
d
}b H
2
O. Dimana n
adalah valensi logam, a dan b adalah molekul silikat dan air, c dan d adalah
iumlah tetrahedra alumina dan silika. Rasio d/c atau SiO
2
/Al
2
O bervariasi dari 1-
5.
Tetrahedra SiO
4
dan AlO
3
akan membentuk rongga dengan berbagai ukuran.
Strukturnya merupakan komposit dari satuan struktur tetrahedra MO
4
. Misalnya
struktur di gambar 2, satuan dasarnya adalah kubus hasil leburan 8 MO
4
, prisma
heksagonal leburan 12 MO
4
, dan oktahedra terpancung leburan 24 MO
4
(Aluminosilikat, http://www.chem-is-try.org/materikimia/kimia-anorganik-
universitas/kimia-unsur-non-logam/silikon-oksida-aluminosilikat-, dan-Zeolit/).
Gambar 2. Polihedral Zeolit
(Sumber: Zeolit, http://id.wikipedia.org/wiki/Zeolit)
Bila polihedra-polihedra ini berikatan, berbagai ienis struktur zeolit akan
dihasilkan. Misalnya oktahedra terpancung yang disebut dengan kurungan
9
itu kristal zeolit yang telah terdehidrasi merupakan adsorben yang selektiI dan
mempunyai eIektivitas adsorpsi yang tinggi.
O Sifat Katalis
Kemampuan zeolit sebagai katalis teriadi di dalam pori-pori kristal zeolit.
Oleh karena itu siIat zeolit yang sangat penting sebagai katalis adalah ukuran
pori-pori dan volume kosong yang besar, di samping itu perbandingan atom Si
dan Al mempengaruhi siIat zeolit sebagai katalis. SiIat-siIat tersebut dapat teriadi
karena struktur dan siIat muatan listrik yang dimiliki oleh kerangka zeolit baik
pada permukaan maupun di dalam rongganya.
Zeolit baru akan bekeria sesuai dengan struktur kimiawinya setelah
mengalami proses pengolahan. Zeolit adalah salah satu di antara sekian banyak
mineral senyawa alumina silikat, dengan kerangka struktur 3 dimensi senyawa
alumina silikat terdiri dari dua bagian yaitu bagian netral dan bagian yang
bermuatan.
Bagian netral semata-mata dibangun oleh silikon dan oksigen, serta ienisnya
bervariasi antara SiO
4
sampai SiO
2
. Bagian muatan dibangun oleh ion alumina
dan oksigen, dalam bagian ini teriadi penggantian ion pusat silikon bervalensi
empat dengan kation aluminium yang bervalensi tiga, sehingga setiap
penggantian ion silikon oleh ion aluminium memerlukan satu ion logam alkali
tanah yang monovalen atau setengah ion logam bivalen seperti Na
, K
, Ca
2
,
Mg
2
, Ba
2
, dll, untuk menetralkan muatan listriknya. Sebagai katalis zeolit
14
mempunyai keistimewaan berupa lama pemakaian (life time) yang lebih paniang
bila dibandingkan dengan bahan katalis lainnya (Sukandarrumidi, 2006)
O Sifat Penukar Kation
Sedangkan siIat zeolit sebagai penukar ion karena adanya kation logam
alkali dan alkali tanah. Kation tersebut dapat bergerak bebas di dalam rongga dan
dapat dipertukarkan dengan kation logam lain dengan iumlah yang sama.
Pertukaran kation zeolit pada dasarnya adalah Iungsi dari deraiat subtitusi Si oleh
Al dalam struktur kristal zeolit. Makin banyak Al yang menggantikan posisi Si,
maka makin tinggi muatan negatiI yang dihasilkan, dan penetralan akan
dilakukan oleh kation alkali dan alkali tanah.
SiIat pertukaran kation zeolit tergantung dari beberapa Iaktor, yaitu topologi
kerangka zeolit, ukuran dan bentuk rongga zeolit, kerapatan muatan pada saluran
rongga zeolit, valensi dan kerapatan muatan ion dalam rongga zeolit dan
konsentrasi dan komposisi elektrolit pada larutan luar (Barrer, 1982 dalam
Simaniuntak, 2002).
2.1.4Karakteristik Zeolit Asal Aifua Kabupaten Ende
enis zeolit yang berasal dari desa AiIua Kabupaten Ende, berdasarkan hasil
penguiian diIraksi sinar-X (XRD) adalah ienis klinoptilolit, modernit, kuarsa dan
montmorillonit. Dan komposisi kimianya adalah sebagai berikut:
13
dan K
yang terdapat
di dalam air, sehingga penggunaan zeolit dapat meningkatkan siIat-siIat Iisika
dan kimia tanah, terutama tanah yang mengandung pasir dan sedikit aluminium
sulIat, serta tanah pozolik (Suyitno, 2000 dalam Nadut, 2000).
18
Gambar 4. Pengaruh Zeolit dalam tanah terhadap tanaman
(Sumber : Balai Penelitian Tanah, 2009).
enis zeolit yang sering digunakan di bidang pertanian terutama adalah ienis
klinoptilolit, yang sudah banyak menuniukkan hasil berupa peningkatan
ketersediaan unsur nitrogen di dalam tanah, sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil panen tanaman. Hal ini disebabkan karena adanya
pengaruh zeolit terhadap kapasitas penyerapan (adsorpsi) dan penyimpanan
(retensi) NH
4
dan K
beberapa karakteristik batuan zeolit. Syarat mutu zeolit sebagai bahan pembenah
tanah yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional adalah sebagai berikut:
%abel 3. Svarat mutu zeolit sebagai bahan pembenah tanah menurut SNI 13-
3494- 1994 (2006)
Uraian Persyaratan
Kadar mineral zeolit Minimal 50
Kapasitas Tukar Kation Minimal 100 meq/100 g
Kadar Air Minimal 10
Ukuran Butir 40 - 80 mesh
(Sumber: Balai Penelitian Tanah, 2009)
Hardiatmo dan Husaini (1996) menyatakan kandungan mineral zeolit pada
batuan zeolit yang terdapat di Pulau Flores mencapai 60,2 berat dengan
persentase modernit adalah 55,7, sedangkan klinoptilolit hanya 4,5. Nilai
KTK-nya adalah 151,9 Cmol/kg.
Kemampuan pertukaran kation zeolit merupakan parameter utama dalam
menentukan kualitas zeolit yang akan digunakan. KTK adalah iumlah meq ion
logam yang dapat diserap maksimum olah 1 g zeolit dalam kondisi setimbang.
KTK dari zeolit biasanya bervariasi dari 1,5 sampai 6 meq/g. Nilai KTK zeolit
berbanding lurus dengan iumlah atom Al yang terkandung di dalamnya, makin
banyak iumlah atom Al maka makin tinggi nilai KTK dari zeolit. KTK ini
merupakan penentuan kemampuan tanah untuk mengikat (mengawetkan) pupuk
yang diberikan (Suyitno, 2000 dalam Balai Penelitian Tanah, 2009).
Menurut Suwardi (2007), pemanIaatan zeolit sebagai bahan pembenah
tanah, yaitu dapat ditebar langsung ke tanah maupun dicampur dengan pupuk.
20
2.2iraorganik
Wiraorganik adalah pupuk organik hasil produksi Yayasan Universitas Widya
Mandira Kupang, yang bahan baku pembuatannya berasal dari hasil Iermentasi
bahan-bahan organik (sampah organik, pupuk kandang, ierami, sekam padi, serbuk
gergaii, dll). Wiraorganik dibuat dengan menggunakan teknologi Effe.tive
Mi.roorganisms (EM), yang apabila digunakan dalam tanah akan meningkatkan
aktivitas biologis, memperbaiki struktur tanah, memperbaiki struktur penyimpanan
air tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Teknologi EM yang digunakan dalam pembuatan Wiraorganik adalah Effe.tive
Mi.roorganisms-4 atau biasa disingkat EM-4, yang telah digunakan secara eIektiI
untuk menginokulasi limbah organik pertanian, sampah kota, menghilangkan bau
busuk limbah organik, mempercepat penguraian limbah organik, serta pengomposan
berbagai macam limbah organik. EM-4 dapat memIermentasikan bahan organik yang
terdapat di dalam tanah dengan melepaskan hasil Iermentasi berupa gula, alkohol,
vitamin, asam laktat, asam amino dan senyawa organik lainnya.
Menurut Indriani (1999) dan Setiyani (2000), iumlah mikroorganisme di dalam
EM-4 sangat banyak sekitar 80 ienis. Mikroorganisme tersebut dapat bekeria secara
eIektiI dalam menguraikan bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme
tersebut ada 4 golongan pokok, yaitu:
O Bakteri asam laktat. Bakteri ini adalah bakteri gram positiI, tidak membentuk
spora dan berIungsi menguraikan bahan organik dengan cara Iermentasi asam
22
laktat dan glukosa. Asam laktat akan bertindak sebagai sterilizer atau menekan
mikroorganisme yang merugikan, serta meningkatkan perombakan bahan-bahan
organik dengan cepat.
O Ragi (east). BerIungsi menguraikan bahan organik dan membentuk zat anti
bakteri, dapat pula membentuk zat aktiI (substansi bioaktiI) dan enzim yang
berguna untuk pertumbuhan sel dan pembelahan akar. Ragi ini iuga berperan
dalam perkembangan mikroorganisme lain yang menguntungkan seperti
A.tvnomi.etes dan La.toba.illus sp.
O Bakteri A.tvnomi.etes. Merupakan bentuk peralihan antara bakteri dan iamur,
mempunyai Iilamen, berIungsi mendekomposisikan bahan organik ke dalam
bentuk sederhana. Simbiosis antara A.tvnomi.etes dengan bakteri Iotosintesis
akan meniadi bakteri anti mikroba sehingga dapat menekan pertumbuhan iamur
dan bakteri yang merugikan dengan cara menghancurkan khitin, yang merupakan
zat esensial bagi pertumbuhan bakteri-bakteri yang merugikan.
O Bakteri Iotosintesis. Bakteri ini terdiri dari bakteri hiiau dan ungu. Bakteri hiiau
memiliki pigmen hiiau (bakteriviridin atau bakteriokloroIil), sedangkan bakteri
ungu memiliki pigmen ungu, merah dan kuning (bakteriopurpurin). Bakteri
Iotosintesis ini merupakan bakteri bebas yang dapat mensintesis senyawa
nitrogen, gula dan substansi bioaktiI lainnya. Hasil metabolic yang diproduksi
dapat diserap secara langsung oleh tanaman dan tersedia sebagai substrat untuk
perkembangan mikroorganisme yang menguntungkan.
23
Sementara itu menurut Indriani (1999), bahwa manIaat dari EM-4 adalah untuk
memperbaiki siIat Iisik, kimia dan biologi tanah; dapat menekan pertumbuhan bakteri
yang bersiIat pathogen bagi tanah; meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa
organik di dalam tanah; meningkatkan aktiIitas mikroorganisme indigenus yang
menguntungkan, misalnya Mv.roriza, Rhizobium dan bakteri pelarut IosIat lainnya;
mengIiksasi nitrogen; mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran
hewan, membersihkan air limbah, serta meningkatkan kualitas air pada perikanan;
dan menyediakan unsur hara bagi tanaman dan meningkatkan produksi tanaman serta
meniaga kestabilan hasil produksi tanaman.
EM-4 telah digunakan secara eIektiI untuk menginokulasi limbah organik
pertanian, sampah kota, menghilangkan bau busuk limbah organik, mempercepat
penguraian limbah organik, serta pengomposan berbagai macam limbah organik. EM-
4 iuga dapat memIermentasikan bahan organik yang terdapat di dalam tanah dengan
melepaskan hasil Iermentasi berupa gula, alcohol, vitamin, asam laktat, asam amino
dan senyawa organik lainnya.
. Fermentasi bahan organik tidak melepaskan panas dan gas yang berbau busuk
sehingga hasil Iermentasi bahan organik menciptakan kondisi yang baik bagi
pertumbuhan mikroorganisme.
Selama proses pengomposan, beberapa bahan berbahaya ini akan terkonsentrasi
dalam produk akhir pupuk. Pupuk organik dapat berperan sebagai pengikat butiran
primer meniadi butir sekunder tanah dalam pembentukan pupuk. Keadaan ini
mempengaruhi penyimpanan, penyediaan air, aerasi tanah dan suhu tanah. (Anonim,
24
K
2
O
5
5
5
5
Mikroba patogen (E..oli. Salmonella
sp)
cell/g Dicantumkan Dicantumkan
Kadar unsur mikro
Zn
Cu
Mn
Co
B
Mo
Fe
Maks 0,500
Maks 0,500
Maks 0,500
Maks 0,002
Maks 0,250
Maks 0,001
Maks 0,400
Maks 0,2500
Maks 0,2500
Maks 0,2500
Maks 0,0005
Maks 0,1250
Maks 0,0010
Maks 0,0400
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pupukorganik)
DeIinisi tersebut menuniukkan bahwa pupuk organik lebih dituiukan kepada
kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya; nilai C-organik
itulah yang meniadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan
tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik, maka diklasiIikasikan sebagai
pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soil ameliorant menurut SK Mentan
2
adalah bahan-bahan sintesis atau alami, organik atau mineral yang mampu
memperbaiki kerusakan lahan.
%abel 5. Persvaratan teknis pupuk sebagai pembenah tanah.
No. Parameter Satuan Persyaratan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bahan aktiI (sintetis)*
KTK**
pH
Kadar air
Bahan ikutan
Kadar logam berat
As
Hg
Pb
Cd
Mikroba pathogen
(E. coli, Salmonella)
Ppm
Ppm
Ppm
Ppm
Cell/ml
0,02-5 (Terhadap berat kering tanah)
> 80
4 - 8
> 35
> 2
> 10
> 1
> 50
> 10
Dicantumkan
*Khusus untuk bahan yang direkayasa kimia
**KTK khusus Zeolit (AgroMedia, 2007)
Sebagai bahan pembenah tanah, pupuk organik iuga membantu dalam
mencegah teriadinya erosi dan mengurangi teriadinya retakan tanah karena dengan
pemberian bahan organik mampu meningkatkan kelembapan tanah.
Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan
pertanian intensiI menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan,
terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan COrganik dalam tanah, yaitu
2. Padahal untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan C-Organik sekitar
2,5.
Walaupun demikian, pada umumnya kadar unsur hara yang dikandung di dalam
setiap pupuk organik, terutama unsur makro primer N, P , dan K tergolong rendah,
27
tetapi di dalam setiap pupuk organik iuga mengandung unsur mikro esensial yang lain
(Rosmarkam, 2002).
Berdasarkan pada penielasan di atas, maka dapat disimpulkan tentang kelebihan
dan kekurangan Wiraorganik sebagai pupuk organik, antara lain:
Kelebihan iraorganik :
Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara dengan lengkap
(N, P, K, Ca, Mg, S serta hara mikro), sehingga dapat meningkatkan kandungan
nutrisi tanah.
Memperbaiki siIat Iisika dan kimia tanah, memperbaiki struktur tanah, tanah
meniadi ringan untuk diolah, dan mudah ditembusi akar.
Meningkatkan daya menahan air, sehingga kemampuan tanah menyediakan air
meniadi lebih banyak; permeabilitas (daya serap air) tanah meniadi lebih baik.
Meningkatkan kapasitas pertukaran kation, sehingga kemampuan mengikat
kation meniadi tinggi, akibatnya apabila pupuk dengan dosis tinggi hara
tanaman tidak mudah tercuci.
Memperbaiki kehidupan biologi tanah, karena ketersediaan nutrisi tanah lebih
teriamin; mengandung mikroba dalam iumlah cukup yang berperan dalam proses
dekomposisi bahan organik.
Meningkatkan daya sangga terhadap goncangan perubahan drastis siIat tanah.
Ramah lingkungan.
28
Kekurangan iraorganik:
Bahan organik yang mempunyai C/N masih tinggi, yang berarti masih mentah.
Kompos yang belum matang (C/N tinggi) dianggap merugikan, karena bila
diberikan langsung ke dalam tanah, maka bahan organik akan diserang oleh
mikrobia (bakteri maupun Iungi) untuk memperoleh energi.
Sehingga dengan adanya populasi mikrobia yang tinggi akan menyebabkan
penggunaan unsur hara yang banyak untuk tumbuh dan berkembang biak. Dan
dengan sendirinya, hara yang seharusnya digunakan oleh tanaman tidak tercukupi,
karena telah digunakan oleh mikrobia. Hara meniadi tidak tersedia (unavailable)
karena berubah dari senyawa anorganik meniadi senyawa organik pada iaringan
mikrobia, hal ini disebut immobilisasi hara. Teriadinya immobilisasi hara
tanaman bahkan sering menimbulkan adanya geiala deIisiensi.
adi makin banyak bahan organik mentah diberikan ke dalam tanah, populasi
mikrobia akan semakin tinggi, sehingga makin banyak hara yang mengalami
immobilisasi
Bahan organik yang berasal dari sampah kota atau limbah industri sering
mengandung mikrobia patogen dan logam berat yang berpengaruh buruk bagi
tanaman, hewan, dan manusia.
Setiap pupuk organik memiliki kandungan hara yang relatiI kecil, termasuk
wiraorganik.
29
meniadi dua yaitu unsur hara makro (C, O, H, N, P, K, Ca, Mg dan S) dan unsur
hara mikro (Fe, Mn, B, Zn, Mo dan Cl). Pengelompokkan unsur hara makro dan
mikro didasarkan atas iumlah (kuantitas) yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur
hara makro dibutuhkan dalam iumlah yang relatiI lebih banyak daripada unsur
hara mikro. Unsur hara makro dibutuhkan sebanyak >ag
-1
berat kering
tanaman. Sedangkan unsur mikro hanya <a g
-1
berat kering tanaman
(Oertli, 1979 dalam Rosmarkam 2002).
2.3.2Unsur Hara Makro
O Karbon (C)
Tanaman mengambil unsur karbon berupa CO
2
dari udara bebas
(atmosIer). Kegiatan ini dilakukan tanaman oleh organ tanaman yang
memiliki kloroIil, umumnya bagian tanaman yang berwarna hiiau dan
terdapat di atas tanah. KloroIil mampu menyerap energi cahaya (terutama
sinar matahari) dan mengubahnya meniadi energi kimia. Energi tersebut
digunakan untuk mengubah CO
2
senyawa organik termasuk karbohidrat.
Funsi Iisiologis karbon adalah sebagai komponen dasar molekuler
karbohidrat, protein, lipid, dan asam nukleat.
O Asimlasi CO
2
Pada garis besarnya, asimilasi CO
2
oleh tanaman adalah CO
2
yang diikat
oleh ribulosa diIosIat (RuDP), sehingga RuDP dianggap sebagai akseptor
CO
2
.
32
.
Menurut Mengel dan Kirkby (1987) pada pH rendah, nitrat diserap lebih
cepat dibandingkan dengan ammonium, sedangkan pada pH netral,
33
(mgN/pot) NO
3
-
(mgN/pot)
6,80
4,00
34,90
26,90
33,60
43,00
(Sumber: Mengel & Kirkby,1987 dalam Rosmarkam, 2002)
Bagian tanaman yang berwarna hiiau mengandung N protein terbanyak
dan meliputi 70-80 dari total N tanaman. Nitrogen asam nukleat terdapat
sekitar 10, dan asam amino terlarut hanya sebanyak 5 dari total dalam
tanaman. Pada biii tanaman, protein umumnya dalam bentuk tersimpan.
Fungsi N dalam tanaman antara lain: merangsang pertubuhan tanaman
secara keseluruhan, merupakan bagian dari sel (organ) tanaman itu sendiri,
berIungsi untuk sintesa asam amino, dan protein dalam tanaman merangsang
pertumbuhan vegetatiI (warna hiiau) seperti daun.
Tanaman yang kekurangan unsur N menuniukkan geiala
pertumbuhannya terlambat/kerdil, daun berwarna hiiau kekuningan, daunnya
sempit, pendek, dan tegak.
O FosIor (P)
Tanaman menyerap IosIor dalam bentuk ion ortoIosIat primer (H
2
PO
4
-
)
dan ion ortopospat sekunder (H
2
PO
4
-2
). Menurut Tisdale (1985)
34
, K
, Ca
2
, Mg
2
) dan bermuatan negatiI (NO
3
-
, HPO
4
-2
dan Cl
-
). Ion
ini umumnya terikat dalam kompleks ierapan tanah, yakni lempung, koloid
anorganik, dan koloid organik.
Dalam hal penyerapan hara melalui akar, terdapat beberapa Iase dalam
proses penyerapan hara tersebut. Fase pertama hara berpindah tempat dalam
tanah dari suatu tempat ke permukaan akar tanaman. Kemudian setelah
sampai permukaan akar (bulu akar), masuk ke dalam akar yang dari sini
ditranslokasikan ke organ tanaman lain termasuk daun, buah dan batang.
Perpindahan ion dari tanah ke permukaan akar memiliki tiga macam
pergerakan yaitu:
a. Intersepsi dan persinggungan.
Pertumbuhan akar tanaman dan terbentuknya bulu akar yang baru
menyebabkan teriadinya persinggungan antara akar dan ion hara tanaman.
Pertumbuhan akar dan bulu akar ini menembus pori agregat tanah dan
bersinggungan dengan ion yang ada. Apabila ion berada dalam bentuk
tersedia (available), maka teriadi pertukaran ion dan kemudian ion ini
masuk ke dalam akar.
40
%abel 9. Perimbangan iumlah hara vang diserap dalam bentuk intersepsi. aliran
massa . dan difusi hara tanaman.
Hara Intersepsi Aliran massa DiIusi
N
P
K
Ca
Mg
S
Cu
Zn
B
Fe
Mn
Mo
1
3
2
171
38
5
10
33
10
11
33
10
99
6
20
429
250
93
400
33
350
53
133
200
0
94
78
0
0
0
0
33
0
37
0
0
(Sumber: Barber et al, dalam Rosmarkam, 2002).
2.3.4Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Hara
Semua Iaktor yang mempengaruhi metabolisme tanaman akan secara
langsung turut mempengaruhi serapan hara karena ada hubungan dengan energi
yang dihasilkan. Dalam hal ini, termasuk semua Iaktor yang turut menuniang
pernaIasan, temperatur, dan persediaan oksigen (Wiiaya, 2010).
Persediaan oksigen dapat diperbaiki dengan pengelolaan tanah yang baik.
Tanah yang padat dapat menyebabkan berkurangnya serapan hara oleh akar
tanaman, karena energi yang dihasilkan oleh respirasi akar rendah, disebabkan
berkurangnya persediaan oksigen.
Kandungan air tanah iuga menentukan iumlah hara yang dapat diserap akar.
Air mempunyai peranan untuk diIusi dan pergerakan ion ke dalam outer spa.e
dari sel akar. Sebagai sampel yaitu pada keadaan tanah yang kering pengambilan
42
,
44
Ca
2
, Mg
2
, dan NH4
dalam
iumlah yang setara, serta (2) saat akar tanaman menyerap unsur hara dalam
bentuk anion (NO
3
-
, H
2
PO
4
-
, SO
4
-
) maka dari akar akan dikeluarkan HCO
3
-
dengan iumlah yang setara (Rosmarkam, 2002).
Penyerapan ion ke dalam sel akar tanaman ada beberapa macam teori.
Menurut teori carrier, membran tanaman terdiri atas molekul yang dapat
mengangkut ion dan mampu menembus dinding sel. Molekul pembawa tersebut
dinamakan carrier yang dianggap mampu mengikat ion tertentu yang diangkut
menembus membran sel.
Pertumbuhan tanaman sangat berhubungan dengan kesuburan tanah. Dalam
kaitan ini, akar tanaman berperanan sangat penting karena Iungsi akar sebagai
penyerap unsur hara tanaman dan translokasi unsur dari akar ke batang, daun,
ataupun buah. Unsur hara tanaman pada dasarnya berasal dari mineral tanah yang
mengalami pelapukan dan bahan organik yang mengalami mineralisasi.
Di samping itu, akar tanaman iuga mempunyai Iungsi mempercepat proses
pelepasan unsur hara dari mineral tanah karena kemampuan akar melepaskan
senyawa-senyawa yang melepaskan unsur dari mineral tanah. Makin paniang dan
banyak bulu akar rambut, maka makin besar pula kemampuan tanaman untuk
menyerap unsur atau mengubah unsur meniadi tersedia untuk tanaman
(Rosmarkam, 2002).
43
2.3.6Pemupukan Tanaman
Pengertian luas dari pemupukan adalah pemberian suatu bahan khusus
kedalam tanah dengan maksud memperbaiki atau meningkatkan status kesuburan
tanah. Bahan tersebut tidak termasuk air, yang pemberiannya disebut irigasi.
Menurut pengertian ini maka bahan pembenah tanah seperti mulsa, soil
.onditioner, kapur pertanian, tepung belerang, dan gipsum dapat dianggap
sebagai pupuk (Ismail, 2010).
Menurut pengertian khusus pemupukan adalah pemberian bahan yang
dimaksudkan untuk menambah hara tanaman pada tanah, sehingga meniadi lebih
produktiI (Young and ohnson, 1982 dalam Ismail, 2010). Terlepas dari dua
pengertian tersebut, keria sama antara bahan pembenah tanah dan bahan pupuk
akan dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman.
Serapan hara pupuk oleh akar ditentukan oleh siIat bahan pupuk sendiri,
sedangkan bahan pembenah tanah berkemampuan memperbaiki serapan hara
(melalui perbaikan KTK dan pH tanah) serta mampu memperbaiki keterserapan
hara asli tanah. Bahan pembenah mendorong pelepasan ion hara dari ikatan
mineral atau organik yang kompleks, menggiatkan proses hidrolisis melalui
optimasi penambatan kelembaban tanah atau melancarkan proses pertukaran ion
(Notohadiprawiro dkk., 1984 dalam Ismail, 2010).
Pemupukan dengan blotong, pupuk kandang atau pupuk hiiau akan lebih
eIektiI karena bahan pupuk tersebut berperan ganda, yaitu menambahkan hara
dan sekaligus membenahi tanah (Ismail, 2010).
4
yang terbentuk di bawah kondisi curah huian tinggi, umumnya memiliki kadar
yang lebih asam daripada yang tanah terbentuk di bawah kondisi gersang (kering)
(Fauzi, 2008).
Penetapan pH pupuk hasil campuran Zeolit dan Wiraorganik dibutuhkan
untuk menentukan tingkat keasaman pupuk yang akan sangat berpengaruh pada
reaksi kimia yang teriadi di dalam tanah saat teriadi pemupukan. Apabila pH
pupuk tinggi, maka pH tanah iuga akan ikut naik, begitu pula sebaliknya, karena
nilai pH suatu bahan dipengaruhi oleh kadar komponen kimia yang terkandung di
dalam pupuk tersebut.
Nilai pH menuniukkan konsentrasi ion H
dalam larutan, yang dinyatakan
sebagai log|H
|. Peningkatan konsentrasi H
, hingga
memungkinkan untuk hanya mengukur potensial yang disebabkan kenaikan
konsentrasi H
Tetapi dikarenakan oleh karakteristik siIat Iisika dan kimia dari masing-
masing unsur hara yang terkandung di dalam campuran zeolit dan Wiraorganik
berbeda, maka untuk masing-masing unsur digunakan beberapa metode yang
berbeda dalam hal penetapan secara kuantitatiI dari kadar unsur-unsur tersebut,
yakni teknik destilasi untuk pengukuran kadar Nitrogen (N), teknik
spektroIotometri untuk pengukuran kadar FosIor (P), dan IlameIotometri untuk
pengukuran kadar Kalium (K), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg).
Teknik Destilasi
Destilasi digunakan untuk memisahkan suatu zat yang tercampur dengan
sebuah komponen yang mengikatnya, dimana Iase ini berada dalam Iase cair yang
homogen. Pemisahan ini didasarkan pada perubahan titik didih sebuah zat. Cairan
akan mendidih apabila tekanan total uap di dalam sistem sama dengan tekanan
diluarnya atau tekanan atmosIer. Berdasarkan siIat Iisika dari unsur yang ingin
dipisahkan dan siIat dari pelarut yang digunakan, maka setelah mencapai titik
didihnya, suatu zat yang tercampur di dalam suatu komponen akan terpisah
keluar, sehingga penetapan kadar zat tersebut dapat dilakukan (Soni, 2005).
Teknik SpektroIotometri
Teknik spektroIotometer atau biasa disebut iuga spektroIotometri,
merupakan suatu metode analisa yang berdasarkan pada pengukuran besaran
serapan sinar monokromatik tertentu pada paniang gelombang tertentu dengan
menggunakan detektor Iotosel. SpektroIotometer digunakan untuk mengukur
31
Teknik FlameIotometri
FlameIotometer berprinsip pada absorpsi cahaya oleh sebuah atom dan
atom tersebut menyerap cahaya pada paniang gelombang tertentu, bergantung
pada siIatnya. ika sebuah larutan yang mengandung senyawa logam dan
dipancarkan dalam suatu nyala yang panas pada gelombang tertentu, maka akan
terbentuk uap-uap yang mengandung atom-atom tersebut.
Tetapi dalam beberapa padatan non logam dan logam, iumlah uap yang
dihasilkan tidak sebanding dengan iumlah atom yang masih dalam keadaan
dasar. Sehingga iika dilewatkan resonansi pancaran nyala terhadap suatu
medium, maka sebagian sebagian atom dari medium tersebut akan menguap atau
tereksitasi, dan sebagiannya akan diserap medium tersebut dalam keadaan dasar,
dan iauhnya penyerapan akan berbanding lurus dengan iumlah atom yang
terksitasi tersebut, sehingga pengukuran hasil uii dengan menggunakan
IlameIotometer akan sama dengan pengukuran dengan spektroIotometer, yaitu
dengan mencari konsentrasi sebuah zat melalui sebuah kurva regresi (Khopar,
2003 dalam Selian 2008).